OLEH: Kelompok 14
Komang Ninis Indrayani (P07124221007)
Ni Kadek Ayu Diantari (P07124221030)
Kadek Ayu Yunistya Dwi Cahyanthi (P07124221053)
Ni Putu Yuni Yuliasari (P07124221057)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Asung Kertha
Wara Nugraha Beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Penyakit
Bedah Dalam Sistem Perkemihan”. Semoga makalah ini mampu menambah wawasan bagi
para pembaca maupun pendengar mengenai topik tersebut.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah yang telah
memberikan arahan kepada kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.
Om Santih Santih Santih Om
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher
kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan
menetes disertai dengan rasa nyeri (Effendi, 2010).
Vesikolitiasis adalah batu kandung kemih yang merupakan keadaan tidak normal di kandung
kemih, batu ini mengandung komponen kristal dan matriks organik (Suyono, 2007).
Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi
tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika terdapat
defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi
dalam urin (Arora P. Et al, 2006).
2.2.2 Etiologi
Menurut (Basuki, 2009) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin dan
periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium). Faktor-
faktor yang mempengaruhi menurut batu kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah
1. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena,hiperkalsiuria idiopatik
(meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan protein),
hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya sitrat,
disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap), minum
Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.
3. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu pembentukan batu kalsium
karena masukan diet purin yang berlebih.
4. Penurunan jumlah air kemih Etiologi
Menurut (Basuki, 2009) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin dan
periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium).
5. Jenis cairan yang diminum
Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan jus anggur.
6. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini disebabkan oleh diet
rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat
reseksi pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.
7. Ginjal Spongiosa Medula
Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak dijumpai
predisposisi metabolik).
8. Batu Asan Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan hiper urikosuria (primer
dan sekunder).
9. Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan organisme yang
memproduksi urease.
Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :
1. 75 % kalsium.
2. 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
3. 6 % batu asam urat.
4. 1-2 % sistin (cystine).Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
5. Jenis cairan yang diminum
Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan jus anggur.
2.2.3 Penatalaksanaan
Menurut Putri, (2013)pengobatan dapat dilakukan dengan :
1. Mengatasi Simtom
Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis, berikan spasme
analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi koliks ginjal dan tidak di kontra
indikasikan pasang kateter.
2. Pengambilan Batu
a Batu dapat keluar sendiriBatu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya
melebihi 6 mm.
b Vesikolithotomi.
c Pengangkatan Batu
1. Lithotripsi gelombang kejut ekstra korporeal
Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu. Litotriptor adalah alat yang
digunakan untuk memecahkan batu tersebut, tetapi alat ini hanya dapat memecahkan batu
dalam batas ukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani dengan
gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan prannenstiel. Setelah batu itu pecah
menjadi bagian yang terkecil seperti pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
2) Metode endourologi pengangkatan batu
Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi mengangkat batu renal tanpa
pembedahan mayor. Batu diangkat dengan forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya.
Selain itu alat ultrasound dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai gelombang
ultrasonik untuk menghancurkan batu.
3) Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan alat ureteroskop
melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips
elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.
Atelektasis bisa terjadi jika ekspansi paru yang tidak ade kuat karena pengaruh analgetik,
anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang menyebabkan ekspansi tidak maksimal.
Penumpukan secret dapat menyebab kan pnemonia, hipoksia terjadi karena tekanan oleh
agens analgetik dan anestesi serta bias terjadi emboli pulmonal.
Pada ibu hamil, hal ini tentu tidak baik jika terjadi. Dimana akan dapat mempengaruhi
pernafasan ibu yang dapat menyebabkan hipoksia sehingga dapat membahayakan ibu dan
juga janin.
2. Sistem Sirkulasi
Dalam system peredaran darah bisa menyebabkan perdarahan karena lepasnya jahitan atau
lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang bisa menyebabkan syok hipovolemik. Statis
vena yang terjadi karena duduk atau imobilisasi yang terlalu lama bisa terjadi trombo flebitis
statis vena juga bisa menyebabkan trombus atau karena trauma pembuluh darah.
3. Sistem Gastrointestinal
Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltic usus menurun sehingga bias terjadi
distensi abdomen dengan tanda dan gejala meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi
timpani saat diperkusi. Mual dan muntah serta konstipasi bisa terjadi karena belum
normalnya peristaltik usus.
4. Sistem Genitourinaria
Akibat pengaruh anestesi bias menyebabkan aliran urin involunter karena hilangnya tonus
otot.
5. Sistem Integumen
Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat menyebabkan infeksi, buruknya fase
penyembuhan luka dapat menyebabkan dehisens luka dengan tanda dan gejala meningkatnya
drainase dan penampakan jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ dan
jaringan internal melalui insisi bias terjadi jika ada dehisens luka serta bias terjadi pula
surgical mump (parotitis).
6. Sistem Saraf
Bisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.