Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Adi Wijaya
SITUBONDO
2022-2023
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap kalimat syukur Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami,sehingga bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “Bimbingan Murid Berkelainan”.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa petunjuk kebenaran
kepada seluruh umat manusia dan kita harapkan syafaatnya di hari akhir kelak.
Dengan segala upaya dan keterbatasan keilmuan yang kami miliki,kami menyadari
dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dan bantuannya kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta tidak lepas
dari kesalahan dan kekhilafan,baik dari segi penulisan atau dari segi materi. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran terhadap kekurangan demi kesempurnaan lebih lanjut.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi penulis dan para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
Semua anak, baik normal maupun tuna ( berkelainan ) memiliki kesempatan sama
di dalam hal pendidikan dan pengajaran. Namun harus diakui bahwa anak yang
mengalami ketunaan memiliki berbagai hambatan dan kelainan dalam kondisi fisik dan
psikisnya sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan perilaku dan
kehidupannya. Anak luar biasa diasumsikan berkaitan dengan kondisi jasmani maupun
rohani yang berkelainan dibanding anak normal. Oleh karena itu, anak digolongkan luar
biasa apabila anak itu tidak masuk pada kategori sebagai anak normal baik fisik, mental,
maupun intelegensiannya. Permasalahan mendasar bagi anak-anak luar biasa, biasanya
ditunjukkan dengan perilakunya ketika melakukan aktivitas bersama dengan anak-anak
normal pada umumnya. Karakteristik spesifik student with special needs pada umumnya
berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut
meliputi tingkat perkembangan sensorimotor, kognitif, kemampuan berbahasa,
ketrampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi sosial, serta kreativitasnya. Untuk
mengetahui secara jelas tentang karakteristik dari setiap siswa, guru terlebih dahulu
melakukan skrining atau asesmen agar mengetahui secara jelas mengenai kompetensi diri
peserta didik bersangkutan. Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik
berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut
memiliki kemampuan berkaitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat
setiap anak dalam beberapa aspek yang meliputi kemarnpuan berpikir, melihat,
mendengar, berbicara, dan cara bersosialisasi. Hal-hal tersebut diarahkan pada
keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku ke arah
pendewasaan. Model bimbingan terhadap peserta didik berkebutuhan khusus difokuskan
terhadap perilaku nonadaptif atau perilaku menyimpang sebelum mereka melakukan
kegiatan program pembelajaran individual.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik murid berkelainan?
2. Apa faktor yang menyebabkan murid berkelainan tersebut?
3. Bagaimanakah teknik bimbingan bagi anak berkelainan?
1. Tuna Netra
Karakteristik Tuna Netra, yaitu:
2. Tuna Rungu
Anak yang kehilangan kemampuan mendengar dari tingkat III sampai tingkat
IV pada hakikatnya memerlukan pelayanan pendidikan khusus ( Andreas Dwi
Josumarjo dalam T.s Somantri, 1996)
Fisik, kesan lahiriyah tidak menampakkan adanya kelainan pada anak. Cara
berjalannya kaku dan sedikit membungku,pernafasanya pendek dan tidak
teratur, cara melihatnya agak beringas.
Kemampuan akademik, sama dengan anak normal pada umumnya, namum
dalam berbahasa miskin kosa kata, serta sulit mengungkapkan ungkapan.
Motorik, memiliki keseimbangan motorik yang kurang baik.
Sosial-emosional, perasaan curiga yang berlebihan dan mudah resinggung.
3. Tuna Daksa
Tuna daksa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kesadaran yang dibawa sejak lahir atau kesusahan yang merupakan keturunan,
diantaranya meliputi:
a. Kaki seperti tongkat (club-foot)
b. Tangan seperti tongkat (club-hand)
c. Jari yang lebih dari lima pada masing-masing tangan atau kaki
(polydactylism)
d. Kerdil/pendek sekali (cretinism)
e. Kepala kecil tidak normal (myrocephalus)
f. Kepala besar karena berisi cairan (hydrocephalus)
Kerusakan pada waktu kelahiran, yang meliputi:
a. Kerusakan pada syaraf lengan akibat tekanan atau tarikan waktu kelahiran
(Erb’siswa palsy)
b. Tulang rapuh dan mudah patah (fragiritas osium)
Infeksi meliputi:
a. Tearkolonis tulang (menyerang sendi paha sehingga menjadi kaku)
b. Osteomylitis (radang didalam dan disekeliling sumsum tulang karena
bakteri)
c. Poliomyelitis (infeksi virus yang menyebabkan kelumpuhan)
Kondisi traumatik atau kesusahan traumatik akibat:
a. Amputasi, dan
b. Kecelakaan akibat luka bakar.
Tumor: oxostosis (lemah tulang)
1. Tuna Grahita
a. Mampu didik
Mampu didik merupakan istilah untuk mengelompokkan tuna grahita ringan.
Kemampuan maksimalnya setara dengan anak usia 12 tahun atau kelas 6 SD,
apabila mendapat pelayanan dan bimbingan belajar yang sesuai maka anak
mampu didik dapat lulus sekolah dasar. Tuna grahira mampu didik umumnya
tidak disertai dengan kelainan fisik baik sensori maupun motoris, sehingga
kesan lahiriah anak mampu didik sama dengan anak normal sebayanya.
b. Mampu latih
Tuna grahita mampu latih secara fisik sering memiliki kelainan fisik baik
sensori maupun motoris, bahkan hampir semua anak yang memiliki kelainan
dengan tipe klinik masuk dalam kelompok mampu latih sehingga sangan
muudah untuk mendeteksi anak mampu latih, karena penampilan fisiknya
berbeda dengan anak normal sebaya. Anak mampu latih kemamuan
tertingginya setara dengan anak normal usia 8 tahun (kelas 2 SD).anak mampu
latih tidak dapat mengikuti pelajaran yang bersifat akademik walaupun secara
sederhana seperti membaca, menulis, dan berhitung. Mereka hanya mampu
dilatih dalam keterampilan mengurus diri sendiri dan aktivitas keidupan
sehari-hari.
c. Perlu rawat
Adalah klasifikasi anak tuna grahita yang paling berat, istilah kedokterannya
disebut idiot. Memiliki kapasitas intelegensi dibawah 25 dan sudah tidak
mampu dilatih keterampilan, hanya mampu dilatih pembiasaan (conditioning)
dalam kehidupan sehari-hari. Seumur hidupnya tidak dapat lepas dari orang
lain.