Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

“GANGGUAN PENDENGARAN”

OLEH :

R4A KEPERAWATAN (KELOMPOK IV)

FATRIA (201901007)

MUTHIARA ANDINI (201901021)

NABILA PRATIWI (209101022)

NUR INTAN KHAIRUNNISAA (201901027)

SAKINA W (201901030)

SRI INDRIYANI (201901035)

PRODI S1 NERS
UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini.Makalah ini disusun sebagai tugas kuliah dan usaha
kami dalam meningkatkan wawasan tentang ‘MAKALAH ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN’
Kami berharap makalah ini dapat digunakan sebaik- baiknya. Setiap
pembahasannya kami uraikan dengan rinci agar mudah dalam memahaminya.
Kami berusaha agar makalah ini dapat dipahami bersama. Semoga melalui
makalah ini kita dapat memperluas wawasan kita .
Kami sadari bahwa makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Walaupun kami telah berusaha dengan maksimal dan mencurahkan segala pikiran,
kemampuan yang kami miliki. Makalah kami masih banyak kekurangan baik dari
segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunannya. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi tercapainya
kesempurnaan.
Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan teman-teman, semoga
makalah sederhana ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Palu, September 20, 2022

Penuyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................

A. Pengertian gangguan pendengaran.................................................................


B. Etiologi gangguan pendengaran.....................................................................
C. Klasifikasi gangguan pendengaran................................................................
D. Tanda dan Gejala............................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................

A. Pengkajian Keperawatan................................................................................
B. Diagnose Keperawatan...................................................................................
C. Intervensi Keperawatan..................................................................................

BAB IV PENUTUP...................................................................................................

A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO gangguan pendengaran adalah salah satu dari enam
kontributor penyakit yang menjadi beban di Negara industri bersama dengan
penyakit iskemik,depresi. Gangguan pendengaran menjadi masalah terpenting
yang ada di masyakarat luas,karena bukan hanya pada populasi orang tua saja
namun pada dewasa muda pun terjadi peningkatan akibat banyaknya panjaran
suara keras di waktu-waktu luang (Zahnert,2011).
Jumlah orang lanjut usia (Lansia) di Indonesia saat ini sekitar 27,1 juta
orang atau hampir 10ribu total penduduk. Keperawatan gerontik adalah suatu
bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat atau teknik
keperawatan yang bersifat komprehensif terdiri dari bio, psiko, sosio, spiritual,
dan holistik, yang ditujukan pada klien lansia, baik sehat maupun sakit pada
tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. 

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian gangguan pendengaran?
2. Apa penyebab gangguan pendengaran?
3. Bagaimana klasifikasi gangguan pendengaran?
4. Apa saja tanda dan gejala pada gangguan pendengaran?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
pendengaran?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian gangguan pendengaran!
2. Mengetahui penyebab gangguan pendengaran!
3. Mengetahui klasifikasi gangguan pendengaran!
4. Mengetahui saja tanda dan gejala pada gangguan pendengaran!
5. Mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
pendengaran!
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gangguan Pendengaran
Secara terminology ,gangguan pendengaran diartikan sebagai penurunan
kemampuan untuk mendengar pada cakupan yang luas,tingkatan dapat dimulai
dari gangguan pendengaran secara subektif maupun sampai tuli total.
Gangguan pendengaran dapat disebabkan akiat gangguan konduksi suara ke
telinga bagian dalam,persepsi suara oleh sel sensori pada telinga,atau proses
suara pada saraf koklear,saluran pendengaran,pusat pendengaeran di organ
corti. Jadi kesimpulan dari pernyataan diatas gangguan pendengaran adalah
suatu masalah yang timbul karena penurunan fungsi organ pendengaran.
Terjadi dimulai dari tingkatan awal sampai fase tidak bias mendengar apa-apa
atau tuli total.
Presbiskusis merupakan gangguan pendengaran yang diakibatkan oleh
proses degenerasi, diduga menurunnya fungsi pendengaran secara berangsur
merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor herediter, metabolisme,
arteriosklerosis, infeksi, bising, atau bersifat multifactor (Suwento, 2012).
Presbiskusis umumnya terjadi pada frekuensi tinggi dengan pemeriksaan
audiometri nada murni terlihat penurunan pendengaran tipe sensorineural
bilateral yang simetris (Wibowo dkk,2010). Proses degenerasi menyebabkan
perubahan struktur dari koklea dan N.VIII. Adanya atrofi dan degenerasi dari
sel-sel rambut penunjang pada organ corti merupakan perubahan yang terjadi
pada koklea. Stria vaskularis juga mengalami atrofi disertai dengan perubahan
vaskular. Selain itu sel ganglion, sel saraf, dan myelin akson saraf mengalami
penurunan jumlah dan ukuran dari sel-selnya (Suwento, 2012).
Keluhan utama dari presbiskusis adalah penurunan pendengaran secara
perlahan, progresif dan simetris pada kedua telinga. Selain itu, terdapat telinga
berdenging nada tinggi, mendengar suatu percakapan namun sulit untuk
memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat disertai tempat dengan
latar belakang suara yang bising (Suwento,2012). Usia lanjut dengan keluhan
presbiskusis akan mengalami berbagai permasalahan seperti penurunan
interaksi dengan masyarakat, perasaan terisolasi, depresi, menarik diri, dan
membatasi kemampuan dalam mengerjakan aktivitas sehari-hari akibat
terganggunya proses komunikasi (Wibowo dkk, 2010)

B. Etiologi Gangguan Pendengaran


Umunnya diketahuai bahwa presbikusis merupakan aibat dari proses
degenerasi. Kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan faktor-faktor
herediter,pola makan,metabolisme,arteriosclerosis,infeksi,bising,gaya hidup.
Mempunya fungsi pendengaran merupakan efek kumulatif dari factor-faktor
tersebut. Pada saat gangguan pendengaran meningkay,pengelihatan biasanya
digunakan sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi gerakan mulut. Seringkali
individu dengan gangguan pendengaran meminta mengulangi apa yang belum
di denganya secara jelas,kesalahan dalam menjawab pertanyaan yang salah
didengar,dan beribacara dengan suara yang sangat keras. (Kemker,2011)
Biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Progesitifas penurunan
pendengaran dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamiin pada laki-laki lebih cepat
dibandingkan dengan perempuan karena,laki-laki kebnyakan factor merokok
yang dapat menjad salah satu penyebab dari masalah tersebut.

C. Klasifikasi Gangguan Pendengaran


Klasifikasi gangguan pendengaran berdasarkan audiometri nada murni
menurut WHO, klasifikasi yang umum basanyaa dipakai dalam klinis
berdasarkan pengukuran audiometri nada murni,topografi,dan fungsinonal
adalah tuli konduktif,tuli sensorineural,dan tuli sentral (Zahnert,2011).
1. Klasifikasi Gangguan Pendengarn menurut WHO berdasarkan nilai
a. 0 (Tidak ada gangguan) 10-25 Db
Tidak ada atau sangat sedikit gangguan pendengaran. Masih dapat
mendengar suara bisikan.
b. 1 (Gangguan sedikit) 26-40 Db
Dapat mendengr dan mengulangi kata percakapan suara normal jaral 1
meter
c. 2(Gangguan sedang) 41-60 Db
Dapat mendengar dan mengulangi kata dengan menggunakan nada
tinggi jarak 1 meter.
d. 3 (Gangguan berat) 61-80 dB
Dapat mendengar beberapa kata dengan diteriaki ke telinga yang baik.
e. 4 (Gangguan sangat berat) 81 dB atau lebih besar
Tidak dapat mendengar dan mengerti walaupun sudah diteriaki dengan
nada tinggi
D. Tanda dan Gejala

E. . Berkurangnya
pendengaran secara
perlahan dan progresif
perlahan pada kedua
telinga dan
F. tidak disadari oleh
penderita
G. 2. Suara-suara terdengar
seperti bergumam,
sehingga mereka sulit
untuk mengerti
pembicaraan
H. 3. Sulit mendengar
pembicaraan di sekitarnya,
terutama jika berada di
tempat dengan latar
I.belakang suara yang ramai
J.4. Suara berfrekuensi
rendah, seperti suara laki-
laki, lebih mudah didengar
daripada suara
K. berfrekuensi tinggi
L. 5. Bila intensitas suara
ditingikan akan timbul rasa
nyeri di telinga
M. 6. Telinga terdengar
berdenging (tinitus)
N. . Berkurangnya
pendengaran secara
perlahan dan progresif
perlahan pada kedua
telinga dan
O. tidak disadari oleh
penderita
P. 2. Suara-suara terdengar
seperti bergumam,
sehingga mereka sulit
untuk mengerti
pembicaraan
Q. 3. Sulit mendengar
pembicaraan di sekitarnya,
terutama jika berada di
tempat dengan latar
R. belakang suara yang
ramai
S. 4. Suara berfrekuensi
rendah, seperti suara laki-
laki, lebih mudah didengar
daripada suara
T. berfrekuensi tinggi
U. 5. Bila intensitas suara
ditingikan akan timbul rasa
nyeri di telinga
V. 6. Telinga terdengar
berdenging (tinitus)
1. Berkurangnya pendengaran secara perlahan dan progresif perlahan pada
kedua telinga dan tidak disadari oleh penderita
2. Suara-suara terdengar seperti bergumam, sehingga mereka sulit untuk
mengerti pembicaraan
3. Sulit mendengar pembicaraan di sekitarnya, terutama jika berada di tempat
dengan latar belakang suara yang ramai
4. Suara berfrekuensi rendah, seperti suara laki-laki, lebih mudah didengar
daripada suara berfrekuensi tinggi
5. Bila intensitas suara ditingikan akan timbul rasa nyeri di telinga
6. Telinga terdengar berdenging (tinitus)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan pada lansia untuk memberikan bantuan, bimbingan,
pengawasan, perlindungan, dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu
maupun kelompok, seperti di rumah/lingkungan keluarga, panti werda maupun
puskesmas, dan di rumah sakit yang diberikan oleh perawat. Pendekatan yang
digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian (Assesment),
merumuskan diagnosis keperawatan (nursing diagnosis), merencanakan tindakan
keperawatan (nursing intervention), melaksanakan tindakan keperawatan
(implementation), dan melakukan penilaian atau evaluasi (evaluation) (Sunaryo,
dkk, 2016).
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Perawat perlu melakukan pengkajian secara lengkap dan menyeluruh dalam
memberikan asuhan keperawatan pada lansia (komprehensif geriatric
assessment).
Pengkajian tersebut meliputi pengkajian biopsikososial, pengkajian
kondisi fisik, pengkajian psikologis, status nutrisi, dan interaksi diantara hal-
hal tersebut. Pengkajian secara komprehensif/paripurna pada lansia ini bersifat
holistic; meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual; pada lingkup kuratif,
rehabilitative, promotive, preventif; pengkajian status fungsional; pengkajian
status psiko-kognitif; pengkajian asset keluarga klien sosial (Sunaryo, dkk,
2016).
1. Anamnesis
a. Identitas klien
Sebelum melakukan anamnesis, pastikan bahwa identitas sesuai
dengan catatan medis. Perawat hendaknya memperkenalkan diri,
sehingga terbentuk hubungan yang baik dan saling percaya yang akan
mendasari hubungan terapeutik selanjutnya antara perawat dan klien
dalam asuhan keperawatan. Untuk itu, format pengkajian yang
digunakan adalah format pengkajian pada lansia yang dikembangkan
minimal terdiri atas: data dasar (identitas, alamat, usia, pendidikan,
pekerjaan, agama, dan suku bangsa) (Sunaryo,dkk, 2016)
b. Privasi
Klien yang berhadapan dengan perawat, pastikan anamnesis
dilakukan di tempat yang tertutup dan kerahasiaan klien terjaga.
c. Pendamping
Hal ini dibutuhkan untuk menghindari hal-hal yang mungkin
kurang baik untuk klien dan perawat ketika klien berlainan jenis
kelamin. Selain itu, pendamping klien dapat membantu memperjelas
informasi yang dibutuhkan, terutama klien lansia yang sulit di ajak
berkomunikasi (Sunaryo, dkk,2016).

Pengkajian menurut (Brunner&Suddarth,2001) dalam Padila (2012) :

2. Keluhan Utama
Klien biasanya sulit mendengarkan suara dari kejauhan
3. Riwayat Kesehatan
Kronologi gangguan pendengaran yaitu faktor degeneratif yang muncul
pada lansia. Biasanya mengeluh sulit untuk mendengarkan suara,sulit
merespons stimulus yang berkaitan dengan audiotori.
4. Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji adanya riwayat penyakit DM, hipertensi, kelainan
jantung.Riwayat penyakit yang lalu seperti riwayat penyakit
musculoskeletal sebelumnya riwayat pekerjaan yang dapat berhubungan
dengan penyakit tertentu, penggunaan obat, riwayat mengkonsumsi alkohol
dan merokok.
5. Riwayat penyakit sekarang
Kronologi gangguan pendengaran yaitu faktor degeneratif yang
muncul pada lansia. Biasanya mengeluh sulit untuk mendengarkan
suara,sulit merespons stimulus yang berkaitan dengan audiotori.
6. Pengkajian psikososial dan spiritual
a. Psikologi : biasanya mengalami peningkatan stress
b. Sosial : cenderung menarik diri dari lingkungan
c. Spiritual : kaji agama terlebih dahulu, dan bagaimana cara pasien
menjalankan ibadah menurut agamanya
7. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
a. Kebutuhan nutrisi
1) Makan : Kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan kaya
protein)
2) Minum : Kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)
b. Kebutuhan eliminasi
1) BAK : Frekuensi, jumlah, warna, bau
2) BAB :Frekuensi, jumlah, warna, bau
c. Kebutuhan aktivitas Biasanya klien kurang atau tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum dan tanda-tanda vital :
1) Tekanan darah : 110-80 mmHg
2) Suhu : 36,5-37,5°C
3) Nadi : 60-100x/menit
4) Respirasi :12-20x/menit

b. Pemeriksaan fisik menurut Doenges (2014) sebagai berikut :

1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital : hipertensi, frekuensi nadi dapat


bervariasi karena ketidak efektifan fungsi/ keadaaan jantung,
penurunan kesadaran.
2) Kepala : apakah ada lesi atau tidak,nyeri atau tidak,simetris atau tidak
3) Muka : simetris atau tidak,adanya nyeri atau tidak
4) Mata : gangguan penglihatan, penglihatan menurun seperti buta total,
kehilangan daya lihat sebagian, penglihatan ganda.
5) Hidung : gangguan pada penciuman,adany benjolan tatau tidak
6) Telinga : terdapat gangguan pendengaran,terdapat serumen,lakukan
tes bisik,melakukan tes audiometri pada pasien.
7) Mulut dan faring : nafsu makan hilang, muntah selama fase
peningkatan TIK, ketidakmampuan menelan, kehilangan sensasi rasa.
8) Leher : frekuensi nadi dapat bervariasi karena ketidakefektifan
fungsi/keadaan jantung.
9) Pemeriksaan thoraks Inspeksi : bentuk dada simetris Perkusi : resonan
Palpasi : vocal premitus simetris antara kana dan kiri Auskultasi :
suara nafas terdengar ronki
10) Abdomen Inspeksi : terdapat pernafasan perut Auskultasi : bising usus
normal Perkusi : timpani Palpasi : distensi abdomen (distensi kandung
kemih berlebihan)
11) Pemeriksaan integumen : turgor kulit kembal < 3 detik.
12) Pemeriksaan ekstermitas bawah : gangguan tonus otot, paralistik
hemiplagia dan terjadi kelemahan umum. Hilangnya rangsangan
sensoris kontra lateral (adanya sisi tubuh yang berlawanan/pada
ekstermitas dan kadang pada satu sisi) pada wajah. Tingkah laku tidak
stabil.
13) Pemeriksaan genetalia : terdapat inkontentinesia urin atau tidak.
14) Pemeriksaan neurologis : terdapat gangguan fungsi nervus I-XII serta
adanya hemiplegi kanan atau kiri.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penyebutan sekelompok petunjuk yang
didapat selama fase pengkajian. Definisi istilah diagnosis keperawatan yang
diakui oleh North American Nursing Diagnosis Associations saat ini adalah
salah satu penilaian klien tentang respon individu, keluarga, atau komunitas
terhadap masalah kesehatan atauproses kehidupan yang actual dan potensial.
1. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan pendengaran (D.0119)
2. Gangguan interaksi social b.d Disfungsi system keluarga
3.
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara mendalam,
tahap yang sistematis dari proses keperawata n meliputi kegiatan pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah. Langkah-langkah dalam membuat
perencanaan meliputi : prioritas urutan diagnosis keperawatan, penetapan
tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, menentukan intervensi keperawatan
yang tepat dan pengembangan rencana asuhan keperawatan (Asmadi, 2008).
Fokus diagnosa yang akan dikaji adalah persepsi sensori : pendengaran.
Intervensi menurut Nursing Interventions Classification adalah sebagai berikut
ini :

NO TUJUAN/
DIAGNOSA KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1 Gangguan Setelah dilakukan Tindakan: Observasi
komunikasi perawatan …x… - Periksa kemampuan
verbal b.d tujuan komunikasi pendengaran
gangguan verbal meningkat - Monitor akumulasi
pendengaran dengan kriteria hasil: serumen berlebihan
(D.0119) 1. Kemampuan - Identifikasi metode
berbicara meningkat komunikasi yang
Definisi: 2. Kemampuan disukai pasien
penurunan, mendengar (mis. Lisan, tulisan,
perlambatan, meningkat Gerakan bibir, nahasa
atau ketiadaan 3. Kesesuaian ekspresi isyarat)
kemampuan wajah/tubuh Terapeutik:
untuk meningkat - Gunakan bahas
menerima, 4. Kontak mata sederhana
memproses, meningkat - Gunakan Bahasa
mengirim, dan isyarat jika perlu
atau - Verifikasi apa yang
menggunakan dikatakan atau
sistem symbol. ditulis pasien
- Fasilitasi
Gejala dan tanda: penggunaan alat
Ds: - bantu dengar
Do: - Berhadapan dengan
- Tidak dapat pasien secara
berbicara atau langsung selama
mendengar berkomunikasi
- Menunjukkan - Pertahankan kontak
respon tidak mata selama
sesuai komunikasi
- Hindari merokok,
mengunyah
makanan atau
permen karet, dan
menutup mulut saat
bicara
- Hindari kebisingan
saat berkomunikasi
- Hindari
berkomunikasi lebih
dari 1 meter dari
pasien
- Lakukan irigasi
telinga, jika perlu
- Pertahankan
kebersihan telinga
Edukasi :
- Anjirkan
menyampaikan
pesan dengan isyarat
- Ajarkan cara
membersihkan
serumen dengan
tepat
2 Gangguan Setelah dilakukan Modifikasi perilaku
interaksi social perawatan …x… keterampilan social
b.d Disfungsi tujuan gangguan Tindakan :
system keluarga interaksi sosial Observasi
Definisi : dengan kriteria hasil: - Identifikasi
Kuantitas - Perasaan penyebab kurangnya
dan/atau kualitas nyaman dengan keterampilan social
hubungan social situasi social - Identifikasi focus
yang kurang atau meningkat pelatihan
berlebih - Perasaan keterampilan social
mudah Terapeutik
Ds : menerima atau - Motivasi untuk
- Merasa mengkomunika melatih keterampilan
tidak sikan perasaan social
nyaman meningkat - Berikan umpan balik
dengan - Responsi pada posotif (mis. Pujian
situasi orang lain atau penghargaan)
social meningkat terhadap
- Merasa - Perasaan kemampuan
sulit tertarik pada sosialisasi
menerima orang lain - Libatkan keluaraga
atau meningkat selama Latihan
mengkom keterampilan social,
unikasika jika perlu
n Edukasi
perasaan - Jelaskan tujuan
DO : melatih keterampilan
- Kurang social
responsiv - Jelaskan respon dan
e atau kosnekuensi
tertarik keterampilan social
dengan - Anjurkan
yang lain mengungkapkan
- Tidak perasaan akibat
berminat masalah yang alami
melakuka - Edukasi keluarga
n kontak untuk dukungan
emosi keterampilan social
dan fisik - Latih keterampilan
social secara
bertahap
3

BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan

Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai


lanjutnya usia. Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di
organ corti berupa hilangnya sel epitel syaraf yang di mulai pada usia
pertengahan

Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. fenonema


tersebut sebagai suatu penyakitsimetris bilateral pada pendengaran yang
berkembang secara progresif lambat terutama memengaruhinada tinggi
dan dihubungkan dengan penuaan. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi
berbagai faktoryang telah diteliti adalah: nutrisi, faktor dan
arteriosklerosis. Penurunan pendengaran terutama berupasensorineural,
tetapi juga dapat berupa komponen konduksi yang berkaitan dengan
presbiskusis.Diduga kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan
faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis,
infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi
pendengaran secara berangsur merupakan efek kumulatif dari pengaruh
faktor-faktor tersebut diatas.

2. Saran

Dari asuhan keperawatan pada lansia di atas, dapat diketahui bahwa pada
lansia yang mengalami gangguan pendengaran mempunyai banyak tanda
dan gejala, salah satunya yaitu faktor usia. Semoga asuhan keperawatan ini
dapat memberikan informasi kepada lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Suwento R, Hendramin H. 2012. Gangguan pendengaran pada geriatri. Dalam:


Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku ajar
kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala & leher. Jakarta: Badan
Penerbit FK UI. hlm. 36-8.

OKTAVIA MAHMUDAH, A. L. F. I. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERSEPSI
SENSORI: PENDENGARAN (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo).

Zahnert T. 2011. The differential diagnosis of hearing loss. Dtsch Arztebl Int.
108(25):433-44.Diaskes tgl 10 oktober 2019 dari :
https://books.google.co.id

Anda mungkin juga menyukai