Anda di halaman 1dari 9

PENYAKIT BEDAH

DALAM SISTEM PERKEMIHAN

MATA KULIAH : PENYAKIT BEDAH


DOSEN PENGAMPU : Lely Cintari, SST., MPH

OLEH: Kelompok 14
Komang Ninis Indrayani (P07124221007)
Ni Kadek Ayu Diantari (P07124221030)
Kadek Ayu Yunistya Dwi Cahyanthi (P07124221053)
Ni Putu Yuni Yuliasari (P07124221057)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Asung Kertha
Wara Nugraha Beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Penyakit
Bedah Dalam Sistem Perkemihan”. Semoga makalah ini mampu menambah wawasan bagi
para pembaca maupun pendengar mengenai topik tersebut.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah yang telah
memberikan arahan kepada kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.
Om Santih Santih Santih Om

Denpasar, 13 Agustus 2022

Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem perkemihan merupakan bagian dari anatomi dan fisiologi tubuh manusia yang sangat
berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Sistem perkemihan berfungsi untuk
mengolah zat-zat yang tidak diperlukan dalam tubuh dan memiliki beberapa proses. Sehingga
dengan keluarnya zat yang tidak baik bagi tubuh maka tubuh akan terhindar dari beberapa
penyakit yang menyangkut sistem perkemihan.
Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra yang
menyelenggarakan serangkaian proses untuk tujuan mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit, mempertahankan keseimbangan asam basa tubuh, mengekuarkan sisa-sisa
metabolisme zat seperti urea, kreatinin ,asam urat dan urin. Apabila terjadi gangguan pada
sistem perkemihan maka dapat menyimpulkan gangguan kesehatan yang sangat serius dan
komplek. Seperti halnya Ruptur kandung kemih,Vesikolitiasis, Retensio urine, dan Kista
renalis yang merupakan beberapa penyakit perkemihan yang cukup sering dijumpai di
masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan system perkemihan?
1.2.2 Bagaimana definisi, etiologi, tatalaksana dan pengaruhnya terhadap ibu hamil, bersalin
dan nifas pada penyakit ruptur kandung kemih?
1.2.3 Bagaimana definisi, etiologi, tatalaksana dan pengaruhnya terhadap ibu hamil, bersalin
dan nifas pada penyakit vesikolitiasis?
1.2.4 Bagaimana definisi, etiologi, tatalaksana dan pengaruhnya terhadap ibu hamil, bersalin
dan nifas pada penyakit retensio urine?
1.2.5 Bagaimana definisi, etiologi, tatalaksana dan pengaruhnya terhadap ibu hamil, bersalin
dan nifas pada penyakit kista renalis?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui tentang system perkemihan.
1.3.2 Untuk mengetahui definisi, etiologi, tatalaksana dan pengaruhnya terhadap ibu hamil,
bersalin dan nifas pada penyakit ruptur kandung kemih.
1.3.3 Untuk mengetahui definisi, etiologi, tatalaksana dan pengaruhnya terhadap ibu hamil,
bersalin dan nifas pada penyakit vesikolitiasis.
1.3.4 Untuk mengetahui definisi, etiologi, tatalaksana dan pengaruhnya terhadap ibu hamil,
bersalin dan nifas pada penyakit retensio urine.
1.3.5 Untuk mengetahui definisi, etiologi, tatalaksana dan pengaruhnya terhadap ibu hamil,
bersalin dan nifas pada penyakit kista renalis.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Dalam pembuatan paper ini diharapkan pembaca dapat menambah pengetahuan tentang
sistem perkemihan pada manusia secara umum dan dapat menambah pengetahuan mengenai
penyakit system perkemihan serta pengaruhnya terhadap ibu hamil, bersalin, serta nifas.
2.2 VESIKOLIASIS
2.2.1 Pengertian Vesikoliasis
Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem perkemihan (ginjal, ureter,
kandung kemih), tetapi yang paling sering ditemukan ada di dalam ginjal (Basuki, 2009).
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher
kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan
menetes disertai dengan rasa nyeri (Effendi, 2010).
Vesikolitiasis adalah batu kandung kemih yang merupakan keadaan tidak normal di kandung
kemih, batu ini mengandung komponen kristal dan matriks organik (Suyono, 2007).
Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi
tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika terdapat
defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi
dalam urin (Arora P. Et al, 2006).

Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher
kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan
menetes disertai dengan rasa nyeri (Effendi, 2010).
Vesikolitiasis adalah batu kandung kemih yang merupakan keadaan tidak normal di kandung
kemih, batu ini mengandung komponen kristal dan matriks organik (Suyono, 2007).
Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi
tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika terdapat
defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi
dalam urin (Arora P. Et al, 2006).

2.2.2 Etiologi
Menurut (Basuki, 2009) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin dan
periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium). Faktor-
faktor yang mempengaruhi menurut batu kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah
1. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena,hiperkalsiuria idiopatik
(meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan protein),
hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya sitrat,
disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap), minum
Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.
3. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu pembentukan batu kalsium
karena masukan diet purin yang berlebih.
4. Penurunan jumlah air kemih Etiologi
Menurut (Basuki, 2009) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin dan
periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium).
5. Jenis cairan yang diminum
Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan jus anggur.
6. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini disebabkan oleh diet
rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat
reseksi pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.
7. Ginjal Spongiosa Medula
Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak dijumpai
predisposisi metabolik).
8. Batu Asan Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan hiper urikosuria (primer
dan sekunder).
9. Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan organisme yang
memproduksi urease.
Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :
1. 75 % kalsium.
2. 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
3. 6 % batu asam urat.
4. 1-2 % sistin (cystine).Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
5. Jenis cairan yang diminum
Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan jus anggur.

Tanda dan Gejala Vesikolitiasis


Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung kemih
menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat
mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri
dan perut kembung (Elizabeth, 2009).
Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung pada
penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan
cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di
daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan
berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya pembentukan kristal. Bila
terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.

Pemeriksaan Penunjang Vesikolitiasis


Menurut Muttaqin (2012) pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang
meliputi pemeriksaan:
1. Urine
a pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat berbentuk batu
magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu asam urat.
b Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu, bila terjadi
infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
c Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses
pembentukan batu saluran kemih.

2.2.3 Penatalaksanaan
Menurut Putri, (2013)pengobatan dapat dilakukan dengan :
1. Mengatasi Simtom
Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis, berikan spasme
analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi koliks ginjal dan tidak di kontra
indikasikan pasang kateter.
2. Pengambilan Batu
a Batu dapat keluar sendiriBatu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya
melebihi 6 mm.
b Vesikolithotomi.
c Pengangkatan Batu
1. Lithotripsi gelombang kejut ekstra korporeal

Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu. Litotriptor adalah alat yang
digunakan untuk memecahkan batu tersebut, tetapi alat ini hanya dapat memecahkan batu
dalam batas ukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani dengan
gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan prannenstiel. Setelah batu itu pecah
menjadi bagian yang terkecil seperti pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
2) Metode endourologi pengangkatan batu
Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi mengangkat batu renal tanpa
pembedahan mayor. Batu diangkat dengan forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya.
Selain itu alat ultrasound dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai gelombang
ultrasonik untuk menghancurkan batu.
3) Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan alat ureteroskop
melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips
elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.

d Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat)


 Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)
 Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat
(kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atauProsedur non invasif
yang digunakan untuk menghancurkan batu dan bila batu tunggal dengan
meningkatkan masukan cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu baru.
 Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari masukan soft drinks,
kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB /hari), membatasi masukan natrium, diet
rendah natrium (80-100 meq/hari), dan masukan kalsium.
 Pemberian obat
Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan kelainan
metabolik yang ada.lemon malam hari), dan bila batu tunggal dengan meningkatkan
masukan cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu baru.

2.2.4 Pengaruh Vesikolitiasis Pada Ibu Hamil, Bersalin, dan Nifas


Batu ginjal dapat memengaruhi kehamilan dan janin, seperti persalinan prematur. Diagnosis
yang terlambat dapat menyebabkan kelahiran prematur atau menghambat persalinan normal.
Sehingga pada akhirnya ini dapat memengaruhi kesehatan bayi. Terutama bagi janin, berikut
3 risiko yang mungkin timbul:
 Meningkatkan risiko keguguran atau bayi lahir mati,
 Berat badan lahir rendah,
 Bayi berisiko mengalami gangguan ginjal saat dewasa.
Komplikasi yang disebabkan dari vesikolithiasis adalah sebagai berikut (Muttaqin, 2012):
1. Sistem Pernafasan

Atelektasis bisa terjadi jika ekspansi paru yang tidak ade kuat karena pengaruh analgetik,
anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang menyebabkan ekspansi tidak maksimal.
Penumpukan secret dapat menyebab kan pnemonia, hipoksia terjadi karena tekanan oleh
agens analgetik dan anestesi serta bias terjadi emboli pulmonal.
Pada ibu hamil, hal ini tentu tidak baik jika terjadi. Dimana akan dapat mempengaruhi
pernafasan ibu yang dapat menyebabkan hipoksia sehingga dapat membahayakan ibu dan
juga janin.
2. Sistem Sirkulasi
Dalam system peredaran darah bisa menyebabkan perdarahan karena lepasnya jahitan atau
lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang bisa menyebabkan syok hipovolemik. Statis
vena yang terjadi karena duduk atau imobilisasi yang terlalu lama bisa terjadi trombo flebitis
statis vena juga bisa menyebabkan trombus atau karena trauma pembuluh darah.
3. Sistem Gastrointestinal
Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltic usus menurun sehingga bias terjadi
distensi abdomen dengan tanda dan gejala meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi
timpani saat diperkusi. Mual dan muntah serta konstipasi bisa terjadi karena belum
normalnya peristaltik usus.
4. Sistem Genitourinaria
Akibat pengaruh anestesi bias menyebabkan aliran urin involunter karena hilangnya tonus
otot.
5. Sistem Integumen
Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat menyebabkan infeksi, buruknya fase
penyembuhan luka dapat menyebabkan dehisens luka dengan tanda dan gejala meningkatnya
drainase dan penampakan jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ dan
jaringan internal melalui insisi bias terjadi jika ada dehisens luka serta bias terjadi pula
surgical mump (parotitis).
6. Sistem Saraf
Bisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.

Anda mungkin juga menyukai