Anda di halaman 1dari 21

Makalah

BATU GINJAL
Dosen Pengampu : Fitri Septiyani Suparma.S.Kep.Ners,.

Disusun oleh :

Muhammad Bertrans Artha Vidia W (029PA22031)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKES) YAPKESBI

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulis dapat

menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini

penulis membahas mengenai penyakit batu ginjal dimata pelajaran BIOLOGI.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai

pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama

mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada

makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran

serta kritik yang dapat membangun penulis. Kritik konstruktif dari pembaca

sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Sukabumi , 13 Januari 2024

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk

membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin, yang

kemudian dikeluarkan dari tubuh. Tetapi pada kondisi tertentu karena adanya

gangguan pada ginjal, fungsi tersebut akan berubah. Batu ginjal biasanya terjadi

secara perlahan-lahan sehingga biasanya diketahui setelah jatuh dalam kondisi

parah. Batu ginjal dapat disembuhkan. Batu ginjal dapat terjadi pada semua

umur dan semua tingkat sosial ekonomi. Pada penderita gagal ginjal kronik,

kemungkinan terjadinya kematian sebesar 85 %. Melihat kondisi seperti tersebut

di atas, maka perawat harus dapat mendeteksi secara dini tanda dan gejala klien

dengan penyakit batu ginjal. Sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan

secara komprehensif pada klien penyakit batu ginjal.

1.2. TUJUAN

1. Tujuan umum

Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik.

1. Tujuan Khusus

1. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien batu ginjal

2. Mampu membuat analisa data pada pasien batu ginjal

3. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien batu ginjal

4. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien batu ginjal


5. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien batu

ginjal

6. Mampu membuat evaluasi pada pasien batu ginjal


BAB II

PENYAKIT BATU GINJAL

2.1. DEFENISI PENYAKIT BATU GINJAL

Penyakit batu ginjal merupakan salah satu penyakit paling sering ditemui

dan dialami oleh banyak masyarakat indonesia yang umumnya dialami pria. Pada

umumnya penyakit ginjal disebabkan oleh rutinitas pekerjaan yang membuat pola

makan menjadi tidak teratur, adanya faktor keturunan yang juga memiliki peranan

penting karena jika terdapat keluarga yang memiliki penyakit ginjal, resiko

diturunkan penyakit ginjal pada anak 6 kali lebih besar, kurangnya konsumsi air

putih, jarang buang air kecil atau sering ditahan, banyak mengkonsumsi makanan

atau minuman yang mengandung bahan kimia, bahan pengawet dan lingkungan

suhu udara disekitar tempat tinggal dan tempat bekerja yang tidak mendukung

aktivitas sehari-hari. Penyakit batu ginjal memang banyak melanda orang Asia

dan Afrika khusuusnya Indonesia yang diliputi berbagai macam kultur, suhu

udara yang cenderung sering kali berubah tidak menentu, pola hidup dan gaya

hidup yang terkadang salah, dsb. Penyakit ginjal memang lebih dominan

menyerang kaum pria dibanding wanita, hal in terbukti dari survei yang

diperkirakan bahwa pria yang berusia 70 tahun keatas memiliki resiko lebih besar

terserang penyakit ginjal hingga 80% dibanding wanita. Batu ginjal terbentuk

disebabkan oleh adanya peningkatan pada bakteri dan saluran kandung kemih

yang terinfeksi bakteri pemecah urea dan urine yang kemudian membentuk batu

pada kandung kemih. Jika tubuh kekurangan cairan atau kurang minum air putih,

akan terjadi kepekatan urine yang semakin meningkat yang mempermudah


pembentukan batu ginjal. Batu ginjal memiliki komponen penyusun batu ginjal

melalui proses pembentukan batu ginjal yang terdiri dari 80% batu kalsium,

kalsium okalat dan kalsium fosfat.

Gambar batu ginjal yang terdapat dalam organ ginjal dan menutup jalannya

saluran kandung kemih (ureter).

Berikut paparan secara jelas proses pembentukan batu ginjal dalam tubuh manusia

1. Batu oksalat/kalsium oksalat

- Asam oksalat yang terbentuk di dalam tubuh manusia berasal dari

metabolisme asam amino dan asam askorbat yakni vitamin C. Asam

askorbat merupakan penyumbang terbesar dari prekursor okalat hingga 30

%.

- Kalsium oksalat terbentuk hingga 50 % yang dikeluarkan oksalat urine.

Manusia tidak mampu melakukan metabolisme oksalat, sehingga harus

dikeluarkan melalui ginjal. Jika fungsi kerja organ ginjal mengandung

asupan oksalat berlebih akan mengakibatkan peningkatan oksalat yang

mendorong terbentuknya batu oksalat di ginjal / kandung kemih.

2. Batu struvit

Batu struvit tersusun dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan

kalisum karbonat. Batu struvit terbentuk di pelvis dan kalik ginjal apabila

produksi ammonia meningkat dan pH urine semakin tinggi, sehingga kelarutan

fosfat berkurang. Hal tersebut terjadi akibat adanya infeksi bakteri pemecah urea

yang banyak berasal dari spesies proteus dan providencia, peudomonas eratia, dan
semua spesies klebsiella, hemophilus, staphylococus dan coryne bacterium pada

saluran urine.

3. Batu urat

Batu urat umumnya terjadi pada penderita gout atau sejenis penyakit

rematik, pengguna urikosurik misalnya probenesid atau aspirin dan penderita

diare kronis karena kehilangan cairan dan peningkatan konsentarsi urine serta

asidosis yakni pH urine menjadi asam sehingga terjadi penimbunan yang

membentuk asam urat.

4. Batu sistina

Sistin merupakan bagian dari asam amino yang memiliki tingkat kelarutan

paling kecil. Kelarutan semakin kecl apabila pH urine menurun atau menjadi

asam. Bila kadar sistin ini tidak dapat larut dan kemudian mengendap serta

membentuk kristal yang kemudian tumbuh di dalam sel ginjal atau saluran

kandung kemih akan membentuk batu ginjal.

5. Batu kalium fosfat

Batu kalium fosfat umumnya terjadi pada penderita hiperkalsiurik yakni

kadar kalsium dalam urine yang tinggi atau berlebihnya asupan kalsium di dalam

tubuh yang berasal dari konsumsi susu dan keju.

v Komplikasi Batu Ginjal

Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya batu kalsium

bikarbonat) atau penurunan pH urine (misalnya batu asma urat). Konsentrasi

bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi di dalam darah dan urine serta

kebiasaan makan atau obat tertentu, juga dapat merangsang pembentukan batu.

Segala sesuatu yang menghambat aliran urine dan menyebabkan stasis (tidak ada
pergerakan) urine di bagian mana saja di saluran kemih, meningkatkan

kemungkinan pembentukan batu.

Batu di ginjal itu sendiri mungkin asimotmatik kecuali apabila batu tersebut

menyebabkan obstruksi atau timbul infeksi. Umumnya batu ginjal tidak

menimbulkan gejala. Gejala baru nyaya ada jika batu tersangkut di saluran kemih

ginjal atau kalau turun memasuki ureter atau jika menyumbat muara kandung

kemih. Komplikasi dari batu ginjal itu sendiri dapat disertai oleh batu ginjal yang

disertai hipertensi dan batu ginjal disertai diabetes. Jika penderita asam urat

memiliki penyakit hipertensi maka tekanan darah haruslah diturunkan hingga

kembali ke batas tekanan darah normal dengan tekanan darah yang normal

tentunya dapat membantu meringankan batu ginjal yang terjadi di saluran kemih.

Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara :

• Istirahat yang cukup

• Kendalikan stress

• Minum air putih sekurang-kurangnya 2 liter sehari

• Kurangi makanan yang mengandung garam dan banyak minyak

• Yang penting adalah mensyukuri yang sudah diterima dan dimiliki

• Minum jus mengkudu, mentimun, cincau rambat, labu siam, seledri atau

belimbing manis.

Tekanan darah yang tinggi juga memberi pengaruh yang cuku tinggi bagi

timbulnya komplikasi pada penyakit lainnya termasuk batu ginjal. Beberapa obat

penurun tekanan darah dapat mengakibatkan intensitas berkemih semakin tinggi

namun keadaan ginjal yang diliputi oleh batu ginjal dengan gejala yang sama akan
semakin memberatkan kerja ginjal untuk mengeluarkan urine dari ginjal ke

kandung kemih dan kemudian di buang.

2.2. GEJALA BATU GINJAL

Gejala batu ginjal yang dapat dirasakan adalah rasa sakit buang air kecil,

keinginan bunag air kecil terus-menerus tetapi hanya sedikit-sedikit yang keluar,

sering terjadi rasa nyeri di pinggang dan demam menggigil. Batu ginjal adalah

penyakit yang ditandai dengan adanya batu pada organ ginjal atau ureter. Gejala-

gejala umum dari munculnya penyakit batu ginjal adalah sebagai berikut :

• Buang air kecil yang semakin sering terjadi

• Nyeri di bagian pinggang

• Terkadang disertai demam dan kejang

• Air seni berwarna kuning keruh

• Adanya riwayat batu ginjal yang sebelumnya di derita oleh salah satu

anggota keluarga

Batu ginjal yang ukurannya masih sangat kecil atau bahkan belum menyebabkan

rasa sakit. Si penderita tanpa merasa terganggu melakukan aktivitasnya sehari-

hari. Namun, jika batu sudah berukuran cukup besar dan sudah turun ke saluran

kemih, rasa sakit akan sangat mendera. Rasanya nyeri, ngilu yang luar biasa,

sampai tidak kuat untuk menahannya. Sakit dirasakan di bagian pinggang kanan

dan kiri, kadang sampai pada sekitar kemaluan. Gejala lain berupa rasa sakti

ketika kencing, air kemih keluar sedikit-sedikit dan kadang disertai keluarnya

darah. Batu ginjal dapat menimbulkan komplikasi yang tergantung pada lokasi,

bentuk dan komposisi bati ginjal itu sendiri, ada batu ginjal yang bisa keluar
dengan sendirinya bersama dengan urine, tetapi ada pula yang tidak sehingga

perlu perawatan khusus.

Batu ginjal dengan ukuran kecil, licin dan bulat mungkin bisa keluar terbawa

urine, sedangkan yang berukuran cukup besar dan bentuknya runcing akan

menyumbat di ginjal atau saluran kemih. Kalau tidak segera diobati, sumbatan

dan infeksi ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal.

Ukuran dan bentuk batu ginjal tersebut bermacam-macam, mulai dari yang sangat

kecil (dapat lewat bersama urin tanpa diketahui) sampai yang berukuran 5 cm dan

keras. Rasa sakit terjadi ketika batu terserbut bergerak ke luar dari ginjal dan

bentuknya yang tajam dapat mengakibatkan luka pada dinding penyaring ginjal

atau saluran kemih.

2.3. PENYEBAB BATU GINJAL

Sebelum air kemih (urin) dikeluarkan melalui saluran terakhir uretra air kemih

disaring oleh glomerulos. Zat yang berguna akan kembali ke darah, sedangkan zat

yang tidak terpakai akan dikeluarkan melalui pembuluh menuju ke piala ginjal,

lalu mengalir lewat saluran yang disebut ureter, lalu ke kandung kemih. Jika ginjal

kekurangan cairan dalam proses pengeluaran tersebut maka terjadi kekeruhan.

Lama-kelamaan mengkristal dan menjadi kerak, seperti batu. Endapan terjadi

karena pekatnya kadar garam dalam air seni yang ada di ginjal. Jika turun lagi ke

kandung kemih dan bersarang maka disebut batu kandung kemih. Menurut hasil

penelitian, risiko terkena penyakit batu ginjal lebih banyak dialami pria daripada

wanita dengan perbandingan sekitar 3:1. Umumnya, penderita pada usia produktif

(20-50 tahun). Hanya sebagian kecil penyakit batu ginjal ini menyerang anak-

anak.
Penyebab Penyakit batu ginjal dapat disebabkan oleh beberapa hal. Berikut ini

beberapa faktornya.

1. Genetik (bawaan)

Ada orang-orang tertentu memiliki kelainan atau gangguan organ ginjal

sejak dilahirkan, meskipun kasusnya relatif sedikit. Anak yang sejak kecil

mengalami gangguan metabolisme khususnya di bagian ginjal, yaitu air seninya

memiliki kecenderungan mudah mengendapkan garam membuat mudah terbentuk

batu. Karena fungsi ginjalnya tidak dapat bekerja secara normal maka kelancaran

proses pengeluaran air kemih juga mudah mengalami gangguan, misalnya banyak

zat kapur dalam air kemih sehingga mudah mengendapkan batu.

2. Makanan

Sebagian besar kasus penyakit batu ginjal disebabkan oleh faktor makanan

dan minuman. Makanan-makanan tertentu memang mengandung bahan kima

yang berefek pada pengendapan air kemih, misalnya makanan yang mengandung

kalsium tinggi, seperti oksalat dan fosfat.

3. Aktivitas

Faktor pekerjaan dan olahraga dapat mempengaruhi penyakit batu ginjal.

Risiko terkena penyakit ini pada orang yang pekerjaannya banyak duduk lebih

tinggi daripada orang yang banyak bediri atau bergerak dan orang yang kurang

berolahraga. Karena tubuh kurang bergerak (baik olahraga maupun aktivitas

bekerja) menyebabkan peredaran darah maupun aliran air seni menjadi kurang

lancar. Bahkan tidak hanya penyakit batu ginjal yang diderita, penyakit lain bisa

dnegan gampang menyerang.


2.4. PENGOBATAN BATU GINJAL

Pada dasarnya, ramuan tanaman obat untuk pengobatan batu ginjal, batu ureter

dan batu kandung kemih sama. Kesamaan tersebut terletak pada penggunaa bahan

tanaman obat yang berkhasiat menghancurkan atau meluruhkan batu, meluruhkan

air seni (diuretik), menghilangkan rasa sakit (analgesik), membunuh kuman

(antibiotik), menghilangkan demam (antipiretik) dan antiradang (antiinflamasi).

• Ramuan 1

• Siapkan 10 gram kering atau 30 gram segar daun tempuyung

• 10 gram kering atau 30 gram segar tanaman meniran

• 15 gram atau 40 gra daun tapak liman

• 10 gram kering atau 30 gram segar daun kumis kucing.

Cara membuat : Bersihkan semua bahan dan masak dalam air mendidih kira-kira

dalam 1 liter air. Ketika mendidih, angkat dan saring. Ketika hangat-hangat kuku

minum 2 kali sehari (pagi dan sore). Selain dari bahan herbal tersebut, ada

beberapa tanaman, baik dalam bentuk daun, batang, akar, rimpang atau

keseluruhan tanaman yang digunakan sebagai obat unutk menghancurkan batu

ginjal. Contohnya belimbing wuluh, kumis kucing, keji beling gempur batu,

meniran, keci beling mentimun, pepaya dan temulawak. Ternyata tempuyung

(Sonchus arvensis) memiliki kelebihan dari segi keampuhan dan keamanan dalam

penggunaannya sebagai tanaman obat penghancur batu ginjal. Kelebihan

tempuyung ini sudah diakui oleh banyak pakar pengobatn dari tanaman.
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Data subjektif
a) Identitas
Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan
diagnose medis.
b) KeluhanUtama
Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidaknyamanan
dalama ktivitas atau yang menggangu saatini.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
Di mana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan
faktor yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan
timbul sampai di bawake RS.
d) Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adanya batu dalam
ginjal.
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat
keturunan dari orang tua.
f) Riwayat psikososial
Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan keluarga,
teman sebaya dan bagaimana perawat secara umum.
b. Data Objektif
Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum :
1) Klien biasanya lemah.
2) Kesadaran komposmetis.
3) Adanya rasa nyeri.
2. Kulit :
1) Teraba panas.
2) Turgor kulit menurun.
3) Penampilan pucat.
3. Pernafasan : Pergerakan nafas simetris.
4. Cardio Vaskuler :
1) Takicardi.
2) Irama jantung reguler.
5. Gastro Intestinal:
Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.
6. Sistem Integumen: Tampak pucat.
7. Geneto Urinalis:
1) Dalam BAK produksi urin tidak normal.
2) Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kolik b.d aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, perengangan
dari terminal saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal.
2. Perubahan pola miksi b.d retemsi urine, sering BAK, hematuria sekunder
dari iritasi saluran kemih.
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual,
muntah efek sekunder dari kolik.
4. Kecemasan b.d prognosis pembedahan, tindakan invasif diagnostik.

C. Rencana Keperawatan
a. Nyeri kolik b.d aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, perengangan
dari terminal saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang, hilang atau teradaptasi.
Kriteria evaluasi :
• Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala
nyeri 0-1 (0-4)
• Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
• Ekspresi pasien relaks.
Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi
tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan nonfarmakologi lainnya telah
dan noninvasif menunjukan keefektifan dalam mengurangi
nyeri.
Lakukan manajemen nyeri keperawatan
1. Istirahatkan pasien.
1. Istirahat akan menurunkan kebutuhan
jaringan perifer sehingga akan meningkatakan
suplai darah ke jantung.
2. Manajemen lingkungan tenang dan
2. Lingkungan tenang akan menurunkan
batasi pengunjung. stimulus nyeri eskternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu meningkatkan
kondisi .
3. Vasodilatasi dapat menurunkan spasme otot
3. Beri kompres hangat pada pinggang. dan kontraksi otot pinggang sehingga
menurunkan stimulus nyeri.
4. Meningkatkan kelancaran suplai darah untuk
4. Lakukan masase sekitar nyeri. menurunkan iskemia.
5. Meningkatakan asupan sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder.
5. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan
6. Distraksi dapat menurunkan stimulus internal
dalam.
dengan mekanisme peningkatan produksi
endrofin dan enkefalin yang dapat memblock
6. Ajarkan teknik distraksi pada saat
reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke
nyeri.
korteks serebri sehingga menurunkan presepsi
nyeri.
Kolaborasi dengan dokter untuk Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga
pemberian analgetik. nyeri akan berkurang.
b. Perubahan pola miksi b.d retemsi urine, sering BAK, hematuria sekunder
dari iritasi saluran kemih.
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pola eliminasi optimal sesuai kondisi pasien.
Kriteria evaluasi:
• Frekuensi miksi dalam batas 5-8x/24 jam
• Pasien mampu minum 2.000 cc/24 jam dan kooperatif untuk menghindari
cairan yang mengiritasi kandung kemih.
Intervensi Rasional
Kji pola berkemih,dan catat produksi Mengetahui pengaruh iritasi kandung kemih
urine tiap 6 jam. dengan frekuensi miksi.
Anjurkan pasien untuk minum 2.000 Membantu mempertahankan funsi ginjal,
cc/hari. pemberian air secara oral adalah pilihan
terbaik untuk memdukung aliran darah renal
dan untuk membilas bakteri dari traktus
urinarius.
Hindari minum kopi, teh, cola dan Menurunkan iritasi dengan menghindari
alkohol. minuman yang bersifat mengiritasi saluran
kemih.
Kolaborasi:
1. Pemberian medikamentosa 1. Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu
yang ukurannya kurang dari 5 mm karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi
yang diberikan bertujuan untuk mengurangi
nyeri, mempelancarkan aliran urine dengan
pemberian diuretikum dan minum n=banyak
supaya dpat mendirong batu keluar dari
saluran kemih.
2. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu
ureter proksimal atu batu kandung kemih
tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa
2. Tindakan Extracorporeal Shockwave pembiusan.
Lithotripsy (ESWL). 3. Tindakan endourologi adalah tindakan invsif
minimal untk mengeluarkan batu saluran
kemih yang terdiri atas memecah batu dan
3. Tindakan Endourologi kemudian mengeluarkannya dari saluran
kemih melalui alat yang dimasukan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit ( per
utan).
4. Bedah terbuka pada kondisi pasien yang
mengalami batu ginjal dilakukan atas
pertimbangan medis, dimana belum
tersedianya fasilitas untuk pelaksanaan
d=bedah EWSLaau adanya pertimbangan
4. Pembedahan terbuka. danya komplikasi secar klinis yang diharuskan
untuk penatalakasana dengan pembedahan
terbuka

c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual,


muntah efek sekunder dari kolik.
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan asupan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria evalusi :
• Klien dapat mempertahankan status asupan nutrisi yang adekuat.
• Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Intervensi Rasional
Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah
berat badan dan derajat penurunan untuk menetapkan pilihan intervesi yang tepat
berat badan intergitas mukosa oral,
kemampuan menelan, riwayat
mual/muntah dan diare.
Fasilitas klien memperoleh diet Memperhitungkan keinginan individu dapat
Biasa yang disukai klien (sesuai memperbaiki asupan nutrisi
indikasi)
Pantau intake dan output,anjurkan Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi
untuk timbang berat badan secara dan dukungan cairan.makanan dan cairantidak
periodik (sekali seminggu) diijinkan melalui mulut selama beberapa jam
tu beberapa hari sampai gejala akut
berkurang. Bila makanan diberikan,adanya
gejala yang menunjukan berulangnya episode
gastritis dievaluasi dan dilaporkan.
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut Menurunkan rasa tak enak karena sisa
sebelum dan sesudah makan, serta makanan atau bau obat yang dapat
sebelum dan sesudah merangsang pusat muntah.
intervensi/pemeriksaan peroral.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi
menetapkan komposisi dan jenis diet yang adekuat untuk memenuhi peningkatan
yang tepat kebutuhan energi dan kalori sehubung dengan
status hipermetabolik klien.
Kolaborasi untuk pemberian anti- Meningkatkan rasa nyaman gastrointestinal
muntah dan meningkatkan kemauan asupan nutrisi
dan cairan peroral.

d. Kecemasan b.d prognosis pembedahan, tindakan invasif diagnostik.


Tujuan : Dalam waktu 1 x 24jam tingkat kecemasan pasien berkurang atau hilang.
Kriteria evaluasi :
• Pasien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat
mengindentifikasi penyebab atau faktor yang memengaruhinya, kooperatif
terhadap tindakan dan wajah rileks.
Intervensi Rasional
Bantu pasien mengekspresikan Cemas berkelanjutan memberikan dampak
perasaan marah, kehilangan dan takut. serangan jantung selanjutnya.
Beri dukungan prabedah Hubungan emosial yang baik antara perawat
dan pasien akan memengaruhi penerimaan
pasien dengan pembedahan. Kemampuan
perawat dan dokter untuk memandang pasien
dan keluargnya sebagai manusia yang layak
untuk didengarkan dan diminta pendapat,
ikutmenentukan hasil pembedahan.
Beri lingkungan yang tenang dan Mengurangi rangsangan ekstenal yang tidak
suasana yang kondusif. perlu.
Beri kesempatan kepada pasien untuk Dapat menghilangkan ketengangan terhadap
mengungkapkan ansientasnya. kekhawatiran yang tidak diekspresikan
Kolaborasi : Meningkatakan relaksasi dan menurunkan
Berikan anticemas sesuai indikasi , kecemasan
contohnya diazepam

D. Implementasi
Setelah rencana tindakan perawatan tersusun, selanjutnya rencana tindakan
tersebut dilaksanakan sesuai dengan situasi yang nyata untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
E. Evaluasi
Evaluasi dari proses keperawatan adalah nilai hasil yang diharapkan
dimasukkan kedalam SOAP terhadap perubahan perilaku pasien. Untuk
mengetahui sejauh mana masalah pasien dapat diatasi.
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Penyakit batu ginjal merupakan salah satu penyakit paling sering ditemui

dan dialami oleh banyak masyarakat indonesia yang umumnya dialami pria. Pada

umumnya penyakit ginjal disebabkan oleh rutinitas pekerjaan yang membuat pola

makan menjadi tidak teratur, adanya faktor keturunan yang juga memiliki peranan

penting karena jika terdapat keluarga yang memiliki penyakit ginjal, resiko

diturunkan penyakit ginjal pada anak 6 kali lebih besar, kurangnya konsumsi air

putih, jarang buang air kecil atau sering ditahan, banyak mengkonsumsi makanan

atau minuman yang mengandung bahan kimia, bahan pengawet dan lingkungan

suhu udara disekitar tempat tinggal dan tempat bekerja yang tidak mendukung

aktivitas sehari-hari.

3.2. SARAN

Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita, menambah

ilmu pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca khususnya bagi mahasiswa,

namun penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan.

1. Untuk Dosen mata kuliah KMB III kami mengharapkan dapat disimpan di

perpustakaan untuk bahan bacaan dan dijadikan literatur dalam pembuatan

makalah selanjutnya.

2. Untuk Mahasiswa D III keperawatan UB kami mengharapkan makalah kami ini

dapat dijadikan bahan bacaan yang menambah wawasan.


DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A, 1995 Patofisiologi :konsep klinis proses-proses penyakit, ed

4, EGC, Jakarta

Ilmu Kesehatan Nelson, 2000, vol 3, ed Wahab, A. Samik, Ed 15,

Glomerulonefritis akut pasca streptokokus,1813-1814, EGC, Jakarta.

Guyton.A.C, 1996.Teksbook of Medical Physiology, philadelpia. Elsevier

saunders

Rusdidjas, Ramayati R, 2002. Infeksi saluran kemih. In Alatas H,

Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO. Buku ajar Nefrologi Anak. 2 nd .Ed.

Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 142-163

Lambert H, Coulthard M, 2003. The child with urinary tract infection. In :

Webb NJ.A, Postlethwaite RJ ed. Clinical Paediatric Nephrology.3 rd ED. Great

Britain: Oxford Universsity Press., 197-22

Anda mungkin juga menyukai