PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“Pelajar yang Tidak Biasa”
Disusun Oleh :
Irfan Nur Iman (23001430106)
Asmar (230014301011)
Nurul Hidayah (230014301020)
Nadira (230014301025)
1. Prof. Dr. Ir. H. Husain Syam, M.TP., IPU., ASEAN Eng. selaku Rektor
Universitas Negeri Makassar yang telah menerima kami menuntut ilmu di
Universitas Negeri Makassar.
2. Prof. Dr. Hamsu Abdul Gani, M.Pd. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Makassar yang selalu memberi kami dorongan semangat
dalam mengemban ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
3. Prof. Dr. Abdul Saman, M.Si, Kons dan Dr. Abdullah Sinring., M.Pd. selaku
Dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan ilmu
dan pengarahan yang sangat berarti kepada kami dalam proses perkuliahan serta
penyusuan makalah ini.
4. Rekan-rekan yang telah membantu hingga selesainya makalah ini.
i
Demikianlah makalah ini dibuat, semoga dapat bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan pembaca pada umumnya.
penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Gangguan penglihatan
Anak low vision dapat membaca buku dengan huruf besar-besar atau dengan
bantuan kaca pembesar.Anak yang “buta secara edukasional” tidak bisa
menggunakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan
pendengaran dan sentuhan untuk belajar.Banyak anak buta memiliki kecerdasan
normal dan berprestasi secara akademik apabila diberi dukungan dan bantuan
belajar yang tepat.
Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan
atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas (seperti sentuhan atau
pendengaran) untuk membantu anak belajar dengan baik. Salah satu persoalan
dalam pendidikan murid yang buta adalah rendahnya penggunaan huruf Braille
dan sedikitnya guru yang menguasai huruf braille dengan braille dengan baik.
2
3
b. Gangguan pendengaran
2. Gangguan/Ketidakmampuan Fisik
a. Gangguan Ortopedik
Gangguan ortopedik biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu
mengontrol gerak disebabkan terdapat masalah pada otot tulang maupun sendi.
Tingkat keparahan gangguan ini bervariasi. Gangguan ortopedik bisa disebabkan
oleh problem prenatal (dalam kandungan) atau perinatal (menjelang atau sesudah
kelahiran, dan bisa juga terjadi karena penyakit dan kecelakaan saat usia anak-anak.
Dengan bantuan alat adaptif dan teknologi pengobatan banyak anak yang menderita
gangguan ortopedik bisa berfungsi normal di kelas.
b. Cerebral Palsy
Cerebral palsy merupakan gangguan yang berupa lemahnya koordinasi
otot, tubuh sangat lemah dan bicaranya tidak jelas. Penyebab umum dari cerebral
4
palsy yaitu kekurangan oksigen saat kelahiran. Banyak anak yang menderita
cerebral palsy bicaranya tidak jelas. Untuk anak seperti ini, synthesizer suara dan
ucapan, papan komunikasi serta peralatan talking notes dan page turners dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi mereka.
c. Gangguan Kejang-Kejang
Jenis gangguan ini sering ditemui adalah epilesi, yaitu gangguan saraf yang
biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang. Anak
yang mengalami epilepsi biasanya dirawat dengan obat anti kejang yang biasanya
efektif dalam mengurangi gejala tapi tidak menghilangkan penyakitnya.anak yang
mengalami epilepsi biasanya dirawat obat anti kejang-kejang, yang biasanya efektif
dalam mengurangi gejala meski tidak menyembuhkan penyakitnya
3. Reterdasi Mental
Gangguan bicara dan bahasa antara lain masalah dalam berbicara (seperti
gangguan artikulasi, gangguan suara dan gangguan kefasihan bicara), dan problem
bahasa (seperti kesulitan menerima informasi dan mengekspresikan bahasa).
a. Gangguan Artikulasi
Gangguan artikulasi adalah problem dalam pengucapan suara secara
benar.Anak penderita problem artikulasi mungkin sulit
berkomunikasi dengan teman atau guru dan merasa malu. Akibatnya,
anak enggan bertanya, tidak mau berdiskusi atau berkomunikasi
dengan temannya.Problem artikulasi umumnya bisa diperbaiki
dengan terapi bicara.
b. Gangguan Suara
Gangguan suara tampak dalam ucapan yang tidak jelas, keras, terlalu
kencang, terlalu tinggi, atau terlalu rendah.
c. Gangguan Kefasihan
Gangguan kefasihan atau kelancaran bicara biasanya dinamakan
“gagap”.Kondisi ini terjadi ketika ucapan anak terbata-bata, jeda
panjang atau berulang-ulang.
d. Gangguan Bahasa
Gangguan bahasa adalah kerusakan signifikan dalam bahasa reseptif
atau bahasa ekspresif anak.Gangguan bahasa dapat menyebabkan
problem belajar serius.
Gangguan bahasa mencakup tiga kesulitan, antara lain:
✓ Kesulitan menyusun pertanyaan untuk memperoleh informasi
yang diharapkan.
✓ Kesulitan memahami dan mengikuti perintah lisan.
✓ Kesulitan mengikuti percakapan, terutama ketika percakapan
itu berlangsung cepat dan kompleks.
Ketidakmampuan untuk belajar sering kali mencakup kondisi yang bisa jadi
berupa adanya problem mendengar, berkonsentrasi, berbicara, membaca, menulis,
menalar, berhitung, atau problem interaksi sosial. Gangguan belajar sulit untuk
didiagnosis Ketidakmampuan untuk belajar sering kali mencakup kondisi yang bisa
jadi berupa adanya problem mendengar, berkonsentrasi, berbicara, membaca,
menulis, menalar, berhitung, atau problem interaksi sosial.Jadi, anak yang memiliki
masalah gangguan belajar boleh jadi memiliki profil yang berbeda-beda. Gangguan
belajar mungkin berhubungan dengan kondisi medis seperti fetal alcohol syndrom.
Gangguan belajar juga terjadi bersama dengan gangguan yang lainnya, seperti
gangguan komunikasi dan gangguan perilaku emosional.
a. Kurang perhatian.
Anak yang kurang perhatian (inattentive) sulit berkonsentrasi pada satu hal
dan mungkin cepat bosan mengerjakan tugas.
b. Hiperaktif
Anak hiperaktif menunjukkan level aktifitas fisik yang tinggi, hampir selalu
bergerak.
c. Impulsif.
Anak impulsif sulit mengendalikan reaksinya dan gampang bertindak tanpa
pikir panjang.
7
Gangguan perilaku dan emosional terdiri atas problem serius dan terus-
menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang
berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah dan juga berhubungan dengan
karakteristik sosioemosional yang tidak tepat.
Menteri Anies : pendidikan inklusif adalah hak anak berkebutuhan khusus. Dikutip
dari antaranews.com, 18 November 2014
"Hal itu akibat orang tua memiliki anak berkebutuhan khusus adalah aib, dengan
demikian pihaknya malu meiliki anak berkebutuhan khusus sehingga
disembunyikannya," kata Anies.
Gerakan inklusisf telah dimulai sejak tahun 2012 dan sampai saat ini
delapan provinsi menjadi provinsi pendidikan inklusif yaitu Kalimantan Selatan,
Aceh, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, Sulawesi
Tenggara, dan Sumatra Barat. Bali sebagai provinsi inklusif yang kesembilan.
Pihaknya mengakui, sejumlah isu yang masih menjadi kendala antara lain
minimnya sarana dan prasarana yang aksesibel, keterbatasan jumlah dan
kompetensi guru regular yang mampu melayani anak berkebutuhan khusus. Selain
itu belum adanya aturan kebijakan yang kongkrit bagi karier guru pembimbing
khusus (GPK).
C. Anak-anak Berbakat
Anak berbakat adalah seseorang yang memiliki kemampuan yang
superioritas atau seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi.
Terman yang menggunakan inteligensi sebagai kriteria tunggal untuk
mengidentifikasikan anak berbakat yaitu IQ 140. Konsep lain tentang keberbakatan
yang sampai sekarang banyak digunakan dalam mengidentifikasi siswa berbakat di
Indonesia adalah dari Renzulli, dkk (1981). Menurut definisi yang dikemukakan
Renzulli yang lebih dikenal dengan “The Three Ring Conception“ anak berbakat
merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang terdiri dari:
Kemampuan di atas rata-rata, kreativitas dan komitmen terhadap tugas yang tinggi.
Umumnya pada anak berbakat, prestasi belajarnya juga tinggi. Tapi dapat
pula ditemukan anak berbakat yang prestasinya tidak optimal bahkan sering kali
bermasalah. Prestasi yang kurang ini sering dianggap karena faktor motivasi dan
psikologis. Anak sering dianggap malas dan tidak bersungguh sungguh, dan sering
kali orangtua disalahkan karena tidak menerapkan disiplin. Banyak penelitian
menyebutkan, diantara anak berbakat tidak berprestasi karena mengalami kesulitan
yang terselubung .
internal. Dengan adanya minat atau ketertarikan dan kesempatan, anak akan
termotivasi. Jadi bila anak tertarik akan sesuatu dan terdapat kesempatan atau
tantangan yang sesuai, maka dia akan dapat berprestasi.
Dalam karakter anak berbakat Ellen Winner (1996) seorang ahli kreatifitas
dan anak berbakat memiliki 3 kriteria yang meliputi :
2. Studi Klasik
13
DAFTAR PUSTAKA
14