FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
Disusun Oleh:
Irwan, S.Ked
(12 18 777 14 330)
Pembimbing :
dr. Bastiana, M.Kes, Sp. THT-KL
PENDAHULUAN
Proses penuaan merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dicegah
dimana semua individu berharap akan menjalani hidupnya dengan tenang, damai,
serta menikmati sisa hidupnya bersama sanak dan saudaranya. Namun pada usia
lanjut, seseorang akan mengalami perubahan dari berbagai aspek dalam hidupnya,
baik dari aspek fisik, kognitif, bahkan kehidupan psikososialnyapun akan berubah.
Hal tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup dari usia lanjut. Ketidakmampuan
mendengar akibat ganggguan pendengaran akan berefek terhadap fungsi-fungsi
organ dari suatu individu. Perubahan fungsi tersebut akan mempengaruhi kualitas
hidup dari seseorang.2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Anatomi Telinga
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membrane
timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjangnya kira-kira 2 ½ - 3 cm.3
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat
pada seluruh kulit liang telinga. 3
Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai
kelenjar serumen. 3
Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat
dari arah liamg telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang
telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membrane
Sharapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membrane
propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar
ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam
dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran
napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi ditengah, yaitu
lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin
yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada
bagian dalam. 3
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane
timpani disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya
(cone of light) ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri
dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Reflek cahaya (cone of light)
ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani. Di membran
timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang
menyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut itu. Secara
klinis reflek cahaya ini dinilai, misalnya bila letak reflek cahaya mendatar,
berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius.3
Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah
dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di
umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan
serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.3
Bila melakukan miringotomi atau parasen- tesis, dibuat insisi di bagian
bawah belakang membran timpani, sesuai dengan arah serabut membran
timpani. Di daerah ini tidak terdapat tulang pendengaran. Di dalam telinga
tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang ter- susun dari luar ke
dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes.3
Tulang pendengaran di dalam telinga te- ngah saling berhubungan.
Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat
pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap
lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang
pendengaran merupakan persendian.3
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini
terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah
dengan antrum mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah
yang menghubungkan daerah naso- faring dengan telinga tengah.3
Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :
-batas luar : membran timpani
-batas depan : tuba eustachius
-batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
-batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.
-batas atas : tegmen timpani (meningen /otak)
-batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis
horizontal,kanalis fasialis,tingkap lonjong (oval
window), tingkap bundar (round window) dan
promontorium.3
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua
setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis
semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema,
menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.3
Kanalis semisirkularis saling berhubung-an secara tidak lengkap dan
membentuk ling-karan yang tidak lengkap. Pada irisan me-lintang koklea
tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan
skala media(duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala
timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. lon dan
garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini
penting untuk pen-dengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai
membrane vestibule (Reissner's membrane) sedangkan dasar skala media
adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ Corti.3
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang
terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang
membentuk organ Corti.3
2. Fisiologi Pendengaran
3. Epidemiologi
Antara inkus dan maleus berjalan cabang n. fasialisis yang disebut korda
timpani. Bila terdapat radang di telinga tengah atau trauma mungkin korda
timpani terjepit, sehingga timbul gangguan pengecap.
Jadi jenis ketulian sesuai dengan letak kelainan. Suara yang didengar dapat
dibagi dalam bunyi, nada murni dan bising.
Bunyi (frekuensi 20 Hz- 18.000 Hz) merupakan frekuensi nada murni yang
dapat didengar oleh telinga normal.
Nada murni (pure tone), hanya satu frekuensi, misalnya dari garpu tala,
piano.
Bising (noise) dibedakan antara : NB (narrow band), terdiri atas beberapa
frekuensi/ spektrumnya terbatas dan WN (white noise), yang terdiri dari banyak
frekuensi.3
6. AUDIOLOGI
TES PENALA
Penala terdiri dari 1 set (5 buah) dengan frekuensi 128 Hz,256 Hz,512 Hz,
1024 Hz dan 2048 Hz. Pada umumnya dipakai 3 macam penala:512 Hz, 1024
Hz,2048 Hz. Pemeriksaan ini merupakan tes kualitatif. Terdapat berbagai
macam tes penala, seperti tes Rinne,tes Weber,tes Schwabach,tes Bing dan tes
Stenger.
Tes Rinne ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan
hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa.
Cara pemeriksaan
Tes Rinne :
Tes Weber :
Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala (di
verteks, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau di dagu). Apabila
bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber
lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana
bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.3
Tes Schwabach:
Contoh :
Nada murni (pure tone): merupakan bunyi yang hanya mempunyai satu
frekuensi, dinyatakan dalam jumlah getaran per detik.
Frekuensi ialah nada murni yang dihasil-kan oleh getaran suatu benda yang
sifatnya harmonis sederhana (simple harmonic motion). Jumlah getaran per detik
dinyatakan dalam Hertz.3
Ambang dengar ialah bunyi nada murni yang terlemah pada frekuensi
tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga seseorang. Terdapat ambang
dengar menurut konduksi udara (AC) dan menurut konduksi tulang (BC).Bila
ambang dengar ini dihubung-hubungkan de-ngan garis, baik AC maupun BC,
maka akan di-dapatkan audiogram. Dari audiogram dapat diketahui jenis dan
derajat ketulian.
yang besar nilai nol audiometriknya kira-kira 0,0002 dyne/c ㎡ . Jadi pada
frekuensi 2000 Hz lebih besar dari 0,0002 dyne/c ㎡. Standar yang dipakai yaitu
Standar ISO dan ASA.ISO = International Standard Organization dan ASA =
American Standard Association. 0 dB ISO = -10 dB ASA atau 10 dB ISO= 0 dB
ASA
Contoh : 20 dB bukan 2 kali lebih keras dari pada 10 dB,tetapi : 20/10=2, jadi 10
kuadrat= 100 kali lebih keras.
Dari audiogram dapat dilihat apakah pen-dengaran normal (N) atau tuli. Jenis
ketulian, tuli konduktif, tuli sen-sorineural atau tuli campur. Derajat ketulian
dihitung dengan meng-gunakan indeks Fletcher yaitu:
Ambang dengar(AD)=
Ambang dengar(AD)=
0 -25 dB : normal
Dari hasil pemeriksaan audiogram disebut ada gap apabila antara AC dan BC
terdapat perbedaan lebih atau sama dengan 10 dB, minimal pada 2 frekuensi yang
berdekatan. Pada pemeriksaan audiometri, kadang-kadang perlu diberi masking.
Suara masking, diberikan berupa suara seperti angin (bising), pada head phone
telinga yang tidak diperiksa supaya telinga yang tidak diperiksa tidak dapat
mendengar bunyi yang diberikan pada telinga yang diperiksa.3
Tuli konduktif, disebabkan oleh kelainan yang terdapat di telinga luar atau
telinga tengah. Telinga luar yang menyebabkan tuli kon-duktif ialah atresia liang
telinga, sumbatan oleh serumen, otitis ekstema sirkumskripta,osteoma liang
telinga. Kelainan di telinga tengah yang menye-babkan tuli konduktif ialah tuba
katar/sum-batan tuba eustachius, otitis media,otosklerosis, timpanosklerosis,
hemotimpanum dan dislokasi tulang pendengaran.3
Tuli sensorineural (perseptif) dibagi dalam tuli sensorineural koklea dan
retrokoklea. Tuli sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia (kongenital),
labirintitis (oleh bakteri/ virus), intoksikasi obat streptomisin, kanamisin,
garamisin, neomisin, kina, asetosal atau alkohol. Selain itu juga dapat disebabkan
oleh tuli mendadak (sudden deafness), trauma kapitis, trauma akustik dan pajanan
bising.3
AUDIOMETRI KHUSUS
5. Audiometri Bekesy
1.TES SISI
Tes ini khas untuk mengetahui adanya kelainan koklea, dengan memakai
fenomena rekrutmen,yaitu keadaan koklea yang dapatmengadaptasi secara
berlebihan peninggian intensitas yang kecil, sehingga pasien dapat membedakan
selisih intensitas yang kecil itu (sampai 1 dB).3
Pada tes ABLB diberikan intensitas bunyi tertentu pada frekuensi yang sama
pada ke-dua telinga,sampai kedua telinga mencapai persepsi yang sama,yang
disebut balans negatif. Bila balans tercapai, terdapat rekrutmen positif.
Ada 2 cara:
a.TTD
Penambahan 0- 5 dB:normal
b.STAT
Cara pemeriksaan ini dimulai oleh Jerger pada tahun 1975. Prinsipnya ialah
pemerik-saan pada 3 frekuensi: 500 Hz, 1000 Hz dan 2000 Hz pada 110 dB SPL.
SPL ialah inten-sitas yang ada secara fisika sesungguhnya. 110 dB SPL =100 dB
SL (pada frekuensi 500 dan 2000 Hz).
Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam silabus (suku kata).
75-90%:tuli ringan
60-75%:tuli sedang
<50%:tuli berat
Istilah:
AUDIOMETRI OBJEKTIF
1.AUDIOMETRI IMPEDANS
1.Tipe A(normal)
Penilaian BERA:
4. Beda masa laten pada penurunan intensitas bunyi (latensy intensity function)
1. Cara Stenger : memberikan 2 nada suara yang bersamaan pada kedua telinga,
kemu-dian pada sisi yang sehat nada dijauhkan.
2. Dengan audiometri nada murni secara ber-ulang dalam satu minggu, hasil
audio-gramnya berbeda.
3. Dengan Impedans.
4. Dengan BERA
Kesimpulan :
Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah proses penuaan yang terjadi pada manusia. Perubahan patologik
pada organ pendengaran akibat degenerasi dapat mengakibatkan gangguan
pendengaran pada individu dengan usia lanjut. Proses penuaan merupakan
suatu proses alami yang tidak dapat dicegah dimana semua individu berharap
akan menjalani hidupnya dengan tenang, damai, serta menikmati sisa hidupnya
bersama sanak dan saudaranya.1
Audiologi ialah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk fungsi
pendengaran yang erat hubungannya dengan habilitasi dan rehabilitasinya.
1. https://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtklada99f6a28full.pdf
2. https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/
2477/2433
4. https://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/download/253/253