Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BIMBINGAN MURID BERKELAINAN

Mata Kuliah “BIMBINGAN KONSELING SD”

Dosen Pengampu:

Amalia Risqi Puspitaningtyas

Disusun Oleh:

Adi Wijaya

Ani Magfiro (202010063)

Nur Holisa (202010064)

Sitti Nur Choliza

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ABDURRACHMAN SALEH

SITUBONDO

2022-2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap kalimat syukur Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami,sehingga bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “Bimbingan Murid Berkelainan”.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa petunjuk kebenaran
kepada seluruh umat manusia dan kita harapkan syafaatnya di hari akhir kelak.

Dengan segala upaya dan keterbatasan keilmuan yang kami miliki,kami menyadari
dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dan bantuannya kepada kami.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta tidak lepas
dari kesalahan dan kekhilafan,baik dari segi penulisan atau dari segi materi. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran terhadap kekurangan demi kesempurnaan lebih lanjut.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi penulis dan para pembaca.

Situbondo, 15 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................2

1.4 Manfaat Masalah.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Pengertian Manajement Kesiswaan................................................................3

2.2 Fungsi Manajement Kesiswaan......................................................................5

2.3 Tujuan Manajemen Manajement Kesiswaan..................................................5

2.4 Manfaat Manajement Kesiswaan...................................................................8

BAB III PENUTUP.................................................................................................9

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Semua anak, baik normal maupun tuna ( berkelainan ) memiliki kesempatan sama
di dalam hal pendidikan dan pengajaran. Namun harus diakui bahwa anak yang
mengalami ketunaan memiliki berbagai hambatan dan kelainan dalam kondisi fisik dan
psikisnya sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan perilaku dan
kehidupannya. Anak luar biasa diasumsikan berkaitan dengan kondisi jasmani maupun
rohani yang berkelainan dibanding anak normal. Oleh karena itu, anak digolongkan luar
biasa apabila anak itu tidak masuk pada kategori sebagai anak normal baik fisik, mental,
maupun intelegensiannya. Permasalahan mendasar bagi anak-anak luar biasa, biasanya
ditunjukkan dengan perilakunya ketika melakukan aktivitas bersama dengan anak-anak
normal pada umumnya. Karakteristik spesifik student with special needs pada umumnya
berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut
meliputi tingkat perkembangan sensorimotor, kognitif, kemampuan berbahasa,
ketrampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi sosial, serta kreativitasnya. Untuk
mengetahui secara jelas tentang karakteristik dari setiap siswa, guru terlebih dahulu
melakukan skrining atau asesmen agar mengetahui secara jelas mengenai kompetensi diri
peserta didik bersangkutan. Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik
berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut
memiliki kemampuan berkaitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat
setiap anak dalam beberapa aspek yang meliputi kemarnpuan berpikir, melihat,
mendengar, berbicara, dan cara bersosialisasi. Hal-hal tersebut diarahkan pada
keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku ke arah
pendewasaan. Model bimbingan terhadap peserta didik berkebutuhan khusus difokuskan
terhadap perilaku nonadaptif atau perilaku menyimpang sebelum mereka melakukan
kegiatan program pembelajaran individual.
1.2  Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik murid berkelainan?
2. Apa faktor yang menyebabkan murid berkelainan tersebut?
3. Bagaimanakah teknik bimbingan bagi anak berkelainan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui karakteristik murid berkelainan.
2. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan murid berkelainan.
3. Untuk mengetahui teknik bimbingan bagi anak berkelainan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karateristik setiap jenis murid berkelainan

2.1.1 Karakteristik anak berkelainan fisik

1. Tuna Netra
Karakteristik Tuna Netra, yaitu:

a. Dilihat dari segi fisik


Keadaan fisik anak tuna netra tidak berbeda dengan anak sebaya lainnya.
Perbedaan nyata diantaranya hanya terdapat pada organ penglihatannya. Gejala
tuna netra yang dapat diamati secara fisik antara lain: mata juling, sering
berkedip, menyipitkan mata kelopak mata merah, gerakan mata tak beraturan
dan cepat, serta mata selalu berair.
b. Dilihat dari perilaku
 Beberapa gejala tingkah laku pada anak yang mengalami gangguan
penglihatan dini antara lain: sering berkedip, menyipitkan mata, tidak
dapat melihat benda-benda yang terlihat jauh.
 Adanya keluhan-keluhan antara lain: mata gatal, panas, pusing, kabur
dan penglihatan ganda.
c. Dilihat dari psikisnya
 Mental/intelektual tidak berbeda jauh dengan anak normal.
Kecenderungan IQ anak tuna netra ada pada batas atas sampai batas
bawah.
 Kadang kala ada keluarga yang belum siap menerima anggota keluarga
yang tuna netra sehingga menimbulkan ketegangan/kegelisahan
diantara keluarga. Seorang tuna netra biasanya mengalami hambatan
kepribadian seperti curiga terhadap orang lain, perasaan tersinggung dan
ketergantungan yang berlebihan.
Karakteristik anak tuna netra juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

 Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang


normal.
 Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.
 Posisi mata sulit dikendalikan
 Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan
penglihatan.

2. Tuna Rungu

Untuk kepentingan pendidikan ketunarunguan dapat diklasifkasikan sebagai


berikut:

 Tingkat I : Kehilangan kemampuan mendengar antara 35 sampai 54 dB,


penderita hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar
secara khusus.
 Tingkat II: Kehilangan kemampuan mendengar antara 55 sampai 69 dB,
penderitanya kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara
khusus.
 Tingkat III: Kehilangan kemampuan mendengar antara 70 sampai 89 dB.
 Tingkat IV: kehilangan kemampuan mendengar 90 dB keatas.

Anak yang kehilangan kemampuan mendengar dari tingkat III sampai tingkat
IV pada hakikatnya memerlukan pelayanan pendidikan khusus ( Andreas Dwi
Josumarjo dalam T.s Somantri, 1996)

Beberapa karakteristik khas tuna rungu, diantaranya:

 Fisik, kesan lahiriyah tidak menampakkan adanya kelainan pada anak. Cara
berjalannya kaku dan sedikit membungku,pernafasanya pendek dan tidak
teratur, cara melihatnya agak beringas.
 Kemampuan akademik, sama dengan anak normal pada umumnya, namum
dalam berbahasa miskin kosa kata, serta sulit mengungkapkan ungkapan.
 Motorik, memiliki keseimbangan motorik yang kurang baik.
 Sosial-emosional, perasaan curiga yang berlebihan dan mudah resinggung.
3. Tuna Daksa
Tuna daksa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
 Kesadaran yang dibawa sejak lahir atau kesusahan yang merupakan keturunan,
diantaranya meliputi:
a. Kaki seperti tongkat (club-foot)
b. Tangan seperti tongkat (club-hand)
c. Jari yang lebih dari lima pada masing-masing tangan atau kaki
(polydactylism)
d. Kerdil/pendek sekali (cretinism)
e. Kepala kecil tidak normal (myrocephalus)
f. Kepala besar karena berisi cairan (hydrocephalus)
 Kerusakan pada waktu kelahiran, yang meliputi:
a. Kerusakan pada syaraf lengan akibat tekanan atau tarikan waktu kelahiran
(Erb’siswa palsy)
b. Tulang rapuh dan mudah patah (fragiritas osium)
 Infeksi meliputi:
a. Tearkolonis tulang (menyerang sendi paha sehingga menjadi kaku)
b. Osteomylitis (radang didalam dan disekeliling sumsum tulang karena
bakteri)
c. Poliomyelitis (infeksi virus yang menyebabkan kelumpuhan)
 Kondisi traumatik atau kesusahan traumatik akibat:
a. Amputasi, dan
b. Kecelakaan akibat luka bakar.
 Tumor: oxostosis (lemah tulang)

Beberapa karakteristik anak tuna daksa, diantaranya:

 Fisik, jelas menampakkan adanya kelainan fisik maupun motorik, seperti


kaku, lumpuh, gerakan-gerakan tidak dapat dikendalikan, gerakan ritmis
dan gangguan keseimbangan.
 Kemampuan akademik untuk tuna daksa ringan sama dengan anak normal
pada umumnya sedangkan untuk tuna daksa berat terutama bagi anak yang
mengalami gangguan neuromuscular, disertai dengan keterbelakangan
mental.
 Kemampua berbicara tidak jelas dan sulit diterima oleh orang lain.
 Motorik, mengalami gangguan motorik kasar maupun motorik halus.
 Sosial-emosional, cenderung merasa rendah diri (minder) dalam pergaulan,
suka menyendiri, mudah tersinggung.

2.1.2 Karakteristik anak berkelainan mental-emosional

1. Tuna Grahita

Berdasarkan berat ringannya kelainan dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Mampu didik
Mampu didik merupakan istilah untuk mengelompokkan tuna grahita ringan.
Kemampuan maksimalnya setara dengan anak usia 12 tahun atau kelas 6 SD,
apabila mendapat pelayanan dan bimbingan belajar yang sesuai maka anak
mampu didik dapat lulus sekolah dasar. Tuna grahira mampu didik umumnya
tidak disertai dengan kelainan fisik baik sensori maupun motoris, sehingga
kesan lahiriah anak mampu didik sama dengan anak normal sebayanya.
b. Mampu latih
Tuna grahita mampu latih secara fisik sering memiliki kelainan fisik baik
sensori maupun motoris, bahkan hampir semua anak yang memiliki kelainan
dengan tipe klinik masuk dalam kelompok mampu latih sehingga sangan
muudah untuk mendeteksi anak mampu latih, karena penampilan fisiknya
berbeda dengan anak normal sebaya. Anak mampu latih kemamuan
tertingginya setara dengan anak normal usia 8 tahun (kelas 2 SD).anak mampu
latih tidak dapat mengikuti pelajaran yang bersifat akademik walaupun secara
sederhana seperti membaca, menulis, dan berhitung. Mereka hanya mampu
dilatih dalam keterampilan mengurus diri sendiri dan aktivitas keidupan
sehari-hari.
c. Perlu rawat
Adalah klasifikasi anak tuna grahita yang paling berat, istilah kedokterannya
disebut idiot. Memiliki kapasitas intelegensi dibawah 25 dan sudah tidak
mampu dilatih keterampilan, hanya mampu dilatih pembiasaan (conditioning)
dalam kehidupan sehari-hari. Seumur hidupnya tidak dapat lepas dari orang
lain.

Anda mungkin juga menyukai