Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BATU SALURAN KEMIH

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan medical bedah

OLEH :

Kelompok 7 :

1. Ratu widuri 22112388


2. Yarmi 22112304
3. Kanaya 22112381
4. Nazahwa 22112385
5. Sherly mareta
6. Yuliyana putri 22112404
7. Anissya pramadani 22112371

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Vivi Sofia Sapardi, M.Kep

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

TAHUN AJARAN

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hida yah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan keperawatan pada
pasien batu saluran kemih. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Ns. Vivi Sofia Sapardi,
M.Kep selaku dosen mata kuliah keperawatan medical bedah yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai agama dalam pelayanan kesehatan, terutama kepada pasien di rumah
sakit. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Padang, 23 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB II

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah lepas dari berbagai aktivitas yang
menuntutnya selalu ada untuk menghasilkan berbagai hal yang baik karena berbagai aktivitas
yang telah menjadi rutinitas inilah sering kali membuat seseorang lupa atau lalai dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makan, minum, buang air besar maupun buang air kecil.

Menurut samiadi dalam situs hallosehat.com tubuh sebenarnya memberikan sebuah


peringatan jika metabolisme normal di langgar. Salah satu contohnya adalah rasa haus dengan
kurang mengkonsumsi air putih. Hal ini juga dapat berbahaya bagi tubuh, selain dapat membuat
dehidrasi. Kurangnya mengonsumsi air putih dapat menyebabkan air urine menjadi kuning dan
itu menandakan kurangnya cairan yang di butuhkan oleh tubuh. Sebaiknya kita mengonsumsi air
putih 8 gelas atau setara dengan 2 liter air setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Setelah tubuh menerima asupan air putih dengan cukup, seseorang yang kondisi system
pencernaan tubuhnya normal, pasti dapat membuang sisa-sisa pencernaan dengan baik. Namun
terkadang kebanyakan orang lebih menahan baung air kecil karena dianggap masih bisa ditahan.
Biasanya ini disebabkan karena selalu sibuk bekerja atau aktivitas yang terlalu serius dan bahkan
saat perjalanan jauh.

Ketika sedang belajar di kelas pun terkadang juga cenderung lebih memilih menahan
buang air kecil salah satunya karena sedang terburu-buru menyelesaikan tugas. Menahan buang
iar kecil, mempermudah tubuh terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan organ
pencernaan terkait system perkemihan dikarenakan menumpuknya kotoran yang berasal dari urin
yang seharusnya keluarkan maka kandung keih akan mengalami infeksi apabila menampung
urine.Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) adalah kondisi dimana terdapat masa keras berbentuk
batu kristal di sepanjang saluran kemih sehinggamenimbulkan rasa nyeri, pendarahan dan
infeksi. Pembentukan batu disebabkan oleh peningkatan jumlah zat kalsium, oksalat dan asam
urat dalam tubuh atau menurunnya sitrat sebagai zat yang menghambat pembentukan batu. Batu
saluran kemih dikelompokkan berdasarkan lokasi terdapatnya batu dalam saluran kemih antara
lain batu ginjal, saluran ureter, kandung kemih, dan uretra. (Brunner dan Suddarth, 2000).

Kejadian batu saluran kemih di Amerika Serikat dilaporkan 0,1- 0,3 per tahun dan sekitar
5-10% penduduknya sekali dalam hidupnya pernah menderita penyakit ini, di Eropa Utara 3-6%,
sedangkan di Eropa bagian Selatan di sekitar laut tengah 6-9%. Di Jepang 7% dan di Taiwan
9,8%. Pada tahun 2000, penyakit batu saluran kemih merupakan penyakit peringkat kedua di
bagian urologi di seluruh rumah sakit di Amerika setelah penyakit infeksi, dengan proporsi batu
saluran kemih 28,74% (AUA, 2007).Di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
memperlihatkan peningkatan yaitu dari 6,9% di tahun tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018.
Peran perawat sangatlah penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah Batu saluran kencing. Asuhan keperawatan yang professional diberikan melalui
pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, penetapan diagnosa, pembuatan
intervensi, impelementasi keperawatan, dan mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.Pasien
dengan batu saluran kemih periode januari-desember tahun 2017 yaitu: pasien terbanyak kisaran
umur 22 sampai dengan 59 tahun yaitu sebanyak 38 pasien(80/80%) : yang terdiri dari 24 pasien
(63,20%) perempuan. Dan 14 pasien (36,80%) laki-laki.

1.2 Tujuan

Tujuan umum

Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawaatan medical bedah pada pasien


batu saluran kemih

Tujuan Khusus

1. Mampu memahami definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan


penunjang, komplikasi, dan pilihan pengobatan batu saluran kemih
2. mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada pasien batu saluran kemih,
mencakup evaluasi, diagnosis, intervensi, dan evaluasi.
3. Mampu menjelaskan asuhan keperawat pasien batu saluran kemih yang mencakup
pengkajian,diagnosis keperawatan,intervensi , implementasi serta penilaian evaluasi.

1.3 Manfaat Penulisan

A. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan untuk memberikan masukan serta memberikan evaluasi untuk bisa mengetahui
tentang perkembangan mahasiswa untuk melakukan asuhan keperawatan batu saluran kemih.

B. Bagi profesi keperawatan

Untuk menambah keluasan ilmu serta pembaharuan ilmu dalam penerapan tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan batu saluran kemih

C. Bagi tempat praktik

Sebagai sumber ferensi serta pembaharuan ilmu dalam penerapkan asuhan keperawatan yang
akan diberikan pada pasien dengan batu saluran kemih
D. Bagi masyarakat

Diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan serta informasi bagi masyarakat tentang penyakit
ureterothiliasis serta penatalaksanaannya pada pasien
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit

Urolithiasis berasal dari bahasa Yunani Ouron, “urin” dan Lithos, “batu” (Ram, Moteriya
and Chanda, 2015).Urolithiasis secara umum mencakup nefrolithiasis (batu ginjal),
ureterolithiasis (batu ureter) dan cystolithiasis (batu kandung kemih) (Panigrahi, Dey and Jena,
2016).Batu saluran kemih (BSK) atau urolithiasis adalah pembentukan batu (kalkuli) di saluran
kemih, paling sering terbentuk di pelvis atau kaliks (widiarti,dkk.2008). menurut dongoes,dkk
batu ginjal kalkulus adalah bentuk deposit mineral, paling umum oksalat Ca2+, namun asa urat
dan Kristal lain juga pembentuk batu. Meskipun kalkulus ginjal dapat terbentuk di mana saja dari
saluran perkemihan, batu ini paling umum di temukan pada pelvis dan kaliks ginjal. Batu ginjal
dapat tetap asimtomatik sampai keluar ke dalam ureter dan atu aliran urin terhambat.Dengan kata
lain, batu saluran kemih adalah adanya gumpalan (konkresi) padat yang terbentuk di saluran
kemih. Batu dengan ukuran lebih kecil yang mungkin terbentuk,bisa lewat di sepanjang saluran
kemih, dan bisa dikeluarkan selama berkemih (mikturisi), menyebabkan beberapa atau bahkan
tidak ada gejala, tetapi batu dengan ukuran yang lebih besar akan menimbulkan gejala klinis
ketika telah menyumbat saluran kemih atau telah mengandung patogen-patogen yang
menimbulkan infeksi yang menetap meskipun telah diberi terapi antimikroba (Gray,
2009).Urolithiasis adalah penyakit yang sangat umum, dimana merupakan masalah kesehatan ke-
6. Data epidemiologi mengungkapkan bahwa adanya peningkatan prevalensi batu saluran kemih
bagian atas di negara negara berkembang (Prstojevic et al., 2014).

2.2 Etiologi

Faktor risiko seseorang untuk penyakit ini termasuk, namun tidak terbatas pada:

1. Riwayat pribadi atau keluarga. Jika seseorang dalam keluarga Anda memiliki batu ginjal,
kemungkinan besar Anda akan menderita batu disaluran kemih Anda. Jika Anda memiliki satu
atau lebih batu ginjal dimasa lalu, risiko Anda untuk menderita lebih banyak batu salurankemih
meningkat.

2. Dehidrasi. Jika seseorang tidak minum cukup air setiap hari,kemungkinan besar mereka akan
mendapatkan batu di saluran kemihnya. Ada kemungkinan juga orang yang tinggal di iklim
hangatdan sering berkeringat akan memiliki risiko lebih besar daripada yang lain.

3. Diet khusus. Pola makan tinggi gula, natrium, dan protein dapat membuat Anda lebih mungkin
terkena beberapa jenis batu ginjal (termasuk batu di saluran kemih). Jika Anda makan banyak
natrium,risikonya bahkan lebih tinggi. Risiko terbentuknya batu di saluran kemih dan jumlah
kalsium yang harus dibuang oleh ginjal dapat meningkat secara signifikan dengan mengonsumsi
terlalu banyak natrium.

4. Obesitas. Batu di saluran kemih lebih mungkin terjadi pada orang yangmemiliki indeks massa
tubuh (BMI) tinggi, pinggang besar, dan berat badan bertambah.

5. Penyakit pencernaan dan operasi. Operasi bypass lambung, penyakit radang usus, atau diare
terus-menerus dapat mengubah proses pencernaan, yang dapat memengaruhi penyerapan
kalsium, kanker, dan jumlah zat dalam urin yang dapat menyebabkan pembentukan batu dalam
saluran kemih.

6. Kondisi medis lainnya. Seperti Asidosis tubulus ginjal, sistinuria,hiperparatiroidisme, obat-


obatan tertentu, dan beberapa infeksi kandung kemih merupakan penyakit dan kondisi yang
dapat membuatseseorang lebih mungkin mendapatkan batu di saluran kemihnya.(Riskesdas Jawa
Tengah 2018)

2.3 patofisiologi

Batu secara hipotetis dapat terbentuk di seluruh saluran kemih,terutama di sistem calyceal
ginjal atau kandung kemih, di mana sering terjadi kesulitan buang air kecil (keseimbangan urin).
Kondisi yang bekerja dengan pembentukan batu termasuk adanya penyimpangan pelviokalises
intrinsik (stenosis uretero-pelvis), divertikula, obstruksi infravesika persisten atau obstruksi
seperti hiperplasia prostat jinak, cedera, dan kandung kemih neurogenik. Batu terbentuk ketika
Kristal organik dan anorganik larut dalam urin. Batu permata ini dalam keadaa metastabil (tetap
pecah) di kencing berharap tidak ada kondisi tertentu yang bisa memicu kesaksian batu berharga
tersebut. Inti batuan yang menolak agregasi dan menarik bahan lain untuk membentuk kristal
yang lebih besar dihasilkan oleh nukleasi kristal. Terlepas dari ukurannya, agregat kristal tidak
cukup kuat untuk mencegah saluran kandung kemih yang tersumbat. Akibatnya, seluruh batu
permata melekat pada epitel saluran kemih menghasilkan pemeliharaan batu permata. Dari
sini,berbagai bahan yang diendapkan sekaligus membentuk b4atu yang cukup besar untuk
menyumbat saluran kemih.

Temperatur, pH larutan, adanya koloid dalam urin, sentralisasi zat terlarut dalam urin,
kecepatan aliran urin melalui parsel, dan adanya korpus alienum, yang bertindak sebagai batu
semuanya ada di saluran kemih. Keadaan metastabil dipengaruhi oleh semua inti batu kalsium
yang terikat dengan oksalat dan fosfat. Dan menghasilkan batu kalsium oksalat dan kalsium
fosfat, merupakan lebih dari 80% dari batu kandung kemih. Sedangkan kelebihan batu antara
lain batu xanthyn, batu sistein, batu asam urat, dan batu penyakit yang terbuat dari magnesium
amonium fosfat Meskipun patogenesis batu ini hampir identik, lingkungan di saluran kemih yang
mendorong pembentukannya menjadi berbeda..(Pradita 2021).
2.4 Tanda dan gejala

1. Nyeri/kolik

Seringkali, penderitaan serius atau kolik di sekitar pinggang diidentifikasi. Sebagian besar waktu,
nyeri disebabkan oleh kekurangan cairan tubuh, baik karena asupan yang tidak memadai atau
pengeluaran yang berlebihan. Orang melaporkan merasa sakit,memiliki wajah pucat, dan
berkeringat dingin setelah rasa sakit dinilai 9 atau 10 pada skala rata-rata. Kolik, di mana pelvis
ginjal dan ureter proksimal buncit, dan batu yang mengiritasi ataumenyumbatsaluran kemih
adalah penyebab kondisi ini.

2. Gangguan pola berkemih

Pasien merasa ingin ke kamar mandi, tetapi urin yang keluar hanya sedikit, dan tindakan abrasif
batu biasanya membuatnya mengandung darah (Harmilah, 2020). Nyeri sering diikuti oleh
disuria, hematuria, dan penurunan output urin. Air pipis yang keluar terkadang berbau dan
terlihat keruh.

3. Demam

ISK dapat terjadi akibat batu di saluran kemih. Air akanter kontaminasi bakteri jika batu
menyumbat saluran kemih. Infeksi disebabkan oleh urine yang terkumpul di atas sumbatan
(Harmilah,2020). Sumbatan tersebut berupa batu pencegah jalannya kencing yang dapat
menyebabkan penyakit saluran kemih yang ditandai dengan demam dan menggigil.

4. Gejala gastrointestinal

Biasanya, nyeri merupakan respons terhadap keluhan gastrointestinal seperti anoreksia, mual,
dan muntah, yang muncul sebagai makanan yang kurang dimakan. Refleks retrointestinal dan
kedekatan fisik ureter ke lambung, pankreas, dan organ pencernaan bertanggung jawab atas efek
samping gastrointestinal ini. (Harmilah,2020). Termasuk diare, mual, dan perasaan tidak mual
yang disebabkan oleh penyebaran saraf ganglioncoeliac antara ureter dan usus dan refluks re-
intestinal.((Prihadi, Johannes Cansius, Daniel Ardian Soeselo 2020)

2.5. Komplikasi

Menurut (Al-Mamari 2017) mengatakan bahwa batu ureter dapat menyebabkan banyak masalah,
terutama jika tidak didiagnosis atau diobati dengan baik.. Komplikasi Batu Ureter meliputi:

1) Obstruksi
adalah situasi di mana, karena berbagai alasan, saluran kemih tersumbat secara fun gsional dan
anatomis, mencegah urin mengalir dari proksimal tubuh ke bagian distal.

2) Uremia

adalah kondisi berbahaya di mana ginjal berhenti bekerja sebagaimana mestinya. Ini dapat terjadi
pada individu dengan penyakit ginjal kronis lanjut..

3) Sepsis

merupakan suatu komplikasi infeksi yang mengancam jiwa. Sepsis terjadi ketika peradangan di
seluruh tubuh dipicu oleh bahan kimia yang dilepaskan ke aliran darah untuk melawan infeksi.
Akibat dari hal ini, banyak sistem organ dapat rusak, mengakibatkan kegagalan organ dan
terkadang bahkan kematian.

4) Pielonefritis kronis,

Hal ini disebabkan oleh peradangan ginjal dan fibrosis yang disebabkan oleh refluks
vesicoureteral (pembalikan kencing ke ginjal) atau alasan lain untuk pemeriksaan saluran kemih.

5) Gagal ginjal akut atau kronis

Gagal ginjal yang parah terjadi ketika ginjal tiba-tiba menjadi tidak mampu membuang limbah
dari darah. Gagal ginjal terusmenerus merupakan penyakit ginjal yang sudah lama terjadi
menyebabkan gagal ginjal.

6) Keluar batu saluran kencing spontan

7) Hematuria atau buang air kecil berdarah

8) Gagal ginjal(Mait, Nurmansyah, and Bidjuni 2021

2.6 Pemeriksaan penunjang

Berikut macam-macam pemeriksaan penunjang yang dapadilakukan:

1. Pemeriksaan sedimen urin

Hematuria, leukosituria, kristaluria, dan pH urin ditemukan dengan pemeriksaan sedimen urea.

2. Pemeriksaan kultur urin


pemeriksaan kultur urin dilakukan untuk memeriksasaluran kemih untuk infeksi dan untuk
mengetahui adanya kuman yang bertambah sebagai perombak urea.

3. Kadar ureum, kreatinin, dan asam urat serta pemeriksaan radiologimerupakan bagian dari
pemeriksaan fungsi ginjal.

4. Pemeriksaan elektrolit

Mengetahui peran kalsium darah yang meningkat. Pemeriksaan diagnostik ultrasonografi dan
radiologi berikut dapat digunakan untuk mendiagnosis ureterolithiasis :

1. Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan yang memanfaatkan gelombang suara berfrekuensi tinggi disebut dengan


pemeriksaan USG dengan mengungkapkan struktur pada jaringan lunak.

2. Foto polos BNO

Pada batu radiopaque, foto polos dapat diperiksa dengan sinar X karena kalsifikasi.

3. Pielografi intravena (PIV)

Media diferensiasi, misalnya, barium sulfat, dimasukkan kedalam kerangka panggul


selama pemeriksaan ini untuk memberikan gambaran kalik ginjal, pelvis ginjal, dan
ureter.

4. Ureteropielografi Retrograd

Penilaian retrogard ureteropielography dilakukan dengan asumsi ginjal yang mengandung


batu rusak s ehingga gambarandiferensiasi tidak muncul. ((Anggraini 2017)

2.7 Penatalaksanaan Medis

Pengeluaran batu dapat menggunakan cara sebagai berikut :(Widiana 2021)

1) ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)

Pengeluaran batu dengan tindakan ini dilakukan tanpa pembiusan. Tujuan dari perawatan ini
adalah untuk memecah batu sehingga dapat dikeluarkan lebih cepat.

2) Endurologi
Batu dapat dikeluarkan dari saluran kemih menggunakan terapi ini, yaitu dengan memecah batu
kemudian mengeluarkannya dengan alat yang terpasang pada saluran kemih.

3) Medikamentosa

Perawatan medis dapat digunakan untuk mengobati batu yang lebih kecil dari 5 milimeter.
Terapi ini diharapkan mampu mengeluarkan batu secara langsung sehingga mengurangi rasa
nyeri. Setelah minum diuretik, urin mengalir dengan lancar, dan diharapkan juga minum cukup
cairan akan membantu menghilangkan batu.

4) Bedah Laparoskopi

Teknik bedah ini banyak diminati karena meminimalkan luka sayatan pada tindakan operasi

5) Bedah Terbuka

Prosedur ureterolithotomy adalah jenis perawatan untuk pasien ureterolithiasis. Prosedur ini
adalah prosedur terbuka.

2.7 WOC
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAAN

3.1 PENGKAJIAN

a. Identitas pasien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nomor registrasi,
status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, dan lain- lain.

b.Keluhan utama Keluhan, yang paling umum disebut sebagai "keluhan utama", dan biasanya
menyatakan bahwa keluhan tersebut berasal dari pelanggan dan menuntut agar keluhan tersebut
segera ditangani. Klien biasanya mengungkapkan rasa sakit dalam skenario in

c. Riwayat penyakit Mengkaji tentang faktor yang menunjukkan resiko terjadi batu seperti asam
urat, kolestrol tinggi, kadar kalsium dalam darah tinggi, dan lainnya

d.Pola psikososial Urolitiasis tidak berpengaruh pada interaksi sosial dalam pola kondisi
psikososial; namun, hal itu dapat menimbulkan hambatan karena ketidaknyamanan (nyeri), yang
dapat menyebabkan pasien hanya berfokus pada nyerinya.

e.Pola pemenuhan kebutuhan kebutuhan sehari-hari Aktivitas terganggu akibat nyeri yang
dirasakan, pemenuhan kebutuhan cairan kurang akibat pasien sering takut ketika mengonsumsi
banyak air sehingga urine bertambah serta memperberat rasa tidak nyaman

f.Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu pemeriksaan head to toe yaitu pemeriksaan yang
dilakukan mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Pemeriksaan ini meliputi:

a) Kepala

Mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka.

 Inspeksi lihat ada atau tidaknya lesi, warna kehitaman atau kecoklatan, edema, dan
distribusi rambut kulit.
 Palpasi diraba dan tentukan turgor kulit elastie atau tidak, tekstur kepala kasar atau halus,
akral dingin atau hangat.

b) Rambut
Mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut dan untuk mengetahui mudah rontok
dan kotor.

 Inspeksi: distribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak


 Palpasi mudah rontok atau tidak, tekstur kasar atau halus.

c) Wajah

Mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan untuk menegetahui luka dan kelainan pada
kepala.

 Inspeksi lihat keismetrisan wajah jika muka kanan dan kiri berbeda atau missal lebih
condong ke kanan atau ke kiri, itu menunjukkan ada parase/kelumpuhan
 Palpasi cari adanya luka, tonjolan patologik dan respon nyeri dengan menekan kepala
sesuai kebutuhan.

d) Mata

Mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan penglihatan visus dan otot otot mata) dan juga
untuk mengetahui adanya kelainan atau pandangan pada mata. Bila terjadi hematuria,
kemungkinan konjungtiva anemis.

 Inspeksi kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek kedip baik atautidak, konjungtiva dan
sklera: merah atau konjungtivis, ikterik/indikasi. hiperbilirubin atau gangguan pada
hepar. Pupil isokor, miosis atau medriasis.

e) Telinga

Mengetahui kedalaman telinga luar, saluran telinga, gendang telinga.

 Inspeksi daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran bentuk. kebersihan, dan lesi.
 Palpasi: tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago.
f) Hidung

Menegetahui bentuk dan fungsi hidung dan mengetahui adanya inflamasi atau sinusitis

 Inspeksi apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada sekret.
 Palpasi apakah ada nyeri tekan massa

g) Mulut dan gigi

Mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut, dan untuk mengetahui kebersihan mulut dan
gigi.

 Inspeksi: amati bibir apakah ada kelainan kongenital (bibir sumbing) warna,
kesimetrisan, kelembaban pembengkakan, lesi, amati jumlah dan bentuk gigi, berlubang
wana plak dan kebersihan gigi.
 Palpasi pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan ada massa atau tumor,
pembengkakan dan nyeri.

h) Abdomen

Mengetahui bentuk dan Gerakan perut, mendengarkan bunyi peristaltic usus, dan
mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen.

 Inspeksi amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan,
adanya ketidak simetrisan, adanya asites.
 Palpasi: adanya massa dan respon nyeri tekan.
 Auskultasi bising usus normal 10-12x/menit
 Perkusi apakah perut terdapat kembung/meteorismus.

i) Dada

Mengetahui bentuk kesimetrisan, frekuensi, irama nafas, adanya nyeri tekan, dan untuk
mendengarkan bunyi paru.
 Inspeksi amati kesimetrisan dada kanan dan kiri, amati adanya retraksi interkosta, amati
pergerakan paru
 Palpasi adakah nyeri tekan, adanya benjolan
 Perkusi untuk menentukan batas normal paru
 Auskultasi wheezing/crecles untuk mengetahui bunyi nafas, vesikuler,

j) Ekstremitas atas dan bawah

Mengetahui mobilitas kekuatan otot dan gangguan-gangguan pada ekstremitas atas dan
bawah. Lakukan inspeksi identifikasi menegenai ukuran dan adanya atarofil hipertrofil, amati
kekuatan otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan bawah.

k) Kulit

Mengetahui adanya lesi atau gangguan pada kulit klien. Lakukan inspeksi dan palpasi pada
kulit dengan mengkaji kulit kering/lembab, dan apakah terdapat oedem.

L) Eliminasi BAK : pasien mnegatakan sering berkemih Jumlah : sedikit Warna: kuning
kemerahan Rasa sakit saat BAK : pasien mengtakan rasa nyeri dan panas saat BAK Keluhan
sakit pinggang: ya, pemeriksaan fisik ginjal adanya nyeri ketok pada ginjal kanan. BAB: 1x/hari
Diare : tidak Bising usus: 7x/meni

3.2 kemungkinan diagnose yang muncul

1. Gangguan eliminasi uri berhubungan dengan iritasi kandung kemih


2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisikologi
3. Hipertermi berhubungan dengan proses pemyakit
4. Resiko infeksi dibukikan dengan peningkat papaan rganisme
5. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan intolerani makanan
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dngan kelemahan
7. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
8. Gangguan pola tidur behubungan dengan kurang kontrol tidur
3.3 Analisa data

No Data Masalah Etiologi


1 DS: Gangguan eliminasi urine Iritasi kandung kemih

1. Pasien mengeluh D.0040


sering buang air
kecil
2. Pasien megeluh
usin keluar hanya
sedikit sedikit

DO:

1. Distensi kandung
kemih
2. Berkemi tidak
tuntas

2 DS: Nyeri akut Agen pencederaan fisiologi

1. Pasien mengatakan D.0077


nyeri pada perut
bagian kanan yang
menjalar ke
pinggang bagian
belakang

DO:

1.Pasien taak
meringis
2. pasien tampak
gelisah
3 DS: Hipertermia Proses pnyakit

1.Pasien mengeluh D..0130


demam menggigil

DO:

1.suhu tubuh pasien


di atas nilai normal
2.kulit tersa hangat
3. pasien ampak
mengigil
4 DS:- Resiko infeksi Peningkatan paparan
organisme
DO:- 0142
5 DS: Disfungsi motilitas Itoleransi makanan
gastrointestinal
1. Pasien mengelu
mual D.0021
2. Pasien
mengeluh
muntah

DO:

1. Pasien tampak
muntah
2. Residu lambung
meningkat

3.4 Intervensi Keperawaatan

Tanggal Diagnosa Slki Siki Aktivitas


23/11/23 Gangguan Setelah dilakukan Manaajemen Observasi;
eliminasiuri intervensi eliminasi urine
1) Identifikasi tanda
berhubungan keperawataan
l.04152 dan gejala retensi
denganiritasi selama 3x 23 jam
atau inkontinensia
kandung kemih maka eliminasi
urine.
di buktikan urine membaik
2) Identifikasi faktor
dengan Distensi dengan kriteria
yang
kandung kemih hasil
menyebabkan
Berkemi tidak
-distensi retensi atau
tuntas
berkemih menuun inkontinensia
skala (5) urine
3) Monitor eliminasi
-Berkemih tidak
urine (mis.
untas menurun
frekuensi,
skala (5)
konsistensi,
aroma, volume,
-frekuensi BAK
dan warna)
membaik skala
(5)
Terapeutik:

4) Catat waktu-
waktu dan
haluaran
berkemih.
5) Batasi asupan
cairan, jika perlu
6) Ambil sampel
urine tengah
(midstream) atau
kultur.

Edukasi:

7) Ajarkan tanda dan


gejala infeksi
saluran kemih.
8) Ajarkan mengukur
asupan cairan dan
haluaran urine
9) Ajarkan
mengambil
spesimen urine
midstream
10) Ajarkan
mengenali tanda
berkemih dan
waktu yang tepat
untuk berkemih
11) Ajarkan terapi
modalitas
penguatan otot-oto
panggul/berkemih.
12) Anjurkan minum
yang cukup, jika
tidak ada
kontraindikasi
13) Anjurkan
mengurangi
minum menjelang
tidur
14) Anjurkan
mengurangi
minum menjelang
tidur

Kolaborasi:

15) Kolaborasi
pemberian obat
supositoria uretra,
jika perlu

23/11/23 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Observasi


berhubungan intervensi nyeri
1) Identifikasi lokasi,
dengan agen keperwatan
l.08238 karakteristik,
pencederaan selama 3x24 jam
durasi, frekuensi,
fisikologi Pasien maka tingkat
kualitas, intensitas
taak meringis nyeri menurun
nyeri
pasien tampak dengan kriteria
2) Identifikasi skala
gelisah hasi
nyeri
-keluhan nyeri 3) Idenfitikasi respon
menurun skala (5) nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor
-gelisah menurun
yang memperberat
skala (5)
dan memperingan
nyeri
-fungsi berkemih
5) Identifikasi
membaik skalaa
pengetahuan dan
(5)
keyakinan tentang
nyeri
6) Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
7) Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
8) Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
9) Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik

Terapeutik:

10) Berikan Teknik


nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri (mis: TENS,
hypnosis,
akupresur, terapi
music,
biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi,
Teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
11) Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis: suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
12) Fasilitasi istirahat
dan tidur
13) Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi:

14) Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
15) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
16) Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
17) Anjurkan
menggunakan
analgesik secara
tepat
18) Ajarkan Teknik
farmakologis
untuk mengurangi
nyeri

Kolaborasi

19) Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

23/11/23 Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen Observasi :


berhubungan intevensi hipertermia
1) Identifikasi
dengan proses keperwatan
l.15506 penyebab
pemyakit selama 3x24 jam
hipertermia (mis.
dibuktikan maka
dehidrasi, terpapar
dengan suhu termoregulasi
lingkungan panas,
tubuh pasien di membaik dengan
penggunaan
atas nilai normal kriteria hasil
inkubator)
kulit tersa hangat
-Mengigi enurun 2) Monitor suhu
pasien ampak
skala (5) tubuh
mengigil
3) Monitor kadar
-suhu tubuh
elektrolit
membaik skala
4) Monitor haluaran
(5)
urin

5) Monitor
komplikasi akibat
hipertermia

Terapeutik :

6) Sediakan
lingkungan yang
dingin
7) Longgarkan atau
lepaskan pakaian
8) Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
9) Berikan cairan ora
10) Ganti linen setiap
hari atau lebih
sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringat berlebih)
11) Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
selimut hipotermia
atau kompres
dingin pada dahi,
leher, dada,
abdomen, aksila)
12) Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
13) Berikan oksigen
jika perlu

Edukasi :

14) Anjurkan tirah


baring

Kolaborasi :

15) Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu

23/11/23 Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Observasi


berhubungan Infeksi
intervensi
1) Monitor tanda dan
dengan keperawatan (I.14539) gejala infeksi
peningkatan selama 1×24 jam, lokal dan sistemik
paparan tingkat infeksi Terapeutik
organisme
menurun dengan
2) Batasi jumlah
kriteria hasil pengunjung
3) Berikan perawatan
-demam kulit pada area
edema
menurun skala (5)
4) Cuci tangan
sebelum dan
-kutur urine sesudah kontak
dengan pasien dan
membbaik skla(5) lingkungan pasien
5) Pertahankan
- teknik aseptic
pada pasien
berisiko tinggi

Edukasi

6) Jelaskan tanda dan


gejala infeksi
7) Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
8) Ajarkan etika
batuk
9) Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka atau
luka operasi
10) Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
11) Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi

12) Kolaborasi
pemberian
imunisasi,jika
perlu

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Batu saluran kemih (BSK) atau urolithiasis adalah pembentukan batu (kalkuli) di saluran
kemih, paling sering terbentuk di pelvis atau kaliks . menurut dkk batu ginjal kalkulus adalah
bentuk deposit mineral, paling umum oksalat Ca2+, namun asa urat dan Kristal lain juga
pembentuk batu. Meskipun kalkulus ginjal dapat terbentuk di mana saja dari saluran perkemihan,
batu ini paling umum di temukan pada pelvis dan kaliks ginjal. Batu ginjal dapat tetap
asimtomatik sampai keluar ke dalam ureter dan atu aliran urin terhambat.Dengan kata lain, batu
saluran kemih adalah adanya gumpalan (konkresi) padat yang terbentuk di saluran kemih. Batu
dengan ukuran lebih kecil yang mungkin terbentuk,bisa lewat di sepanjang saluran kemih, dan
bisa dikeluarkan selama berkemih (mikturisi), menyebabkan beberapa atau bahkan tidak ada
gejala, tetapi batu dengan ukuran yang lebih besar akan menimbulkan gejala klinis ketika telah
menyumbat saluran kemih atau telah mengandung patogen-patogen yang menimbulkan infeksi
yang menetap meskipun telah diberi terapi antimikroba

4.2 Saran

Demikianlah makalah ini yang penulis susun dengan penuh keikhlasan. Diharapkan dengan
adanya makalah opini mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai penyakit batu saluran
kemih. Selain itu mahasiswa juga mampu memahami secara teoritis mengenai penyakit ini serta
mampu membuat asuhan keperawan tentang batu sluran kemih

Anda mungkin juga menyukai