Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“Pelajar yang Tidak Biasa”

Disusun Oleh :
Irfan Nur Iman (23001430106)
Asmar (230014301011)
Nurul Hidayah (230014301020)
Nadira (230014301025)

PRODI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Alhamdulillahirobbilalamin, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah Subhanahu Wata’ala Dzat yang telah memberikan rahmat yang melimpah
serta kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Proses
Kognitif Kompleks” makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Rasulullah
Muhammad Sallahu Alaihi Wassalam yang senantiasa menyeru manusia untuk
mengikuti jalan petunjuk Allah Subhanahu Wata’ala dan Islam sekaligus menjadi
teladan terbaik sepanjang zaman dan semoga keselamatan dilimpahkan kepada
seluruh keluarga beliau, sahabat-sahabat beliau, serta para pengikutnya seluruh
umat islam.

Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Husain Syam, M.TP., IPU., ASEAN Eng. selaku Rektor
Universitas Negeri Makassar yang telah menerima kami menuntut ilmu di
Universitas Negeri Makassar.
2. Prof. Dr. Hamsu Abdul Gani, M.Pd. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Makassar yang selalu memberi kami dorongan semangat
dalam mengemban ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
3. Prof. Dr. Abdul Saman, M.Si, Kons dan Dr. Abdullah Sinring., M.Pd. selaku
Dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan ilmu
dan pengarahan yang sangat berarti kepada kami dalam proses perkuliahan serta
penyusuan makalah ini.
4. Rekan-rekan yang telah membantu hingga selesainya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.


Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca demi perbaikan
dan perkembangan makalah ini.

i
Demikianlah makalah ini dibuat, semoga dapat bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Makassar, 25 Oktober 2023

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
A. Karakteristik Anak yang Menderita Ketidakmampuan............................... 2
1. Gangguan/Ketidakmampuan Alat Indera ................................................. 2
2. Gangguan/Ketidakmampuan Fisik ........................................................... 3
3. Reterdasi Mental ....................................................................................... 4
4. Gangguan Bicara dan Bahasa ................................................................... 5
5. Gangguan Ketidakmampuan Belajar ........................................................ 5
6. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) .................................. 6
B. Isu Pendididkan yang Berkaitan dengan Anak yang Menderita
Ketidakmampuan ................................................................................................. 8
C. Anak-anak Berbakat ..................................................................................... 9
1. Karakter Anak Berbakat ......................................................................... 10
2. Studi Klasik ............................................................................................ 11
3. Memahami Cara Mendidik Anak Berbakat ............................................ 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pelajar tidak biasa merupakan anak-anak yang memiliki gangguan atau


ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya. Anak-anak yang tergolong memiliki
ketidakmampuan dan gangguan adalah seperti gangguan organ indra, gangguan
fisik, retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar, attention
deficit hyperactivity disorder (ADHD), gangguan emosional dan perilaku.
Sedangkan anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa atau yang sering disebut
gifted diartikan sebagai anak berbakat khusus.
Menurut Galton keberbakatan istimewa ini adalah sesuatu yang sifatnya
diwariskan. Artinya keberbakatan istimewa adalah sesuatu potensi yang menurun
(genetically herediter). Anak-anak yang menunjukkan suatu bentuk bakat yang
istimewa ini kemudian lazim disebut sebagai gifted children.
B. Rumusan Masalah

1. Siapakah anak yang menderita ketidakmampuan itu ?


2. Apa saja isu pendidikan yang berkaitan dengan anak yang menderita
ketidakmampuan ?
3. Siapakah yang dimaksud anak anak berbakat ?
C. Tujuan Masalah

1. Mendeskripsikan karakteristik anak yang menderita ketidakmampuan


2. Menjelaskan isu pendidikan yang berkaitan dengan anak yang menderita
ketidakmampuan
3. Mendeskripsikan yang dimaksud anak-anak berbakat

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Anak yang Menderita Ketidakmampuan


Pelajar “yang tidak biasa” (exceptional) merupakan anak-anak yang
memiliki gangguan atau ketidakmampuan serta anak-anak yang tergolong berbakat.
Disability atau ketidakmampuan adalah keterbatasan fungsi yang membatasi
kemampuan seseorang. pada bab ini akan digolongkan dan jelaskan masing-masing
ketidakmampuan dan gangguan (disorder) sebagai berikut :

1. Gangguan/Ketidakmampuan Alat Indera

a. Gangguan penglihatan

Terdapat murid-murid yang mengalami problem penglihatan (visual) yang


masih belum diperbaiki dan beberapa diantaranya menderita gangguan visual serius
dan dikategorikan rusak penglihatannya, yang lebih dikenal dengan low vision dan
murid buta.

Anak low vision dapat membaca buku dengan huruf besar-besar atau dengan
bantuan kaca pembesar.Anak yang “buta secara edukasional” tidak bisa
menggunakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan
pendengaran dan sentuhan untuk belajar.Banyak anak buta memiliki kecerdasan
normal dan berprestasi secara akademik apabila diberi dukungan dan bantuan
belajar yang tepat.

Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan
atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas (seperti sentuhan atau
pendengaran) untuk membantu anak belajar dengan baik. Salah satu persoalan
dalam pendidikan murid yang buta adalah rendahnya penggunaan huruf Braille
dan sedikitnya guru yang menguasai huruf braille dengan braille dengan baik.

2
3

b. Gangguan pendengaran

Gangguan pendengaran merupakan gangguan yang dapat mempersulit proses


belajar anak. Anak yang tuli secara lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak
biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya. Pendekatan oral
antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading
(menggunakan alat visual untuk mengajar membaca), dan sejenisnya. Pendekatan
manual adalah dengan bahasa isyarat dan mengeja jari (finger spelling).Bahasa
isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan kata. Pengejaan jari
adalah “mengeja” setiap kata dengan menandai setiap huruf dari satu kata.
Pendekatan oral dan manual dipakai bersama untuk mengajar murid yang
mengalami gangguan pendengaran (Hallahann & Kauffman 2000).

2. Gangguan/Ketidakmampuan Fisik

Gangguan fisik atau ketidakmampuan fisik digolongkan dalam beberapa


gangguan yaitu gangguan ortopedik, seperti gangguan karena cedera otak (cerebral
palsy), dan gangguan kejang-kejang (seizure). Banyak anak yang mengalami
gangguan fisik ini membutuhkan pendidikan khusus dan pelayanan khusus, seperti
transportasi, terapi fisik, pelayanan kesehatan sekolah dan pelayanan psikologi
khusus.

a. Gangguan Ortopedik
Gangguan ortopedik biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu
mengontrol gerak disebabkan terdapat masalah pada otot tulang maupun sendi.
Tingkat keparahan gangguan ini bervariasi. Gangguan ortopedik bisa disebabkan
oleh problem prenatal (dalam kandungan) atau perinatal (menjelang atau sesudah
kelahiran, dan bisa juga terjadi karena penyakit dan kecelakaan saat usia anak-anak.
Dengan bantuan alat adaptif dan teknologi pengobatan banyak anak yang menderita
gangguan ortopedik bisa berfungsi normal di kelas.
b. Cerebral Palsy
Cerebral palsy merupakan gangguan yang berupa lemahnya koordinasi
otot, tubuh sangat lemah dan bicaranya tidak jelas. Penyebab umum dari cerebral
4

palsy yaitu kekurangan oksigen saat kelahiran. Banyak anak yang menderita
cerebral palsy bicaranya tidak jelas. Untuk anak seperti ini, synthesizer suara dan
ucapan, papan komunikasi serta peralatan talking notes dan page turners dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi mereka.

c. Gangguan Kejang-Kejang
Jenis gangguan ini sering ditemui adalah epilesi, yaitu gangguan saraf yang
biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang. Anak
yang mengalami epilepsi biasanya dirawat dengan obat anti kejang yang biasanya
efektif dalam mengurangi gejala tapi tidak menghilangkan penyakitnya.anak yang
mengalami epilepsi biasanya dirawat obat anti kejang-kejang, yang biasanya efektif
dalam mengurangi gejala meski tidak menyembuhkan penyakitnya

3. Reterdasi Mental

Berdasarkan definisinya, retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18


tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya dibawah
70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. IQ rendah dan kemampuan
beradaptasi yang rendah biasanya tampak sejak kanak-kanak, dan tidak tampak
pada periode normal, dan keadaan retardasi ini bukan disebabkan oleh kecelakaan
atau penyakit atau cedera otak.

Retardasi mental diklasifikasikan menjadi retardasi ringan, moderat, berat


dan parah. Individu dengan retardasi mental ringan masih banyak yang bisa bekerja
dan mencari nafkah sendiri dengan dukungan pengawasan atau dukungan
kelompok. Individu dengan retardasi mental berat membutuhkan lebih banyak
dukungan, kemungkinan besar individu ini juga menunjukkan tanda-tanda
komplikasi neurologis, seperti cerebral palsy, epilepsi, gangguan pendengaran,
gangguan penglihatan atau cacat bawaan metabolis lainnya yang mempengaruhi
sistem saraf pusat.
5

4. Gangguan Bicara dan Bahasa

Gangguan bicara dan bahasa antara lain masalah dalam berbicara (seperti
gangguan artikulasi, gangguan suara dan gangguan kefasihan bicara), dan problem
bahasa (seperti kesulitan menerima informasi dan mengekspresikan bahasa).

a. Gangguan Artikulasi
Gangguan artikulasi adalah problem dalam pengucapan suara secara
benar.Anak penderita problem artikulasi mungkin sulit
berkomunikasi dengan teman atau guru dan merasa malu. Akibatnya,
anak enggan bertanya, tidak mau berdiskusi atau berkomunikasi
dengan temannya.Problem artikulasi umumnya bisa diperbaiki
dengan terapi bicara.
b. Gangguan Suara
Gangguan suara tampak dalam ucapan yang tidak jelas, keras, terlalu
kencang, terlalu tinggi, atau terlalu rendah.
c. Gangguan Kefasihan
Gangguan kefasihan atau kelancaran bicara biasanya dinamakan
“gagap”.Kondisi ini terjadi ketika ucapan anak terbata-bata, jeda
panjang atau berulang-ulang.
d. Gangguan Bahasa
Gangguan bahasa adalah kerusakan signifikan dalam bahasa reseptif
atau bahasa ekspresif anak.Gangguan bahasa dapat menyebabkan
problem belajar serius.
Gangguan bahasa mencakup tiga kesulitan, antara lain:
✓ Kesulitan menyusun pertanyaan untuk memperoleh informasi
yang diharapkan.
✓ Kesulitan memahami dan mengikuti perintah lisan.
✓ Kesulitan mengikuti percakapan, terutama ketika percakapan
itu berlangsung cepat dan kompleks.

5. Gangguan Ketidakmampuan Belajar


6

Berdasarkan definisinya, anak yang menderita gangguan belajar sebagai berikut :

✓ Punya kecerdasan normal atau di atas normal;


✓ Kesulitan dalam setidaknya satu mata pelajaran bahkan lebih;
✓ Tidak memiliki problem atau gangguan lain seperti retardasi mental, yang
menyebabkan kesulitan itu

Ketidakmampuan untuk belajar sering kali mencakup kondisi yang bisa jadi
berupa adanya problem mendengar, berkonsentrasi, berbicara, membaca, menulis,
menalar, berhitung, atau problem interaksi sosial. Gangguan belajar sulit untuk
didiagnosis Ketidakmampuan untuk belajar sering kali mencakup kondisi yang bisa
jadi berupa adanya problem mendengar, berkonsentrasi, berbicara, membaca,
menulis, menalar, berhitung, atau problem interaksi sosial.Jadi, anak yang memiliki
masalah gangguan belajar boleh jadi memiliki profil yang berbeda-beda. Gangguan
belajar mungkin berhubungan dengan kondisi medis seperti fetal alcohol syndrom.
Gangguan belajar juga terjadi bersama dengan gangguan yang lainnya, seperti
gangguan komunikasi dan gangguan perilaku emosional.

6. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD adalah bentuk


ketidakmampuan anak yang ciri-cirinya yaitu, kurang perhatian, hiperaktif, dan
implusif.

a. Kurang perhatian.
Anak yang kurang perhatian (inattentive) sulit berkonsentrasi pada satu hal
dan mungkin cepat bosan mengerjakan tugas.
b. Hiperaktif
Anak hiperaktif menunjukkan level aktifitas fisik yang tinggi, hampir selalu
bergerak.
c. Impulsif.
Anak impulsif sulit mengendalikan reaksinya dan gampang bertindak tanpa
pikir panjang.
7

Anak yang menunjukkan gejala ADHD bisa didiagnosis sebagai ADHD


dengan kecenderungan lebih pada kekurangan perhatian, lebih hiperaktif / impulsif
dan mempunyai kecenderungan lebih pada hiperaktif / impulsif. Tanda-tanda
ADHD dapat muncul sejak usia prasekolah. Orang tua dan guru prasekolah
(kelompok bermain) dan taman kanak-kanak mungkin mengetahui bahwa ada anak-
anak yang sangat aktif dan konsentrasinya kurang. Banyak anak ADHD sulit diatur,
kurang toleransi terhadap rasa frustasi dan punya masalah dalam berhubungan
dengan teman sebaya.Karakteristik umum lainnya adalah ketidakdewasaan dan
dekil.

7. Gangguan Emosional Dan Perilaku

Gangguan perilaku dan emosional terdiri atas problem serius dan terus-
menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang
berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah dan juga berhubungan dengan
karakteristik sosioemosional yang tidak tepat.

Beberapa anak yang digolongkan memiliki gangguan emosional serius dan


melakukan tindakan yang mengganggu, agresif membangkang dan
membahayakan biasanya akan dikeluarkan dari sekolah. Para pakar gangguan
emosional dan perilaku mengatakan bahwa jika anak-anak ini dikembalikan ke
sekolah, baik guru kelas reguler maupun guru pendidik khusus atau konsultan
harus meluangkan banyak waktu untuk membantu mereka beradaptasi dan belajar
secara efektif.

Beberapa anak memendam problem emosional mereka. Depresi, kecemasan


dan ketakutan mereka menjadi makin hebat dan menetap sehingga kemampuan
mereka dalam belajar makin menurun. Depresi adalah jenis gangguan suasana hati
(mood) dimana pengidapnya merasa dirinya tak berharga sama sekali, percaya
bahwa keadaan tidak akan pernah membaik dan tampak lesu dan tidak bersemangat
dalam jangka waktu yang lama. Terapi kognitif dan terapi obat biasanya efektif
dalam membantu orang agar tidak terlalu tertekan.
8

Kecemasan (anxiety) adalah perasaan yang tidak menentu sekaligus tidak


menyenangkan . Anak pada umumnya pernah mengalami kecemasan saat
menghadapi tantangan hidup, tetapi pada beberapa anak kecemasan itu berlebihan
dan bertahan lama sehingga mengganggu prestasi sekolahnya.

B. Isu Pendididkan yang Berkaitan Dengan Anak yang Menderita


Ketidakmampuan
Ketentuan hukum telah menyatakan bahwa sekolah harus melayani semua
anak yang mengalami gangguan atau ketidakmampuan dan mengeksplorasi aspek
hukum yang berkaitan dengan anak penderita ketidakmampuan atau gangguan,
memaparkan penempatan dan pelayanan tersedia untuk anak yang menderita
ketidakmampuan.

Menteri Anies : pendidikan inklusif adalah hak anak berkebutuhan khusus. Dikutip
dari antaranews.com, 18 November 2014

Denpasar (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies


Baswedan mengatakan pendidikan inklusif akan memberikan hak pendidikan bagi
anak berkebutuhan khusus di Indonesia belum tersentuh layanan pendidikan.

"Hal itu akibat orang tua memiliki anak berkebutuhan khusus adalah aib, dengan
demikian pihaknya malu meiliki anak berkebutuhan khusus sehingga
disembunyikannya," kata Anies.

Gerakan inklusisf telah dimulai sejak tahun 2012 dan sampai saat ini
delapan provinsi menjadi provinsi pendidikan inklusif yaitu Kalimantan Selatan,
Aceh, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, Sulawesi
Tenggara, dan Sumatra Barat. Bali sebagai provinsi inklusif yang kesembilan.

Ia mengharapkan melalui program tersebut mampu menjangkau simpul-


simpul anak yang sulit mendapatkan layanan pendidikan regular, seperti anak yang
tinggal di pinggir hutan, anak jalanan, anak di daerah terpencil dan anak-anak di
daerah perbatsan, semuanya bisa diselamatkan dari putus sekolah.
9

Pihaknya mengakui, sejumlah isu yang masih menjadi kendala antara lain
minimnya sarana dan prasarana yang aksesibel, keterbatasan jumlah dan
kompetensi guru regular yang mampu melayani anak berkebutuhan khusus. Selain
itu belum adanya aturan kebijakan yang kongkrit bagi karier guru pembimbing
khusus (GPK).

Menteri mengingatkan masalah pendidikan inklusif tidak bisa hanya diselesaikan


oleh satu direktorat jenderal karena harus melibatkan stakeholder lainnya yang
menangani pelatihan, rekrutmen, formasi guru, dan kepala sekolah. “Hal lain yang
tidak kalah penting keterlibatan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota sebagai
pemegang mandat otonomi daerah,” ujar Menteri Anies Baswedan.

C. Anak-anak Berbakat
Anak berbakat adalah seseorang yang memiliki kemampuan yang
superioritas atau seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi.
Terman yang menggunakan inteligensi sebagai kriteria tunggal untuk
mengidentifikasikan anak berbakat yaitu IQ 140. Konsep lain tentang keberbakatan
yang sampai sekarang banyak digunakan dalam mengidentifikasi siswa berbakat di
Indonesia adalah dari Renzulli, dkk (1981). Menurut definisi yang dikemukakan
Renzulli yang lebih dikenal dengan “The Three Ring Conception“ anak berbakat
merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang terdiri dari:
Kemampuan di atas rata-rata, kreativitas dan komitmen terhadap tugas yang tinggi.

Umumnya pada anak berbakat, prestasi belajarnya juga tinggi. Tapi dapat
pula ditemukan anak berbakat yang prestasinya tidak optimal bahkan sering kali
bermasalah. Prestasi yang kurang ini sering dianggap karena faktor motivasi dan
psikologis. Anak sering dianggap malas dan tidak bersungguh sungguh, dan sering
kali orangtua disalahkan karena tidak menerapkan disiplin. Banyak penelitian
menyebutkan, diantara anak berbakat tidak berprestasi karena mengalami kesulitan
yang terselubung .

Anak berbakat, adanya kelas akselerasi atau tanpa berada di kelas


akselerasi, jika mempunyai potensi untuk berkembang. Mereka termotivasi secara
10

internal. Dengan adanya minat atau ketertarikan dan kesempatan, anak akan
termotivasi. Jadi bila anak tertarik akan sesuatu dan terdapat kesempatan atau
tantangan yang sesuai, maka dia akan dapat berprestasi.

Terdapat juga beberapa bakat lainnya, yaitu :

1. Bakat kognitif: sangat memperhatikan; penuh keingin tahuan; sangat


tertarik; atensinya panjang, kemampuan untuk mengetahui alasan
(reasoning) sangat baik; perkembangan tentang abstraksi, konseptual dan
sintemasis baik; dengan mudah dan cepat dapat melihat adanya hubungan
antara ide, objek dan fakta; proses berpikirnya cepat dan fleksibel.
Kemampuan untuk menyelesaikan masalah (problem solving) nya sangat
baik; belajarnya cepat, dengan sedikit praktek dan pengulangan.
2. Bakat sosial dan emosional: tertarik dengan hal-hal philosofi dan sosial;
sangat sensitif dan emosional; sangat memperhatikan kejujuran dan
keadilan; perfeksionis; energik; rasa humornya berkembang baik; umumnya
termotivasi dari dalam dirinya sendiri; hubungan baik dengan orangtua,
guru dan orang dewasa lain.
3. Bakat bahasa: perbendaharaan katanya sangat banyak; dapat membaca
pada usia sangat dini, membacanya cepat dan sangat luas; sering bertanya
tentang “bagaimana kalau”. Bakat yang lain: senang mempelajari sesuatu
yang baru; menyenangi aktifitas intelektual; malakukan permainan
intelektual; lebih memilih buku bacaan untuk anak yang lebih besar; skeptis,
kritis dan penuh evaluatif, perkembangannya asinkron (Bainbridge).

1. Karakter Anak Berbakat

Dalam karakter anak berbakat Ellen Winner (1996) seorang ahli kreatifitas
dan anak berbakat memiliki 3 kriteria yang meliputi :

✓ Dewasa Lebih Dini : Dalam artinya kemampuan seorang anak yang


melebihi teman sebayanya ini mempunyai kesempatan untuk menggunakan
bakat dan talenta yang ia miliki lebih awal karena daya kognitif serta
kemampuan yang ia miliki sejak lahir membawa domain tertentu baginya.
11

✓ ·Belajar Menuruti Kemauan Mereka Sendiri : Lain halnya dengan anak


biasanya, anak – anak yang berbakat ini sangat memerlukan banyak
dukungan orang tuanya karena mereka anak gifted sangat mudah mencari
jalan keluar atas masalahnya sendiri yang masih melingkupi
kemampuannya. Namun, mungkin kemampuan mereka terbatas jika diluar
kemampuan mereka.
✓ Semangat untuk Menguasai : Anak yang berbakat ini sangat tertarik untuk
memahami bidang yang menjadi bakat mereka. Mereka memperlihatkan
minat besar dan obsesif dan kemampuan kuat fokus. Mereka mempunyai
motivasi internal yang kuat.

2. Studi Klasik

Lewis Terman (1925) telah memgamati sebagian anak yang


memiliki IQ diatas 150 lebih mendominasi menyelesaikan studinya
dibanding dengan memiliki IQ yang normal. Dari 672 wanita, dua per
tiganya lulus sarjana pada 1930’an dan seperempatnya masuk pasca sarjana.
Wanita berbakat dalam studi terman mereprentasikan kelompok yang
melewati masa kanak-kanak dan sebagian dari masa dewasa mereka.
Sebagai suatu kelompok, orang-orang berbakat dalam studi Terman
telah matang secara intelektual sebelum waktunya tetapi mereka tidak
mengalami gangguan emosional atau penyesuaian diri. Steven Ceci (1990)
mengatakan bahwa analisis terhadap perkembangan kelompok dalam studi
Terman menunjukkan sesuatu yang penting. Pada intinya, bukan IQ saja
yang membuat mereka sukses tetapi bakat juga menjadi salah satu
faktornya. Dan anak berbakat dapat sukses tidak harus selalu diiringi
kekayaan keluarganya.

3. Memahami Cara Mendidik Anak Berbakat

Menurut Herztog (1998): empat opsi dalam program untuk anak


berbakat antara lain :
12

1. Kelas Khusus, disebut juga program penarikan. Kelas ini biasanya


dilakukan di hari biasa atau bisa pada waktu akhir pekan yaitu hari Jumat
atau Sabtu, yang dilakukan untuk memperkaya atau memperdalam materi.
2. Kelas Akselerasi, bertujuan mempercepat subjek materi atau pemadatan
materi bagi anak agar dapat menyelesaikan 2 kelas dalam 1 tahun. Tetapi
program ini sering salah dalam penerapan-nya dan kurang ketat dalam tahap
seleksipenerapan-nya. Anak yang memiliki kecer dasan rata-rata, karena
mereka menuruti keinginan orang tua-nya selanjuttua-nya mengikuti jalur
ini, sehingga justru memberikan dampak yang kurang positif secara emosi
dan sosial karena me-maksakan diri untuk berada di ‘jalur’ ini.
3. Mentoring dan pelatihan. Program ini merupakan hal yang penting dan
jarang diterapkan. Anak yang memiliki kapasitas kognitif/intelektual yang
lebih maju setidaknya memiliki satu sub-bidang unggul yang menjadi
ketertarikannya. Pengenalan mentor sangat bermanfaat dan efektif untuk
mengakses, menantang dan memotivasi lebih jauh kapasitas anak. Seorang
ahli akan lebih mengerti betul tahap-tahap yang harus dicapai agar bakat ini
menjadi istimewa, yang terkadang orang tua, guru, atau psikolog kurang
mampu menangani hal ini. Menurut Kerr, Ambrose, Kanevsky, Cash,
Lohman, … Vantassel-baska (2014), 48 dari 96 peraih American Nobel
Laureates, menggunakan mentor untuk mangasah bakatnya.
4. Kerja atau studi pada program pelayanan masyarakat. Penekanan
pendidikan untuk anak gifted didasarkan pada basis persoalan yang dihadapi
masyarakat sekitar, melakukan proyek, menciptakan portofolio, dan berfikir
kritis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Anak yang tergolong memiliki ketidakmampuan dan gangguan adalah anak


yang memiliki kekurangan dibandingkan anak seusianya. Anak-anak ini
diklasifikasikan dalam beberapa jenis gangguan, antara lain adalah gangguan organ
indra, gangguan fisik, retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan
belajar, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), gangguan emosional dan
perilaku. Pelajar yang termasuk dalam anak-anak yang memiliki ketidakmampuan
ini dilindungi oleh hukum serta diberikan penempatan dan pelayanan oleh
pemerintah.

Sedangkan anak berbakat adalah anak yang memiliki keunggulan


dibandingkan anak seusianya. Anak-anak berbakat istimewa secara alami memiliki
karakteristik yang khas yang membedakannya dengan anak-anak normal.
Karakteristik ini mencakup beberapa domain penting, termasuk di dalamnya:
domain intelektual-koginitif, domain persepsi-emosi, domain motivasi dan nilai-
nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi sosial.

Anak - anak berbakat juga membutuhkan layanan tambahan, sama seperti


anak yang memiliki ketidakmampuan untuk perkembangan dan pengetahuan
lainnya melalui studi independen dengan anggota fakultas atau komunitas orang-
orang yang memiliki sumber daya. Namun, Sistem pendidikan saat ini belum bisa
mengakomodasi anak berbakat khusus atau gifted. Sekolah cenderung
menyeragamkan kemampuan anak tanpa melihat potensinya.
B. Saran
Pemerintah sebaiknya lebih banyak memberikan wadah sekolah khusus
untuk mengakomodasi anak berbakat khusus sama seperti yang dilakukan pada
anak yang memiki ketidakmampuan. Pola pengasuhan dan pendidikan anak yang
memiliki ketidakmampuan maupun anak berbakat khusus tidak bisa disamakan.
Tanpa kebebasan penuh untuk berpikir, mereka akan sulit menggali potensinya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Santrock, John W. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.


Nulangi, Tommy Mbenu. 2015
http://www.antaranews.com/berita/464852/menteri-anies--pendidikan-inklusif-
adalah-hak-anak-berkebutuhan-khusus 08 Desember 2014.

14

Anda mungkin juga menyukai