Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

UROLITHIASIS PADA Tn.S

OLEH :
NAMA KELOMPOK I
KELAS :C/IV

1. MERLIN NENOSONO (164602720)


2. SAVITRI R. JUNI RANA (165302720)
3. BESLI MOHING (162202720)
4. SONYA Y. LASFETO (165502720)
5. ISRAEL Y. UMBU WANDA (163702720)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
Keperawatan Anak I yang berjudul “ UROLITHIASIS“. Dalam penyusunan
makalah ini kami banyak mengalami kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan rasa terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberi pengarahan, bimbingan,
semangat serta doa untuk keberhasilan penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca.

Kupang, 16 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER DEPAN ................................................................................................................


DAFTAR ISI.......................................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................
A. Latar belakang.........................................................................................................
B. Rumusan masalah ...................................................................................................
C. Tujuan ....................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................
2.1.KONSEP MEDIS.........................................................................................................
A. Defenisi ..................................................................................................................
B. Klasifikasi ...............................................................................................................
C. Etiologi....................................................................................................................
D. Manifestasi Klinik...................................................................................................
E. Patofisiologi ............................................................................................................
F. Pathway ...................................................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang ..........................................................................................
I. Kosep Asuhan Keperawatan………………………………………………..
BAB III TINJAUAAN KASUS
3.1 1ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN UROLITHIASIS ............
3.1IDENTITAS ..............................................................................................................
3.2ANALIA DATA ......................................................................................................
3.3DIAGNOSA KEPERAWATAN .............................................................................
3 . 4 INTERVENSI KEPERAWATA...........................................................................
3.5IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.....................................................................
3.6EVALUASI..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya masa
keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan
nyeri, perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan
karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air
kemih kekurangan materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya
produksi air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi, 2016).

Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio priawanita 4:1
dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher, 2016). Di
Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia
rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini
merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat (Purnomo, 2016). Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan
yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu
diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat
dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai
keempat.

Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih yang
berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis, vesicolitiasis, batu
prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat merugikan karena obstruksi
saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong, 2016). Batu dapat menyebabkan
kerusakan atau gangguan fungsi ginjal karena menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan
ini berlangsung lama, urin akan mengalir balik kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan
penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa
terjadi kerusakan ginjal (Depkes, 2016). Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah
bawah yang berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak diterapi
dengan tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi dan kerusakan struktur
ginjal yang permanen, seperti nefropati obstruktif, dan jika mengalami infeksi saluran
kemih dapat menimbulkan urosepsis (Purnomo, 2016).
Untuk mengetahui adanya batu pada saluran kemih terkadang perlu dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu melalui USG atau rontgen, bahkan terkadang ditemukan pula
ginjal yang sudah rusak atau tidak berfungsi lagi akibat batu saluran kemih ini . Tingginya
insidens rate batu saluran kemih, namun rendahnya kesadaran masyarakat akan penyakit
batu saluran kemih dan asuhan keperawatannya.
1.2Rumusan Masalah
1. apa saja konsep medis dengan asuhan keperawatan urolithiasis?
2. Apa saja konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan urolithiasis?
3. Apa aplikasi jurnal untuk menurunkan urolithiasis?
1.3Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar urolithiasis.
2. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan urolithiasis.
3. Mengetahui aplikasi jurnal untuk menurunkan nyeri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 KONSEP MEDIS


2.1 Pengertian
Batu saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat,
calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila
batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan
batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran
perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam
ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup
besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada
pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau
merah. (Brunner and Suddarth, 2016).

Batu Saluran Kemih adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi
berbagai zat terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium
oksalat (60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat
(batu tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A.
Grace & Neil R. Borley 2016).
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi Batu Saluran Kemih meliputi :
a. Batu Kalsium
Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium biasanya terdiri dari fosfat
atau kalsium oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil disebut pasir atau kerikil
sampai ke ukuran yang sangat besar “staghorn” yang berada di pelvis dan dapat
masuk ke kaliks.
b. Batu struvit
Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Suasana ini memudahkan garam-garam magnesium, ammonium fosfat, dan karbonat
urea adalah proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter, pseudomonas, dan
stapillokokus
c. Batu asam urat
Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan yang banyak
mengandung purine, peminum alcohol, volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter
perhari) atau dehidrasi, hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/ 24jam.
Asam urat yang berlebih dalam urin bertindak sebagai inti batu untuk terbentuknya
batu kalsium oksalat.
d. Batu sistin
Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang mewarisi
pengahambat atosomonal. Batu sistin merupakan jenis yang timbul biasanya pada
anak kecil dan orang tua, jarang ditemukan pada usia
e. Batu xanthine
Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi karena defisiensi oksidasi
xathine. membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman kuman
pemecah
2.3 Etiologi
Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik.
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk
faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.
1) Heriditer/ Keturunan
Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis tubulus
ginjal (ATG). ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal atau
kehilangan HCO3 dalam air kemih, akibatnya timbul asidosis metabolic. Riwayat batu
saluran kemih bersifat keturunan, menyerang beberapa orang dalam satu keluarga.
Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan batu saluran kemih antara lain:
2) Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga
penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria,
aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu kalsium oksalat dan
gagal ginjal.
3) Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih rendah
hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.
4) Umur : Batu salutan kemih banyak terdapat pada golongan umur 30 60 tahun.
5) Jenis kelamin
Kejadian batu saluran kemih berbeda antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki lebih
sering terjadi dibanding wanita 3:1. Khusus di Indonesia angka kejadian batu saluran
kemih yang sesuangguhnya belum diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak terdapat
170.000 kasus baru per tahun. Serum testosteron menghasilkan peningkatan produksi
oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum testosteron pada wanita dan anak-anak
menyebabkan rendahnya kejadan batu saluran kemih pada wanita dan anak-anak.
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti
geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
1) Geografi
Prevalensi batu saluran kemih tinggi pada mereka yang tinggal di daerah pegunungan,
bukit atau daerah tropis. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden batu saluran
kemih di suatu tempat dengan tempat yang lain. Faktor geografi mewakili salah satu
aspek lingkungan seperti kebiasaan makan di suatu daerah, temperatur, kelembaban
yang sangat menentukan faktor intrinsik yang menjadi predisposisi batu saluran
kemih.
2) Faktor Iklim dan cuaca
Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara langsung namun ditemukan
tingginya batu saluran kemih pada lingkungan bersuhu tinggi. Selama musim panas
banyak ditemukan batu saluran kemih. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan
keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang
meningkat akan meningkatkan pembentukan kristal air kemih. Pada orang yang
mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko terhadap batu saluran kemih
3) Jumlah air yang diminum
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian batu saluran kemih adalah jumlah air
yang diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum tersebut.
Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang dengan dehidrasi
kronik dan asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi terkena batu saluran kemih.
Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air kemih dan saturasi asam urat sehingga
terjadi penurunan pH air kemih. Pengenceran air kemih dengan banyak minum
menyebabkan peningkatan koefisien ion aktif setara dengan proses kristalisasi air
kemih. Banyaknya air yang diminum akan mengurangi rata-rata umur kristal
pembentuk batu saluran kemih dan mengeluarkan komponen tersebut dalam air
kemih.
4) Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran kemih.
Diet berbagai makanan dan minuman mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah air
kemih dan substansi pembentukan batu yang berefek signifikan dalam terjadinya batu
saluran kemih.
5) Jenis pekerjaan
Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi dan
orang- orang yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena mengganggu
proses metabolisme tubuh
6) Stres
Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti mengapa stres dapat
menimbulkan batu saluran kemih belum dapat ditentukan secara pasti. Tetapi,
diketahui bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami hipertensi, daya tahan tubuh
rendah, dan kekacauan metabolisme yang memungkinkan kenaikan terjadinya batu
saluran kemih.
7) Olah raga
Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan
kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang telah terbukti batu saluran kemih
jarang terjadi pada orang yang bekerja secara fisik dibanding orang yang bekerja di
kantor dengan banyak duduk.
8) Kegemukan (Obesitas)
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik diseluruh
tubuh maupun di bagian tertentu. Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang
idiopatik didapatkan 59,2% terkena kegemukan. Hal ini
9) Kebiasaan menahan buang air kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang dapat
berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan kuman
pemecah urea sangat mudah menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu dengan adanya
stasis air kemih maka dapat terjadi pengendapan kristal.
10) Tinggi rendahnya pH air kemih
Hal lain yang berpengaruh terhadap pembentukan batu adalah pH air kemih ( pH 5,2
pada batu kalsium oksalat).disebabkan pada orang yang gemuk pH air kemih turun,
kadar asam urat, oksalat dan kalsium naia
2.4 Manifestasi klinik
Gejala klinis dari batu saluran kemih yang dapat dirasakan adalah :
a. Rasa Nyeri
Lokasi rasa nyeri tergantung dari letak batu. Bila nyeri mendadak menjadi
akut, disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebral tidak jarang disertai mual dan
muntah, maka dapat disimpulkan pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu
yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik
yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien yang mengalami kolik ureter akan sering
ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air
kemih disertai dengan darah.
b. Demam
Demam ini dapat terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah
sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal..
c. Infeksi
Batu saluran kemih jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi
sekunder akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di
saluran kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter,
Pseudomonas, dan Staphylococcus.
d. Hematuria dan Kristaluria
Diagnosis adanya penyakit batu saluran kemih dapat dibantu dengan adanya
hematuria dan kristaluira. Hematuria adalah terdapatnya sel darah merah di dalam air
kemih, sedangkan kristaluria adalah air kemih yang berpasir.
e. Mual dan Muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas, ginjal dan ureter, seringkali menyebabkan
mual dan muntah.
2.5 . Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan
urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake
cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran
kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu. Supersaturasi
elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung pembentukan
batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan
jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi
pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam
urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan
batu struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi
oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang
akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan
diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan
semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan
batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa
nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu
yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi
struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat
timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.

Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada
organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak
mampu melakukan fungsinya secara normal (Smeltzer, 2016).

2.6 Patway

Urolitiasis /batu saluran kemih

Usaha pengeluaran Penuntupukan Gesekan batu Tindakan


batu dari saluran leher kandung pada mukosa infasif dan
kemih saluran kemih pembedahan
kemih

Mengalami aliran Trauma Ansietas


Peristaltik otot polos
sistem kalises kemih mukosa saluran
kemih Adanya luka
ataupun ureter insisi
Aliran urin mula2
Tekanan lancar tipa-tiba Iritasi
intraluminal
terhenti dan Trauma jarinagn
setelan insisi
menetes (retensi hematuria
Peregangan saraf
terminal
Nyeri akut
Gangguan Resiko
Gangguan inteeritas infeksi
eliminasi urine kulit/jaringan
Merangsang
periotoneum
Mual-muntah Gangguan mobilitas fisik

Defesi nutrisi

2.7 . Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada pasien dengan urolithiasis :
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu
dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa
intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan
tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium)
yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu
yang telah ada. Setiap pasien batu saluran kemih harus minum paling sedikit 8 gelas
air sehari.
b. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesik dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar
batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu
petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen
dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk
mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih
atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu
dikeluarkan, batu saluran kemih dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan
obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu
berikutnya.
c. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan
gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat
ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun
1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-
fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat
mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan
lama rawat inap di rumah sakit.
d. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu
saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat
tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).
e. Tindakan Operasi
1) Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
dalam ginjal
2) Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
ureter
3) Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di
vesica urinaria
4) Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
uretra

2.8 PemeriksaanPenunjang
a. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan
adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal serta serpihan, mineral, bakteri,
pus, pH urine asam.
b. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.
c. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih.
d. Darah lengkap :
Sel darah putih : meningkat menunjukkan adanya infeksi. Sel darah merah :
biasanya normal. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
e. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
f. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas Klien
Identitas klien terdiri atas nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
2) Riwayat Keperawatan
a) Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah klien pernah menderita batu saluran kemih sebelumnya atau infeksi
saluran kemih, apakah klien pernah dirawat atau dioperasi sebelumnya
b) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengalami nyeri pada sudut kostovertebralis, dan didapatkan
nyeri tekan dan nyeri ketok, biasanya klien mengalami mual, muntah,
hematuri, Buang Air Kecil (BAK) menetes, BAK tidak tuntas, rasa terbakar,
penurunan haluaran urin, dorongan berkemih.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat batu saluran kemih dalam keluarga
d) Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah atau stress
e) Pola kebiasaan sehari-hari
i. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas / mobilisasi
sehubungan dengan kondisi sebelumnya
ii. Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal Ginjal), Kulit
kemerahan dan hangat; pucat
iii. Eliminasi
Gejala : Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya
(kalukulus), penurunan haluaran urine, kandung kemih
penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih
iv. Diare
Tanda : Olisuria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih
v. Makanan / cairan
Gejala : Mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin,
kalsium oksalat, dan / atau fosfat, ketidakcukupan pemasukan cairan;
tidak minum air dengan cukup
Tanda : Distensi abdominal, penurunan / tak adanya bising usus.
Muntah.
vi. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung
pada lokasi batu, contoh pada panggul di region sudut kostovertebral, dapat menyebar
kepunggung, abdomen, dan turun ke lipat paha/genetalia. Nyeri dangkal konstan
menunjulkkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan
sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : Melindungi ; perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area ginjal
pada palpasi
vii. Keamanan
Gejala : Penggunaan alcohol, demam, menggigil.
BAB III
TIJAUAAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN UROLITHIASIS
Kasus urolitiasiisi

Tn.S, usia 62 tahun sedang di rawat diruang penyakit dalam dan bedah post PCNL hari
kedeua dengan indikasi batu ginjal .pada saat pengkajian klien mengatakan adanya
nyeri pada bekas luka operasi .data hasi pengkajian fisik menunjukan TD:120/80
mmHg, RR
18x/menit frekuensi nadi 100x/menit suhu 36, 8 derajat celcius skala nyeri 6 ,terdapat
luka operasi pada pinggang kanan berwarnah merah tidak bernanah tertutup kasa dan
terpasang brain (isi drain lebih kurang 10 cc berwarnah merah ).terapi yang didapatkan
infus Nacl 500 cc per 24 jam lasix 2x1 mg ondancentron 2x1 mg.
I. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 62 tahun
Pendidikan : SLTP
Jenis kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam Alamat
: nasipanaf Pekerjaan :
Wiraswasta
Tanggal MRS/Jam: 10 mey 2022 jam 21.30 WIB
Diagnosa Medis : Urolithiasis
Tanggal Pengkajian: 11 mey 2022

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. R
Umur : 48 tahun
Pendidikan : SLTP
Alamat : nasipanaf
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Hub dengan Klien : Istri
A. STATUS KESEHATAN
1. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah pada luka operasinya, Nyeri
bertambah bila digunakan untuk bergerak, nyeri seperti di sayat-sayat, skala nyeri 6,
nyeri timbul mendadak saat bergerak selama 30 menit dalam 1 jam.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pre Operasi Klien mengeluh nyeri pinggang, seperti ditusuk-tusuk dengan skala 6
yang berkurang apabila tidur terlentang dan bertambah jika melakukan aktivitas, nyeri
hilang timbul. Post Operasi pada saat pengkajian klien menyatakan adanya nyeri pada
bekas luka o perasi
c. Riwayat kesehatan yang lalu
Klien mengatakan sebelumya belum pernah dirawat di rumah sakit. Klien mengatakan
sudah lama mengalami BAK tidak tuntas tetapi tidak mengetahui jika klien
mengalami batu saluran kemih, klien baru tahu setelah melakukan USG pada bulan
Mei 2019.
B .PEMERIKSAAN FISIK
Pre Operasi
1. Keadaan umum : tampak lemah
2) Tingkat kesadaran : Komposmentis, GCS = E4 V5 M6
3) Tanda- tanda vital :
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b. Suhu tubuh : 36,8°C
c. Respirasi : 18 x/mnt
d. Nadi : 100 x/mnt
e. SpO2 : 99 %
4) Antopometri
a. BB : 53 kg
b. TB : 155cm
5) Kulit
Kulit pucat, tidak ada hiperpigmentasi dan bersih.
6) Kepala :
Bentuk kepala mesosephal, bersih, tidak berbau, tidak ada lesi, rambut keriting.
7) Wajah :
Bentuk bulat,muka agak pucat, tidak ada oedem dan tidak ada benjolan.
8) Mata :
Isokor, reflek pupil simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, koordinasi
gerak mata simetris
9) Hidung :
Simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret, tidak ada pembengkakan, dapat
membedakan bau.
10) Telinga :
Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/ mastoid, serumen tidak ada,
tidak ada nyeri tekan.
11) Mulut :
Bibir tidak sianosis, mukosa kering, tidak ada caries gigi, tidak ada pembesaran tonsil,
lidah merah muda dan bersih.
12) Leher :
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ditemukan distensi vena jugularis.
13) Paru-paru
a. Inspeksi : Pengembangan dada simetris
b. Palpasi : tactil fremitus normal
c. Perkusi : Sonor
d. Auskultasi : Vesikuler
14) Jantung
a. Inspeksi : ictus cordis tidak nampak
b. Palpasi : Tidak ada pembesaran jantung
c. Perkusi : redup
d. Auskultasi : Terdengar bunyi jantung 1 dan 2 (lup,,,,dup,,)
15) Abdomen :
Pre Op
Bentuk datar, tidak ada lesi, peristaltik usus 15x/menit, terdapat nyeri dipinggang,
tidak ada pembesaran.
16) Ekstremitas :
Ektremitas kanan dan kiri tidak ada oedem, klien dapat melakukan gerakan normal
dengan tonus otot masing-masing nilai 5.
C .PENGKAJIAN POLA FUNESI
1) Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pre Operasi
Klien mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka seger dibawa tempat pelayanan
kesehatan terdekat baik itu poliklinik maupun dokter. Saat Klien sakit, ia berusaha
untuk mendatangi tempat pelayanan kesehatan untuk kesembuhan penyakitnya. Klien
mengatakan untuk mengatasi nyeri pinggangnya biasanya klien beristirahat atau
tiduran.
Post Operasi
Setelah melalui tindakan operasi klien selalu kooperatif dengan terapi yang diberikan
dalam masa perawatan
2) Nutrisi, Cairan dan metabolik
Pre Operasi
Sebelum sakit Klien makan dengan porsi sedang 3 x sehari ditambah makanan ringan
serta minum 6 gelas/ hari. Saat sakit Klien makan 3 x sehari dengan menu dari rumah
sakit tetapi tidak habis karna tidak nafsu makan, hanya habis 1/2 porsi setiap makan
serta minum air putih kurang lebih 4-5 gelas per hari. Klien mengatakan tidak ada
alergi terhadap makanan apapun.
Post Operasi
Klien mengatakan makan habis ½ porsi, klien mengatakan saat mencoba makan yang
pertama setelah operasi klien agak mual tetapi klien mencoba untuk tetap makan dan
sekarang sudah tidak mual.
3) Aktivitas dan latihan
Pre Operasi
Saat sebelum sakit klien beraktivitas seperti biasa sebagai kepala tangga atau bermain
dengan cucunya dan melakukan kegiatan yang lain sesuai dengan rutinitasnya.
Diwaktu sakit seperti saat ini klien tidak mampu melakukan kegiatan yang biasa ia
kerjakan sebelum sakit, aktivitasnya terganggu, namun klien masih bisa aktivitas
seperti seperti makan minum, berpindah tempat, berpakain, mandi secara mandiri.
Post Operasi
Klien mengatakan sudah bisa miring kanan dan kiri, klien mengatakan akan mencoba
aktivitas secara bertahap.
4) Istirahat
Pre Operasi
Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dengan kebiasaan tidurnya yaitu 6- 8 jam/ hari.
Ketika sakit Klien mengeluh kesulitan untuk tidur karena merasakan tidak nyaman
dan terkadang sering terbangun saat tidur. Klien mengatakan selama sakit hanya tidur
4-5 jam sehari.
Post Operasi
Klien mengatakan saat setelah operasi klien susah tidur karena nyeri yang dirasakan.
5) Oksigenasi
Pre Operasi
Klien mengatakan tidak mengalami masalah pada pernapasan
Post Operasi
Klien mengatakan tidak mengalami masalah pada pernapasan.
6) Eliminasi
Pre Operasi
Sebelum sakit Klien BAB 1x / hari dan BAK 4-5x / hari tanpa dibantu orang lain, saat
sakit Klien tidak mengalami perubahan frekuensi BAB atau BAK, hanya saja BAK
melalui selang kateter dikarenakan tersumbat batu.
Post Operasi
Klien mengatakan untuk BAK melalui selang kateter karena klien belum boleh turun
dari tempat tidur.
7) Neurosensori dan kognitif
Pre Operasi
Sebelum sakit klien selalu bekerja, bermain, ngobrol, dengan canak dan cucu tetapi
setelah sakit klien hanya lemas. Klien mengatakan tidak mengalami gangguan pada
penglihatan, perabaan, perasa dan penciuman. Klien mengeluh nyeri pinggang, seperti
ditusuk-tusuk dengan skala 3 yang berkurang apabila tidur terlentang dan bertambah
jika melakukan aktivitas, nyeri hilang timbul. Ekspresi wajah terkadang meringis
kesakitan.
Post Operasi
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah pada luka operasinya, Nyeri
bertambah bila digunakan untuk bergerak, nyeri seperti di sayat-sayat, skala nyeri 5,
nyeri timbul mendadak saat bergerak selama 30 menit dalam 1 jam. Ekspresi wajah
tampak meringis kesakitan, bersikap protektif terhadap nyeri.
8) Keamanan dan kenyamanan
Pre Operasi
Klien mengatakan tidak nyaman jika klien merasa nyeri pinggang.
Post Operasi
Klien mengatakan tidak nyaman dengan nyeri yang dirasakan
9) Seksual dan reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki dan memiliki 3 orang anak.
10) Persepsi diri
Pre Operasi
Klien mengatakan sedikit cemas dengan keadannya karena klien takut dengan operasi
yang akan dijalani.
Post Operasi
Klien mengatakan sudah lebih lega setelah operasi.
11) Interaksi sosial
Hubungan klien dengan keluarga sangat baik terbukti bahwa saat memeriksakan
sakitnya, klien ditemani isterinya. Klien juga sering dijenguk oleh keluarganya
D. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium tangga 10 mey 2022

Nama pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Stutus


HEMATOLOGI
Hemoglobin 11:2 11.7 – 15.5 g/dl
Leukosit 6.100 3600-11000 /mm3
Trombosit 348000 150000-440000 mm3
Hematrokrit 34.2 35.0 – 47.0 %
Eritrosit 4.16 3.8 – 5.2 Juta/uL
MCV 82.0 80 - 100 fL
MCH 26.9 26 - 34 pg
MCHC 23.8 32 – 36 g/dL
RDW 14.4 11.5 – 14.5 %
MPV 8.3 7.9 – 11.1 fL
Eosinofil 5.6 2-4 %
Basofil 0.3 0-1 %
Netrofil 55.2 50-70 %
Limfosit 33.0 25-40 %
Monosit 5.9 2-8 %
KOANGULASI
Waktu pendarahan (BT) 1.00
Waktu pembekuan (CT) 3,00
KIMIA KLINIK H247 1-3
Glukosa sewaktu 2-6 Menit
ELEKTROLIT 75-140 Menit
Kalium 4.6
Natrium 143 mg/dL
Chlorida 105 3.5-5.0
Calcium 9.0 135-147
IMOLOGI/SEROLOGI 95-105 mEq/L
PSA total 0,75 8.8-10.3 mEq/L
mmol/L
<3.0 mg/dl
ng/mL
2. Hasil Radiologi
USG :
Terdapat batu dengan ukuran 3,79 cm
Kesimpulan :
Urolithiasis
E . TERAPI OBAT
1. Infus RL 20tpm
2. Injeksi amikasin 1g/24 jam
3. Bic Natrium 500 mg/8 jam (PO)
4. Gemfibrozil 300 mg/24 jam (PO)
5. Simvastatin 10 mg/2 jam (PO)
6.Asam Folat 1 mg/24 jam (PO)

3.1ANALISA DATA
NO TAN GGAL DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
PENGKAJIAN
1 11 mey 2022 DS: Asupan makalan Nyeri akut
P : nyeri berkurang apabila minuman yang
tidur terlentang dan mengandung Ca
bertamba apabila berlebihan
melakukan aktivitas ,dedrest total
Q : seperti ditusuk-tusuk ,,jarang aktivitas
R : pinggang ,lingkungan
S : skala 6 panas
T : nyeri hilang timbul ,hipertiroid dia
O: betes melitus
- Kadang ekspresi wajah
meringis kesakitan Batu ginjal
- Tekanan Darah : 120/80
mmHg Obstruksi pada
- Nadi : 100 x/mnt saluran kemih

Peningkatan
tekanan
hidrostatik

Distensi piala
ginjal

Kontrasi uretral
meningkat

Trauma ginjal

Mediator nyeri
(histamine
bradikin
Saraf aferen

Thalamus

Saraf eferen

Nyeri dipersepsi

Nyeri akut

3.3 DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut di tandai dengan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional ,dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
(D.0077)
2. Resiko Infeksi di tandai dengan berisiko mengalami peningkatan terserang
organisme patogenik (D.042)
3.Gangguan eliminasi urine di tandai dengan disfunsi eliminasi urin (D.0149)
4.Defesit nutrisi di tandai dengan asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebtuhan metabolisme (D.0019)

3.4.INTERVENSI
KEPERAWATAN
NO Diagnosa keperawatan Tujuan Dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Hasil
1 Nyeri Akut di tandai dengan Tingkat nyeri Manajemen nyeri
pengalaman sensorik atau (L.08066) (I.08238)
emosional yang berkaitan Setelah dilakukan Observasi :
dengan kerusakan jaringan tindakan -identifikasi skalah nyeri
aktual atau fungsional keperawatan selama -indentifikasi faktor yang
,dengan onset mendadak atau 1 x 24 jam memperberat dan
lambat dan berintensitas diharapkan nyeri memperingan nyeri
ringan hingga berat yang akut teratasi -identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
berlangsung kurang dari 3 dengan Kriteria
bulan Hasil : Terapeutik
(D.0077) -keluhan nyeri -berikan teknik
menurun nonfarmakologis untuk
- meringis menurun mengurangi rasa nyeri
-gelisah menurun -kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
-frekuensi nadi
membaik Edukasi
-pola napas -jelaskan ,penyebab
membaik periode dan pemicu nyeri
-Fungsi berkemih -jelaskan strategi nyeri
membaik meredakan nyeri

Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
2 Resiko Infeksi di tandai Tingkat Pencegahan infeksi
dengan berisiko mengalami infeksi(L.14137) (I.14539)
peningkatan terserang Setelah dilakukan Observasi
organisme patogenik tindakan -monitor tanda dan
(D.0142) keperawatan selama gejalainfeksi lokal dan
2x24 jam sistemik
diharapkan resiko
infeksi Terapeutik
tidak terjadi dengan -berikan perawatan kulit
kriteria pada area edema
hasil : -pertahankan teknik
-demam menurun aseptik pada pasien
-kemerahan beresiko tinggi
menurun
-nyeri menurun Edukasi
-kultur area luka -jelaskan tanda dan gejala
membaik infeksi
-ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
imunisasi ,jika perlu
3 Gangguan eliminasi urine di (eliminasi urine Manajemen eliminasi
tandai dengan disfunsi .L.0434) urine(I.04152)
eliminasi urin (D.0149) Setelah dilakukan Observasi
tindakan -identifikasi tanda dan
keperawatan selama gejala retensi atau
2x24 jam inkotinensia urine
diharapkan resiko -monitor eliminasi urine
infeksi
tidak terjadi dengan Terapeutik
kriteria -catat waktu-waktu
hasil : berkemih
-sensasi berkemih -batasi asupan cairan jika
meningkat perlu
-desakan berkemih
menurun Edukasi
-distensi kandung -ajarkan tanda dan
kemih menurun gejalah infeksi saluran
-frekuensi DAK kemih
membaik -ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang
tepat untuk berkemih
-anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur

Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra
jika perlu
4 Defesit nutrisi di tandai (status Manajemen
dengan asupan nutrisi tidak nutrisi.L.03030) nutrisi(I.03119)
cukup untuk memenuhi Setelah dilakukan Observasi
kebtuhan metabolisme tindakan -identifikasi status nutrisi
(D.0019) keperawatan selama -identifikasi kebutuhan
1 x 24 jam kalori dan jenis nutrien
diharapkan nyeri -monitor asupan makanan
akut teratasi -monitor berat badan
dengan Kriteria
Hasil Terapeutik
-porsi makanan -berikan makanan tinggi
meningkat kalori dan tinggi protein
-nyeri abdomen -berikan suplen makana
menurun jika perlu
-berat badan
membaik Edukasi
-indeks masa tubuh -anjurkan possi duduk
membaik jika mampu
-frekuensi makan
membaik Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
jika perlu

3.5 .IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Hari Diagnosa Implementasi Evaluasi
tanggal
11/05/2022 Nyeri Akut Jam 14:00 Jam 14:00
Mengkaji tingkat S :klien mengatakan
nyeri,durasi,lokasi dan nyeri di area perut atau
insentisas lain-lainya
Menggunakan strategi O:klien tampak
komunikasi terapeutik menyeringan menahan
Menggunakan teknik sakit skla 6( 0-5)
distraksi A:nyeri akut
Menciptakan suasana P:intervensi dihentikan
lingkungan yang tenang

Resiko Infeksi Jam 14:00


-memonitor tanda-tanda
vital serta tanda –tanda
infeksi ( jumlah, warna,
dan bau luka operasi )
- rawat luka dengan
teknik septik dan anti
septik
- anjurkan klien untuk
mengkonsumsi makanan
tinggi protein dan intake
cairan yang adekuat
- anjurkan klien untuk
menjaga kebersihan
vulva/ tubuh/area operasi
menimbulkan infeksi
nasokomia dengan
menjaga kebersihan
lingkungan batasi
pengunjung.
- kolaborasi dalam
pemberian obat
Gangguan -klien mengatakan sudah S:
eliminasi urine buang air kecil -Klien mengatakan
-klien mengatakan sulit belum merasakan
untuk BAK dan pasien sensasi ingin berkemih
terpasang kateter -Dilakukan tindakan
-klien mengatak demam blandder training
selama tiga hari dan kembali
tidakk bisa BAK sejak O :nampak terpasang
jatuh dari tangga kateter warna
urine:kuning keruh
jumlah urine (150 cc)
A :gangguan eliminasi
urine belum teratasi
P:intervensi di
hentikan

Defesit nutrisi Pemberian nutrisi yang S :-klien mengatak


sesuai dengan kebutuhan mual dan muntah
pasien :mengomsumsi mulai sedikit
makankana nutrisi berkurang
-klien mengatakn lebih
banyak mengomsusi
buah dari biasanya
-klien mengatakan
nafsu makan mulai ada
O :-keadaan umum
lemah
-klien mulai
mengomsumsi buah
-mulut klien tampak
bersih
A :sebagai masalah
teratasi
P :intervensi di
hentikan

3.6 EVALUASI KEPERAWATAN


Tanggal Diagnosa Keperawatan SOAP

11/mey Nyeri Akut di tandai dengan S:


P : nyeri berkurang apabila tidur
2022 berdasarkan agen cederah fisik terlentang dan bertamba apabila
(D.0077) melakukan aktivitas
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : pinggang
S : skala 6
T : nyeri hilang timbul
O:
- Kadang ekspresi wajah meringis
kesakitan
- Tekanan Darah: 120/80 mmHg
- Nadi : 100 x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

12 /mey Nyeri Akut ditandai dengan S:


P : nyeri bertambah bila digunakan
2022 berdasarkan agen cedera fisik untuk bergerak
(D.0077) Q : seperti disayat-sayat
R :perut bagian bawah pada luka
operasinya
S : skala 6
T : nyeri timbul mendadak saat
bergerak
selama 10 menit dalam 1 jam
O:
- Tampak ekspresi wajah meringis
- Bersikap protektif teradap nyeri
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 100 x/mnt
- Terdapat luka post op di abdomen
sepanjang 15 cm, luka tertutup kasa
- Klien kooperatif dan melakukan
tehnik
reaksasi genggam jari dan auditori
dzikir (asmaul husna)
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
12 mey Defisit Nutrisi Ditandai dengan S:
- Klien mengatakan nafsu
2022 tandai dengan asupan nutrisi makan ada
tidak cukup untuk memenuhi - Klien mengatakan makan ada
lebih kurang 5 sendok makan
kebtuhan metabolisme O:
- Klien tampak menghabiskan
kurang lebih 5 sendok makan
A : masalah teratasi sebagian
P:
- Memonitor asupan makanan
- Menganjurkan ulang klien
makan sedikit tetapi sering
- Pemberian ranitudine 150 gr
2X1
13/mey2022 Resiko Infeksi ditandai dengan S : Klien mengatakan nyeri berkurang
O:
insis pembedahan (D.0142 - Balutan tidak merembes, disekitar
balutan tidak merah, tidak teraba
hangat disekitar balutan
- Luka jahitan sepanjang 15 cm
tertutup kasa
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
14 mey Gangguan Eliminasi Urin di S : Klien Mengatakan nyeri saat
berkemih berkurang
2022 tandai dengan disfungsi eliminasi O : keadaan umum : lemah
urin Kesadaran : composimetis, GCS 4-5-
6
TTV :
TD : 120/80
Nadi : 100x/menit
RR : 18X/menit
Suhu : 36,8 derajat celcius

P : nyeri muncul saat berkemih


Q : nyeri seperti di ramas-ramas
R : nyeri timbul dari abdomen bawah
samping punggung
S : skala nyeri 6
T : nyeri hilang timbul, timbul selama
5-10 menit

A : masalah belum teratasi


P : intervensi di hentikan pasien
pulang
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain sangat diperlukan dalam pelaksanaan
intervensi keperawatan. Adanya kolaborasi tersebut tujuannya adalah membantu penulis
melakukan implementasi yang tepat sesuai dengan intervensi walaupun kemungkinan
adanya ketidaksempurnaan.Dalam implementasi sebagian besar telah sesuai dengan
rencana tindakan yang telah diterapkan pada teori, maupun perencanaan secara nyata.
Aplikasi EBN pada penderita post operasi urolithiasis sangat banyak diantarnya
terapi relaksai genggam jari dan dzikir (asmaul husna) dan terapi tersebut mampu
menurunkan skala nyeri.

4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Hendaknya mahasiswa bisa menerapkan pemberian asuhan keperawatan dengan
memasukkan tidakan relaksasi genggam jari dan dzikir ini dalam praktik keperawatan
dengan masalah nyeri post operasi.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Adanya penurunan skala nyeri setelah klien diberikan tindakan relaksasi genggam jari
dan dzikir menunjukkan adanya keberhasilan dari penerapan tersebut. Hal ini bisa
dijadikan acuan bagi instansi pendidikan dalam meningkatkan pembelajaran tentang
relaksasi genggam jari dan dzikir pada mahasiswa.
3. Bagi Rumah Sakit
Rumah sakit hendaknya memperbanyak penerapan implementasi keperawatan yang
selalu berkembang. Hal ini membantu peningkatan terhadap pelayanan kesehatan
pada klien. Dengan pemberian asuhan keperawatan secara holistik diharapkan proses
penyembuhan kesehatan klien berlangsung efektif dan efisien.

32
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta:EGC

Johnson, M.,et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Smeltzer C. Suzanne. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diganosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai