OLEH :
NAMA KELOMPOK I
KELAS :C/IV
Penulis
DAFTAR ISI
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya masa
keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan
nyeri, perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan
karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air
kemih kekurangan materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya
produksi air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi, 2016).
Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio priawanita 4:1
dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher, 2016). Di
Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia
rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini
merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat (Purnomo, 2016). Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan
yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu
diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat
dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai
keempat.
Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih yang
berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis, vesicolitiasis, batu
prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat merugikan karena obstruksi
saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong, 2016). Batu dapat menyebabkan
kerusakan atau gangguan fungsi ginjal karena menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan
ini berlangsung lama, urin akan mengalir balik kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan
penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa
terjadi kerusakan ginjal (Depkes, 2016). Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah
bawah yang berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak diterapi
dengan tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi dan kerusakan struktur
ginjal yang permanen, seperti nefropati obstruktif, dan jika mengalami infeksi saluran
kemih dapat menimbulkan urosepsis (Purnomo, 2016).
Untuk mengetahui adanya batu pada saluran kemih terkadang perlu dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu melalui USG atau rontgen, bahkan terkadang ditemukan pula
ginjal yang sudah rusak atau tidak berfungsi lagi akibat batu saluran kemih ini . Tingginya
insidens rate batu saluran kemih, namun rendahnya kesadaran masyarakat akan penyakit
batu saluran kemih dan asuhan keperawatannya.
1.2Rumusan Masalah
1. apa saja konsep medis dengan asuhan keperawatan urolithiasis?
2. Apa saja konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan urolithiasis?
3. Apa aplikasi jurnal untuk menurunkan urolithiasis?
1.3Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar urolithiasis.
2. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan urolithiasis.
3. Mengetahui aplikasi jurnal untuk menurunkan nyeri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Batu Saluran Kemih adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi
berbagai zat terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium
oksalat (60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat
(batu tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A.
Grace & Neil R. Borley 2016).
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi Batu Saluran Kemih meliputi :
a. Batu Kalsium
Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium biasanya terdiri dari fosfat
atau kalsium oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil disebut pasir atau kerikil
sampai ke ukuran yang sangat besar “staghorn” yang berada di pelvis dan dapat
masuk ke kaliks.
b. Batu struvit
Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Suasana ini memudahkan garam-garam magnesium, ammonium fosfat, dan karbonat
urea adalah proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter, pseudomonas, dan
stapillokokus
c. Batu asam urat
Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan yang banyak
mengandung purine, peminum alcohol, volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter
perhari) atau dehidrasi, hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/ 24jam.
Asam urat yang berlebih dalam urin bertindak sebagai inti batu untuk terbentuknya
batu kalsium oksalat.
d. Batu sistin
Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang mewarisi
pengahambat atosomonal. Batu sistin merupakan jenis yang timbul biasanya pada
anak kecil dan orang tua, jarang ditemukan pada usia
e. Batu xanthine
Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi karena defisiensi oksidasi
xathine. membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman kuman
pemecah
2.3 Etiologi
Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik.
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk
faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.
1) Heriditer/ Keturunan
Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis tubulus
ginjal (ATG). ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal atau
kehilangan HCO3 dalam air kemih, akibatnya timbul asidosis metabolic. Riwayat batu
saluran kemih bersifat keturunan, menyerang beberapa orang dalam satu keluarga.
Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan batu saluran kemih antara lain:
2) Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga
penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria,
aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu kalsium oksalat dan
gagal ginjal.
3) Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih rendah
hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.
4) Umur : Batu salutan kemih banyak terdapat pada golongan umur 30 60 tahun.
5) Jenis kelamin
Kejadian batu saluran kemih berbeda antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki lebih
sering terjadi dibanding wanita 3:1. Khusus di Indonesia angka kejadian batu saluran
kemih yang sesuangguhnya belum diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak terdapat
170.000 kasus baru per tahun. Serum testosteron menghasilkan peningkatan produksi
oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum testosteron pada wanita dan anak-anak
menyebabkan rendahnya kejadan batu saluran kemih pada wanita dan anak-anak.
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti
geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
1) Geografi
Prevalensi batu saluran kemih tinggi pada mereka yang tinggal di daerah pegunungan,
bukit atau daerah tropis. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden batu saluran
kemih di suatu tempat dengan tempat yang lain. Faktor geografi mewakili salah satu
aspek lingkungan seperti kebiasaan makan di suatu daerah, temperatur, kelembaban
yang sangat menentukan faktor intrinsik yang menjadi predisposisi batu saluran
kemih.
2) Faktor Iklim dan cuaca
Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara langsung namun ditemukan
tingginya batu saluran kemih pada lingkungan bersuhu tinggi. Selama musim panas
banyak ditemukan batu saluran kemih. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan
keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang
meningkat akan meningkatkan pembentukan kristal air kemih. Pada orang yang
mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko terhadap batu saluran kemih
3) Jumlah air yang diminum
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian batu saluran kemih adalah jumlah air
yang diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum tersebut.
Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang dengan dehidrasi
kronik dan asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi terkena batu saluran kemih.
Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air kemih dan saturasi asam urat sehingga
terjadi penurunan pH air kemih. Pengenceran air kemih dengan banyak minum
menyebabkan peningkatan koefisien ion aktif setara dengan proses kristalisasi air
kemih. Banyaknya air yang diminum akan mengurangi rata-rata umur kristal
pembentuk batu saluran kemih dan mengeluarkan komponen tersebut dalam air
kemih.
4) Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran kemih.
Diet berbagai makanan dan minuman mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah air
kemih dan substansi pembentukan batu yang berefek signifikan dalam terjadinya batu
saluran kemih.
5) Jenis pekerjaan
Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi dan
orang- orang yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena mengganggu
proses metabolisme tubuh
6) Stres
Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti mengapa stres dapat
menimbulkan batu saluran kemih belum dapat ditentukan secara pasti. Tetapi,
diketahui bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami hipertensi, daya tahan tubuh
rendah, dan kekacauan metabolisme yang memungkinkan kenaikan terjadinya batu
saluran kemih.
7) Olah raga
Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan
kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang telah terbukti batu saluran kemih
jarang terjadi pada orang yang bekerja secara fisik dibanding orang yang bekerja di
kantor dengan banyak duduk.
8) Kegemukan (Obesitas)
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik diseluruh
tubuh maupun di bagian tertentu. Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang
idiopatik didapatkan 59,2% terkena kegemukan. Hal ini
9) Kebiasaan menahan buang air kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang dapat
berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan kuman
pemecah urea sangat mudah menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu dengan adanya
stasis air kemih maka dapat terjadi pengendapan kristal.
10) Tinggi rendahnya pH air kemih
Hal lain yang berpengaruh terhadap pembentukan batu adalah pH air kemih ( pH 5,2
pada batu kalsium oksalat).disebabkan pada orang yang gemuk pH air kemih turun,
kadar asam urat, oksalat dan kalsium naia
2.4 Manifestasi klinik
Gejala klinis dari batu saluran kemih yang dapat dirasakan adalah :
a. Rasa Nyeri
Lokasi rasa nyeri tergantung dari letak batu. Bila nyeri mendadak menjadi
akut, disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebral tidak jarang disertai mual dan
muntah, maka dapat disimpulkan pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu
yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik
yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien yang mengalami kolik ureter akan sering
ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air
kemih disertai dengan darah.
b. Demam
Demam ini dapat terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah
sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal..
c. Infeksi
Batu saluran kemih jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi
sekunder akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di
saluran kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter,
Pseudomonas, dan Staphylococcus.
d. Hematuria dan Kristaluria
Diagnosis adanya penyakit batu saluran kemih dapat dibantu dengan adanya
hematuria dan kristaluira. Hematuria adalah terdapatnya sel darah merah di dalam air
kemih, sedangkan kristaluria adalah air kemih yang berpasir.
e. Mual dan Muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas, ginjal dan ureter, seringkali menyebabkan
mual dan muntah.
2.5 . Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan
urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake
cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran
kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu. Supersaturasi
elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung pembentukan
batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan
jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi
pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam
urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan
batu struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi
oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang
akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan
diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan
semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan
batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa
nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu
yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi
struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat
timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada
organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak
mampu melakukan fungsinya secara normal (Smeltzer, 2016).
2.6 Patway
Defesi nutrisi
2.7 . Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada pasien dengan urolithiasis :
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu
dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa
intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan
tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium)
yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu
yang telah ada. Setiap pasien batu saluran kemih harus minum paling sedikit 8 gelas
air sehari.
b. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesik dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar
batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu
petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen
dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk
mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih
atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu
dikeluarkan, batu saluran kemih dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan
obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu
berikutnya.
c. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan
gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat
ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun
1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-
fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat
mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan
lama rawat inap di rumah sakit.
d. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu
saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat
tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).
e. Tindakan Operasi
1) Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
dalam ginjal
2) Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
ureter
3) Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di
vesica urinaria
4) Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
uretra
2.8 PemeriksaanPenunjang
a. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan
adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal serta serpihan, mineral, bakteri,
pus, pH urine asam.
b. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.
c. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih.
d. Darah lengkap :
Sel darah putih : meningkat menunjukkan adanya infeksi. Sel darah merah :
biasanya normal. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
e. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
f. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas Klien
Identitas klien terdiri atas nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
2) Riwayat Keperawatan
a) Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah klien pernah menderita batu saluran kemih sebelumnya atau infeksi
saluran kemih, apakah klien pernah dirawat atau dioperasi sebelumnya
b) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengalami nyeri pada sudut kostovertebralis, dan didapatkan
nyeri tekan dan nyeri ketok, biasanya klien mengalami mual, muntah,
hematuri, Buang Air Kecil (BAK) menetes, BAK tidak tuntas, rasa terbakar,
penurunan haluaran urin, dorongan berkemih.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat batu saluran kemih dalam keluarga
d) Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah atau stress
e) Pola kebiasaan sehari-hari
i. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas / mobilisasi
sehubungan dengan kondisi sebelumnya
ii. Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal Ginjal), Kulit
kemerahan dan hangat; pucat
iii. Eliminasi
Gejala : Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya
(kalukulus), penurunan haluaran urine, kandung kemih
penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih
iv. Diare
Tanda : Olisuria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih
v. Makanan / cairan
Gejala : Mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin,
kalsium oksalat, dan / atau fosfat, ketidakcukupan pemasukan cairan;
tidak minum air dengan cukup
Tanda : Distensi abdominal, penurunan / tak adanya bising usus.
Muntah.
vi. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung
pada lokasi batu, contoh pada panggul di region sudut kostovertebral, dapat menyebar
kepunggung, abdomen, dan turun ke lipat paha/genetalia. Nyeri dangkal konstan
menunjulkkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan
sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : Melindungi ; perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area ginjal
pada palpasi
vii. Keamanan
Gejala : Penggunaan alcohol, demam, menggigil.
BAB III
TIJAUAAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN UROLITHIASIS
Kasus urolitiasiisi
Tn.S, usia 62 tahun sedang di rawat diruang penyakit dalam dan bedah post PCNL hari
kedeua dengan indikasi batu ginjal .pada saat pengkajian klien mengatakan adanya
nyeri pada bekas luka operasi .data hasi pengkajian fisik menunjukan TD:120/80
mmHg, RR
18x/menit frekuensi nadi 100x/menit suhu 36, 8 derajat celcius skala nyeri 6 ,terdapat
luka operasi pada pinggang kanan berwarnah merah tidak bernanah tertutup kasa dan
terpasang brain (isi drain lebih kurang 10 cc berwarnah merah ).terapi yang didapatkan
infus Nacl 500 cc per 24 jam lasix 2x1 mg ondancentron 2x1 mg.
I. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 62 tahun
Pendidikan : SLTP
Jenis kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam Alamat
: nasipanaf Pekerjaan :
Wiraswasta
Tanggal MRS/Jam: 10 mey 2022 jam 21.30 WIB
Diagnosa Medis : Urolithiasis
Tanggal Pengkajian: 11 mey 2022
3.1ANALISA DATA
NO TAN GGAL DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
PENGKAJIAN
1 11 mey 2022 DS: Asupan makalan Nyeri akut
P : nyeri berkurang apabila minuman yang
tidur terlentang dan mengandung Ca
bertamba apabila berlebihan
melakukan aktivitas ,dedrest total
Q : seperti ditusuk-tusuk ,,jarang aktivitas
R : pinggang ,lingkungan
S : skala 6 panas
T : nyeri hilang timbul ,hipertiroid dia
O: betes melitus
- Kadang ekspresi wajah
meringis kesakitan Batu ginjal
- Tekanan Darah : 120/80
mmHg Obstruksi pada
- Nadi : 100 x/mnt saluran kemih
Peningkatan
tekanan
hidrostatik
Distensi piala
ginjal
Kontrasi uretral
meningkat
Trauma ginjal
Mediator nyeri
(histamine
bradikin
Saraf aferen
Thalamus
Saraf eferen
Nyeri dipersepsi
Nyeri akut
3.3 DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut di tandai dengan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional ,dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
(D.0077)
2. Resiko Infeksi di tandai dengan berisiko mengalami peningkatan terserang
organisme patogenik (D.042)
3.Gangguan eliminasi urine di tandai dengan disfunsi eliminasi urin (D.0149)
4.Defesit nutrisi di tandai dengan asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebtuhan metabolisme (D.0019)
3.4.INTERVENSI
KEPERAWATAN
NO Diagnosa keperawatan Tujuan Dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Hasil
1 Nyeri Akut di tandai dengan Tingkat nyeri Manajemen nyeri
pengalaman sensorik atau (L.08066) (I.08238)
emosional yang berkaitan Setelah dilakukan Observasi :
dengan kerusakan jaringan tindakan -identifikasi skalah nyeri
aktual atau fungsional keperawatan selama -indentifikasi faktor yang
,dengan onset mendadak atau 1 x 24 jam memperberat dan
lambat dan berintensitas diharapkan nyeri memperingan nyeri
ringan hingga berat yang akut teratasi -identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
berlangsung kurang dari 3 dengan Kriteria
bulan Hasil : Terapeutik
(D.0077) -keluhan nyeri -berikan teknik
menurun nonfarmakologis untuk
- meringis menurun mengurangi rasa nyeri
-gelisah menurun -kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
-frekuensi nadi
membaik Edukasi
-pola napas -jelaskan ,penyebab
membaik periode dan pemicu nyeri
-Fungsi berkemih -jelaskan strategi nyeri
membaik meredakan nyeri
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
2 Resiko Infeksi di tandai Tingkat Pencegahan infeksi
dengan berisiko mengalami infeksi(L.14137) (I.14539)
peningkatan terserang Setelah dilakukan Observasi
organisme patogenik tindakan -monitor tanda dan
(D.0142) keperawatan selama gejalainfeksi lokal dan
2x24 jam sistemik
diharapkan resiko
infeksi Terapeutik
tidak terjadi dengan -berikan perawatan kulit
kriteria pada area edema
hasil : -pertahankan teknik
-demam menurun aseptik pada pasien
-kemerahan beresiko tinggi
menurun
-nyeri menurun Edukasi
-kultur area luka -jelaskan tanda dan gejala
membaik infeksi
-ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
imunisasi ,jika perlu
3 Gangguan eliminasi urine di (eliminasi urine Manajemen eliminasi
tandai dengan disfunsi .L.0434) urine(I.04152)
eliminasi urin (D.0149) Setelah dilakukan Observasi
tindakan -identifikasi tanda dan
keperawatan selama gejala retensi atau
2x24 jam inkotinensia urine
diharapkan resiko -monitor eliminasi urine
infeksi
tidak terjadi dengan Terapeutik
kriteria -catat waktu-waktu
hasil : berkemih
-sensasi berkemih -batasi asupan cairan jika
meningkat perlu
-desakan berkemih
menurun Edukasi
-distensi kandung -ajarkan tanda dan
kemih menurun gejalah infeksi saluran
-frekuensi DAK kemih
membaik -ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang
tepat untuk berkemih
-anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra
jika perlu
4 Defesit nutrisi di tandai (status Manajemen
dengan asupan nutrisi tidak nutrisi.L.03030) nutrisi(I.03119)
cukup untuk memenuhi Setelah dilakukan Observasi
kebtuhan metabolisme tindakan -identifikasi status nutrisi
(D.0019) keperawatan selama -identifikasi kebutuhan
1 x 24 jam kalori dan jenis nutrien
diharapkan nyeri -monitor asupan makanan
akut teratasi -monitor berat badan
dengan Kriteria
Hasil Terapeutik
-porsi makanan -berikan makanan tinggi
meningkat kalori dan tinggi protein
-nyeri abdomen -berikan suplen makana
menurun jika perlu
-berat badan
membaik Edukasi
-indeks masa tubuh -anjurkan possi duduk
membaik jika mampu
-frekuensi makan
membaik Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
jika perlu
4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Hendaknya mahasiswa bisa menerapkan pemberian asuhan keperawatan dengan
memasukkan tidakan relaksasi genggam jari dan dzikir ini dalam praktik keperawatan
dengan masalah nyeri post operasi.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Adanya penurunan skala nyeri setelah klien diberikan tindakan relaksasi genggam jari
dan dzikir menunjukkan adanya keberhasilan dari penerapan tersebut. Hal ini bisa
dijadikan acuan bagi instansi pendidikan dalam meningkatkan pembelajaran tentang
relaksasi genggam jari dan dzikir pada mahasiswa.
3. Bagi Rumah Sakit
Rumah sakit hendaknya memperbanyak penerapan implementasi keperawatan yang
selalu berkembang. Hal ini membantu peningkatan terhadap pelayanan kesehatan
pada klien. Dengan pemberian asuhan keperawatan secara holistik diharapkan proses
penyembuhan kesehatan klien berlangsung efektif dan efisien.
32
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta:EGC
Johnson, M.,et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Smeltzer C. Suzanne. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diganosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI