LAPORAN PBL
KELOMPOK 11B
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
Kata Pengantar
Kata Sulit
- TIDAK ADA
Kata Kunci
- Anak perempuan 10 tahun
- Keluhan keluar cairan pada telinga kanan sejak 3 hari yang lalu
- Penurun pendengaran ada, rasa pusing berputar tidak ada
- Telinga kiri normal
Pertanyaan
1. Bagaimana fisiologi pendengaran secara normal?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan penurunan pendengaran dan bagaimana
patofisiologi penurunan pendengaran?
3. Struktur apa yang mengalami gangguan terkait skenario?
4. Bagaimana patomekanisme keluarnya cairan dari dalam telinga dan apa
hubungannya dengan riwayat penurunan pendengaran pada pasien?
5. Bagaimana langkah-langkah diagnosis terkait skenario?
6. Apa saja diagnosis banding terkait skenario?
7. Bagaimana upaya preventif terkait skenario?
8. Bagaimana perspektif islam terkait skenario?
Jawaban
Suwento Ronny. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
& Leher. 2012. Balai Penerbit FK Universitas Indonesia : Jakarta
Anastasiadou, Sofia, Al Khalili, Yasir. 2020. Hearing Loss. .
[https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542323/]
Telinga manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar (outer ear),
telinga tengah (middle ear), dan yang terakhir telinga bagian dalam (inner ear).
Perhatikan ilustrasi anatomi telinga berdasarkan tiga bagiannya berikut ini.
Gambar 1: AnatomiTelinga
Ada tiga saraf sensori pada membra timpani, yaitu saraf auriculotemporal,
saraf arnold, dan cabang saraf timpanik. Pada permukaan dalam membran
timpani terdapat rantai tulang yang bergerak disebut ossicles, yaitu malleus
(palu), incus (landasan), stapes (sanggurdi). Unsur-unsur tulang ini berfungsi
untuk menghantarkan dan memperkuat gelombang suara hingga 10 kali lebih
kuat dari udara ke perilymph telinga dalam.
Selain itu, terdapat saluran eustachius yang menghubungkan telinga
tengah dengan bagian hulu kerongkongan dan hidung (nasofaring). Fungsinya
untuk menyamakan tekanan udara dengan gerakan buka tutup. Otot penting
yang terdapat di telinga tengah meliputi otot stapedius dan tendon tensor
tympani.
Bagian horizontal saraf wajah melintasi rongga timpani. Oleh karena itu,
bila terjadi kelumpuhan pada saraf atau otot wajah akan menyebabkan
ketajaman suara terhalang dan kerusakan pada telinga bagian dalam.
Membran Timpani
Tuba Auditiva
Tuba auditiva dapat disebut juga dengan tuba eustachii yang
menghubungkan dari dinding anterior kavum timpani ke posterior, anterior dan
medial sampai ke nasofaring. Bagian ini terdiri dari tulang pada spertiga bagian
posterior dan kartilago pada dua pertiga bagian anteriornya. Tuba ini berfungsi
sebagai penyeimbang tekanan udara dalam kavum timpani dengan nasofaring.
Referensi: Bradfor, alina. Ears: Fact, Function and Disease. Live Science. 2016-
04-07T18:47:00Z
Meyerhoff WL, Carter JB. Anatomy and physiology of hearing. In: Meyerhoff
WL eds. Diagnosis and management of hearing loss. Philadelphia: WB
Saunders, 1984: 1 -12.
http://repository.unimus.ac.id/1497/4/BAB%20II.pdf
Referensi: Dhillon, R. S., 2013. C. A. Ear, Nose and Throat and Head and Neck
Surgery. Elsevier. 4th Edition
1. Kongenital
2. Kelainan anatomi
4. Trauma
5. Benda asing/cerumen
6. Ototoksis
7. Degenerasi
8. Noise induce
9. Neoplasma
- Sejak kapan.
Sekitar telinga :
- Auskultasi
Menilai adakah bising di sekitar liang telinga. Tes Pendengaran meliputi :
1. Tes Bisik (whispered voice test)
Tes bisik dipergunakan untuk skrining adanya gangguan pendengaran
dan membedakan tuli hantaran dengan tuli sensorineural.
2. Tes Penala/Garputala
Bertujuan untuk menilai ada tidaknya gangguan pendengaran (tuli/
hearing loss) dan membedakan tuli hantaran (conductive hearing loss)
dan tuli sensorineural (sensorineural hearing loss). Tes penala
meliputi:
a) Tes Rinne : Tes Rinne berguna untuk membandingkan hantaran
udara dan hantaran tulang, sehingga membantu menegakkan
diagnosis tuli hantaran (conductive hearing loss).
b) Tes Weber : dilakukan setelah tes Rinne, bertujuan untuk
membedakan tuli hantaran dan tuli sensorineural.
c) Tes Swabach : Garputala digetarkan, tangkai garputala diletakkan
pada prosesus mastoideus penderita sampai tidak terdengar bunyi.
Kemudian tangkai garputala segera dipindahkan pada prosesus
mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal.
c. Pemeriksaan Penunjang :
1. Elektrokokleagraf digunakan untuk mengukuraktivitas koklea dan
saraf pendengaran. Kadang pemeriksaan ini bisa membantu
menentukan penyebab dari penurunan fungsi pendengaran
sensorineural.
2. Timpanometri adalah pemeriksaan telinga yang berguna untuk
menentukan keadaan di telinga tengah. Dengan pemeriksaan ini dapat
diketahui adanya cairan ditelinga tengah, adanya kekakuan tulang-
tulang pendengaran, tekanan negative di telinga tengah.
3. Audiometri adalah pemeriksaan penurunan daya dengar dengan
menggunakan suatu alat eletrik untuk pemeriksaan kemampuan daya
dengar baik yang disebabkan oleh gangguan dari lingkungan kerja
bising maupun yang disebabkan oleh penyakit atau pertambahan usia.
4. CT-Scan Temporal
5. Diskriminasi
Epidemiologi
Etiologi
Otitis media akut bisa disebabkan oleh bakteri dan virus. Bakteri yang
paling sering ditemukan adalah Streptococcus pneumaniae, diikuti oleh
Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis, Streptococcus grup A, dan
Staphylococcus aureus. Beberapa mikroorganisme lain yang jarang ditemukan
adalah Mycoplasma pneumaniae, Chlamydia pneumaniae, dan Clamydia
tracomatis.
Broides et al menemukan prevalensi bakteri penyebab OMA adalah
H.influenza 48%, S.pneumoniae 42,9%, M.catarrhalis 4,8%, Streptococcus
grup A 4,3% pada pasien usia dibawah 5 tahun pada tahun 1995-2006 di
Negev, Israil. Sedangkan Titisari menemukan bakteri penyebab OMA pada
pasien yang berobat di RSCM dan RSAB Harapan Kita Jakarta pada bulan
Agustus 2004 – Februari 2005 yaitu S.aureus 78,3%, S.pneumoniae 13%, dan
H.influenza 8,7%.20 Virus terdeteksi pada sekret pernafasan pada 40-90%
anak dengan OMA, dan terdeteksi pada 20-48% cairan telinga tengah anak
dengan OMA.
Virus yang sering sebagai penyebab OMA adalah respiratory syncytial
virus. Selain itu bisa disebabkan virus parainfluenza (tipe 1,2, dan 3),
influenza A dan B, rinovirus, adenovirus, enterovirus, dan koronavirus.
Penyebab yang jarang yaitu sitomegalovirus dan herpes simpleks. Infeksi bisa
disebabkan oleh virus sendiri atau kombinasi dengan bakteri lain.
Patofisiologi
Klasifikasi
Manifestasi Klinis
Gejala otitis media akut yang paling sering adalah kemerahan pada
membran timpani sebanyak 52,8% episode dan sakit pada telinga dilaporkan
sebanyak 48,4% episode. Keluarnya cairan dari telinga dilaporkan sebanyak
14,4% episode. Orang dewasa dengan otitis media akut biasanya terdapat sakit
telinga yang mendadak, tetapi pada anak-anak yang belum bisa bicara
biasanya ditandai dengan memegang telinga, menangis berlebih, demam,
perubahan kebiasaan dan pola tidur . Anak dengan OMA umumnya dibawa
oleh orang tuanya dengan keluhan – keluhan seperti demam, gelisah,
menangis, iritabilitas, dan letargi. Walaupun demikian, demam yang
merupakan tanda inflamasi dan infeksi sering tidak muncul pada neonatus dan
bayi muda, sehingga bayi tersebut sering dianggap tidak mengalami OMA.
Pada anak yang lebih tua, demam juga sering tidak muncul, namun anak
menjadi gelisah atau lemah disertai manifestasi gangguan pencernaan, seperti
anoreksia, mual, muntah, dan diare. Beberapa keluhan tambahan lain yang
dialami seorang anak yang mengalami OMA juga dilaporkan muncul,
walaupun lebih sering pada anak yang lebih besar, seperti otalgia, sakit
kepala, hipoaktif atau inatentif, batuk, rhinitis, gangguan pencernaan, dan
kongesti sinus.
Diagnosis
Komplikasi
Referensi:
Etiologi
a. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang
paling umum disebabkan oleh Pseudomonas, Staphylococus, Proteus
atau jamur.
b. Perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal atau bersifat
asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun
c. Trauma dari membersihkan telinga dengan kuku jari atau cotton bud,
berenang, penyakit kulit seperti eksim dan dermatitis seboroik,
penggunaan alat bantu dengar ataupun headset, dan sumbatan
serumen.
Epidemiologi
Patomekanisme
Diagnosis
a. Anamnesis
Ditemukan keluhan berupa rasa gatal pada telinga, sekret serous
dan/atau purulen, tinnitus, nyeri tekan pada daun telinga, rasa nyeri
pada telinga saat mengunyah, dan rasa penuh.
b. Pemeriksaan Fisik
Ada secret kental mukoid sampai dengan pus di liang telinga luar
Mukosa hiperemi dan oedem sehingga liang telinga luar sempit
sampai dengan terbentuk jaringan granulasi.
Bisa timbul pembesaran kelenjar getah bening di daerah pre dan
post aurikuler.
Membran timpani biasanya normal.
Penatalaksanaan
a. Non medikamentosa
Edukasi untuk menjaga higienitas pribadi dan keluarga dan
mengurangi kebiasaan seringnya mengorek-korek telinga.
b. Medikanetosa
Cuci liang telinga dengan cairan hydrogen peroksida (H2O2) 3%
atau larutan NaCl fisiologis.
Antibiotik tetes telinga yang mengandung kortikosteroid atau
tampon yang diberi salep antibiotika. Bila terdapat perforasi pada
membrane timpani jangan diberi obat tetes telinga atau salep
yang bersifat ototoksik seperti golongan Khloramfenikol dan
gentamisin.
Bila terdapat granulasi yang tidak hilang dengan cara konservatif
maka perlu dilakukan tindakan kuretase atau ekstirpasi
Prognosis
Dewi, Yussy Afriani. 2020. West Java Othorhinoloaryngology Head and Neck
Surgery Update on Daily and Emergency Setting. PERHATI-KL. Hal: 47
Rahman , Andi Nurkamila Putri. 2017. Insiden Otitis Eksterna di Rumah Sakit
Mitra Husada Makassar Periode Juni 2015-Juni 2016. Fakultas Kedokteran.
Universitas Hasanuddin
Sedjati, Monica Lie. Dkk. Pola Kuman Penyabab Otitis Eksterna dan Uji
kepekaan Antibiotik di Poliklinik THT-KL BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado Periode November-Desember 2013. bagian THT-BKL. Fakultas
Kedokteran. universitas Sam Ratulangi
Epidemiologi :
Etiologi :
Patofisiologi :
Gejala :
Gejalanya adalah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar
bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan
longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan
perikondrium. Rasa nyeridapat juga timbul spontan pada waktu membuka
mulut (sendi temporomandibula).Selain itu terdapat juga gangguan
pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbatliang telinga.
Diagnosis :
Terapi :
Komplikasi :
Referensi: Olusanya, B.O., Davis, A.C., Hoffman, H.J. (2020). Hearing loss:
Rising Prevalence and Impact. Bull World Health Organ, 98(2), pp. 148.
Löhler, et al. (2019). Hearing Impairment in Old Age. Dtsch Arztebl Int.,
116(17), pp. 301–310.
c. Tafsir Quran Surat Al-A’raf Ayat 179. Dan sungguh Kami telah
menciptakan banyak manusia dan jin untuk mengisi Neraka Jahanam.
Karena Kami mengetahui bahwa mereka akan melakukan apa yang
dilakukan oleh para penghuni Neraka. Mereka mempunyai hati tetapi
tidak mau menggunakannya untuk memahami apa yang bermanfaat dan
apa yang berbahaya bagi mereka. Mereka mempunyai mata tetapi
mereka tidak mau menggunakannya untuk melihat tanda-tanda
kekuasaan Allah yang ada di di dalam diri mereka dan yang ada di alam
semesta untuk dijadikan sebagai pelajaran. Dan mereka mempunyai
telinga tetapi mereka tidak mau menggunakannya untuk mendengar
ayat-ayat Allah kemudian merenungkan apa yang terkandung di
dalamnya. Mereka itu seperti binatang ternak yang tidak mempunyai
akal, bahkan mereka lebih sesat dari binatang ternak. Mereka itu adalah
orang-orang yang tidak mau beriman kepada Allah dan hari akhir.
Referensi:https://tafsirweb.com/2633-quran-surat-al-araf-ayat-179.html