Anda di halaman 1dari 10

ASKEP PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN MASALAH

PENDENGARAN

Oleh :

Nama :Toni Habron Natonis

Nim :

Kelas/Semester: A/VII

Prodi : S1 Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2022
A. Pengertian Pendengaran                                                    

Palumbo menyatakan bahwa pendengaran adalah suatu kecacatan yang


tetap dan sering diabaikan yang dapat secara dramatis memengaruhi kualitas
hidup seseorang. Penurunan pendengaran adalah masalah kesehatan kedua yang
memengaruhi lansia. Beberapa orang yang menyatakan bahwa hal tersebut
memiliki efek yang bergerak seperti gelombang yang dapat memengaruhi area
dasar tertentu dari penampilan manusia, menurunkan kenikmatan hidup dan
menurunkan interaksi dengan orang lain dan rekreasi di luar rumah.
Pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun, antara 28 dan 55%
mengalami gangguan pendengaran dalam derajat yang berbeda. Diantara mereka
yang berusia lebih dari 80 tahun, 66% mengalami gangguan pendengaran.
Diperkirakan 90% orang yang berada dalam institusi mengalami masalah
pendengaran.

B. Perubahan Dalam Penuaan


            Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. Mhoon
menggambarkan fenonema tersebut sebagai suatu penyakit simetris bilateral pada
pendengaran yang berkembang secara progresif lambat terutama memengaruhi
nada tinggi dan dihubungkan dengan penuaan. Penyebabnya tidak diketahui,
tetapi berbagai faktor yang telah diteliti adalah: nutrisi, faktor dan arteriosklerosis.
Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat berupa
komponen konduksi yang berkaitan dengan presbiskusis. Penurunan pendengaran
sensorineural terjadi saat telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak
berfungsi dengan baik (saraf pendengaran). Penyebab dari perubahan dengan
konduksi tidak diketahui, tetapi masih mungkin berkaitan dengan perubahan pada
tulang di dalam tulang mastoid.
            Dalam presbiskusis, suara konsonan dengan nada tinggi merupakan yang
pertama kali terpengaruh, dan perubahan dapat terjadi secara bertahan. Karena
perubahan berlangsung lambat, klien mungkin tidak segera mencari bantuan yang
dalam hal ini sangat penting sebab semakin cepat kehilangan pendengaran dapat
diidentifikasi dan alat bantu di berikan, semakin besar kemungkinan untuk
berhasil. Karena kehilangan pendengaran pada umumnya berlangsung secara
bertahap, seseorang mungkin tidak menyadari perubahannya sampai diberitahu
oleh seorang anggota keluarga atau teman yang mengatakan bahwa ia menjadi
“susah mendengar”.
            Dua masalah fungsional pendengaran pada populasi lanjut usia adalah
ketidakmampuan untuk mendeteksi volume suara dan ketidakmampuan untuk
mendeteksi suara dengan nada frekuensi yang tinggi seperti beberapa konsonan
(misalnya f, s, sk, sh, dan l). Perubahan-perubahan ini dapat terjadi pada salah satu
atau kedua telinga. Berbagai alat yang tersedia saat ini dapat digunakan untuk
memeriksa adanya gangguan pendengaran seperti otoskop dengan pemeriksaan
histologi, mikrobiologi, dan biokimia, serta pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan
otologis dan audiotologis yang seksama sangat penting dilakukan.

C. ASKEP PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN MASALAH


PENDENGARAN
Telinga sebagai organ pendengaran dan ekuilibrium terbagi dalam 3
bagian yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga berisi reseptor-reseptor yang
menghantarkan gelombang suara kedalam impuls-impuls saraf dan reseptor yang
berespons pada gerakan kepala.
Perubahan pada telinga luar sehubungan dengan proses penuaan adalah
kulit telinga berkurang elastisitasnya. Daerah lobus yang merupakan satu-satunya
bagian yang tidak di sokong oleh kartilago mengalami pengeriputan, aurikel
tampak lebih besar, dan tragus sering di tutupi oleh rumbai-rumbai rambut yang
kasar. Saluran auditorial menjadi dangkal akibat lipatan ke dalam. Pada
dindingnya silia menjadi lebih kaku dan kasar juga produksi serumen agak
berkurang dan cenderung menjadi lebih kering.
Perubahan atrofi telinga tengah khususnya membran timpani karena proses
penuan tidak mempunyai pengaruh jelas pada pendengaran. Perubahan yang
tampak pada telinga dalam adalah koklea yang berisi organ corti sebagai unit
fungsional pendengaran mengalami penurunan sehingga mengakibatkan
presbiskusis.
Lebih  kurang 40% dari populasi lansia mengalami gangguan pendengaran
(presbiskusis). Gangguan pendengaran mulai dari derajat ringan sampai berat
dapat di pantau dengan menggunakan alat audiometer. Pada umunya laki-laki
lebih sering menderita gangguan pendengaran di bandingkan perempuan.
Presbiskusis merupakan akibat dari proses degenaratif pada satu / beberapa
bagian koklea (strias vaskularis, sel rambut, dan membran basilaris) maupun
serabut saraf auditori. Presbiskusis ini juga merupakan hasil interaksi antara faktor
genetik individu dengan faktor eksternal, seperti pajanan suara berisik terus
menerus , obat ototoksik, dan penyakit sistemik.
Presbikusis terbagi dua menjadi presbikusis perifer dan presbikusis sentral.
·         Presbikusis perifer, dimana para lansia hanya mampu untuk mengedintifikasi
kata.
Alat bantu dengar masih cukup bermanfaat, tetapi harus di perhatikan untuk
menghindari berteriak/berbicara terlalu keras karena dapat membuat
ketidaknyamanan di telinga.
·         Presbiskusis sentral, dimana lansia mengalami gangguan untuk
mengidentifikasi kalimat,sehingga bermanfaat sebagai alat bantu dengar sangat
kurang. Oleh karena itu, percakapan dengan lansia harus sedikit lebih lambat
tanpa mengabaikan irama dan intonasi.
Presbiskusis di tambah dengan situasi ketika percakapan yang berlangsung kurang
mendukung dapat menyebabkan lansia mengalami gannguan komunikasi.
Gangguan komunikasi ini dapat terjadi akibat : pertama, pembicaraan mengalami
gangguan karena suara musik, radio, televisi, maupun pembicaraan lain. Kedua,
sumber suara mengalami distorsi yang berasal dari pengeras suara yang tidak
sempurna seperti diterminal, masjid, telpon, maupun bila di ucapkan oleh anak-
anak / pembicara yang terlalu cepat. Ketiga, kondisi akustik ruangan yang tidak
sempurna seperti di dapur, ruang makan, restoran, serta ruang pertemuan yang
mudah memantulkan semua.
a. Etiologi
Etiologi di bagi menjadi 2 yaitu :
1. Internal
Degenerasi primer eferen dari koklea, degenerasi primer organ corti
penurunan vascularisasi dari reseptor neuro sensorik mungkin juga
mengalami gangguan.Sehingga baik jalur auditorik dan lobus temporalis
otak sering terganggu akibat lanjutnya usia.
2. Eksternal
Terpapar bising yang berlebihan, penggunaan otottoksik dan reaksi paska
radang. (Boedhi dan Hadi,1999)

b. Tanda dan Gejala


Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan
pendengaran:
1. Kesulitan mengerti pembicaraan
2. Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan nada tinggi
3. Kesulitan membedakan pembicaraan, bunyi bicara lain yang parau dan
bergumam
4. Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar,terutama dengan latar
belakang yang bising
5. Latar belakang bunyi yang berdering atau berdesis yang konstan
6. Perubahan kemampuan mendengar konsonan seperti s, z, t, f, dan g
7. Suara vokal yang frekwensinya rendah seperti a,e,i,o,u umumnya relatif
diterima dengan lengkap (Luekenotte, 1997).
Menjadi tua adalah pasti (bila tidak meninggal muda). Terdapat tanda-
tanda penuaan sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, seperti kulit mulai
mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap, rambut
kepala mulai memutih dan beruban, gigi mulai lepas (ompong), penglihatan
dan pendengaran berkurang, mudah lelah dan mudah jatuh, gerakan menjadi
lamban dan kurang lincah. Disamping kemunduran secara fisik terdapat juga
kemunduran kognitif antara lain :
a. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik
b. Ingatan terhadap hal-hal dimasa muda lebih baik daripada hal-hal yang
baru saja terjadi
c. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang sulit
menerima ide-ide baru.
c. Perubahan sistem indra pada penuaan
 Perubahan Morfologis
1. Penurunan sel rambut koklea
2. Perubahan telinga dalam
3. Degenerasi pusat pendengaran
4. Hilangnya fungsi neurostransmiter
 Perubahan Fisiologis
1. Kesulitan mendengar suara berfrekuensi tinggi
2. Penurunan kemampuan membedakan pola titik nada
3. Penurunan kemampuan dan penerimaan bicara
4. Penurunan fungsi membedakan ucapan
d. Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran pada lanjut usia merupakan keadaan yang
menyertai proses menua. Gangguan pendengaran yang utama adalah
hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi tinggi, yang
merupakan suatu fenonema yang berhubungan dengan lanjut usia, bersifat
simetris, dengan perjalanan yang progresif lambat (Mills, 1985). Ada
beberapa tipe presbiakusis, yakni :
1. Presbiakusis sensorik. Patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel
rambut di membrana basalis koklea sehingga terjadi hilang pendengaran
frekuensi nada tinggi. Penurunan fungsi pendengaran biasanya pada usia
pertengahan dan berlangsung terus secara perlahan progresif.
2. Presbiakusis neural. Patologinya berupa hilangnya sel neuronal di
ganglion spiralis. Letak dan jumlah kehilangan sel neuronal menentukan
gangguan pendengaran yang timbul (berupa gangguan frekuensi
pembicaraan atau pengertian kata-kata adanya inkoordinasi, kehilangan
memori, dan gangguan pusat pendengaran).
3. Presbiakusis metabolik (strial). Patologinya yang terjadi adalah
abnormalitas vaskularis strial berupa atrofi daerah apikal dan tengah dari
koklea. Presbiakusis jenis ini biasanya terjadi pada usia yang lebih muda.
4. Prebiakusis mekanik (konduktif koklear). Pada presbiakusis jenis ini, di
duga diakibatkan oleh terjadinya perubahan mekanis pada membrana
basalis koklea sebagai akibat proses menua. Secara audiogram, ditandai
dengan penurunan progresif sensitivitas di seluruh daerah tes. Dapat
disebabkan:
a. Kelainan degeneratif (otosklerosis)
b. Ketulian pada lanjut usia seringkali dapat menyebabkan kekacauan
mental
c. Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bila bernada tinggi/rendah)
d. Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti
bergoyang/berputar)                                  
1. Pengkajian
Pengkajian pada lansia yang mengalami gangguan pada sistem pendengaran
meliputi hal-hal sebagai berikut ini:
a. Meminta untuk mengulang pembicaraan
b. Jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan
c. Memalingkan kepala terhadap pembicraan
d. Kesulitan membedakan pembicaraan serta bunyi suara orang lainyang
parau atau bergumam.
e. Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar
belakang yang bisisng, berdering / berdesis yang konstan.
f. Volume bicara meningkat
g. Sering merasa sedih, di tolak lingkungan, malu, menarik diri, bosan,
depresi, dan frustasi.
h. Ketergantungan dalam melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan sehari-
hari (mandi, berpakaian, ke kamar kecil, makan, BAB/BAK, serta
berpindah) .
2. Masalah Keperawatan                                                                 
Masalah keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem pendengaran adalah
sebagai berikut ini :
a. Gangguan persepsi sensorik : pendengaran
b. Resiko cedera
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
d. Kurang pengetahuan
e. Cemas
f. Gangguan Komunikasi
g. Gangguan soaialisasi
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem pendengaran
adalah sebagai berikut ini :
a. Kaji penyebab adanya gangguan pendengaran
b. Bersihkan telinga, pertahankan komunikasi
c. Berbicara pada telinga yang masih baik dengan suara yang tidak terlalu
keras
d. Berbicara secara perlahan-lahan jelas, dan tidak terlalu panjang
e. Beri kesempatan klien untuk menjawab pertanyaan
f. Gunakan sikap dan gerakan / objek untuk memudahkan persepsi klien
g. Beri sentuhan untuk menarik perhatian sebelum memulai pembicaraan
h. Beri motivasi dan reinforcoment
i. Kolaborasi untuk menggunakan alat bantu pendengaran
j. Lakukan pemeriksaan secara berkala
4. Rencana Asuhan Keperawatan 
Diagnosis Keperawatan : Perubahan fungsi sensori/persepsi : pendengaran
Hasil Yang Diharapkan : Pasien mampu mendengar percakapan
Tindakan Keperawatan :
 Berbicara dengan nada yang tidak termasuk berteriak (berteriak
meningkatkan intonasi nada suara).
 Menghadap ke arah pasien ketika berbicara
 Berbicara secara perlahan-lahan dan jelas
 Gunakan sentuhan untuk mendapatkan perhatian pasien jika berada di
belakangnya
 Gunakan kalimat sederhana
 Turunkan intonasi nada suara
 Waspadai komunikasi nonverbal (misalnya : ekspresi wajah)
Daftar Pustaka :
Jaime L. Stockslager. 2007. Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta :
EGC.
Maryam Siti, dkk. 2008.  Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.
Nugroho Wahjudi, 2003. Keperawatan Gerontik dan Gerontrik Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Pudjiastuti Sri Surini, dkk.  2003.  Fisioterapi pada lansia.  Jakarta : EGC.
Stanley Mickey,dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta :
EGC.
S. Tomher-Nookasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai