Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillahirabbilalamin,bersyukur kepada Allah SWT terus mengalir dari


kami. Berkat kuasanya,penulisan makalah ini bisa terselesaikan dengan baik. Meskipun
tak sedikit arang yang melintang dalam perjalanan menuju atap kesuksesan. Shalawat
serta salam kami panjatkan kepada proklamator kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita kedalam dunia yang berlimpah dengan cahaya agama yakni agama
islam.

Tak lupa pula kami ucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
bersumbangsih dalam penulisan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik
dan lancar. Kami mengucapkan banyak terimakasih,terutama kepada:

1. Prof.Dr.H.Ahmad Zahroh,Ma selaku rektor Universitas Pesantren Tinggi


Darul Ulum Jombang.
2. H.Andi Yudianto,S.Kep.Ns,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang.
3. Muhammad Rajin,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang.
4. Drs. Achmad Suhardjo, MS selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Pancasila
fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul Darul Ulum
Jombang.
Terakhir,kami terus berharap bahwa makalah ini bermanfaat bagi para pembaca
serta dapat menambah bahan bacaan bagi seluruh mahasiswa Unipdu. Akhirnya, kami
ucapkan banyak terimakasih.

Wasssalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Jombang, 24 Februai 2017

Penulis

Pendahuluan

Manusia dalam kehidupan pribadi maupun hidup bersama setiap hari selalu
menghadapi masalah. Problematika ini ada yang bersifat ringan yang melintas begitu
sajadalam pikiran, tetapi ada problem yang mendasar yang menyangkut dengan
eksistensi manusia dalam hubungannya dengan tuhan, manusia lain maupun alam.
Permasalahan yang mendasar inilah yang memebtuhkan permenungan untuk
menjawab dan menyelesiakanya. Filsafat sangat dekat dengan dengan manusia.
Filsafat selalu berurusan dengan manusia yang sudah dalam perjalananya
(peursen,1983:3) Filsafat tidak hanya teori tetapi juga praktek, tidak hanya
abstrak,tetapi nyata tentang manusia. Filsafat juga berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari, misalnya manusia, keluarga, lingkungan, negara, sosial, ekonomi, politik
hukum, baik buruk, enar salah dan sebagainya,(sunoto.1987:3) Dalam sebuah negara
indonesia memiliki dasar atau ideologi yaitu, pancasila. Sekarang yang menjadi
pertanyaannya, apakah pancasila sudah memenuhi syarat sebagai sistem filsafat? Ini
adalah suatu pernyataan yang tidak mudah untuk dijawab. Pancasial memang tidak
bisa di bandingkan dengan sistem filsafat Hegel, Jhon Locke atau Kari Marx yang
mempunyai ajaran rinci di berbagai bidang, misalanya pengetahuan, politik, ekonomi,
dan yang lainya. Kebanyakan para filsufdalam pemikiranya berusaha menghasilkan
suatu sistem filsafat, yang dalam pekembangannya sistem filsafat ini dianut, di yakini
benar, dijadikan landasan tujuan oleh sekelompok orang(ideologi).
Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud filsafat dan filsafat pancasila?


2. Berapakah versi filsafat pancasila?
3. Bagaimana dasar dasar filsafat pancasila?
4. Bagaimanakah pancasila sebagai sistem filsafat?

Tujuan
1. Dapat memahami pengertian filsafat dan filsafat pancasila
2. Dapat mngetahui versi filsafat pancasila
3. Dapat memahami dasar dasar filsafat pancasila
4. Dapat memahami pancasila sebagai sistem filsafat

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Filsafat dan Filsafat Pancasila


Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani: philosopia yaiyu philein yang
berarti kebijaksanaan. Seiring dengan perkembangan waktu akhirnya dikenal juga
dalam berbagai bahasa, seperti:philosophic dalam kebudayaan bangsa Jerman,
Belanda, dan Prancis "philosopy" dalam bahasa inggris "philosophia" dalam bahasa
latin ; dan "falsafah" dalam bahasa Arab. Jadi, filsafat menurut asal katanya berarti
cinta akan kebijaksanaan, atau mencintai kebenaran/ pengetahuan. Cinta dalam hal ini
mempunyai arti yang seluas-luasnya, yang dapat di kemukakan sebagai keinginan
yang menggebbu dan sungguh sungguh terhadap sesuatu, sedangkan kebijaksanaan
dapat di artikan sebagai kebenaran yang sejati. Dengan demikian, filsafat secara
sederhana dapat diartikan sebagai berfikir yang sunguh-sungguh atau mendalam
untuk mencari kebenaran yang sejati atau sampai hakekatnya.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan
pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang
dimilikinya.
1. Plato mengatakan bahwa: filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai
pengetahuan kebenaran yang asli.
2. Aristoteles , murid Plato berpendapat kalau filsafat adalah ilmu (pengetahuan)
yang terkandung didalamnya ilmu- ilmu metafisika,logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika.
3. Al-Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu(pengetahuan) tentang alam
maujud bagaimana hakihat yang sebenarnya.
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu:
1. Keheranan, sebagian filusuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan asal dari
filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki.
2. Kesaingan, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan menentukan
pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang kemudian
tidak disangsikan lagi.
3. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika menyadari bahwa dirinya
sangat kecil dan lemah terutama jika di bandingkan alam sekelilingnya. Kemudian muncul
kesadaran akan keterbatasan bahwa diluarvyang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.

Adapun ciri-ciri berfikir filsafat

1. Radikal sampai ke akar persoalan

2. Kritis tanggap terhadap persoalan yang berkembang

3. Rasional; sejauh dapat dijangkau akal manusia

4. Reflektif; mencerminkan pengalaman pribadi

5. Konseptual; hasil konstruksi pemikiran


6. Koheren; runtut, berurutan

7. Konsisten; berpikir lurus atau tidak berlawanan

8. Sistematis ; saling berkaitan

9. Metodis; ada cara untuo memperole kebenarqn

10. Komprehensif; menyeluruh

11. Bebas dan bertanggung jawab

Dari pengertian filsafat tersebut, maka pancasila filsafat mengandung pengertian


sebagai pandangan,nilai dan pemikiran yang dapat menjadi subtansi dan isi
pembentukan ideologi pancasila. Atau filsafat pancasila dapat didefinisikan secara
ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang pancasila sebagai dasar negara dan
kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.

Menurut Ruslan Abdul Gani, bahwa pancasila merupakan filsafat negara yang
lahir collective ideologi (cita cita bersma) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan
filsafat, karena pancasila Merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang
dilakukan oleh the founding father bangsa Indonesia, kemudian dituangkan dalam
suatu "system" yang tepat.

Berdasarakan keterangan diatas maka pengertian filsafat pancasila secara umum


adalah hasil berfikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang di
anggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan,norma-norma, nilai-nilai)
yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi
bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, sebagai filsafat, pancasila memiliki karasteristik system filsafat
tersendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya l, diantaranya:

1. Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan sistim yang bulat dan utuh (sebagai
suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila
dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan pancasila.
2. Susunan pancasila dengan suatu sistim yang bulat dan utuh itu dapat
digambarkan sebagai berikut.

Gambar di atas menunjukkan bahwa:

a. Sila 1, meliputi, dan mendasari, dan menjiwai sila 2,3,4,dan 5

b. Sila 2, diliputi, didasari,dan dijiwai sila 2, serta mendasari dan menjiwai sila
3,4,dan 5

c. Sila 3, diliputi, didasari,dan dijiwai sila 1,2, serta mendasari dan menjiwai sila 4
dan 5

d. Sila 4, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1,2, dan 3, serta mendasari dan menjiwai
sila 5.

e. Sila 5 diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1,2,3 dan 4

1.2 Versi Filsafat Pancasila.

a). Filsafat Pancasila Asli

Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat barat. Hal ini merujuk pidato Soekarno di
BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas di Eropa, di mana filsafat
barat merupakan salah satu materi kuliah mereka. Pancasila terinspirasi konsep humanisme,
rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi, sosialisme jerman, domokrasi parlementer, dan
nasionalisme.

b). Filsafat Pancasila versi soekarno


Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Soekarno sejak 1955 sampai berakhirnya
kekeuasaannya(1965). Pada saat itu Soekarno selalu menyatakan bahwa pancasila merupakan
filsafat asli Indonesia dan akulturasi budaya india(Hindu-Budha), Barat(Kristen), dan
Arab(Islam). Menurut Soekarno " ketuhanan" adalah asli berasal dari Indonesia, "Keadilan
Sosial" terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Soekarno tidak pernah menyinggung atau
mepropogandakan "persatuan".

c). Filsafat Pancasila versi Sueharto

Oleh Sueharto filsafat pancasila mengalami Indonesia. Melalui filusuf-filusuf


yang disponsori Depdikbud, semua elemen Baray disingkirkan dan diganti
interprestasinya dalam budaya Indonesia, sehingga menghasilkan "Pancasila truly
Indonesia". Semua sila pancasila adalah asli Indonesia dan pancasila dijabarkan
menjadi lebih rinci (butir-butir pancasila). Filsuf Indonesia yang bekerja dan
mempromosikan bahwa filsafat pancasila adalah truly Indonesia antara lain Sunoto,
R. Parmono, Gerson W. Bawengan, wasito Poespopoprojo, Burhanudin Salam,
Bambang Dareoso, Paulus Wahana,Azhary, Suhadi, Kaelan, Moertono, Soerjanto,
Poespowardojo, dan Moerdiono.

C. DASAR FILSAFAT PANCASILA


Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan, yaitu
filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan, keduanya sangat
berguna untuk memahami Pancasila. Di sisi lain, kesatuan sila-sila Pancasila pada
hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja
namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistomologi dan dasar
aksiologis dari sila-sila Pancasila.
Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-
pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat
dilakukan secara deduktif (dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan
menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif) dan
secara induktif (dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,
merefleksikannya dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.
Dengan demikian, filsafat Pancasila akan mengungkapkan konsep-konsep kebenaran
yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan bagi manusia pada
umumnya.
1. Dasar Ontologi Pancasila
Ontologi menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu
atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan
metafisika. Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu? Apakah
realitas yang ada tampak ini suatu realitas sebagai wujudnya, yaitu benda? Dan
seterusnya. Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensidan
keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika.
Secara ontologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Mengapa? Karena manusia
merupakan subjek hukum pokok dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas
lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan
memiliki satu kesatuan dasar ontologis.
Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki
hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai
dasar antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa yang berketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil beradab, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada hakikatnya adalah manusia.
Dengan demikian, secara ontologis hakikat dasar keberadaan dari sila-sila
Pancasila adalah manusia. Untuk hal ini, Notonagoro lebih lanjut mengemukakan
bahwa manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis
memiliki hal-hal yang mutlak, yaituterdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, serta
jasmani dan rohani. Selain itu, sebagai makhluk individu dan sosial, serta kedudukan
kodrat manusia sebagai manusia makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa. Oleh karena itu, secara hierarkis sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa
mendasari dan menjiwai keempat sila-sila Pancasila.
Selanjutnya, Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia
memiliki susunan lima sila yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan, serta
mempunyai sifat dasar kesatuan yang mutlak, yaitu berupa sifat kodrat monodualis,
sebagai makhluk induvidu sekaligus juga sebagai makhluk sosial. Di samping itu,
kedudukannya sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri, sekaligus sebagai
makhluk Tuhan. Konsekuensinya, segala aspek dalam penyelenggaraan Negara
diliputi oleh nilai-nilai Pancasila yang merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
memiliki sifat dasar yang mutlak berupa sifat kodrat manusia yang monodualis
tersebut.
Kemudian seluruh nilai-nilai Pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan jiwa
bagi bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa dalam setiap aspek penyelenggaraan
Negara harus dijabarkan dan bersumberkan nilai-nilai Pancasila. Seperti bentuk
negara, sifat negara, tujuan negara, tugas / kewajiban negara dan warga negara, sistem
hukum negara, moral negara, serta segala aspek penyelenggaraan Negara lainnya.
2. Dasar Epistemologi Pancasila
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan,
metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti simber ilmu
pengetahuan, proses dan syarat pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan.
Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau secience of
secience.

Menurut Titus terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemology, yaitu:
a. Tentang sumber pengetahuan manusia
b. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia
c. Tentang watak pengetahuan manusia
Kajian epistemologi filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upayauntuk mencari
hakikat Pancasila sebagai suatu system pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena
epistemologi merupakan bidang filsafat yang membahas tentang hakikat ilmu
pengetahuan (ilmu tentang ilmu). Kajian epistemology Pancasila tidak dapat
dipisahkan dengan dasar antologisnya. Oleh karena itu, dasar epistemologis Pancasila
sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.
Epistemologi Pancasila sebagai suatu objek kajian pengetahuan pada hakikatnya
meliputi masalah sumber pengetahuan Pancasila dan susunan pengetahuan Pancasila.
Adapun tentang sumber pengetahuan Pancasila sebagai mana telah dipahami bersama
adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia itu sendiri.
Susunan arti Pancasila meliputi tiga hal yaitu:
a. Isi arti Pancasila yang umum universal, yaitu hakikat sila-sila Pancasila
yang merupakan intisari Pancasila sehingga merupakan pangkal tolak
dalam pelaksanaan dalam bidang kenegaraan dan tertib hukum
Indonesia serta dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang
kehidupan konkrit.
b. Isi arti Pancasila umum kolektif, yaitu isi arti Pancasila sebagai
pedoman kolektif Negara dan bangsa Indonesia terutama dalam tertib
Indonesia.
c. Isi arti Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit, yaitu isi arti
Pancasila dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan
sehingga memiliki sifat khusus konkritserta dinamis.
Selanjutnya, susunan Pancasila sebagai suatu system pengetahuan maka
Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-
sila Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila
Pancasila adalah bersifat hierarkis dan berbentuk pyramidal, yaitu:
a. Sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya.
b. Sila kedua didasari sila pertama serta mendasari dan menjiwai sila
ketiga, keempat dan kelima.
c. Sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari
dan menjiwai sila keempat dan kelima.
d. Sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga, dan
keempat.
3. Dasar Aksiologi Pancasila
Aksiologi berasal dari kata Yunani aksios yang artinya nilai, manfaat, dan
logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori. Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu
yang diinginkan, disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai,
kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai. Niali (value dalam inggris)
berasal dari kata Latin valere yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat
merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai
keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness) nilai itu sesuatu yang berguna.
Nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan.
Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada hakikatnya membahas tentang nilai
praksis atau manfaat suatupengetahuan tentang Pancasila. Karena sila-sila Pancasila
sebagai suatu system filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, maka nilai-nilai
yang terkandung dalamnya pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.
Selanjutnya, aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang
filsafat nilai Pancasila.
Nilai dalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat
seseorang atau kelompok. Dengan demikian, niali itu pada hakikatnya adalah sifat
atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Sesuatu itu mengandung nilai artinya
ada sifat atau kualitas yang melekat padanya, misalnya bunga itu indah, perbuatan itu
baik. Indah dan baik adalah sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan
perbuatan. Jadi, nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik
kenyataan-kenyataan lainnya. Adanya nilai itu karena adanya kenyataan-kenyataan
lain sebagai pembawa nilai.
Terdapat berbagai macam teori berbagai nilai dan hal ini sangat bergantung
pada titik tolak dan sudut pandang setiap teori dalam menentukan teori. Kalangan
materialis memandang bahwa hakikat nilai yang tertinggi adalah nilai material,
sedangkan kalangan hedonis berpandangan bahwa nilai yang tertinggi adalah nilai
kenikmatan. Namun, dari berbagai pandangan tentang nilai dapat dikelompokkan
pada dua macam sudut pandang, yaitu bahwa sesuatu itu bernilai karena berkaitan
dengan subjekpemberi nilai, yaitu manusia. Hal ini bersifat subjektif, tetapi juga
terdapat pandangan bahwa pada hakikatnya nilai sesuatu itu melekat pada dirinya
sendiri. Hal ini meruapakan pandangan dari paham objektivisme.
Nilai itu ada yang bersifat material dan nonmaterial. Dalam hubungan ini,
manusia memiliki orientasi nilai yang berbeda bergantung pada pandangan hidup dan
filsafat hidup masing-masing. Ada yang mendasarkan pada orientasi nilai material,
tetapi ada pula yang sebaliknya, yaitu berorientasi pada nilai yang nonmaterial. Nilai
material relative lebih mudah diukur menggunakan pancaindra ataupun alat pengukur.
Akan tetapi, nilai yang bersifat rohaniah sulit diukur, tetapi dapat juga dilakukan
dengan hati nurani manusia sebagai alat ukur yag dibantu oleh cipta, rasa, serta karsa
dan keyakinan manusia.
Dalm filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingaktan nilai, yaitu nilai dasar,
nilai instrumental, dan nilai praktis.
a. Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sesuatu yang benar atau
tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah
nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,
dan nilai keadilan.
b. Niali instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan
norma hukum yang selanjutnya akan terkistalisasi dalam peraturan dan
mekanisme lembaga-lembaga Negara.
c. Nilai praksis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam
kenyataan. Nilai ini, merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai
instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat.
Nilai-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau niali moral merupakan
nilai dasar yang mendasari nilai instrumental dan selanjutnya mendasari semua
aktivitas kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Menurut Notonagoro sebagaimana dikutip Kalean, nilai-niali Pancasila itu
termasuk nilai kerohanian, tetapi nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai material
dan niali vital. Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila yang tergolong nilai kerohanian
itu juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis, seperti nilai
material, nilai vital, nilai kebaikan, nilai kebenaran, nilai keindahan atau estesis, nilai
kebaikan atau nilai moral, ataupun nilai kesucian yang secara keseluruhan bersifat
sistematik-hierarkis. Sehubungan dengan ini, sila pertama, yaitu ketuhanan Yang
Maha Esa menjadi basis dari semua sila-sila Pancasila.
Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancaila
(subcriber of values Pancasila). Bangsa Indonesia yang berketuhanan, yang
berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan, dan yang berkeadilan sosial.
Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesialah yang menghargai, mengakui, serta
menerimaPancasila sebagai sesuatu yang bernilai. Pengakuan, penghargaan, dan
penerimaan Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai itu tampak menggejala dalam
sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia. Kalau pengakuan, penerimaan,
atau penghargaan itu telah menggejala dalam sikap, tingkah laku, serta perbuatan
manusia dan bangsa Indonesia, maka bangsa Indonesia dalam hal ini sekaligus adalah
pengembannya dalam sikap, tingakh laku, dan perbuatan manusia Indonesia.
D. PANCASIL SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerja sama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem
filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis. Artinya, antara sila-
sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan sering
mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu
pemikiran tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri,
dengan sesama, dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilai itu dimilki oleh bangsa
Indonesia.
Dengan pengertian tersebut, maka sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Suatu kesatuan bagian-bagian
2. Bagian-bagian tersebut memiliki fungsi sendiri-sendiri
3. Saling berhubungan, saling ketergantungan
4. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
Sila-sila pancasila yang merupakan system filsafat pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan organisasi. Antara sila-sila itu saling berhubungan.
Saling berkaitan bahkan saling mengkualifikasi. Secara demikian maka pancasila
pada hakikatnya merupakan system, dalam pengertian bahwa bagian-bagian, sila-
silanya saling berhubungan secara erat sehingga membentuk suatu struktur yang
menyeluruh. Dengan demikian pancasila merupakan suatu system dalam
pengertian kefilsafatan sebagaimana system filsafat lainnya antara lain
marerialisme, idealisme, rasionalisme, liberialisme, sosialisme, dan sebagainya.
Kenyataan pancasila yang demikian itu disebut kenyataan objektif , yaitu bahwa
kegiatan itu ada pada pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain, atau
terlepas dari sesuatu yang lain, atau terlepas dari pengetahuan orang. Pancasila
sebagai suatu system filsafat berbeda dengan system-sistem filsafat lainnya
misalnya liberalisme, materialisme, komunisme dan aliran filsafat lainnya. Oleh
karena itu pancasila sebagai suatu system filsafat akan memberikan ciri-ciri yang
khas, yang khusus yang tidak terdapat pada system filsafat lainnya.
Susunan pancasila adalah hierarkhis dan mempuyai bentuk pyramidal.
Pengertian pyramidal pancasila diguakan untuk menggambarkan hubungan
hierarkhi sila-sila pancasila dalam urutan-urutan luas (kwantitas) dan juga dalam
hal sifat-sifatnya (kwalitas). Kalau dilihat dari intinya, urutan-urutan lima sila
menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi sifatnya, merupakan
pengkhususan dari sila-sila dimukanya. Secara ontologis kesatuan sila-sila
pancasila sebagai suatu system bersifat hierarkhis dan bentuk pyramidal adalah
sebagai berikut: bahwa hakikatnya adanya Tuhan adalah ada karena adanya
sendiri. Oleh karena itu segala sesuatu yang ada termasuk manusia ada karena
diciptakan Tuhan atau manusia ada sebagai akibat adanya Tuhan. Sila-ila
pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pada dalam hubungannya hierarkhis
piramida tadi.
Kesatuan sila-sila pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan
kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar
ontologis, dasar epistemologis serta dasar aksiologis dari sila-sila pancasila.
Sebagaimana dijelaskan bahwa kesatuan sila-sila pancasila adalah bersifat
hierarkhis dan mempunyai bentuk pyramidal,digunakan untuk menggambarkan
hubungan hierarkhis sila-sila pancasila dalam urut-uruta luas (kuantitas) dan
dalam pengertian inilah hubungan kesatuan sila-sila pancasila itu dalam arti
formal logis. Pancasila sebagai suatu kesatuan system Filsafat tidak hanya
kesatuan yang menyangkut sila-silanya saja melainkan juga meliputi hakikat dasar
dari sila-sila pancasila atau secara filosofis merupakan dasar ontologis sila-sila
pancasila. Hubungan kesesuaian antara Negara dengan landasan sila-sila pancasila
adalah berupa hubungan sebab-akibat yaitu Negara sebagai pendukung hubungan
dan Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangakal hubungan.
Landasan sila-sila pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah
sebagai sebab adapun Negara sebagai akibat.
Sebagai suatu dasar filsafat Negara maka sila-sila merupakan suatu system
nilai, oleh karena itu sila-sila pancasila pada hakikatnya merupakan satu kesatuan.
Meskipun dalam uraian berikut ini menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam
setiap sila, namun kesemuanya itu tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan
sila-sila lainnya.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai
keempat sila lainnya. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai
bahwa Negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu segala hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara bahkan moral Negara,
moral penyelenggara, politik Negara, pemerintahan Negara hukum dan peraturan
perundang-undangan Negara, kebebasan dan hak asasi warga Negara harus dijiwai
nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sila kemanusian yang adil dan beradap secara sistematis didasari dan dijiwai
oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila
berikutnya. Sila kemanusian sebagai dasar fundamental dalam kehidupan
kewarganegaraan kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini
bersumber pada dasar filosofis antropologis bahwa hakikat manusia adalah
susunan kodrat rohani (jiwa) dan raga, sifat kodrat individu dan makhluk sosial,
kedudukan makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai mahluk Tuhan Yang Maha
Esa.
Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan
dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan satu kesatuan yang
bersifat sistematis. Sila Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan beradap serta
mendasari dan dijiwai sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebikjasanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Nilai yang terkandung dalam sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan didasari oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esa dan kemnusiaan yang adil dan beradap serta Persatuan Indonesia
dan mendasari serta menjiwai sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Nilai filososif yang terkandung didalamnya adalah bahwa hakikat Negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan mahkluk
sosial.
Nilai yang terkandungdalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
didasari oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esadan kemanusiaan yang adil dan
beradap serta Persatuan Indonesia serta sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalm permusyawaratan/ perwakilan didasari. Dalam sila kelima
tersebut terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan Negara sebagai tujuan
dalam hidup bersama. Maka didalam sila kelima tersebut terkandung nilai
keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersam (kehidupan sosial).
Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu
keadilan dalam hubngan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia
lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia
dengan Tuhannya.
Dengan demikian, pancasila adalah lima sila yang merupakan satu kesatuan
rangkaian nilai-nilai luhur yang bersumber dari nilai-nilai budaya masyarakat
Indonesia yang sangat majemuk dan beragam dalam artian BHINEKA
TUNGGAL IKA.
Objek materi filsafat adalah mempelajari segala hakikat sesuatu baik meteral
konkrit (manusia, binatang, alam dan lain-lain) dan abstrak (nilai, ide, moral, dan
pandangan hidup). Oleh karena itu, pancasila sebagai system filsafat adalah suatu
kesatuan yang saling berhubungan untuk satu tujuan tertentu, dan saling
berkualifikasi yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Jadi, pancasila
pada dasarnya satu bagian/ unit-unit yang saling berkaitan satu sama lain, dan
memiliki fungsi serta tugas masing-masing. Dan kesemua sila-sila tersebut saling
mencakup, bukan dinilai satu persatu. Semua unsur (5 sila) tersebut memiliki
fungsi/ makna dan tugas masing-masing memilikitujuan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai