DISUSUN OLEH :
BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT
A PENGERTIAN
Presbikusis atau age- related hearing loss (ARHL) merupakan suatu kondisi
hilangnya pendengaran secara bertahap pada sebagian besar individu seiring dengan
bertambahnya usia. (Wang J, Puel JL.,2020)
Presbikusis adalah gangguan pendengaran sensorineural yang umum terjadi pada
manusia lanjut usia, gangguan pendengaran ini dapat terjadi karena proses degenerasi
organ pendengaran yang terus mengalami penurunan secara progresif dan simetris pada
kedua sisi telinga(Fatmawati R, Dewi YA.2016)
B ETIOLOGI
Walaupun penyebab pasti presbikusis masih belum diketahui secara pasti, pasti,
namun telah diterima diterima secara umum bahwa penyebab penyebab presbikusis
presbikusis adalah multifaktorial. Berikut beberapa penyebab yang dipercaya dapat
menyebabkan terjadinya presbikusis:
Multifaktor Degenerasi,
Lingkungan, Arteriosklerosis
Gangguan persepsi
sensori(pendengaran)
Selalu bertanya
Gangguan konsep diri
Resiko cidera
CEMAS
Sumber : Dewi, Sofia Rosma.2015
H PENATALAKSANAAN
a Vasodilator: Asam Nikotinat.
b Vitamin B kompleks, vitamin A. Keduanya diberikan dalam sebulan (dihentikan
bila tidak ada perbaikan).
c Dipasang alat bantu pendengaran (“Hearing Aid”)
d Cochlear implant adalah suatu alat elektronik yang ditanam melalui operasi
untuk menstimulasi saraf pendengaran, alat ini memegang peran penting
penting pada auditoric rehabilitation pasien usia lanjut dengan penurunan
pendeng penurunan pendengaran sensorineural berat.
I Pemeriksaan Diagnostik Presbikusis
Penegakan diagnosis gangguan pendengaran pada lanjut usia dapat dilakukan dengan
beberapa pemeriksaan, seperti:
a. Otoskopik: Pada pemeriksaan otoskopik akan dijumpai penampakan membran
timpani yang suram, serta kekakuan atau berkurangnya mobilitas dari membran
timpani pada tuli konduktif. Tekniknya dengan cara pasien duduk dengan posisi
badan condong ke depan dan kepala lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa untuk
memudahkan melihat liang telinga dan membran timpani. Atur lampu kepala supaya
fokus dan tidak mengganggu pergerakan, kira kira 20-30 cm di depan dada pemeriksa
dengan sudut kira kira 60 derajat, lingkaran focus dari lampu, diameter 2-3 cm.
b. Tes Penala Pemeriksaan ini merupakan tes kualitatif. Penala terdiri dari 1 set (5
buah) deng buah) dengan frekuensi an frekuensi 128 Hz, 128 Hz, 256 Hz, 256 Hz,
512 Hz, 512 Hz, 1024 Hz 1024 Hz dan 2048 dan 2048 Hz. Pada umumnya dipakai 3
macam penala : 512 Hz, 1024 Hz, 2048 Hz. Jika akan memakai hanya 1 penala,
digunakan 512 Hz.
c. Audiometri Nada Murni Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan audiometer
dan hasil pencatatannya pencatatannya disebut disebut sebagai sebagai audiogram.
audiogram. Sebagai Sebagai sumber suara digunakan nada murni (pure tone) yaitu
bunyi yang hanya terdiri dari yaitu bunyi yang hanya terdiri dari 1 frekuensi.
d. Audiometri Tutur (Speech Audiometry) Pada tes ini di pakai kata-kata yang sudah
disusun dalam silabus (suku kata).
J PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer
a). Hindari paparan dengan bising yang terlalu sering.
b). Membersihkan telinga secara teratur.
c). Membiasakan olahraga.
d). Makan makanan yang bergizi.
2. Pencegahan Sekunder
a). Gunakan alat bantu pendengaran.
b). Lakukan latihan untuk meningkatkan keterampilan membaca gerak bibir
dan latihan mendengar.
c). Berbicaralah kepada penderita presbiakusis dengan nada rendah dan jelas
3. Pencegahan Tersier
K Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul di antaranya adalah: Gelisah ,Salah sangka (merasa
orang lain menjadi marah pada kita karena kita kurang mendengarkan pembicaraan
mereka) , Depresi
L PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien presbiakusis adalah sulit
untuk mendengar pesan atau adanya rangsangan suara.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien susah mendengar pesan atau adanya suara.
Pasien sering kali tidak mengerti ketika diajak bicara karena tidak mendengar apa
yang lawan bicaranya katakan, pasien sering kali meminta lawan bicaranya untuk
mengulang kalimat yang diucapkan, pasien sering menyendiri. Pasien sering 30
meyendiri karena merasa malu, karena sering kali tidak paham ketika diajak
berbicara, pasien juga menarik diri dari lingkungan dan anggota keluarganya.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Adakah riwayat pasien menderita hipertensi dan
diabetes militus, pasien dengan riwayat merokok dan juga sering terpapar oleh
suara bising.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga Adakah keluarga yang menderita penyakit diabetes
militus, menderita penyakit pada sistem pendengaran.
d. Pola Fungsi Kesehatan
a). Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan Pasien biasanya
terpapar dengan suara bising dalam waktu yang cukup lama dan adanya
riwayat merokok.
b). Pola aktifitas dan latihan Pola aktivitas dan latihan pada pasien terganggu
karena adanya gangguan pendengaran.
c). Pola tidur dan istirahat Pasien presbiakusis sering tidur dan istirahat
untuk mengisi waktu luangnya, karena merasa malu jika berkumpul
dengan orang lain.
d). Pola persepsi kognitif dan sensori 31 Pasien presbiakusis mengalami
penurunan kemampuan masuknya rangsang suara dan pasien kurang
mampu mendengar perkataan seseorang.
e). Pola persepsi dan konsep diri Pasien mengalami perasaan tidak berdaya,
putus asa dan merasa minder/rendah diri.
f). Pola peran dan hubungan dengan sesama Pasien sering menarik diri dari
lingkungan dan merasa malu untuk berkomunikasi dengan orang lain.
g). Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres Adanya perasaan
cemas, takut pada pasien presbiakusis, pasien sering menyendiri, pasien
mudah curiga dan tersinggung.
e. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan berfokus pada pendengaran.
Inspeksi :
1) Periksa struktur daun telinga
2) Periksa kebersihan dan struktur liang telinga
3) Kesulitan dalam mengungkapkan kembali kata-kata yang telah didengar
4) Adanya ketidakseimbangan antara telinga yang satu dengan telinga yang lain
32
f. Pemeriksaan Penunjang
4) Uji Rinne Hasil : Klien tidak mendengar adanya getaran garpu tala dan tidak jelas
mendengar adanya bunyi dan saat bunyi menghilang
M DIAGNOSA KEPERAWATAN
N INTERVENSI KEPERAWATAN
O IMPLEMENTASI
P EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
Wang J, Puel JL. Presbycusis: an update on cochlear mechanisms and therapies. Journal of
Clinical Medicine. 2020;9(1):218.
Tas A. Description of the characteristics, epidemiology, diagnosis, and risk factors of presbycusis
disorder. Central Asian Journal of Medical and Pharmaceutical Sciences Innovation.
2022;2(2):46–56. 10.
WHO. Deafness and hearing loss: Agerelated hearing loss (presbycusis) [Internet]; 2023 [disitasi
tanggal 13 Maret 2023]. Tersedia dari
https://www.who.int/newsroom/questions-andanswers/item/deafness-and-hearing-lossage-
related-hearing-loss-(presbycusis)
Fatmawati, Rikha. 2016.Karakteristik Penderita Presbiakusis di Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari 2012 - Desember 2014.JSK, Volume 1 Nomor 4
Tahun 2016
Boies (2014) Buku ajar penyakit THT. 2014th edn.
Kujawa, SG., Liberman, MC. Accelerasi of age releted hearing loss by early noise exposure:
evidence of a èãïïíáêñ õëóñäÔ· The Journal of Neuroscience, 26 (7) pp. 2115-23