Disusun oleh :
1. Agusrianti (00120077)
2. Belina Sofitra (00120079)
4. Emilia (00120073)
5. Efrida Mayasari (00120081)
6. Junaidah (00120080)
7. Rama Yunita (00120065)
7. Rangga Wijaya (00120064)
8. Rinuke Fospasari (00120075)
9. Sumarlini (00120075)
S1 KEPERAWATAN
Assalamualaikum Wr.Wb
Batu Empedu” tepat pada waktunya. Salawat dan salam penulis panjatkan kepada
junjungan kita nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta pengikutnya yang setia
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Mata Kuliah Sistem
bimbingan dari beberapa pihak selama proses studi dan juga selama proses
1. Bapak Prof. dr. Fadil Oenzil, PhD, Sp.GK selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
2. Ibu Ns. Rachmawaty M.Noer, S.Kep, M.Kes selaku Wakil Ketua I Sekolah
3. Ibu Ns. Utari Christya Wardhani, S.Kep, M.Kep selaku Wakil Ketua II Sekolah
4. Ibu Ns. Sri Muharni S.Kep, M.Kep selaku Kepala Program Studi Ilmu
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
juta orang yaitu 5 juta pria dan 15 juta wanita. Pada pemeriksaan autopsy di Amerika,
batu kandung empedu ditemukan pada 20 % wanita dan 8 % pria. Insiden batu kandung
empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti, karena belum ada penelitian.
Banyak penderita batu kandung empedu tanpa gejala dan ditemukan secara kebetulan
pada waktu dilakukan foto polos abdomen, USG, atau saat operasi untuk tujuan yang
lain. Dengan perkembangan peralatan dan teknik diagnosis yang baru USG, maka
banyak penderita batu kandung empedu yang ditemukan secara dini sehingga dapat
moralitas. Batu kandung empedu biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan bila
batu menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus. Oleh karena itu gambaran klinis
penderita batu kandung empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang ringan
sementara publikasi penelitian batu empedu masih terbatas (Sudoyo, 2007). Dalam
“Third National Health and Nutrition Examination Survey” (NHANES III), prevalensi
cholelithiasis di Amerika Serikat pada usia pasien 30-69 tahun adalah 7,9% pria dan
16,6% wanita, dengan peningkatan yang progresif setelah 20 tahun. Sedangkan Asia
merupakan benua dengan angka kejadian cholelithiasis rendah, yaitu antara 3% hingga
15%, dan sangat rendah pada benua Afrika, yaitu kurang dari 5% (Greenberger, 2009).
Insidensi cholelithiasis di negara barat adalah 20% dan banyak menyerang dewasa
dan usia lanjut. Sebagian besar cholelithiasis tidak bertanda dan bergejala. Sedangkan di
Indonesia angka kejadian cholelithiasis tidak jauh berbeda dengan angka kejadian di
negara lain di Asia Tenggara, dan sejak tahun 1980 cholelithiasis identik dengan
pasien dengan batu vesica fellea juga disertai batu saluran empedu. Pada beberapa
keadaan, batu saluran empedu dapat terbentuk primer di dalam saluran empedu intra
atau ekstra hepatik tanpa melibatkan vesica fellea. Batu saluran empedu primer banyak
ditemukan pada pasien di wilayah Asia dibandingkan dengan pasien di negara barat
(Sudoyo, 2007)
dan diantara kelompok-kelompok etnik yang berbeda-beda pada satu negara. Faktor
gaya hidup seperti diet, obesitas, penurunan berat badan dan aktivitas tubuh yang rendah
juga berpengaruh (Sulaiman, et al, 2007). Prevalensi cholelithiasis lebih rendah dari
Indonesia cholelithiasis banyak ditemukan mulai dari usia muda di bawah 30 tahun,
meskipun ratarata tersering ialah 40-50 tahun. Pada usia diatas 60 tahun, insidensi
aman dan tersedia dengan potensi sangat akurat untuk pencitraan pada pasien suspect
sensitivitasnya lebih dari 95% untuk mendeteksi cholelithiasis dengan diameter 1,5 mm
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami tentang
penyakit Kolelitiasis, sedangkan untuk tujuan khususnya adalah senagai berikut :
1. Untuk memahami anatomi dan fisiologi dari Kandung Kemih
2. Untuk memahami definisi Kolelitiasis
3. Untuk memahami Etiologi Kolelitiasis
4. Untuk memahami Patofisiologi Kolelitiasis
5. Untuk Memahami Tanda dan Gejala Kolelitiasis
6. Untuk memahami klasifikasi Kolelitiasis
7. Untuk memahami Komplikasi Kolelitiasis
8. Untuk memahami Pemeriksaan Penunjang dari Kolelitiasis
9. Untuk memahami penatalaksanaan dan Terapi Kolelitiasis
10. Untuk memahami Konsep Keperawatan pada penyakit Kolelitiasis
2.1 Definsi
Kolellitasis adalah inflamasi akut dari kantung Empedu . Ini biasanya mengiritasi
lapisan kandung empedu. Ini dapat menjadi padat dalam duktus sistik yang menyebabkan
obstruksi dan inflamasi dinding empedu, mencetuskan infeksi. Kolelitasis disebut juga
dengan pembentukan batu ( kalkuli dan batu empedu ) didalam kandung empedu atau
sisyem saluran empedu ( Smelzer.2009)
Kolelitiasis adalah inflamasi kandung empedu yang bisa menjadi Kolelitasis akut
biasanya terjadi setelah obstruksi saluran sistik oleh batu. Obstruksi akan meningkatkan
tekanan dalam kandung empedu, menyebabkan iskemia dinding dan mukosa kandung
empedu. Tertakannya empedu menyebabkan iritasi kimia dan seringkali diikuti oleh
terjadinya inflamasi bakteri. Iskemia menyebabkan nekrosis dan perforasi dinding empedu
( Pricilla, 2015 )
Kolelitiasis adalah pemebentukan batu ( Kalkuli ) didalam kandung empedu atau
saluran bilier. Batu terbentuk dari unsur – unsur yang membentuk cairan empedu.
Kolelitiasis pada saluran kandung empedu yang pada umumnya kandungan utamanya adalah
kolesterol ( Bare, 2009 )
Kolelitiasis adalah pembentukan batu didalam kandung empedu . Batu kandung
empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu material mirip batu
yang terbetuk dalam kandung empedu. Kolelitiasis merupakan endapan satu atau lebih
komponen empedu kolesterol, biliribun, protein, garam dan asam lemak ( Schwartz, 2009 )
Normal Kolelitiasis
2.2.2 Fisiologi Empedu
Empedu merupakan sakus ( kantong ) yang berbentuk buah pir dan melekat pada
permukaan posterior hati oleh jringan ikat. Kandung empedu memiliki fundus atau
ujung yang memanjang bafan ayau bagian utama, dan leher yang bersambung dengan
ductus sistikus. Kandung empedu memiliki lapisan jaringan seperti struktur dasar
saluran cerna modifikasi ( Elly Nurachman, 2011 ).
Empedu dibentuk secara terus menerus oleh hepatosit dan dikumpulkan dalam
kanalikulus serta saluran empedu. Empedu terutama tersusun oleh dari air dan
elektrolit, seperti natrium, kalsium, klorida, serta bikarbonat dan juga mengandung
dalam jumlah yang berarti beberapa subsrtansi seperti lesitin, kolesterol, bilirubin, serta
garam – garam empedu. Empedu dikumpulkan dan dan disimpan dalam kandung
empedu yang kemudian akan dialirkan kedalam intestinum bila diperlukan bagi
pencernaan ( Arif mutaqin, 2011)
Setelah terjadi konyugasi atau pengikatan dalam asam – asam amino ( Taurin dan
glisin ), garam empedu dieksresikan kedalam empedu. Bersama dengan kolesterol dan
lesitin, garam empedu diperlukan untuk emulsifikasi lemak dan Intestinum. Proses ini
penting untuk proses pencernaan dan penyerapan yang efisien. Kemudain garam
empedu akan diserap Kembali ke hati dan sekalilagi dieksresikan kedalam empedu.
Lintasan hepatosit – empedu – intestinum dan Kembali lagi kepada hepatosit
dinamakan sirkulasi enterohepatic ( Arif mutaqin ,2011 )
Akibat adanaya sirkulasi enterohepatic, maka dari seluruh garam empedu yang
masuk kedalam intestinum, hanya Sebagian kecil yang akan disekerisikan kedalam
feses. Keadaan ini menurunkan kebutuhan terhadap sintesis aktif garam empedu oleh
sel – sel hati ( Arif Mutaqqin, 2011 )
Infundibulum yang kita kenal juga dengan kantong Hartman adalah bulbus
diverticulum kecil yang terletak pada permukaan inferior dan kandung kemih, yang
secara klinis bermakna proksimitasnya terhadao duodenum dan dapat terinfeksi
kedalamnya. Duktus sistikus menghubungakan kandung empedu ke ductus koleduktus.
Katup spiral dari heister terletak didalam ductus empedu. Pasokan darah ke kandung
empedu adalah melalui arteri kristika, secara khas dari merupakan cabang dari arteri
hepatica kanan, tetapi asal dari arteri kristika bervariasi. Segitiga calot dibentuk oleh
arteri kristika, ductus koledekus, dan ductus kistikus ( Schwartz, 2009 )
Kandung Empedu terletak dibawah lobus kanan hati. Hati empedu masuk ke
saluran ( Kanalikuli) empedu yang terdapat didalam hati. Kanali empedu tersebut
kemudain Bersatu membentuk dua saluran yang lebih bedar yang keluar dari hati yaitu
ductus hepatica kanan dan kiri Bersatu mejadi ductus hepatikus komunis. Duktus
hepatikus komunis Bersatu dengan ductus sistikus koledokus Bersatu dengan ductus
pankreatikus membentuk ampulla vateri sebelum bermura ke usus halus. Bagian akhir
dari saluran ampulla oleh sfingter ( Lusianah, 2010 )
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih
tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka
kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam
empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.
d. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah
operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari
empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
e. Aktifitas Fisik
1. Rasa nyeri dan kolik bilier Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu,
kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan
menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat
mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadaran kanan atas yang
menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai mual dan
muntah dan bertambah hebat dalam makan makanan dalam porsi besar. Pada
sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten. Serangan kolik
bilier semacam ini disebabkan kontraksi kandung empedu yang tidak dapat
mengalirkan empedu keluar
akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus
kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta 9
dan 10 kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran
kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat
pengembangan rongga dada.
2. Ikterus Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam dudodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu: getah empedu yang tidak lagi dibawa
kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat
kulit dan menbran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan
gejal gatal-gatal pada kulit.
3. Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan
membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen
empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “Clay- colored ”
4. Defisiensi Vitamin
Obstruksi cairan empedu juga mengganggu absorbs vitamin yang larut dalam lemak
(A, D, E, dan K )
2.8 Penatalaksanaan
Tindakan Kolesistektomi
2. Minikolesistektomi
Merupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan kandungan empedu lewat
luka insisi selebar 4 cm. Jika dipertukaran batu kandung empedu yang berukuran
lebih besar.
3. Kolesitektomi Laparaskopi
Dilakukan melalui insisi kecil atau fungsi yang berat melalui dinding
abdomen dalam umbilikus.
2.9 Komplikasi
1. Kolesistitis akut dan kronik.
2. Koledokolitiasis.
3. Pankabatitis.
4. Kolangitis.
5. Abses hati.
6. Sirosin bilien.
7. Empiema.
8. Ikterus obstruktif.
2.10 Pemeriksaan Penunjang
a) Radiologi Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai
prosedur diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan
cepat dan akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan
ikterus. Disamping itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan
radiasi inisasi. Prosedur ini akan memberikan hasil yang paling akurat jika
pasien sudah berpuasa pada malam harinya sehingga kandung empedunya
berada dalam keadan distensi. Penggunaan ultra sound berdasarkan pada
gelombang suara yang dipantulkan kembali. Pemeriksan USG dapat
mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus koleduktus yang
mengalami dilatasi.
e) Pemeriksaan darah
Kenaikan serum kolesterol
Kenaikan fosfolipid
Penurunan ester kolesterol
Kenaikan protrombin serum time
Kenaikan bilirubin total, transaminase
Penurunan urobilirubin
Peningkatan sel darah putih
Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada batu di
duktus utama.
2.11 KONSEP KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengumpulan Data
1. Identitas klien/pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan,
pendidikan, agama, suku, alamat, tanggal Masuk Rumah Sakit, nomor
register dan ruangan, serta orang yang bertanggung jawab.
2. Keluhan Utama
c) Pola eliminasi
7. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Didapatkan saat klien waktu pengkajian k/u lemah, suhu tubuh tinggi
(jika ada infeksi), mual, muntah, nyeri perut kanan atas, ikterus, distensi
abdomen.
a. Intervensi
Rencana Tindakan:
1. Jelaskan pada klien dampak dari nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan dan memotivasi klien untuk makan.
2. Jelaskan pada klien faktor-faktor yang dapat mengatasi mual.
Rasional: Meningkatkan motivasi klien untuk melakukan tindakan mengetahui
mual.
3. Anjurkan pada klien untuk makan makanan selagi hangat.
Rasional: Untuk menambah nafsu makan pasien.
4. Anjurkan pada posisi semi fowler saat makan. Rasional: Untuk mencegah mual
dan aspirasi.
5. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat dan kolaborasi dengan tim
gizi dalam pemberian diit yang tepat.
Rasional: Untuk mengatasi kata mual dan meningkatkan proses
penyembuhan pasien
Rencana Tindakan:
1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur awal dan persiapan yang dilakukan.
Rasional: Informasi menurunkan cemas
2. Anjurkan klien untuk menghindari makanan dan minuman tinggi lemak.
Rasional: Mencegah/membatasi kambuhnya serangan kandung empedu.
3. Bantu pasien untuk menetapkan masalahnya secara jelas.
Rasional: Keterbukaan dan pengertian tentang persepsi diri adalah syarat
untukberubah.
4. Tingkatkan harga diri pasien dan berikan support
Rasional: Dengan memberikan support diharapkan harga diri pasien akan merasa
hidupnya berguna dan dengan meningkatkan harga diri mempunyai semangat
untuk berobat sampai penyakitnya sembuh.
c.Implementasi
Adalah perwujudan dari rencana yang telah disusun sebelumnya pada tahap
perencanaan untuk mengatasi masalah klien secara optimal (Nasrul Effendi, 1995).
d.Evaluasi
BAB III
TINJAUANKASUS
Nn.E , sejak 6 hari yang lalu mengeluh nyeri pada perut kanan atas, nyeri dirasakan hilang
timbul dan tertusuk – tusuk, skala nyeri 6, mual dan muntah. Tanda – tanda vital tekanan
darah 100/90, suhu 36’c, nadi 98x/menit dan pernafasan 20x/menit. Riwayat masa lalu
pasien sering mengkonsumsi jeroan dan makanan bersantan, pasien akan dilakukan
pemeriksaan kolesistografi dan USG.
A. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Nyeri perut kanan atas sejak 6 hari
2. Riwayat Penyakit sekarang
Nyeri perut kanan seperti tertusuk – tusuk skala 6, disertai mual dan muntah
3. Riwayat Penyakit dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit berat sebelumnya, tetapi pasien memiliki
riwayat sering mengkonsumsi jeroan dan makanan bersantan.
4. Riwayat Penyakit keluarga
Tidak ada
C. DATA PSIKOSOSIAL
1. Status Emosi
Emosi klien stabil
2. Konsep Diri
Body Image : Klien tampak cemas dan tidak nyaman dengan
keadaannya namun tetap kooperatif
Self Ideal : Klien ingin cepat sembuh dan ingin dapat beraktifitas
dengan normal.
Self Esteam : Klien merasa diperlakukan baik oleh dokter dan perawat
perawat dan mendapat dukungan pengobatan dari keluarga
Role : Klien merupakan seorang karyawan swasta
Self Identity : Klien seorang Wanita usia 28 tahun dan bekerja sebagai
karyawan swasta
3. Interaksi Sosial
Hubungan klien dengan keluarga, masyarakat, sekitar baik. Hubungan dengan
petugas Kesehatan selama klien dirawat juga terjalin dengan baik.
4. Spiritual
Klien beragama Islam, dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya
tidak ada budaya yang bertentangan dengan Kesehatan.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Sedang
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan darah =100/90 mmHg
b. Suhu tubuh 36oC,
c. RR = 20 x/menit
d. Nadi= 98 x/menit
e. BB sebelum sakit : 64 kg dan BB saat sakit : 61 kg, TB: 156 cm, LILA :25 cm
4. Kepala
Simetris, pusing, benjolan tidak ada. Rambut tumbuh merata dan tidak botak, rambut
berminyak dan sedikit rontok
5. Wajah
Simetri , otot muka dan rahang kekuatan normal, sianosis tidak ada, Wajah menyeringai dan
meringgis karena kesakitan
6. Mata
Konjuktiva tidak anemis, pupil isokor dan sklera anikterik, reflek cahaya positif , tidak
memakai kacamata, tidak ada masalah penglihatan
7. Telinga
Tidak ada serumen, membran timpani dalam batas normal , fungsi pendengaran baik
8. Hidung
Tidak ada deformitas dan kelainan bentuk, tidak ada polip fungsi penciuman baik,
9. Mulut
Tidak ada stomatitis dan mukosa bibir agak kering, gigi lengkap tidak ada yang ompong, klien
dapat mengunyah dengan baik
10. Leher
Fungsi menelan normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis, dan tidak ada kaku kuduk.
11. Dada dan Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara paru vesikuler
Auskultasi : Tidak terdapat ronci dan suara nafas tambahan
12. Abdomen
Inspeksi : Tidak terdapat ascites dan terlihat supel
Auskultasi : bising usus 12x/menit
Palpasi : Nyeri tekan diperut kanan atas skala nyeri 6, kriteria sperti ditusuk - tusuk
Perkusi : Tympani
13. Ekstrimitas
Atas : Akral hangat, terpasang infus di tangan kiri, tidak ada luka ,dan tidak ada kelumpuhan.
Bawah : tidak terjadi kelumpuhan, tidak ada luka, dan tidak terpasang infus di kaki kanan
maupun kiri.
14. Genetalia
Fungsi genetalia baik dan tidak terpasang folley cateter, tidak terdapat oedem genitourinaria
15. Integumen
Kulit sawo mateng, tidak terligat kuning, kulit lembab, turgor kulit normal
E. LABORATORIUM
Hasil
Rongen Thorax Pulmo dan Cor dalam batas normal
Kolesistografi Belum ada hasil
USG Abdomen Belum ada hasil
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Data Subyektif:
- Klien mengatakan nyeri pada perut kanan atas seperti ditusuk – tusuk
- Klien mengatakan nyeri makin bertambah saat bergerak atau pindah
posisi
Data Obyektif:
- Wajah pasien terlihat meringgis
kesakitan
- Skala nyeri 6
- Observasi TTV
TD : 100/90 mmhg
HR : 98 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36’c
2. 01 Mei 2021 Resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
ketidak mampuan mengabsorbsi makanan
Data Subyektif:
- Klien mengatakan mual dan muntah
- Klien mengatakan muntah 3 – 5x isi makanan
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
Data Obyektif:
- Klien tampak
mual dan muntah
- Klien tampak
lemah
- Klien hanya
menghabiskan ¼
dari menu rumah
sakit
- BB awal : 64 kg
- BB sekarang : 61 kg
3. 03-02-2021 Cemas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi tentang
prognosis dan pengobatan penyakit
Data Subyektif:
Klien mengatakan tidak mengerti
tentang penyakit yang sedang
dideritanya
Data Obyektif:
Pasien tampak cemas dan kebinggungan jika ditanya tentang
penyakit yang dideritanya
INTERVENSI KEPERAWATAN
Jam
Data Obyektif:
- Wajah pasien terlihat meringis kesakitan
- Skala nyeri 6
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak terbaring lemah ditempat
tidur
01-05-2021 1. Mengobservasi TTV
Resiko kekurangan nutrisi kurang dari 2. Mengidentifikasi
kebutuhan tubuh berhubungan dengan status nutrisi
Tidak mampu mengabsorbsi makanan 3. Mengidentifikasi
kebutuhan kalori dan
Data Subyektif: jenis nutrient
- Klien mengatakan terkadang Mual dan 4. Memonitor berat
muntah badan
- Klien mengatakan badannya lemah 5. Memberikan
Data Obyektif: suplemen makanan
- Pasien tampak lemah
- Klien tampak menghabiskan ¼ porsi
makanan dari menu RS yang disediakan
- Klien tampak muntah
- BB awal : 64 kg
BB sekarang : 61 kg
Cemas berhubungan dengan kurang terpapar 01-05-2021 1. Mengobservasi TTV
informasi tentang prognosis dan pengobatan 2. Menemani pasien
penyakit untuk mengurangi
cemas
3. Menjelaskan tentang
prosedur pengobatan
4. Menginformasikan
secara faktual
mengenai diagnosis,
prognosis dan
pengobatan penyakit
5. Kolaborasi pemberian
antiaansietas jika perlu
Data Obyektif:
- Klien tampak binggung jika ditanya tentang
penyakitnya
- Klien tampak cemas dan tegang
- Klien tampak bertanya – tanya tentang
penyakitnya
EVALUASI
Skala nyeri 2 - 3
A: masalah nyeri teratasi
P: Rencana dihentikan
2. Resiko kekurang 03-05-2021 S: Pasien berkata tidak mual dan muntah berkurang
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh O: K/U cukup Kesadaran : CM
berhubungan Klien tampak bersemangat dan menghabiskan makanan
dengan Tidak nya
mampu A: masalah resiko kekurangan nutrisi teratasi
mengabsorbsi
makanan P : Rencana dihentikan
P: Rencana dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kolellitasis adalah inflamasi akut dari kantung Empedu . Ini biasanya mengiritasi lapisan
kandung empedu. Ini dapat menjadi padat dalam duktus sistik yang menyebabkan obstruksi
dan inflamasi dinding empedu, mencetuskan infeksi. Kolelitasis disebut juga dengan
pembentukan batu ( kalkuli dan batu empedu ) didalam kandung empedu atau sistem saluran
empedu.
Fungsi uatama dari kandung empedu adalah menyimpan dan memekatkan e,pedu yang
dihasilkan oleh hati. Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 45 ml empedu. Pembuluh
limfe dan pembuluh darah mengabsorsi air dan garam – garam anorganik dalam kandung
ampedu, sehingga cairan empedu lebih pekat 10x lipat dari pada cairan empedu hati.
Adapun factor resiko terbentuknya batu empedu adalah : Usia, jenis kelamin, berat badan
( obesitas ), makanan, aktivitas fisik, penyakit usu halus, nutrisi intravena jangka Panjang
Ultrasonografi (USG) merupakan modalitas penunjang yang murah, tidak invasif, aman
dan tersedia dengan potensi sangat akurat untuk pencitraan pada pasien suspect cholelithiasi.
Pemeriksaan ultrasonografi pada perut kanan atas merupakan suatu metode pilihan untuk
mendiagnosis cholelithiasis.
B. SARAN
Sesuai dengan hasil kesimpulan diatas, maka untuk mengatasi masalah utama pada
penerapan asuhan keperawatan, kami memberikan beberapa saran, yaitu :
1. Untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kolilitiasis dimana perawat
terlebih dahulu harus mengetahui konsep dasar penyakit dan keperawatan.
2. Perawat hendaknya lebih mengutamakan upaya preventif dan promotif melalui pendidikan
kesehatan pada penderita kolilitiasis , mengingat upaya ini masih merupakan upaya yang
terbaik.
3. Dalam memberikan perawatan pada pasien kolilitiasis, jaga kebutuhan nutrisi, aktifitas
dan terapi medis yang terjadwal.
4. Dalam melakukan tindakan keperawatan hendaknya perawat melakukan
pendokumentasian yang tepat agar dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Evelyn C. Pearce, 2002, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, PT. Gramedia:
Jakarta.