Anda di halaman 1dari 14

Pengaruh Pengetahuan terhadap … (Misrina Retnowati, Sutopo PJ, Syamsulhuda BM)

Pengetahuan Mempengaruhi Stigma Tokoh Agama Terhadap Orang Dengan


HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten Banyumas

Misrina Retnowati*), Sutopo Patria Jati**), Syamsulhuda BM***)


*)
Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto
Korespondensi : aqilahasya@yahoo.co.id
**)
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang
***)
Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK
Tingkat penyebaran HIV/AIDS yang semakin mengkhawatirkan, memerlukan
penanggulangan secara terpadu dari berbagi pihak, baik pemerintah, lembaga swadaya
masyarakat, termasuk tokoh agama. Pemuka agama diyakini memegang peranan strategis
untuk menanggulangi dampak buruk, sekaligus memutus mata rantai penyebaran HIV dan
AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi stigma
tokoh agama terhadap ODHA. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan
pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada 164 tokoh agama di
Kabupaten Banyumas. Analisis data univariat menggunakan distribusi frekuensi, analisis
bivariat menggunakan chi square dan analisis multivariat menggunakan uji regresi
logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan stigma
tokoh agama terhadap ODHA adalah nilai/kepercayaan, pengetahuan tentang HIV/AIDS
dan dukungan teman. Faktor yang paling dominan adalah pengetahuan tentang HIV/AIDS.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang HIV/AIDS dapat
mempengaruhi stigma terhadap ODHA selain dukungan teman dan nilai / kepercayaan.
Kata kunci: Stigma terhadap ODHA, Pengetahuan Tentang HIV/AIDS, Toma
ABSTRACT
Knowledge about HIV/AIDS Influencing The stigma towards people living with HIV
in Banyumas. The rate of the spread of HIV/ AIDS that more and more worrisome needs
an integrated tackling from various parties such as the government, non – governmental
organizations, includes religious figures. Religious leader is believed that they have a
strategic role in tackling the bad effect, at the same time break the chain of the spread of
HIV and AIDS. This research aimed to know the factors that influence the stigma of
religious figures towards people living with HIV/ AIDS. The kind of the research
isanalytical correlational with crossectional approach. The data was collected from 164
the religious figures. Data were analyzed using univariate with frequency distribution,
bivariate with Chi-square, and multivariate with logistic regression. The result showed
that factors related to The stigma towards people living with HIV were knowledge about
HIV/AIDS, value/belief and friend’s support. Knowledge about HIV/AIDS was the main
factor that has considerable influence to The stigma towards people living with HIV. From
this research, can be conclude that Knowledge about HIV/AIDS can affect The stigma
towards people living with HIV besides value/belief and friend’s support.
Keywords : The stigma towards people living with HIV, knowledge, religious figures

229
Jurnal Promosi Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No.2 Agustus 2017

PENDAHULUAN disadari hal ini justru mendorong stigma


Kebijakan dan program dan diskriminasi terhadap ODHA. Bahkan
penanggulangan HIV/AIDS telah banyak di daerah Kecamatan Lumbir, Wangon dan
dilakukan di Indonesia, namun Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas
pelaksanaannya masih terkendala. Kendala tokoh agama tidak bersedia memandikan
tersebut antara lain masih terbatasnya jenazah ODHA. (LPPSLH, 2014). Masih
jangkauan dan kualitas program yang adanya stigma dan diskriminasi masyarakat
ditengarai telah menghambat efektivitas terhadap ODHA, berdampak pula ketika
program dalam pengendalian epidemi. ODHA meninggal dunia, sehingga tidak
Berbagai faktor yang ditengarai mendapatkan perawatan sebagaimana
melatarbelakangi efektivitas program, mestinya. Hal tersebut terjadi karena
antara lain aspek sosial budaya termasuk minimnya informasi yang didapat tentang
stigma dan diskriminasi (KNPP RI, 2008) HIV/AIDS. Bahkan pada jenazah ODHA
Stigma dan diskriminasi adalah terkadang masih ada diskriminasi sehingga
salah satu tantangan yang berat dalam masyarakat enggan untuk mengantar dan
program pencegahan penularan HIV/AIDS. mendoakan mereka, sehingga berakibat
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap kehidupan sosial dan psikologi
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun keluarga (Nasarrudin, 2009)
2009 bahwa stigma dan diskriminasi yang Stigma terhadap ODHA masih
dialami orang terinfeksi HIV bisa datang banyak terjadi di masyarakat. Hal ini
dari berbagai kelompok masyarakat. Mulai terlihat dari hasil penelitian yang
dari lingkungan keluarga, lingkungan menunjukkan hampir separuh dari
tempat tinggal, lingkungan kerja, responden (49,7%) memiliki sikap negatif
lingkungan sekolah, serta lingkungan terhadap ODHA. Bentuk stigma di
komunitas lainnya. Bahkan sering terjadi antaranya tidak bersedia makan makanan
diskriminasi di layanan kesehatan terhadap yang disediakan atau dijual oleh ODHA,
orang yang terinfeksi HIV saat mereka tidak membolehkan anaknya bermain
mendapatkan perawatan kesehatan. (KPAN, bersama dengan anak HIV, tidak mau
2009) menggunakan toilet bersama dengan
Pada kenyataannya informasi ODHA, bahkan menolak untuk tinggal
tentang HIV/AIDS melalui berita di media dekat dengan orang yang menunjukkan
massa, ceramah keagamaan dan lain-lain, gejala HIV/AIDS. (Shaluhiyah, 2015)
selalu saja menyebutkan HIV/AIDS karena Stigma memberikan tekanan
‘seks bebas’, zina, dan lain-lain. Tanpa dengan berbagai cara yang tidak kelihatan
230
Pengaruh Pengetahuan terhadap … (Misrina Retnowati, Sutopo PJ, Syamsulhuda BM)

terhadap ODHA namun bisa membuat Timur, DKI Jakarta , Bali, dan Jawa Barat
perasaan ODHA terpukul dan malu. (Kemenkes RI, 2014)
Sedangkan diskriminasi memberikan Data dari Dinas Kesehatan
tekanan dengan cara yang kelihatan dengan Kabupaten Banyumas sampai dengan bulan
berbagai cara yang membuat ODHA harus Juli 2014 didapatkan data kasus HIV
menanggung perasaan malu. Sebagai sebanyak 1.088 orang dan kasus AIDS 535
akibatnya selanjutnya ODHA menutup diri orang. Dimana kasus HIV terbanyak pada
untuk tidak mau membuka status HIVnya kelompok usia 25-34 tahun sebesar 52,6%.
dan bahkan putus asa. Sebaliknya bagi (Dinkes Banyumas, 2014). Dari data diatas
orang yang belum tahu status HIVnya tidak dapat dilihat bahwa kasus HIV/AIDS
akan mau untuk mengikuti tes HIV di klinik semakin meningkat dari tahun ke tahun.
VCT. Disisi lain ODHA yang menutup diri Oleh karena itu, upaya penanggulangan
yang tidak mau membuka status HIVnya HIV/AIDS menjadi sangatlah penting
kepada pasangannya (suami atau istri/ (KNPP RI, 2008)
sebagai partner seks) akan menularkan HIV Permasalahan stigma dan
kepada pasangannya. Hal yang sama terjadi diskriminasi terhadap ODHA harus segera
pada orang yang sudah terinfeksi namun diatasii agar kegiatan dan pencegahan dan
belum mengetahui status HIVnya apakah penanggulangan HIV/AIDS dapat
positif atau tidak. Fenomena ini tergambar dilaksanakan dengan efektif. Salah satu cara
dalam penemuan kasus HIV yang selalu yang perlu dilakukan adalah melibatkan
terjadi setelah orang menderita infeksi tokoh agama untuk membantu memberi
oportunistik dan dilakukan tes HIV ternyata pemahaman kepada masyarakat tentang
positif. (KPAN, 2009) masalah HIV/AIDS (Kelly, 2003)
Data Kementerian Kesehatan Tokoh agama merupakan aktor
Republik Indonesia Triwulan II Tahun 2014 penting di masyarakat karena mempunyai
menunjukkan bahwa jumlah kumulatif legitimasi dan tinggal dalam waktu lama di
kasus HIV yang terjadi di Indonesia sampai masyarakat yang bersangkutan. Para tokoh
dengan bulan Juni tahun 2014 adalah agama juga dianggap dapat memainkan
142.950 kasus dan jumlah kumulatif kasus peranan penting dalam mengubah persepsi
AIDS 55.623 kasus. Demikian halnya masyarakat terhadap HIV/AIDS. Selain itu,
dengan kasus HIV/AIDS yang terjadi di tokoh agama dianggap dapat meningkatkan
Jawa Tengah yang juga sangat kesadaran masyarakat mengenai transmisi
memprihatinkan dimana Jawa Tengah HIV/AIDS, pengurangan stigma dan
menempati urutan ke-6 setelah Papua, Jawa diskriminasi terhadap ODHA. Mereka juga

231
Jurnal Promosi Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No.2 Agustus 2017

dapat dilibatkan untuk membantu menjamin dalam mengubah perilaku sehat, termasuk
bahwa ODHA dapat memperoleh perawatan yang terkait dengan penularan HIV, dan
dan dukungan yang memadai. Tokoh agama menurunkan stigma terhadap ODHA. Oleh
mempunyai posisi yang memadai untuk karena itu, pemberian informasi yang
mempengaruhi sikap publik maupun komprehensif tentang HIV/AIDS kepada
kebijakan nasional. Kondisi seperti itu juga tokoh masyarakat menjadi sangat penting
ditemukan di Malaysia dan Thailand di dilakukan oleh petugas kesehatan, agar
mana tokoh agama mampu berperan dalam tokoh masyarakat dapat menularkan dan
mengurangi cepatnya pertumbuhan jumlah menyebarkan informasi yang benar kepada
kasus HIV/AIDS (FHI, 2007) masyarakat, termasuk tentang
Tokoh masyarakat merupakan salah menghilangkan stigma terhadap ODHA.
satu faktor lingkungan sosial memiliki (Shaluhiyah, 2015)
peranan penting terjadinya stigma terhadap Pengetahuan adalah merupakan
ODHA. Apabila seorang tokoh masyarakat hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
memberikan stigma terhadap ODHA, melakukan penginderaan terhadap suatu
masyarakat di sekitarnya memiliki obyek tertentu. Sebagian besar pengetahuan
kemungkinan juga akan terpengaruh untuk manusia diperoleh melalui mata dan telinga
melakukan hal yang sama. Reaksi (Notoatmodjo, 2007). Dengan pengetahuan
masyarakat terhadap ODHA memiliki efek tokoh agama yang memadai dan persepsi
besar pada ODHA. Apabila reaksi terhadap HIV/AIDS positif diasumsikan
masyarakat bermusuhan, seorang penderita akan dapat menciptakan kondisi yang dapat
HIV dapat merasakan adanya diskriminasi mengurangi stigma dan diskriminasi
dan kemungkinan dapat meninggalkan terhadap ODHA.
rumah atau menghindari aktivitas Faktor yang mempengaruhi
sehari–hari seperti berbelanja, bersekolah, pengetahuan tokoh agama tentang
dan bersosialisasi dengan masyarakat. Pada HIV/AIDS adalah keterlibatan tokoh agama
dasarnya, tokoh masyarakat berperan dalam sosialisasi HIV/AIDS yang berupa
penting dalam menurunkan terjadinya penyuluhan tentang HIV/AIDS atau
stigma dan diskriminasi terhadap ODHA kegiatan sarasehan terkait permasalahan
karena tokoh-tokoh lokal merupakan model HIV/AIDS. Tokoh agama yang pernah
atau contoh yang biasanya menjadi panutan terlibat dalam kegiatan sosialisasi tentang
masyarakat, terutama pada masyarakat di HIV/AIDS menghasilkan tidak hanya
daerah pedesaan. Tindakan dan sikap peningkatan pengetahuan tetapi juga
mereka dijadikan referensi oleh masyarakat peningkatan sikap yang lebih baik terhadap
232
Pengaruh Pengetahuan terhadap … (Misrina Retnowati, Sutopo PJ, Syamsulhuda BM)

ODHA (Notoatmodjo, 2007). dalam penelitian ini menggunakan rumus


Berdasarkan uraian tersebut, dapat Slovin didapatkan hasil sebanyak 164 tokoh
ditarik suatu permasalahan bagaimana agama. Teknik sampling yang digunakan
pengaruh pengetahuan terhadap stigma dalam penelitian ini adalah proportional
tokoh agama terhadap orang dengan random sampling yaitu pengambilan
HIV/AIDS (ODHA). Pernyataan tersebut sampel anggota populasi dilakukan secara
diperkuat oleh L.Green yang mencoba acak dengan melihat strata yang ada (agama
menganalisis perilaku manusia berangkat islam, kristen katolik, kristen protestan,
dari tingkat kesehatan. Faktor perilaku hindu dan budha). Variabel independen
ditentukan atau dibentuk oleh faktor dalam penelitian ini adalah karakteristik
Predisposisi (Predisposing factor), faktor (umur, pendidikan dan pekerjaan),
pemungkin (Enabling factor) dan faktor sosialisasi tentang HIV/AIDS,
penguat (reinforcing factor). (Green, 1999). nilai/kepercayaan, dukungan teman dan
pengetahuan tentang HIV/AIDS. Alat
METODE penelitian yang digunakan adalah kuesioner.
Jenis penelitian ini adalah Pengumpulan data dilakukan dengan
penelitian analitik korelasional metode wawancara. Hasil penelitian
menggunakan metode survei dengan dianalisis secara univariat, bivariat dan
pendekatan cross-sectional. Penelitian ini multivariat. Analisis univariat menggunakan
dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2015 distribusi frekuensi, analisis bivariat
pada tokoh agama di Kabupaten Banyumas. menggunakan chi-square dan analisis
Populasi dalam penelitian sebanyak 278 multivariat menggunakan regresi logistik.
tokoh agama. Penentuan jumlah sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Distribusi Frekuensi Stigma Tokoh Agama Terhadap ODHA Berdasarkan
Karakteristik, Pengetahuan Tentang HIV/AIDS, Nilai / Kepercayaan dan
Dukungan Teman
Variabel f Melakukan Tidak P
melakukan value
Umur
40-60 tahun 135 (82,3%) 73 (54,1%) 62 (45,9%) 0,432
≥ 61 tahun 29 (17,7%) 18 (62,1%) 11 (37,9%)
Pendidikan
Menengah 137 (83,5%) 78 (56,9%) 59 (43,1%) 0,401
Tinggi 27 (16,5%) 13 (48,1%) 14 (51,9%)

233
Jurnal Promosi Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No.2 Agustus 2017

Lanjutan Tabel 1
Pekerjaan
Tidak bekerja 16 (9,8%) 11 (68,8%) 5 (31,2%) 0,286
Bekerja 146 (90,2%) 80 (54,1%) 66 (45,9%)
Sosialisasi HIV/AIDS
Pernah 77 (47%) 36 (46,8%) 41 (53,2%) 0,334
Tidak pernah 87 (53%) 55 (63,2%) 32 (36,8%)
Pengetahuan tentang
HIV/AIDS
Baik 67 (40,9%) 26 (38,8%) 41 (61,2%) 0,000
Kurang 97 (59,1%) 65 (67%) 32 (33%)
Kepercayaan/nilai
Baik 81 (49,4%) 21 (25,9%) 60 (74,1%) 0,009
Kurang 83 (50,6%) 70 (84,3%) 13 (15,7%)
Dukungan Teman
Mendukung 70 (42,7%) 20 (28,6%) 50 (71,4%) 0,013
Tidak Mendukung 94 (57,3%) 71 (75,5%) 23 (24,5%)
Stigma Tokoh Agama
Melakukan 91 (55,5%) - - -
Tidak Melakukan 73 (44,5%) - - -

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Logistik Stigma Tokoh Agama Terhadap ODHA
Variabel Koefisien P OR 95% confidence
interval (CI
Pengetahuan 2,561 0,009 4,276 0,836-27,148
Kepercayaan 1,532 0,035 0,816 0,085-0,549
Dukungan Teman 1,735 0,049 0,434 0,006-0,090
Konstanta 2,059 0,823 0,006

Karakteristik responden artinya tidak ada hubungan umur,


Tabel 1 memperlihatkan karakteristik pendidikan dan pekerjaan dengan stigma
responden dalam penelitian ini adalah tokoh agama terhadap ODHA. Untuk
sebagian besar responden berumur 40-60 karakteristik responden tidak dilakukan
tahun (82,3%) dan sebanyak 83,5% analisis multivariat karena untuk nilai p
responden berpendidikan menengah (SMA). value > 0,05 sehingga tidak memenuhi
Karena dari latar belakang pendidikan SMA syarat untuk dilakukan analisis multivariat.
sebagian besar responden bekerja (90,2%). Umur adalah usia yang menjadi
Dari analisis bivariat karakteristik indikator dalam kedewasaan setiap
responden didapatkan hasil p value umur pengambilan keputusan untuk melakukan
0,432, p value pendidikan 0,401 dan p value sesuatu yang mengacu pada setiap
pekerjaan 0,286. Ketiga variabel pengalamannya. Semakin tua umur seorang
karakteristik responden p value > 0,05 yang maka seseorang akan lebih berpengalaman,

234
Jurnal Promosi Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No.2 Agustus 2017

karena umur seseorang akan mempengaruhi bagi setiap insan. Pekerjaan mempengaruhi
kinerja, semakin lanjut umurnya, maka terjadinya stigma dan diskriminasi karena
semakin lebih bertanggung jawab, lebih seseorang yang sudah lama bekerja
tertib, lebih berbakti daripada usia muda. cenderung mempunyai wawasan yang lebih
Tidak adanya hubungan antara umur luas dan pengalaman yang lebih banyak,
dengan stigma tokoh agama terhadap ODHA dimana hal ini memegang peranan penting
disebabkan karena dengan semakin dalam perubahan perilaku seseorang. Hasil
bertambahnya usia seseorang, tidak penelitian ini membuktikan bahwa tokoh
menjamin bahwa dia semakin dewasa. agama yang bekerja atau tidak bekerja
Karena kedewasaan seseorang tidak dapat melakukan stigma karena banyak
ditentukan oleh usia, tapi bagaimana cara faktor yang mempengaruhi stigma selain
menyelesaikan masalahnya dengan kepala pekerjaan yaitu pengetahuan,
dingin, bagaimana caranya mengambil nilai/kepercayaan dan dukungan teman.
setiap keputusan yang tepat dan setiap (Wawan, 2010)
kesempatan yang ada dalam hidupnya. Tabel 2 menunjukkan hasil analisis
Dalam hal ini dikaitkan dengan perilaku regresi logistik. Dari 7 variabel, yang
menghadapi ODHA. (Hurlock, 2008) memenuhi syarat untuk dilakukan analisis
Pendidikan adalah kemahiran regresi logistik ada 3 variabel yaitu
menyerap pengetahuan pendidikan pengetahuan tentang HIV/AIDS, nilai /
seseorang berhubungan dengan sikap kepercayaan dan dukungan teman dengan p
seseorang terhadap pengetahuan yang value < 0,05. Setelah dianalasis regresi
diserapnya. Semakin tinggi tingkat logistik didapatkan hasil variabel
pendidikan semakin mudah untuk dapat pengetahuan tentang HIV/AIDS memiliki
menyerap pengetahuan. Semakin tinggi pengaruh terhadap stigma terhadap ODHA
pendidikan seseorang, maka akan semakin dengan odds ratio 4,276 (nilai p = 0,009 95%
mudah untuk menyerap informasi dalam CI : 0,836-27,148) yang artinya responden
bidang kesehatan. Tidak ada hubungan yang memiliki pendidikan kurang memiliki
pendidikan dengan stigma tokoh agama kecenderungan 4,276 kali lebih besar untuk
terhadap ODHA menunjukkan bahwa melakukan stigma terhadap ODHA
perilaku seseorang bukan hanya dipengaruhi dibandingkan dengan responden yang
oleh tingkat pendidikan di bangku sekolah memiliki pengetahuan baik.
saja namun banyak diperoleh dari Hal ini sesuai dengan apa yang
pengalaman hidup. (Wawan, 2010). dikatakan Notoatmodjo, setelah orang
Bekerja merupakan satu kewajiban melakukan penginderaan terhadap objek
230
Pengaruh Pengetahuan terhadap … (Misrina Retnowati, Sutopo PJ, Syamsulhuda BM)

tertentu baik melalui panca indera manusia 0,05 sehingga tidak memenuhi syarat untuk
yaitu indera penglihatan, penciuman, rasa dilakukan analisis multivariat.
dan raba yang sebagian besar berasal dari Sosialisasi adalah penyebarluasan
indra penglihatan dan pendengaran akan informasi (program, kebijakan, peraturan)
mendapatkan hasil yang berupa rasa tahu dari satu pihak (pemilik program, kebijakan,
yang disebut pengetahuan. Tingkat peraturan) kepada pihak-pihak lain (aparat,
pengetahuan seseorang juga mempengaruhi masyarakat, yang terkena program dan
persepsi dan perilaku individu yang mana masyarakat umum. Sosialisasi merupakan
makin tinggi pengetahuan seseorang maka aktivitas komunikasi yang bertujuan untuk
makin baik menafsirkan sesuatu. menciptakan perubahan pengetahuan, sikap
(Notoatmodjo, 2007) dan perilaku sasaran terhadap ide
Pengetahuan yang kurang inilah pembaharuan (inovasi) yang ditawarkan.
yang dapat menciptakan stigma serta Sosialisasi program tersebut sangat penting,
diskriminasi terhadap ODHA. Tokoh agama karena apabila sosialisasi program tersebut
hanya mengetahui HIV/AIDS itu kurang baik, maka implementasi program
merupakan sebatas penyakit menular dan tersebut bisa tidak berhasil. Tidak adanya
sangat berbahaya dan belum memahami hubungan antara sosialisasi dengan stigma
secara benar cara penularaanya. kemungkinan disebabkan karena banyak
Ketidakpahaman ini menimbulkan stigma faktor yang lebih berpengaruh terdapat
yaitu tokoh agama tidak mau memandikan stigma selain sosialisasi misalnya dukungan
jenazah ODHA dan tidak mau menganjar teman, pengetahuan dan kepercayaan. Jadi
jenazah sampai tempat pemakaman. meskipun tujuan dari sosialisasi untuk
meningkatkan pengetahuan tetapi kurang
Sosialisasi HIV/AIDS mendapat respon yang baik oleh tokoh
Hasil penelitian menunjukkan agama. (Wawan, 2010)
bahwa lebih banyak responden yang tidak
pernah mengikuti sosialisasi tentang Pengetahuan Tentang HIV/AIDS
HIV/AIDS sebanyak 53%. Berdasarkan Pada pengetahuan tentang
analisis bivariat diperoleh nilai p sebesar HIV/AIDS, sebanyak 59,1% responden
0,334 yang artinya tidak ada hubungan memiliki pengetahuan kurang. Beberapa
antara sosialisasi dengan stigma tokoh pengetahuan responden yang masih salah
agama terhadap ODHA. Untuk variabel tentang HIV/AIDS diantaranya adalah
sosialisasi HIV/AIDS tidak dilakukan responden menjawab virus HIV/AIDS dapat
analisis multivariat karena nilai p value > menular melalui berenang (73,2%), melalui

231
Jurnal Promosi Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No.2 Agustus 2017

berciuman (70,1%) dan melalui bersin/batuk yang disebut pengetahuan. Tingkat


(67,1%) dari jawaban tersebut responden pengetahuan seseorang juga mempengaruhi
belum memahami cara penularan persepsi dan perilaku individu yang mana
HIV/AIDS dengan benar. Pada analisis makin tinggi pengetahuan seseorang maka
bivariat diperoleh hasil nilai p = 0,000, makin baik menafsirkan sesuatu.
yang berarti bahwa pengetahuan tentang (Notoatmodjo, 2007)
HIV/AIDS memiliki hubungan yang Pengetahuan tentang HIV/AIDS
signifikan dengan stigma terhadap ODHA. sangat mempengaruhi bagaimana individu
Sejalan dengan penelitian yang tersebut akan bersikap terhadap ODHA.
dilakukan Rogers yang menyatakan bahwa Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA
pengetahuan atau kognitif merupakan muncul berkaitan dengan ketidaktahuan
domain yang sangat penting untuk tentang mekanisme penularan HIV,
terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku perkiraan risiko tertular yang berlebihan
yang didasari oleh pengetahuan dan sikap melalui kontak biasa dan sikap negatif
yang positif maka perilaku tersebut akan terhadap kelompok sosial yang tidak
bersifat langgeng. Perilaku seseorang proporsional yang dipengaruhi oleh epidemi
dipengaruhi oleh pengetahuan sebagai HIV/AIDS ini. (Mahendra, 2006)
faktor predisposisi. Pengetahuan merupakan Pengetahuan yang memadai
hasil tahu yang terjadi setelah seseorang diasumsikan akan mengubah persepsi tokoh
melakukan pengindraan terhadap objek agama terhadap HIV/AIDS menjadi positif.
tertentu. Ketika seseorang mempunyai Jika pengetahuan pemuka agama sudah
pengetahuan yang benar dan mengetahui memadai dan persepsi terhadap HIV/AIDS
manfaat suatu tindakan maka hal ini akan positif diasumsikan pemuka agama akan
mempengaruhi dirinya sehingga tindakan terlibat dalam upaya penanggulangan
yang dilakukan akan lebih langgeng. HIV/AIDS dan akan menciptakan kondisi
(Hurlock, 2008) yang dapat mengurangi stigma dan
Hal ini sesuai dengan apa yang diskriminasi terhadap HIV/AIDS.
dikatakan Notoatmodjo, setelah orang Pengetahuan dan persepsi positif tersebut
melakukan penginderaan terhadap objek diasumsikan akan dapat ditularkan pada
tertentu baik melalui panca indera manusia masyarakat luas atau umatnya. Dengan
yaitu indera penglihatan, penciuman, rasa demikian maka stigma dan diskriminasi
dan raba yang sebagian besar berasal dari terhadap ODHA akan dikurangi dan pada
indra penglihatan dan pendengaran akan akhirnya upaya pencegahan dan
mendapatkan hasil yang berupa rasa tahu penanggulangan HIV/AIDS akan berjalan
232
Pengaruh Pengetahuan terhadap … (Misrina Retnowati, Sutopo PJ, Syamsulhuda BM)

dengan efektif. (Russel, 2011). penyakit tersebut menjadi sumber stigma


dan diskriminasi. Belum lagi adanya
Nilai / Kepercayaan anggapan bahwa HIV/AIDS dianggap
Stigma terhadap ODHA ini juga penyakit kutukan dan hukuman Tuhan serta
ditunjang dengan responden yang memiliki dikaitkan dengan moral seseorang. Agama
nilai/kepercayaan kurang sebanyak 50,6%. datang untuk memberikan pencerahan dan
Kepercayaan yang masih melekat pada kedamaian. Agama memandang bahwa
responden diantaranya adalah responden penyakit yang diderita oleh seseorang justru
menyatakan bahwa orang baik tidak bila diterima dengan ikhlas dapat
mungkin terkena HIV/AIDS (84,1%) dan menggugurkan dosa-dosanya. Agama
tidak menyukai ODHA karena sudah pasti melarang hubungan seks lelaki dengan
dia tertular HIV/AIDS karena perilakunya lelaki (Gay) serta perzinaan (Chinn, 2005).
yang tidak baik (80,5%). Responden masih Nilai merupakan sesuatu yang
mempercayai bahwa HIV/AIDS hanya abstrak, yang dijadikan pedoman serta
dapat menyerang ke orang yang mempunyai prinsip – prinsip umum dalam bertindak
perilaku tidak baik, yang perilakunya baik dan bertingkah laku. Keterikatan orang atau
tidak mungkin tertular HIV/AIDS. Hasil kelompok terhadap nilai menurut
analisis bivariat pada variabel Theodorson relatif sangat kuat dan bahkan
nilai/kepercayaan juga memiliki nilai p = bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai
0,009. Sehingga dapat dinyatakan bahwa dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan
nilai/kepercayaan memiliki hubungan yang manusia itu sendiri. Setiap individu dalam
signifikan dengan stigma terhadap ODHA. melaksanakan aktifitas sosialnya selalu
Peran agama dalam semua aspek berdasarkan serta berpedoman kepada
kehidupan manusia sudah ada sejak nilai–nilai atau sistem nilai yang ada dan
berabad-abad yang lalu. Kepatuhan hidup dalam masyarakat itu sendiri. Artinya
terhadap nilai-nilai agama para pemimpin nilai–nilai itu sangat banyak mempengaruhi
agama mempunyai peran dalam pencegahan tindakan dan perilaku manusia, baik secara
dan pengurangan penularan HIV. individual, kelompok atau masyarakat
HIV/AIDS tidak hanya menyentuh tataran secara keseluruhan tentang baik buruk,
kesehatan namun juga masuk ke segala benar salah, patut atau tidak patut. Suatu
bidang termasuk masalah keyakinan atau nilai apabila sudah membudaya didalam
agama. Banyaknya orang yang memiliki diri seseorang, maka nilai itu akan dijadikan
pemahaman yang minim serta pemahaman sebagai pedoman atau petunjuk di dalam
yang salah akan HIV/AIDS menyebabkan bertingkah laku. Hal ini dapat dilihat dalam

233
Jurnal Promosi Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No.2 Agustus 2017

kehidupan sehari – hari, misalnya stigma agama dapat digunakan untuk memberikan
terhadap ODHA. Jadi, secara universal, motivasi kepada ODHA dalam
nilai itu merupakan pendorong bagi meminimalkan tekanan psikososial yang
seseorang dalam mencapai tujuan tertentu dirasakan ODHA sehingga ODHA dapat
(Andrewin, 2008). memiliki gaya hidup yang lebih baik dan
dapat memberikan respon yang lebih positif
Dukungan Teman terhadap lingkungan sosialnya (Widayatun,
Hasil analisis menunjukkan bahwa 2009).
sebagian besar responden tidak mendapat Namun pada kenyataannya banyak
dukungan teman yaitu sebanyak (57,3%), di tokoh agama yang mempunyai penilaian
bandingkan responden yang mendapat negatif terhadap ODHA sehingga banyak
dukungan teman (42,7%). Salah satu bentuk yang kurang mendukung apabila ada
tidak mendapat dukungan teman adalah kegiatan-kegiatan yang berhungan dengan
responden tidak pernah diajak teman untuk ODHA.
memberikan pondasi ketuhanan kepada
ODHA (61%). Manusia dalam peranannya Stigma Tokoh Agama Terhadap Orang
sebagai makhluk sosial, selalu akan Dengan HIV/AIDS (ODHA)
berinteraksi dengan orang lain. Semenjak Tokoh agama yang melakukan
dilahirkan, manusia sudah mempunyai stigma terhadap ODHA sebanyak 55,5%.
naluri untuk hidup berkawan. Dalam Bentuk stigma yang dilakukan adalah
kehidupan sehari-hari, interaksi manusia responden menyatakan tidak mau
dengan orang di sekitarnya dapat berupa memandikan jenazah ODHA (73,2%), tidak
bantuan baik secara langsung ataupun mau mengantar jenasah sampai ke
secara tidak langsung. Begitu pula dengan pemakaman (70,1%) dan tidak mau
dukungan yang diterima oleh individu. memimpin doa bagi ODHA (70,1%).
Dukungan sosial dapat berasal dari berbagai Kurangnya informasi tentang HIV/AIDS
sumber seperti pasangan/kekasih, keluarga, menyebabkan belum semua masyarakat
teman, terapis, dokter, atau organisasi memahami penularan HIV/AIDS dari satu
masyarakat (Samsuridjal, 2012). orang ke orang lain secara benar apakah bisa
Dukungan teman akan menciptakan tertular bila memegang, menyentuh atau
lingkungan yang kondusif yang mampu berdekatan dengan jenasah ODHA.
memberikan motivasi maupun wawasan Stigma pada ODHA adalah sebuah
baru bagi tokoh agama dalam menghadapi perlakuan negatif yang diberikan oleh
ODHA. Dukungan teman terhadap tokoh masyarakat karena dianggap bahwa
234
Pengaruh Pengetahuan terhadap … (Misrina Retnowati, Sutopo PJ, Syamsulhuda BM)

HIV/AIDS yang diderita sebagai akibat berganti-ganti pasangan, sehingga jika virus
perilaku yang merugikan diri sendiri dan ini menginfeksi seseorang maka dianggap
berbeda dengan penyakit akibat virus lain. sebagai sebuah balasan akibat perilakunya
Ditambah lagi kondisi ini diperparah karena yang merugikan diri sendiri. Hal ini terjadi
hampir sebagian besar kasus penularan HIV karena masyarakat menganggap ODHA
pada ODHA disebabkan karena aktivitas sebagai sosok yang menakutkan. Maka dari
seksual yang berganti-ganti pasangan. itu mencibir, menjauhi serta menyingkirkan
(Goffman, 2007). ODHA adalah sebuah hal biasa karena
Secara teori memang benar bahwa menjadi sumber penularan bagi anggota
ODHA menyerang pada perilaku berisiko kelompok masyarakat lainnya. Justifikasi
namun stigma yang umumnya dilekatkan seperti inilah yang keliru atau salah karena
pada ODHA adalah bahwa HIV yang ada di bisa saja masyarakat tidak mengerti bahwa
dalam tubuh mereka itu karena Azab dari penularan HIV itu tidak hanya melalui
Tuhan. Kalangan pemuka agama dan tokoh hubungan seksual akibat “membeli seks”
masyarakat yang sering membuat tetapi ada banyak korban ODHA yang
pernyataan ini sehingga turut memicu tertular akibat penyebab lain seperti jarum
masyarakat luas memiliki pandangan yang suntik, tranfusi darah ataupun pada
sama. Hal ini yang kemudian membuat bayi-bayi yang tidak berdosa karena ibunya
komunitas-komunitas yang dekat dengan adalah ODHA (Aisha, 2008)
aktifitas beresiko seperti pekerja seks, gay,
transgender serta pengguna narkotika suntik SIMPULAN
seringkali menerima perlakuan yang tidak Pengetahuan Tentang HIV/AIDS
mengenakkan dan stigma sosial yang besar merupakan faktor yang paling berpengaruh
(Andrewin, 2008). terhadap stigma terhadap ODHA dengan
Orang-orang dengan infeksi HIV nilai odds ratio 4,276 yang artinya
menerima perlakuan yang tidak adil responden yang memiliki pengetahuan
(diskriminasi) dan stigma karena penyakit kurang memiliki kecenderungan 4,276 kali
yang dideritanya. Stigma pada ODHA lebih besar untuk melakukan stigma
melekat kuat karena masyarakat masih terhadap ODHA dibandingkan dengan
memegang teguh nilai-nilai moral, agama responden yang memiliki pengetahuan baik.
dan budaya atau adat istiadat bangsa timur Pengetahuan tentang HIV/AIDS sangat
(Indonesia) di mana masyarakatnya mempengaruhi bagaimana individu tersebut
belum/tidak membenarkan adanya akan bersikap terhadap ODHA. Stigma dan
hubungan di luar nikah dan seks dengan diskriminasi terhadap ODHA muncul

235
Jurnal Promosi Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No.2 Agustus 2017

berkaitan dengan ketidaktahuan tentang Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia. Jakarta.
mekanisme penularan HIV, perkiraan risiko
tertular yang berlebihan melalui kontak Kementerian Negara Pemberdayaan
Perempuan Republik Indonesia
biasa dan sikap negatif terhadap kelompok
(KNPPRI). 2008. Pemberdayaan
sosial yang tidak proporsional yang Perempuan Dalam Pencegahan
Penyebaran HIV – AIDS. KNPPRI.
dipengaruhi oleh epidemi HIV/AIDS ini
Jakarta.
(Mahendra, 2006).
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional
(KPAN). 2009. Laporan Riset
KEPUSTAKAAN Bagian I, KIE Menghapus Stigma
dan Diskriminasi Terhadap ODHA
Andrewin. Stigmatization of Patients with
di 6 Kota (Jakarta, Bandung,
HIV/AIDS among Doctors and
Surabaya, Batam, Pontianak,
Nurses in Belize. AIDS Patient
Jayapura). KPAN. Jakarta.
Care and STDs. 2008; 4(3): 6-12
Kelly MJ. The Role of Religion in
Chin JJ. Chinese and South Asian Religious
HIV&AIDS Epidemic (With Special
Institutions and HIV Prevention in
Reference to Christianity and
New York City. AIDS Education
Islam). Paper commissioned by
and Prevention. 2005; 4(2): 1-7.
UNAIDS Scenario Setting for
HIV&AIDS in Africa. 2003; 6(3):
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas.
123-140.
2014. Data HIV/AIDS tahun 2014.
Dinas Kesehatan Kabupaten
Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Banyumas. Banyumas.
Sumber Daya Lingkungan Hidup
(LPPSLH) Kabupaten Banyumas.
Family Health Internasional (FHI). 2007.
2014. Data Stigma terhadap ODHA
Religious Leaders Response to
Kabupaten Banyumas. LPPSLH.
HIV&AIDS. FHI. Jakarta.
Banyumas.
Green LW and Kreuter MW. 1999. Health
Mahendra VS, et all. Reducing Stigma and
Promotion Planning: An
Discrimination in Hospital:
Educational And Ecological
Positive Findings from India.
Approach (3rd). Mountain View
Horizons Research Summary. 2006;
CA. Mayfield.
4(2): 5-14.
Goffman E. 2003. Stigma : Notes on the
Nasarrudin. 2009. Argumen Kesetaraan
Management of Spoiled Identity.
Gender Perspektif Al-Quran.
Englewood Cliffs NJ. Prentice
Paramadina. Jakarta.
Hall.
Notoatmodjo S. 2007. Pendidikan dan
Hurlock. 2008. Psikologi Perkembangan.
Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.
Erlangga. Jakarta.
Russel. 2011. Bebas dari 6 Penyakit Paling
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Mematikan. Media Pressindo.
2014. Laporan Situasi
Yogyakarta.
Perkembangan HIV/AIDS di
Indonesia sampai Juli 2014.
236
Pengaruh Pengetahuan terhadap … (Misrina Retnowati, Sutopo PJ, Syamsulhuda BM)

Surapsari. 2008. Penyakit Infeksi HIV. 333-340.


Erlangga. Jakarta.
Varas Díaz TBN, et all. Religion and
Samsuridjal. 2012. Penatalaksanaan Infeksi HIV/AIDS Stigma: Implications for
HIV di Pelayanan Dasar. FKUI dan Health Professionals in Puerto
Pelita Ilmu. Jakarta. Rico. NIH Public Access Author
Manuscript. 2011; 3(2): 1-10.
Shaluhiyah. Stigma Masyarakat terhadap
Orang Dengan HIV/AIDS. Jurnal Wawan A. 2010. Teori Pengetahuan, Sikap
Kesehatan Masyarakat Nasional dan Perilaku Manusia. Nuha
Universitas Indonesia. 2015; 9(4): Medika. Yogyakarta.

237

Anda mungkin juga menyukai