Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN

Gangguan Pendengaran Anak (Tuli)


Dosen pengampu : Ns. Jikrun Jaata S.kep. M.kep

Disusun oleh :

NAMA: NIM:

Dewi pratiwi putri manggopa 019090100

Marsel rendi bolang 019090100

Moh. Risky barael 019090100

Novianti biya 01909010078

Olivia margaretha wongkar 019090100

Salsabila simbala 019090100

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA


KOTAMOBAGU

T.A 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Segala puji dan Syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan Rahmat dan
hidayah-Nya, segingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang
Asuhan keperawatan gangguan pendengaran pada anak (Tuli) ini dengan
baik.Makalah ini dipergunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan
anak di Institut Kesehatan Dan Teknologi Graha Medika Kotamobagu.Oleh
karena itu, kami sangat memerlukan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk menyempurnakan makalah ini.

Penulis mengharapkan dengan adanya makalah ini dapat memeprluas wawasan


kita tentang Asuhan Keperawatan gangguan pendengaran pada anak
(Tuli).Semoga makalah ini menjdi lebih bermanfaat untuk para mahasiswa pada
umumnya dan untuk teman sejawat keperawatan pada khususnya.

Wassalamuallaikum wr.wb
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………

DAFTAR ISI………………………………………………………………....

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………....

A. Latar Belakang………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….
C. Tujuan…………………………………………………………………
D. Manfaat………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………….

A. Definisi………………………………………………………………..
B. Etiologi………………………………………………………………..
C. Patofisiologi…………………………………………………………..
D. Manifestasi klinis…………………………………………………….
E. Penatalaksanaan medis……………………………………………….

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………….

A. Diagnosa Keperawatan……………………………………………….
B. Intervensi keperawatan……………………………………………….

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………

A. Kesimpulan…………………………………………………………..
B. Saran…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan secara parsial atau total
untuk mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Pembagian
berdasarkan tingkat berat pembagiannya yaitu mulai dari gangguan
pendengaran ringan (20-39Db),gangguan pendengaran sedang (40-
69Db),dan gangguan pendengan berat (70-89Db).
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi dari gangguan pendengaran (tuli) ?
2. Apa penyebab dari gangguan pendengaran (tuli) ?
3. Bagaimana perjalalan dari gangguan pendengaran (tuli) ?
4. Apa saja gejala klinis dari gangguan pendengaran (tuli) ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk menetukan (tuli) ?
6. Apa saja diagnosa keperawatan gangguan pendengaran (tuli) ?
7. Bagaimana pathway dari gangguan pendengaran (tuli) ?
C. Tujuan
Tujuan dalam penyususnan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami tentang konsep dasar penyakit gangguan pendengaran atau tuli
dan asuhan keperawatn yang benar pada pasien dengan gangguan
pendengaran atau tuli.
D. Manfaat
Dapat mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan yang benar pada klien
dengan gangguan pendengaran atau tuli yang meliputi
pengkajian,daignosa keperawatan,intervensi,dan evaluasi keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Gangguan pendengaran atau tuli merupakan salah satu masalah
yang cukup serius dan banyak terjadi diseluruh negara di dunia.
Gangguan pendengaran adalah ilangnya kemampuan untuk mendengar
bunyi dalam cakupan frekuensi yang normal untuk didengar
(beatrice,2013).
Gangguan pendengaran dapat mengenai satu atau dua telinga
sehingga penderitanya kesulitan mendengar percakapan (WHO 2015)
Gangguan pendengaran pada bayi dan anak kadang-kadang disertai
dengan keterblakangan mental,gangguan emosional dan gangguan
perkembangan. Umumnya,bayi atau anak yang mengalami gangguan
pendengaran lebih dulu diketahui keluarganya karena keterlambatan
bicaranya. Diperkirakan 0.5-1% bayi baru lahir per seribu
kelahiran,menderita kehilangan pendengaran atau tuli syaraf pada
kedua telinga dengan derajat sedang sampai berat dan menetap. Angka
ini diperkirakan meningkat sampai 1,5-2% perseribu anak umur
dibawah 6 thun. Awal mula kehilangan pendengaran dapat terjadi
setiap saat selama massa bayi.
B. Etiologi
Pada masa sebelum lahir dan setelah lahir disebabkan faktor
genetik dan non-genetik.Diperkirakan 50% kasus gangguan
pendengaran pada anak derajat sedang sampai berat ditentukan secara
genetik.
1. Gangguan pendengan genetik bawaan dapat disertai kelainan lain
atau merupakan bagian dari sindrom. Gangguan pendengaran dapat
terjadi bersama dengan kelainan bawaan telinga luar dan
mata,gangguan metabolik,tulang dan otot,kulit,ginjal,dan sistem
saraf. Anak dengan orang tua penderita ketulian keturunan juga
beresiko menderita gangguan pendengaran.
2. Penyebab gangguan pendengaran sebelum lahir non-genetik terjadi
pada masa kehamilan terutama pada 3 bulan pertama kehamilan.
Setiap gangguan atau kelahiran yang terjadi pada massa tersebut
dapat menyebabkan ketulian pada anak,seperti kekurangan zat
gizi,infeksi bakteri maupun virus yang sering kali berakibat buruk
pada bayi yang akan dilahirkan toksoplasmosis,rubela
sitomegolovirus, herpes, dan sipilis. Dan setelah itu infeksi virus
lainnya seperi campak dan parotitits juga dapat menyebabkan
ketulian.
3. Beberapa keadaan yang dialami bayi pada saat lahir juga
merupakan faktor resiko terganggunya pendengaran atau ketulian
seperti lahir prematur yaitu umur kehamilan kurang dari 37
minggu,berat badan lahir rendah dan kurang dari 1500gr,tindakan
dengan alat pada proses klahiran (ekstrasi vakum,vorsep)
hiperbillirubinemia dan aviksia berat atau lahir tidak menangis.
Bayi dengan 3 macam faktor resiko tersebut mempunyai
kecenderungan ketulian 63kali lebih besar dibandingkan bayi yang
tidak punya resiko itu. Pada bayi baru lahir yang dirawat diruang
insentif,resiko mengalami resiko ketulian 10 kli lipat dibanding
bayi normal. Biasanya jenis ketulian yang terjadi akibat vaktor
sebelum dan setelah lahir ini adalah tuli syaraf dengan derata
ketulian umumnya berat atau sangat berat pada kedua telinga.
Gangguan pendengaran dapat berdampak besar pada
perkembangan bayi dan anak. Semakin awal gangguan dikenal
hasilnya semakin baik,dengan identivikasi awal melalui skrining
sangat dianjurkan. Namun sayang untuk melakukan deteksi dini
pada seluruh bayi relatif sulit karna butuh waktu lama biaya
besar.Karna itu, program scrining sebaikknya diprioritaskan pada
bayi dan anak yang beresiko tinggi terhadap gangguan
pendengaran.
C. Patofisiologi
Otosklerosis sangat kompleks.Lokasi lesi sangat multivokal di
area-area endokondral tulang temporal. Secara histologis proses
otokslerosis dibagi menjadi 3 fase,fase otosspongiosis (fase awal),fase
transisional dan otokslerosis (fase lanjut),tapi secara klinis dibagi dua
fase otospongiosis dan otoslerosis.
Pada awalnya terjadi proses spongiosis (fase hipervaskulerisasi)
pada fase ini terjadi aktivitas dari sel-sel osteosist,osteoblas dan
histiosit yang meyebabkan gambaran Sponge akitivitas osteosit akan
meresobsi jaringan tulang disekitar pembuluh darah yang akan
mengakibatkan sekunder vasodilatasi. Pada pemeriksaan otoskopi akan
tampak gambaran schwartze sign. Aktivitas osteosit yang meningkat
akan mengurangi jaringan kolagen sehingga tampak gambaran
spongiosis.
Pada fase selanjutnya terjadi proses sklerosis,yang terjadi jika
osteoklas secara perlahan diganti oleh osteoblas sehungga terjadi
perubahan densitas sklerotik pada tempat-tenpat yang mengalami
spongiosis. Jika proses ini terjadi pada foramenovaledi dekat kaki
stapes,maka kaki stapes akan menjadi kaku dan terjadinya tuli
konduksis. Hal ini terjadi karena vikasasi kaki stapes akan
menyebabkan gangguan gerakan stapes sehingga transmisi gelomang
suara ketelinga tengah (koplingosikole) terganggu. Jika foramen ovale
juga mengalami sklerotik maka tekanan gelombang suara menuju
telinga dalam (akustikkopling) juga terganggu.
Pada fase lanjut tuli koduksi bisa menjadi tuli sensorineural yang
disebabkan karena obliterasi pada struktur sensorineural anatara koklea
dan ligamentumspirale.Hal tersebut bisa juga disebabkan oleh
kerusakan outerhaircell yang disebabkan oleh pelepasan enzim
hidrolitik pada lesi-lesi spongiosis ketelinga dalam. Masuknya bahan
metabolik ketelinga dalam,menurunya faskularisasi dan penyebaran
sklerosis secara langsung ketelinga dalam yang menghasilkan
perubahan kadar elektrolit dan perubahan biomekanik dari membran
basiler juga menjadi penyebab terjadinta tuli sensorineoral bagian yang
sering terkena adalah anterior dari foramen ovaledekat fissula sebelum
fenestrum ovale. Jika bagian anterior stapes dan posterior kaki stapes
terkena disebut viksasi bipolar.Jika hanya kaki stapes saja disebut
biscuit footplate.Jika kaki stapes dan ligamen anurale terkena disebut
oblitrasi otoskleorosis.
D. Manifestasi Klinis
Gangguan pendengaran pada bayi sangat sulit diketahui oleh orang
tua. Biasanya,hanya pada ketulian berat yang terjadi pada kedua
telinga yang mampu dicurigai oleh orang tua,sedangkan pada ketulian
sedang dan ringan,sangat jarang. Jika gangguan pendengan diketahui
sejak dini dan diterapi sebelum usia 6 bulan, maka pada usia 3 tahun
anak akan mempunyai kemampuan berbahasa normal dibandingkan
yang baru diterapi setelah usia 6 bulan.
Bayi baru lahir yang kemungkinan tinggi punya gangguan
pendengaran dianntaranya :
1. Ada riwayat keluarga yang punya gangguan menetap
2. Kelainan bentuk telinga,wajah,dan kepala
3. Infeksi pada kehamilan
toskoplasmosis,rubella,cytomegolovirus,herpes dan sifillis
(torchs)
4. Berat lahir kurang dari 1500gr
5. Bayi-bayi yang keadannya mengharuskan perawat dirumah
sakit
E. Penatalaksanaan Medis
Mayoritas penatalaksanaan otoskleorosis ditujuakan untuk
memperbaiki gangguan pendengeran.Hanya sebagain kecil yang
disertai dengan gangguan festibuler yang membutuhkan penangan
yang lebih spesifik sesuai kausanya.
1. Medikamentosa
Walau saat ini sudah jarang dipakai tapi sodium fluoride
masih bisa dipakai untuk terapi suportif ion-ion fluoride akan
menggantikan hydroxyl radical yang normal sehingga
terbentuk fluroapatic complex. Yang lebih stabil dibandingkan
hydroxypatite cristal. Fluroapatitecomplex kan menghambat
aktivitas osteoklas dan hal ini dibuktikan dengan pemeriksaan
histologis. Disamping, penggunaan fluoride juga bisa
menghambat progresivitas otosklerosis.
Dosis sodium fluoride antara 20-120mg/hari. Evaluasi
keberhasilan bisa dilihat dari hilangnya gambaran schwartze
sign,kestabilan pendengaran,perbaikan scan dikapsul otik.
Efek samping terapi sangat ringan misalnya berupa gejala
gastrointenstinal seperti mual muntah yang bisa dihindari
dengan penurunan dosis atau dengan pemeberian kapsul
selaput.Pada penderita otoskleorosis yang mendapatkan terapi
ini 80% didapatkan perbaikan keluhan dan tidak memburuknya
progresifitas keluhan. 10,12
2. Alat pembantu mendengar
Biasanya digunakan pada stadium lanjut otosklerosis yang
tidak memenuhi indikasi untuk operasi misalnya pada
otosklerosis dengan tuli sensorineural dimana sudah didapatkan
kerusakan di koklea yang prognose keberhasilan operasinya
kecil sekali.Pada kasus ini dianjurkan untuk penggunaan alat
pembantu mendengar atau penggunaan BAHA (bone anchored
hearing aid) bisa unilateral atau bilateral.Sedangkan pada kasus
ini dengan tuli sensorineural sereve atau profound bilateral
dianjurkan untuk pemasangan koklear implan.
3. Pembedahan
Mayoritas penderita lebih memilih tindakan operasi untuk
pelaksanaan otosklerosis. Angka keberhasilan operasi cukup
baik lebih dari 90% penderita mendapatkan perbaikan
pendengaran dengan air bone gap kurang dari 10dB. Prosedur
operasi hanya membutuhkan waktu satu hari bisa dengan local
anastesi atau general anastesi. Rata-rata operasi dapat selesai
dalam 45-60 menit. Dengan veint graft untuk menutup
vestibulum sehingga tidak terjadi kebocoran endolimf. Stapes
diganti dengan prosthesis dari polietilen. Ada beberapa
modifikasi stapedektomi dengan penggunaan draft dari jaringan
lemak atau jaringan ikat dan penggunaan prosthesis dari kawat
besi atau dengan menggunakan gelatin sponge untuk menutup
vestibulum.
Operasi sebaiknya dilakukan pada satu telinga setiap kali
operasi, telinga yang gangguan pendengarannya lebih jelek
didahulukan. Operasi yang kedua baru dilaksanakan jika
operasi yang pertama berhasil dan hasilnya permanen. Operasi
yang kedua sebaiknya 3-12 bulan setelah operasi pertama.
Setelah operasi penderita harus tetap control untuk
mengevaluasi efek samping yang terjadi terutama kemungkinan
terjadinya koklear sklerosis. Ada beberapa komplikasi yang
mungkin terjadi baik durante operasi atau post operasi.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan perfusi sensori b.d
2. Hambatan komunikasi verbal b.d
3. Hambatan interaksi sosial b.d
4. Gangguan citra tubuh b.d

B. Intervensi Keperawatan

NO. DX KEP NOC NIC


1. Hambatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3.a PENINGKATAN
1x24 jam NOC : KOMUNIKASI :
komunikasi
- Komunikasi mengekspresikan KURANG
verbal b.d PENDENGARAN
1. Menggunaka 3.1 Lakukan atau atur
n bahasa pengkajian dan skrining
lisan : vokal rutin terkait dengan fungsi
2. Kejelasan pendengaran
berbicara 3.2 Gunakan suara yang
3. Mengarahkan rendah dan lebih dalam
pesan pada ketika berbicara
penerima 3.3 Bantu pasien atau
yang tepat keluarga untuk memperoleh
Ket : perangkat dan alat bantu
1 : sangat terganggu pendengaran
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
5 : tidak terganggu

2. Hambatan NOC: ADAPTASI TERHADAP NIC:PENINGKATAN


DISABILITAS FISIK KOMUNIKASI: KURANG
interaksi
NO INDIKATOR IR ER PENDENGARAN.
sosial b.d 1. Menyampaikan 1.1. Monitor akumulasi
secara lisan serum yang berlebih
kempampuan 1.2. Bersihkan serum
untuk dengan menggunakan
memyesuaikan ujung kain lap yang
terhadap dipelintir sambil
disabilitas menurunkan daun
2. Beradaptasi telinga
terhadap 1.3. Gunakan gerakan
keterbatasan tubuh bila diperlukan
secara fungsional 1.4. Tahan diri untuk
3. Menggunakan berteriak pada pasien
strategi untuk 1.5. Lepaskan dan
mengurangi stres masukan alat bantu
yang dengar dengan benar
eberhubungan
dengan disabilitas
4. Menggunakan
sumber-sumber
komunikasi
5. Menggunakan
sistem dukungan
personal
6. Melaporkan
peningkatan
dalam
kenyamanan
pisikologis
Keterangan:
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Dilakukan secara konsisten
3. Hambatan NOC: STATUS KENYAMANA FISIK. Teknik menenangkan: 1.1.
NO INDIKATOR IR ER berada di sisi klien 1.2.
rasa nyaman
1. Sesak nafas yakinkan keselamatan dan
b.d keamanan klien
2. Perasaan sulit
1.3 peluk dan beri
bernafas
kenyamanan pada bayi
3. Nyeri otot
1.4. siapkan dot untuk
4. Mual
bayi atau anak dengan
5. Muntah tepat
6. Konstipasi 1.5. instruksikan pada klien
Keterangan : teknik menenangkan pada
1. Berat bayi (misalnya bicay=ra
2. Cukup berat pada bayi,memegang
3. Sedang pinggang bayi,memegang
4. Ringan lengan,memeluk dan
5. Tidak ada menggoyangkan tubuh
bayi)
4. Gangguan NOC: Citra tubuh 5.A.Peingkatan citra
citra tubuh b.d NO INDIKATOR IR ER tubuh
1. Gambaran 5.1.Tentukan harapan citra
internatal diri diri sendiri pasien
2. Kesesuaian antara didasarkan pada tahap
realitas tubuh dan perkembangan
ideal dengan 5.2.Gunakan bimbingan
penampilan antisipasif menyiapkan
Deskripsi bagian pasien terkait dengan
3.
tubuh yang terkena perubahan-perubahan citra
(dampak) tubuh yang telah
Sikap terhadap prediksikan
menyentuh bagian
4. 5.3.Tentukan jika terdapat
tubuh yang terkena
perasaan tidak suka
(dampak)
terhadap karakteristik
Kepuasan dengan
khusus yang menciptakan
penampilan tubuh
disfungsi paralisis sosial
untuk remaja dan
kelompokkan dengan risiko
Ket : tinggi orang lain
1.Tidak pernah positif
2.jarang positif
3.kadang-kadang positif
4.sering positif
5.konsisten positif
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan pendengaran atau tuli merupakan salah satu masalah
yang cukup serius dan banyak terjadi diseluruh negara di dunia. Gangguan
pendengaran adalah ilangnya kemampuan untuk mendengar bunyi dalam
cakupan frekuensi yang normal untuk didengar.
Gangguan pendengaran pada bayi dan anak kadang-kadang disertai
dengan keterblakangan mental,gangguan emosional dan gangguan
perkembangan.
B. Saran
1. Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan program yang
mengajarkan tentang Asuhan Keperawatan tentang Gangguan
pendengaran (TULI).
2. Pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan Asuhan
Keperawatan tentang Gangguan pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scrib.com/document/410543923/Asuhan-Keperawatan-Tuli-Pada-Anak

Anda mungkin juga menyukai