Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PREBIKUSIS

Dosen Pengampu : Dr.Hj. Nunung .H,S.Kep,Mpd

DISUSUN OLEH :

ENDA MAIMIA TAESA A. 2211102411152


VEMMYA AGUSTIARA NP 2211102411153
AMELIA FAUZIA 2211102411154
LUSMIATI 2211102411160
RAHMATIKA 2211102411163

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2023

BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT

A PENGERTIAN

Presbikusis atau age- related hearing loss (ARHL) merupakan suatu kondisi
hilangnya pendengaran secara bertahap pada sebagian besar individu seiring dengan
bertambahnya usia. (Wang J, Puel JL.,2020)
Presbikusis adalah gangguan pendengaran sensorineural yang umum terjadi pada
manusia lanjut usia, gangguan pendengaran ini dapat terjadi karena proses degenerasi
organ pendengaran yang terus mengalami penurunan secara progresif dan simetris pada
kedua sisi telinga(Fatmawati R, Dewi YA.2016)

Presbikusis adalah kurang pendengaran sensorineural pada usia lanjut akibat


proses degenerasi organ pendengaran, terjadi secara berangsur-angsur dan simetris.
Terbanyak pada usia 70 – 80 tahun. Presbikusis dialami sekitar 30-35% pada populasi
berusia 65-75 tahun dan 40-50% pada populasi di atas 75 tahun. Prevalensi pada laki-laki
sedikit lebih tinggi daripada wanita Presbikusis merupakan gangguan sensorik yang sering
terjadi pada lansia, dan prevalensianya meningkat sesuai bertambahnya usia. sebagian
besar pada orang berusia 60 tahun atau lebih dan sebagian besar terjadi karena proses
neurodegeneratif.

B ETIOLOGI

Walaupun penyebab pasti presbikusis masih belum diketahui secara pasti, pasti,
namun telah diterima diterima secara umum bahwa penyebab penyebab presbikusis
presbikusis adalah multifaktorial. Berikut beberapa penyebab yang dipercaya dapat
menyebabkan terjadinya presbikusis:

1 Aterosklerosis Pada keadaan arterosklerosis, dapat terjadi berkurangnya sampai


hilangnya perfusi serta oksigenasi ke koklea. Keadaan hipoperfusi ini
menyebabkan terbentuknya metabolit berupa reactive oxygen dan juga radikal
bebas. Akibat dari penumpukan oksidan ini, menyebabkan terjadinya kerusakan
pada struktur telinga dalam serta DNA mitokondria yang berada pada sel-sel di
telinga dalam. Akibat dari kerusakankerusakan inilah berkembang presbikusis
(Roland, 2014). 11
2 . Diet dan metabolisme Diabetes diketahui dapat mempercepat proses
pembentukan aterosklerosis yang selanjutnya akan menyebabkan gangguan
perfusi serta oksigenasi dari koklea. Pada keadaan diabetes juga didapati
proliferasi proliferasi dan hipertropi hipertropi dari tunika intima di endotel
endotel yang juga nantinya akan menyebabkan gangguan perfusi ke koklea.
Penelitian yang dilakukan oleh Le dan Keithley mendemonstrasikan bahwa diet
tinggi antioksidan seperti vitamin C dan E dapat mengurangi progresifitas
presbikusis pada tikus (Roland, 2014).
3 Paparan terhadap bising Dari penelitian yang dilakukan menggunakan model dari
tikus yang memiliki struktur telinga menyerupai manusia, didapati bahwa paparan
terhadap bising mampu meningkatkan kejadian presbikusis. Paparan bising
menyebabkan bising menyebabkan rusaknya s rusaknya sel-sel di telinga telinga
termasuk termasuk di dalamnya dalamnya sel yang berasal dari spiral ligament,
sel fibrosit tipe IV. Dari penelitian sebelumnya didapati bahwa kerentanan
terhadap kerusakan fibrosit tipe IV dapat menyebabkan perubahan ambang batas
pendengaran yang bermakna. bermakna. Gambaran Gambaran histopatologi
histopatologi pada tikus yang terpapar terpapar bising menunjukkan bahwa terjadi
hilangnya sel-sel spiral ganglion, yang merupakan badan sel dari saraf merupakan
badan sel dari saraf aferen di koklea, ya aferen di koklea, yang bersinaps dengan
ng bersinaps dengan sel-sel rambut dalam (inner hair cells). Intinya, paparan
bising pada usia muda dapat meningkatkan risiko terjadinya presbikusis seiring
dengan bertambahnya usia seseorang Genetik Disebut-sebut bahwa genetik
berperan penting dalam menentukan kerentanan seseorang terhadap faktor-faktor
lingkungan seperti bising, obat-obat ototoksik dan bahan-bahan kimia, serta
stress. Pada penelitian lain didapati bahwa terdapat beberapa gen yang mengalami
mutasi pada penderita penderita presbikusis, presbikusis, yaitu gen GJB2 dan
gen SLC26A4. SLC26A4. Selain itu, didapati bahwa orang-orang yang
mengalami dua mild mutations pada gen GJB2 akan terjadi peningkatan risiko
berkembangnya presbikusis dini (Roland, 2014 dan Rodriguez-Paris, dkk, 2008).
C KLASIFIKASI PRESBIKUSIS
Menurut Boies (2014), terdapat empat tipe patologik yang telah diklasifikasikan
Schuknecht, yaitu:
a. Pada presbikusis sensorik, yang mula-mula hilang adalah sel-sel rambut pada gelang
basal koklea dan menyebabkan menyebabkan ketulian ketulian nada tinggi, tinggi,
kemudian akan menyebabkan gangguan saraf-saraf koklea.
b. Pada neuropresbikusis, yang menjadi gangguan primer adalah hilangnya saraf-saraf
koklea dan sel-sel rambut relatif dipertahankan. Pada kasus ini, diskriminasi kata-
kata relatif lebih terganggu dengan hanya sedikit gangguan sel rambut.
c. Pada presbikusis stria terjadi degenerasi dan penciutan stria vaskularis, diskriminasi
kata-kata masih bagus walaupun proses degenerasi menyebabkan ketulian sedang
hingga berat yang sifatnya relatif datar. Stria vaskularis merupakan daerah
metabolisme aktif pada koklea yang bertanggung bertanggung jawab terhadap
terhadap sekresi sekresi endolymph dan mempertahankan gradien ion sepanjang
organ corti (Lalwani, 2008).
d. Pada ketulian koklear konduktif, tidak ada ditemukan kerusakan pada sel rambut,
saraf, dan stria vaskularis. Kerusakan diduga berkaitan dengan keterbatasan gerak
basilaris membrane.
D MANIFESTASI KLINIS
Gangguan pendengaran terkait usia lanjut secara umum terbagi atas 2 yaitu,
penurunan sensitivitas ambang pendengaran dan penurunan dalam mengenali suara. Pada
awalnya kehilangan sensitivitas ambang dengar pada frekuensi tinggi yaitu 8000 Hz, dan
perlahan-lahan mengakibatkan frekuensifrekuensi yang penting dalam memahami bicara
yaitu pada frekuensi 1000-3000 Hz. Pada semua kasus presbikusis penderita selalu
mengeluhkan bahwa meraka tidak dapat mendengar atau tidak dapat memahami lawan
bicara. Pada gangguan pendengaran frekuensi tinggi, menyebabkan huruf konsonan tidak
dapat dipahami seperti (t, p, k, f, s, dan ch). Dan pada lansia juga mengeluh bahwa
mereka sering bergumam dalam pembicaraan dan terkadang tiap kata-katanya tidak jelas
dan hilang, sehingga mereka tidak dapat ikut berpartisipasi dalam pembicaraan. Seiring
berjalannya waktu, pendengaran pada penderita semakin memburuk dan mempengaruhi
frekuensi yang lebih rendah lagi. Sehingga apabila berkomunikasi harus menggunakan
volume yang lebih besar dan kalimat yang perlu pengulangan, untuk dideteksi oleh
pendengaran penderita. Pada saat berbicara terlalu cepat dan aksen yang asing sulit untuk
dipahami. Dan sering kali pada tempat makan yang bising dan ruang besar yang bergema
membuat para penderita mengalami kesulitan dalam pendengaran, sehingga
mencerminkan masalah pada jalur pendengaran pusat berupa penurunan pendengaran
secara progresif.
E FAKTOR RESIKO
Kondisi kesehatan, seperti penyakit jantung, diabetes melitus, disfungsi sistem imun,
penyakit metabolik, gagal ginjal, dan densitas tulang memiliki pengaruh terhadap presbikusis.
Pada diabetes melitus, penyakit ini dapat mempengaruhi gangguan fungsi pendengaran melalui
perubahan seluler sistem saraf pusat dan metabolisme yang terjadi akibat akumulasi dari reactive
oxygen species (ROS). Selain itu, penggunaan obat ototoksik memberikan pengaruh sel-sel
rambut luar di koklea sehingga dapat menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural
frekuensi tinggi akibat akumulasi ROS yang berlebihan dan kematian sel . Telinga bagian dalam
dinilai lebih sensitif daripada telinga bagian luar dan tengah. Studi telah melaporkan bahwa,
seiring bertambahnya usia, maka penghancuran sel ganglion spiral, hilangnya serabut saraf di
lamina spiral, dan pertumbuhan berlebih lamina elastis dari arteri auditori internal dapat terjadi.
(Central Asian Journal of Medical and Pharmaceutical Sciences Innovation. 2022)
Sampai saat ini belum diketahui upaya pencegahan definitif dari presbikusis. Namun,
pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari faktor risiko yang dapat meningkatkan
terjadinya presbikusis atau gangguan pendengaran berat lainnya. Upaya pencegahan tersebut
dengan melindungi telinga dari paparan suara keras atau bising, hindari memasukkan benda asing
ke dalam telinga (selain dari obat yang telah diresepkan), hindari rokok, makan makanan yang
bergizi, dan olahraga yang cukup. Gaya hidup yang baik dan sehat dapat menghindari
kemungkinan terjadinya hipertensi dan diabetes, yang mana kedua penyakit tersebut merupakan
predisposisi perkembangan dari gangguan pendengaran(WHO,2023)
F PATOFISIOLOGI PRESBIKUSIS
Penurunan pendengaran pada orang tua bergantung pada banyak faktor dan karena
konvergensi dari banyak faktor resiko itu sendiri. Pada orang tua dengan presbikusis ditemukan
lebih sulit untuk membedakan kata-kata dibandingkan dengan orang yang lebih muda dengan
pengujian rata-rata nada murni, hal ini menunjukkan terlibatnya kerusakan saraf selain dari end
organ dysfunction. Proses patologi sentral yang menyebabkan presbikusis adalah memanjangnya
synaptic time pada auditory pathway, memanjangnya waktu pemrosesan informasi, dan
berkurangnya jumlah sel saraf pada korteks pendengaran. Penyebab pasti dari presbikusis masih
bersifat dugaan karena sulitnya memisahkan kontribusi bermacam-macam faktor penyebab
seperti diet, nutrisi, metabolisme, arteriosclerosis, pajanan ototoxic, dan trauma yang disebabkan
suara. Penyebab dari penurunan fungsi pendengaran termungkin adalah pajanan suara sepanjang
usia dan penuaan terkait genetik.
G PATHWAY

Multifaktor Degenerasi,
Lingkungan, Arteriosklerosis

Proses degenerastif (presbikusis)

Penurunan fungsi jaringan

Fungsi nervus koklearis menurun

Gangguan persepsi
sensori(pendengaran)

Klien menarik diri Kehilangan pendengaran Perubahan status kesehatan

Gangguan Tampak gelisah


Malu sesama teman
komunikasi

Selalu bertanya
Gangguan konsep diri

Resiko cidera
CEMAS
Sumber : Dewi, Sofia Rosma.2015
H PENATALAKSANAAN
a Vasodilator: Asam Nikotinat.
b Vitamin B kompleks, vitamin A. Keduanya diberikan dalam sebulan (dihentikan
bila tidak ada perbaikan).
c Dipasang alat bantu pendengaran (“Hearing Aid”)
d Cochlear implant adalah suatu alat elektronik yang ditanam melalui operasi
untuk menstimulasi saraf pendengaran, alat ini memegang peran penting
penting pada auditoric rehabilitation pasien usia lanjut dengan penurunan
pendeng penurunan pendengaran sensorineural berat.
I Pemeriksaan Diagnostik Presbikusis
Penegakan diagnosis gangguan pendengaran pada lanjut usia dapat dilakukan dengan
beberapa pemeriksaan, seperti:
a. Otoskopik: Pada pemeriksaan otoskopik akan dijumpai penampakan membran
timpani yang suram, serta kekakuan atau berkurangnya mobilitas dari membran
timpani pada tuli konduktif. Tekniknya dengan cara pasien duduk dengan posisi
badan condong ke depan dan kepala lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa untuk
memudahkan melihat liang telinga dan membran timpani. Atur lampu kepala supaya
fokus dan tidak mengganggu pergerakan, kira kira 20-30 cm di depan dada pemeriksa
dengan sudut kira kira 60 derajat, lingkaran focus dari lampu, diameter 2-3 cm.
b. Tes Penala Pemeriksaan ini merupakan tes kualitatif. Penala terdiri dari 1 set (5
buah) deng buah) dengan frekuensi an frekuensi 128 Hz, 128 Hz, 256 Hz, 256 Hz,
512 Hz, 512 Hz, 1024 Hz 1024 Hz dan 2048 dan 2048 Hz. Pada umumnya dipakai 3
macam penala : 512 Hz, 1024 Hz, 2048 Hz. Jika akan memakai hanya 1 penala,
digunakan 512 Hz.
c. Audiometri Nada Murni Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan audiometer
dan hasil pencatatannya pencatatannya disebut disebut sebagai sebagai audiogram.
audiogram. Sebagai Sebagai sumber suara digunakan nada murni (pure tone) yaitu
bunyi yang hanya terdiri dari yaitu bunyi yang hanya terdiri dari 1 frekuensi.
d. Audiometri Tutur (Speech Audiometry) Pada tes ini di pakai kata-kata yang sudah
disusun dalam silabus (suku kata).
J PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer
a). Hindari paparan dengan bising yang terlalu sering.
b). Membersihkan telinga secara teratur.
c). Membiasakan olahraga.
d). Makan makanan yang bergizi.
2. Pencegahan Sekunder
a). Gunakan alat bantu pendengaran.
b). Lakukan latihan untuk meningkatkan keterampilan membaca gerak bibir
dan latihan mendengar.
c). Berbicaralah kepada penderita presbiakusis dengan nada rendah dan jelas
3. Pencegahan Tersier

Lakukan permeriksaan pendengaran secara rutin

K Komplikasi

Menurut Clinic Medical (2014), kehilangan pendengaran dapat memiliki


dampak memiliki dampak yang besar pada yang besar pada kualitas hidup kualitas hidup
penderita penderita prebiskusis, prebiskusis, terutama mereka yang sudah lanjut usia.
Masalah seperti ini sering ditemui pada penderita pada penderita yang belum mencari
yang belum mencari pengobatan atau tidak pengobatan atau tidak pernah berobat. pernah
berobat.

Komplikasi yang mungkin timbul di antaranya adalah: Gelisah ,Salah sangka (merasa
orang lain menjadi marah pada kita karena kita kurang mendengarkan pembicaraan
mereka) , Depresi

L PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien presbiakusis adalah sulit
untuk mendengar pesan atau adanya rangsangan suara.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien susah mendengar pesan atau adanya suara.
Pasien sering kali tidak mengerti ketika diajak bicara karena tidak mendengar apa
yang lawan bicaranya katakan, pasien sering kali meminta lawan bicaranya untuk
mengulang kalimat yang diucapkan, pasien sering menyendiri. Pasien sering 30
meyendiri karena merasa malu, karena sering kali tidak paham ketika diajak
berbicara, pasien juga menarik diri dari lingkungan dan anggota keluarganya.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Adakah riwayat pasien menderita hipertensi dan
diabetes militus, pasien dengan riwayat merokok dan juga sering terpapar oleh
suara bising.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga Adakah keluarga yang menderita penyakit diabetes
militus, menderita penyakit pada sistem pendengaran.
d. Pola Fungsi Kesehatan
a). Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan Pasien biasanya
terpapar dengan suara bising dalam waktu yang cukup lama dan adanya
riwayat merokok.
b). Pola aktifitas dan latihan Pola aktivitas dan latihan pada pasien terganggu
karena adanya gangguan pendengaran.
c). Pola tidur dan istirahat Pasien presbiakusis sering tidur dan istirahat
untuk mengisi waktu luangnya, karena merasa malu jika berkumpul
dengan orang lain.
d). Pola persepsi kognitif dan sensori 31 Pasien presbiakusis mengalami
penurunan kemampuan masuknya rangsang suara dan pasien kurang
mampu mendengar perkataan seseorang.
e). Pola persepsi dan konsep diri Pasien mengalami perasaan tidak berdaya,
putus asa dan merasa minder/rendah diri.
f). Pola peran dan hubungan dengan sesama Pasien sering menarik diri dari
lingkungan dan merasa malu untuk berkomunikasi dengan orang lain.
g). Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres Adanya perasaan
cemas, takut pada pasien presbiakusis, pasien sering menyendiri, pasien
mudah curiga dan tersinggung.
e. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan berfokus pada pendengaran.
Inspeksi :
1) Periksa struktur daun telinga
2) Periksa kebersihan dan struktur liang telinga
3) Kesulitan dalam mengungkapkan kembali kata-kata yang telah didengar
4) Adanya ketidakseimbangan antara telinga yang satu dengan telinga yang lain
32

f. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Otoskopik : Untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan


membrane timpani dengan cara inspeksi. Hasil: a) Serumen berwarna kuning,
konsistensi kental b) Dinding liang telinga berwarna merah muda

2) Audiometri: Audiogram nada murni menunjukkan tuli perseptif bilateral simetris,


dengan penurunan pada frekuensi diatas 1000 Hz.

3) Tes Ketajaman Pendengaran a) Tes penyaringan sederhana Hasil : klien tidak


mendengar secara jelas angka-angka yang disebutkan. b) Klien tidak mendengar
dengan jelas detak jarum jam pada jarak 1-2 inchi.

4) Uji Rinne Hasil : Klien tidak mendengar adanya getaran garpu tala dan tidak jelas
mendengar adanya bunyi dan saat bunyi menghilang

M DIAGNOSA KEPERAWATAN
N INTERVENSI KEPERAWATAN
O IMPLEMENTASI
P EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
Wang J, Puel JL. Presbycusis: an update on cochlear mechanisms and therapies. Journal of
Clinical Medicine. 2020;9(1):218.
Tas A. Description of the characteristics, epidemiology, diagnosis, and risk factors of presbycusis
disorder. Central Asian Journal of Medical and Pharmaceutical Sciences Innovation.
2022;2(2):46–56. 10.
WHO. Deafness and hearing loss: Agerelated hearing loss (presbycusis) [Internet]; 2023 [disitasi
tanggal 13 Maret 2023]. Tersedia dari
https://www.who.int/newsroom/questions-andanswers/item/deafness-and-hearing-lossage-
related-hearing-loss-(presbycusis)
Fatmawati, Rikha. 2016.Karakteristik Penderita Presbiakusis di Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari 2012 - Desember 2014.JSK, Volume 1 Nomor 4
Tahun 2016
Boies (2014) Buku ajar penyakit THT. 2014th edn.
Kujawa, SG., Liberman, MC. Accelerasi of age releted hearing loss by early noise exposure:
evidence of a èãïïíáêñ õëóñäÔ· The Journal of Neuroscience, 26 (7) pp. 2115-23

Anda mungkin juga menyukai