PENDAHULUAN
hanya bisa dilakukan ketika kondisi badan sehat. Menjalani pola makan sehat
merupakan cara termudah untuk menjaga kebugaran badan dan mencegah tubuh
memiliki tubuh yang sehat. Sayangnya, masih banyak orang yang tak tergerak
makanan yang memiliki kadar kalori dan lemak berlebih dari jumlah yang
penyakit yang didalamnya terdapat batu empedu yang dapat ditemukan di dalam
1
2
terdapat 400 juta penduduk di dunia mengalami Cholelithiasis dan mencapai 700
juta penduduk pada tahun 2016. Cholelithiasis atau batu empedu terbentuk
menderita batu empedu. Prevalensi tertinggi terjadi di Amerika Utara yaitu suku
asli Indian, dengan presentase 64,1% pada wanita dan 29,5% pada pria.
Sementara prevalensi yang tinggi juga terdapat pada suku Non Indian di
Amerika Selatan, dengan presentase 49,9% pada wanita negara Chili suku
Mapuche Indian asli dan 12,6% pada pria. Prevalensi ini menurun pada suku
campuran Amerika yaitu 16,6% pada wanita dan 8,6% pada pria. Prevalensi
menegah terjadi pada masyarakat Asia dan masyarakat Amerika kulit hitam
yaitu 13,9% pada wanita dan 5,3% pada pria. Sedangkan prevalensi terendah
2019) .
tersebut meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2016 yaitu 11,7%. Saat ini
3
cepat saji yang dapat menyebabkan kegemukan karena timbunan lemak dan
Insiden batu empedu dapat dilihat dalam kelompok berisiko tinggi yang di
singkat dengan “6F” yaitu : fat, fifties, female, fertile, food, dan family.
dimiliki, dimana faktor risikonya terdiri dari usia, jenis kelamin, obesitas, dan
sebagai empedu dan berperan dalam pencernaan lemak. Batu empedu akan
terbentuk ketika cairan empedu tersebut mengeras. Ukuran batu empedu bisa
bermacam- macam, mulai dari yang sekecil butiran pasir hingga sebesar bola
pingpong. Cairan empedu yang mengeras dan menjadi batu tersebut memiliki
jumlah yang bervariasi. Seseorang bisa memiliki banyak batu, bisa juga hanya
memiliki satu batu pada kantong empedu, jika orang tersebut mengidap batu
Batu empedu bisa terjadi karena adanya kolesterol yang mengeras dan
tertimbun dalam cairan empedu. Ini terjadi karena ada ketidakseimbangan antara
senyawa kimia dan kolesterol dalam cairan tersebut. pada umumnya batu
empedu tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, apabila batu empedu menyumbat
saluran empedu, maka pengidap batu empedu akan mengalami rasa sakit pada
bagian kanan perut yang datang secara tiba-tiba atau disebut juga kolik
4
bedah adalah dengan cara melarutkan batu empedu menggunakan MTBE, ERCP,
dan ESWL.
Sehingga masalah yang terjadi pada saat sebelum tindakan bedah pasien
mengalami gejala nyeri mendadak dan terus-menerus pada perut kanan atas
atau bakteri mudah masuk kedalam jaringan kulit, sehingga pasien beresiko
maupun post agar tidak terjadinya peningkatan keparahan penyakit pada pasien.
evaluasi dan tindak lanjut. Salah satu intervensi perawat dalam penanganan
nyeri pada pasien dengan cara pencegahan observasi, terapeutik, edukasi dan
perawatan luka kepada pasien selesai tindakan pembedahan atau post operasi
didapatkan data bahwa dalam dua tahun terakhir kasus pasien dengan diagnosa
tahun 2019 adalah sebanyak 46 kasus (Rekam Medik RSUD dr. Kanudjoso
Djatiwibowo, 2019) .
Husada
Surabaya?
6
Surabaya
Husada Surabaya
Husada Surabaya
Husada Surabaya
7
Hasil studi kasus ini dapat menjadi rujukan bagi penulis berikutnya,
yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada pasien
Cholelitiasis.
Hasil studi kasus ini dapat menjadi masukan bagi pelayanan di Rumah
Cholelitiasisdengan baik.
Hasil karya tulis ini dapat menjadi acuan keluarga dalam merawat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu atau pada kedua-
kandung empedu. Beberapa faktor risiko yang sering ditemui pada kejadian
Cholelithiasis dikenal dengan “6F” (Fat, Female, Forty, Fair, Fertile, Family
history). Keluhan klinis yang sering ditemukan adalah nyeri pada perut kanan
Fungsi dari empedu sendiri sebagai ekskretorik seperti ekskresi bilirubin dan
sel darah merah dan kelebihan kolesterol. Garam empedu membantu proses
8
9
kandung empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua- duanya.
Diperkirakan lebih dari 95% penyakit yang mengenai kandung empedu dan
kuman yang berasal dari makanan. Infeksi bisa merambat ke saluran empedu
Infeksi ini menjalar tanpa terasa menyebabkan peradangan pada saluran dan
dan menimbulkan batu. Infeksi tersebut misalnya tifoid atau tifus. Kuman tifus
yang tidak dirasakan pasien, tanpa gejala sakit ataupun demam (Musbahi et al.,
2019).
2.1.2. Etiologi
dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-
dalam kandung empedu. Hati terletak di kuadran kanan atas abdomen di atas
ginjal kanan, kolon, lambung, pankreas, dan usus serta tepat di bawah
diafragma. Hati dibagi menjadi lobus kiri dan kanan, yang berawal di sebelah
Kuadran kanan atas abdomen didominasi oleh hati serta saluran empedu dan
10
hati. Kandung empedu adalah sebuah kantung terletak di bawah hati yang
usus. Kebanyakan batu duktus koledokus berasal dari batu kandung empedu,
tetapi ada juga yang terbentuk primer di dalam saluran empedu (Alhawsawi et
al., 2019) .
(kolangitis). Jika saluran empedu tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan
pemberian nutrisi parenteral total, kolestasis kronik dan sirosis dan pemberian
batu kolesterol, faktor resiko terjadinya batu kolesterol adalah kegemukan, Jadi
dari beberapa sumber penyebab dan faktor resiko terjadinya batu pada kandung
2.1.3. Anatomi
panjangnya sekitar 10 cm, terletak dalam suatu fosa yang menegaskan batas
anatomi antara lobus hati kanan dan kiri. Kandung empedu merupakan
kantong berongga berbentuk bulat lonjong seperti buah advokat tepat di bawah
lobus kanan hati. Kandung empedu mempunyai fundus, korpus, dan kolum.
Fundus bentuknya bulat, ujung buntu dari kandung empedu yang sedikit
memanjang di atas tepi hati. Korpus merupakan bagian terbesar dari kandung
empedu. Kolum adalah bagian yang sempit dari kandung empedu yang
terletak antara korpus dan daerah duktus sistika. Empedu yang disekresi secara
terus-menerus oleh hati masuk ke saluran empedu yang kecil dalam hati.
Saluran empedu yang kecil bersatu membentuk dua saluran lebih besar yang
12
keluar dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri
2019).
2.1.1. Fisiologi
empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.
vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus.
Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah diubah menjadi
yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol, garam
empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam
air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan isinya, bilirubin (pigmen
utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah
merah yang dihancurkan, serta obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu
dan selanjutnya dibuang dari tubuh. Garam empedu kembali diserap ke dalam
usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi
sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di dalam
kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa
dari unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja. Hanya
sekitar 5% dari asam empedu yang disekresikan dalam feses (Reinecke, 2018).
2.1.2. Patofisiologi
Ada dua tipe utama batu empedu yaitu batu yang terutama tersusun dari
pigmen dan tersusun dari kolesterol. Batu pigmen, akan terbentuk bila
semakin besar pada pasien serosis, hemolysis dan infeksi percabangan bilier.
Batu ini tidak dapat dilarutkan dan hanya dikeluarkan dengan jalan operasi.
larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam empedu dan lesitin (fosfo
lipid) dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu
kolesterol dan keluar dari getah empedu mengendap membentuk batu. Getah
kolesterol dan penyakit kandung empedu 4 kali lebih banyak dari pada laki-
laki. Biasanya terjadi pada wanita berusia > 40 tahun, multipara, obesitas.
Penderita batu empedu meningkat pada pengguna kontrasepsi pil, estrogen dan
14
empedu juga meningkat akibat mal absorbs garam empedu pada pasien dengan
penyakit gastrointestinal, pernah operasi resesi usus, dan DM. (Ferreira Junior
et al., 2019).
Cholelithiasis dapat mengalami dua jenis gejala: gejala yang disebabkan oleh
penyakit kandung empedu itu sendiri dan gejala yang terjadi akibat obstruksi
pada jalan perlintasan empedu oleh batu empedu. Gejalanya bisa bersifat akut
atau kronis. Gangguan epigastrium, seperti rasa penuh, distensi abdomen dan
nyeri yang samar pada kuadran kanan atas abdomen dapat terjadi. Gangguan
ini dapat terjadi bila individu mengkonsumsi makanan yang berlemak atau
yang digoreng (Nanda, 2020) . Gejala yang mungkin timbul pada pasien
Cholelithiasis adalah nyeri dan kolik bilier, ikterus, perubahan warna urin dan
feses dan defisiensi vitamin. Pada pasien yang mengalami nyeri dan kolik
bilier disebabkan karena adanya obstruksi pada duktus sistikus yang tersumbat
oleh batu empedu sehingga terjadi distensi dan menimbulkan infeksi. Kolik
bilier tersebut disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran kanan atas,
pasien akan mengalami mual dan muntah dalam beberapa jam sesudah
2.1.4. Komplikasi
dan emfiema.
ii. Hidrops merupakan obstruksi kronik dari kandung empedu yang biasa
terjadi di duktus sistikus sehingga kandung empedu tidak dapat diisi lagi
oleh empedu.
iii. Emfiema adalah kandung empedu yang berisi nanah. Komplikasi pada
obstruksi atau sumbatan pada leher kandung empedu atau saluran kandung
yang memiliki faktor risiko untuk terkena Cholelithiasis sebagai upaya untuk
adalah dengan cara mengajak masyarakat untuk hidup sehat, menjaga pola
makan, dan perilaku atau gaya hidup yang sehat. Sedangkan tindakan preventif
meningkatkan makan sayur dan buah, olahraga teratur dan perbanyak minum
air putih. Pada pasien yang sudah didiagnosa mengalami Cholelithiasis dapat
pendek dan meminimalkan luka parut (Paasch, Salak, Mairinger, & Theissig,
2020).
suatu bahan pelarut (monooktanion atau metil tertier butil eter) ke dalam
kandung empedu. Pelarut tersebut dapat diinfuskan melalui jalur berikut ini:
kandung empedu; melalui selang atau drain yang dimasukkan melalui saluran
T-Tube untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan pada saat pembedahan;
17
bedah digunakan untuk mengeluarkan batu yang belum terangkat pada saat
kolesistektomi atau yang terjepit dalam duktus koledokus (Baloyi et al., 2020).
saluran empedu tanpa operasi, pertama kali dilakukan tahun 1974. Batu di
melalui muara yang sudah besar tersebut menuju lumen duodenum sehingga
batu dapat keluar bersama tinja atau dikeluarkan melalui mulut bersama
shock waves) yang diarahkan kepada batu empedu di dalam kandung empedu
atau duktus koledokus dengan maksud untuk memecah batu tersebut menjadi
sebuah fragmen. Gelombang kejut dihasilkan dalam media cairan oleh percikan
komplikasi penyakit yang lain, mencegah atau mengurangi rasa nyeri dan
bisa dilakukan dengan salah satu cara yaitu memerhatikan asupan makanan
b. Ultrasonografi
oral karena dapat dilakukan secara cepat dan akurat, dan dapat dilakukan
mengalami dilatasi.
disuntikkan itu relatif besar, maka semua komponen pada sistem bilier
menggambarkan inti dari respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
Kriteria mayor adalah tanda/gejala yang ditemukan sekitar 80% - 100% untuk
(PPNI, 2017).
timbul bagi pasien pre dan post Cholelithiasis, dengan menggunakan Standar
makanan
22
intestinal
operasi).
Berikut adalah urian masalah yang timbul bagi pasien pre dan post
a) Definisi
b) Penyebab
neoplasma)
23
c) Batasan karakteristik
(1)Data mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh Nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
(2)Data Minor
Subjektif Objektif
(Tidak tersedia) 1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
a) Definisi
secara mandiri.
b) Penyebab : nyeri
c) Batasan karakteristik
24
Subjektif Objektif
1. Mengeluh sulit 1. Kekuatan otot menurun
menggerakan 2. Rentang gerak menurun
extremitas
Subjektif Objektif
1. Nyeri saat bergerak 1. Sendi kaku
2. Enggan melakukan 2.Gerakan tidak terkoordinasi
pergerakan 3. Gerakan terbatas
3. Merasa cemas saat 4. Fisik Lemah
bergerak
3) Hipertermi D.0130
a) Definisi
b) Penyebab
c) Batasan karakteristik
antara lain :
Subjektif Objektif
antara lain :
Subjektif Objektif
2. Takikardi
Proses infeksi
a) Definisi
metabolisme.
b) Penyebab
c) Batasan karakteristik
Subjektif Objektif
(Tidak tersedia) Berat badan menurun
minimal 10% di bawah
rentang ideal
(2) Data minor
Subjektif Objektif
1. Kram atau nyeri 1. Bising usus hiperaktif
abdomen 2. Otot menelan lemah
2. Nafsu makan
menurun
a) Definisi
(1) Definisi
(1) Definisi
(2) Penyebab
Data mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh Nyeri Tampak meringis
Bersikap protektif
Gelisah
Frekuensi nadi meningkat
Sulit tidur
Data Minor
antara lain:
28
Subjektif Objektif
(Tidak tersedia) Tekanan darah meningkat
Pola nafas berubah
Nafsu makan berubah
Proses berfikir terganggu
Menarik diri
Berfokus pada diri sendiri
Diaforesis
(1)Definisi
secara mandiri.
Penyebab : Nyeri
(2)Batasan karakteristik
Data mayor
Subjektif Objektif
Data minor
Subjektif Objektif
Nyeri saat bergerak Sendi kaku
Enggan melakukan Gerakan tidak terkoordinasi
pergerakan Gerakan terbatas
Merasa cemas saat bergerak Fisik Lemah
Kondisi klinis terkait : Nyeri
(1) Definisi
patogenik
2.3.1. Pengkajian
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
2.3.2. Identitas
1. Identitas klien
alamat
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality
atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri atau gatal dirasakan oleh klien,
regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang
31
dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.
penyakit kolelitiasis
6. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum :
PenampilanUmum
Kesadaran:
Tanda-tanda Vital
Sistem endokrin
pada penyakit ini kantung empedu dapat terlihat dan teraba oleh tangan
Pola aktivitas
a) Nutrisi
b) Aktivitas
anjuran bedrest
c) Aspek Psikologis
d) Aspek penunjang
7. Diagnosa Keperawatan
(PPNI, 2017)
Ada lima tipe diagnosa, yaitu aktual, risiko, kemungkinan, sehat dan
yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi. Masalah dapat
timbul pada seseorang atau kelompok yang rentan dan ditunjang dengan
dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir
kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada
keadaan individu, keluarga, dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat
diagnosa aktual dan risiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena
makanan
obstruksi intestinal
34
cairan
operasi)
8. Intervensi Keperawatan
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi :
keperawatan selama …. diharapkan Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,
nyeri pada pasien berkurang atau frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
menurun dengan kriteria hasil: Identifikasi skala nyeri
Keluhan nyeri menurun Identifikasi respons nyeri non verbal
Meringis menurun Identifikasi faktor yang memperberat dan
Sikap protektif menurun memperingan nyeri
Gelisah menurun Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
Kesulitan tidur menurun tentang nyeri
Menarik diri menurun Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
Berfokus pada diri sendiri nyeri
menurun Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Diaforesis menurun Monitor keberhasilan terapi komplementer
Frekuensi nadi membaik yang sudah diberikan
Pola nafas membaik Monitor efek samping penggunaan analgetik
Tekanan darah membaik Terapeutik :
Prilaku membaik Berikan teknik nonfarmakologis untuk
Pola tidur membaik mengurangi rasa nyeri
kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
fasilitasi istirahat dan tidur
pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
jelaskan strategi meredakan nyeri
anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
36
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi :
keperawatan selama …. Diharapkan Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
mobilitas fisik pasien meningkat lainnya
dengan kriteria hasil: Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
Pergerakan extremitas meningkat Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
Kekuatan otot meningkat sebelum memulai ambulasi
Rentang gerak meningkat Monitor kondisi umum selama melakukan
Nyeri menurun ambulasi
Kecemasan menurun Terapeutik :
Gerakan tidak terkoordinasi Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
menurun Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
Gerakan terbatas menurun Libatkan keluarga untuk membantu pasien
Kelemahan fisik menurun dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
Anjurkan melakukan ambulasi dini
Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan
Tujuan Intervensi
Tujuan Intervensi
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
asuhan keperawatan selama Monitor status kardiopulmonal
…. Diharapkan pasien Monitor status oksigenasi
sudah tidak mengalami Monitor status cairan
syok dengan kriteria hasil: Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
Kekuatan nadi meningkat Periksa riwayat alergi Terapeutik :
Output urinei meningkat Berikan oksigen untuk mempertahan kan saturasi oksigen
Tingkat kesadaran Persiapan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
meningkat Pasang jalur IV, jika perlu
Saturasi oksigen meningkat Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu
Akral dingin menurun Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
Pucat menurun Edukasi :
Haus menurun Jelaskan penyebab atau faktor risiko syok
Tekanan darah sistolik Jelaskan tanda dan gejala awal syok
membaik Anjurkan melapor jika menemukan atau merasakan tanda dan
Tekanan darah diastolic gejala syok
membaik Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Tekanan nadi membaik Kolaborasi :
Frekuensi nafas membaik Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu
Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
Intervensi keperawatan pada pasien post operatif :
39
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi :
keperawatan selama …. Diharapkan Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,
nyeri pasien berkurang atau frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
menurun dengan kriteria hasil: Identifikasi skala nyeri
Keluhan nyeri menurun Identifikasi respons nyeri non verbal
Meringis menurun Identifikasi faktor yang memperberat dan
Sikap protektif menurun memperingan nyeri
Gelisah menurun Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
Kesulitan tidur menurun tentang nyeri
Menarik diri menurun Identifikasi pengaruh budaya terhadap
Berfokus pada diri sendiri respon nyeri
menurun Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
Diaforesis menurun hidup
Frekuensi nadi membaik Monitor keberhasilan terapi komplementer
Pola nafas membaik yang sudah diberikan
Tekanan darah membaik Monitor efek samping penggunaan
Prilaku membaik analgetik
Pola tidur membaik Terapeutik :
Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
fasilitasi istirahat dan tidur
pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
jelaskan strategi meredakan nyeri
anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
b. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
40
Tujuan Intervensi
Tujuan Intervensi
Implementasi keperawatan
Evaluasi
2019)
S (subjektif) :
Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien yang
afasia
O (objektif) :
43
A (analisis) :
P (perencanaan) :
- Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya
sekali.
evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
No Reg : 0821xx
B. Riwayat Kesehatan
dengan keluhan nyeri bagian perut kanan atas mulai 2 minggu yang
lalu, nyeri datang timbul seperti tertusuk tusuk pada bagian abdomen
kanan atas dengan skala 5 ditambahi dengan adanya mual tetapi tidak
penyakit lain.
Riwayat lingkungan
Aspek PsikoSosial :
diri baik, klien merasa nyaman, nyeri tidak timbul sehubungan telah
Pengkajian Fisik :
1. Aktivitas/istirahat:
Adl dibantu oleh keluarga. Klien mengatakan pola tidur 8-10 jam per
2. Sirkulasi :
Sinus normokardia, suhu 36,5 c , Denyut nadi :90 kali permeni, Tekanan
3. Eliminasi
Klien bab 1 kali sehari, konsistensi lembek, warna kuning, jumlah urine
4. Nutrisi metabolik
Klien mampu menghabiskan 1 porsi makan menu dan air 2000 ml per
hari
5. Nyeri/Kenyamanan
6. Respirasi :
7. Keamanan :
Tampak plebitis (kemerahan) pada bekas infus dilengan kiri dan kanan
47
a. Kepala
Warna rambut hitam, kulit kepala dan rambut bersih, tidak ada benjolan
di kepala
b. Mata
Konjungtivitas sedikit anemis (+), ikterik (-), bentuk pupil isokor, respon
c. Hidung
d. Mulut
Secret (-), gusi dan gigi tidak ada perdarahan, mukosa lembab
e. Telinga
f. Leher
g. Reflek menelan (+), tidak terdapat benjolan, tidak ada kaku kuduk, tidak
h. Dada
i. Abdomen
j. Genetalia
k. Ekstremitas superior
l. Ekstremitas inferior
Pemeriksaan Penunjang
H B . 10,7 (13-16)
Hematokrit : 31 ( 40 - 48 )
Cholesistitis
Pengobatan :
cefixime 2x200mg
Omeprazole 2x20mg
Celebrex 2x200mg
Klien merasa optimis untuk sembuh dengan upaya pembedahan dan saat ini
Kesimpulan :
Dari data yang didapatkan dapat disimpulkan masalah yang ada saat ini
adalah:
invasif
Umur : 47 tahun :
No. Data (DO & DS) Masalah Penyebab
TTV :
- TD : 110/60 mmhg
- N : 96 x/menit
- S : 37,9 ‘C
- RR : 19 x/menit
2 Ds : Ansietas Kekhawatiran
mengalami
- Pasien mengatakan takut dilakukan kegagalan
operasi, khawatir dengan akibat
kondisi
Do :
- Pasien tampak
gelisah TTV :
- TD : 110/60 mmhg
- N : 96 x/menit
- S : 37,9 ‘C
- RR : 19 x/menit
-
52
INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/ Dx Tujuan dan Perencanaan
Tanggal Keperawatan Kriteria
Hasil
Pre operasi
11 Maret 2020 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan lakukan pengkajian
agen pencedera asuhan keperawatan nyeri secara
fisiologis selama 1 x 8 jam komprehensif termasuk
diharapkan nyeri lokasi , karakteristik ,
berkurang dengan durasi, frekuensi,
kriteria hasil : kualitas dan factor
a. mampu mengontrol prepitasi
nyeri ( tau ajarkan tentang
penyebab nyeri, teknik non
b. mampu farmakologis
menggunakan monitor TTV
teknik kolaborasi dalam
nonfarmakologi pemberian antibiotic
untuk mengurangi
nyeri )
c. melaporkan bahwa
nyeri berkurang
53
dengan manajemen
nyeri
d. Mampu mengenali
nyeri (skala ,
intensitas ,
frekuensi dan
tanda nyeri )
Selasa, 12 Ansietas b.d Setelah dilakukan identifikasi tingkat
Novemb er kekhawatiran asuhan keperawatan kecemasan
2018 mengalami selama 1 x 24 jam jelaskan
kegagalan diharapkan perasan semua prosedur dan
cemas dan tidak apa yang dirasakan
nyaman bisa diatasi dorong keluarga
dengan kriteria hasil : untuk menemani pasien
Ajarkan pasien
Pasien mampu teknik relaksasi
1. Mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala cemas
2. Mengidentifikasi,
mengu ngkapkan
gejala cemas
3. Vital sign dalam
batas normal
4. Postur tubuh , bahasa
tubuh dan expresi
wajah menunjukan
berkurang nya rasa
cemas
nyeri
4. mengatakan
merasa sehat
12 Maret Hipertermi b.d Setelah dilakukan monitor TTV
2020 respon trauma asuhan keperawatan instruksikan pada
selama 1x 4 keluarga untuk
jam diharapkan suhu kompres pasien
tubuh pasien dapat kolaborasi dalam
kembali normal pemberian antipiretik
dengan kriteria kolaborasi
hasil : pemberian cairan
1. suhu tubuh dalam intravena
rentang ormal rencanakan
2. nadi dan respirasi monitoring TTV secara
normal tidak ada kontinyu
perubahan warna
kulit dan tidak ada
pusing
12 Maret Resiko infeksi Setelah dilakukan monitor tanda dan
2020 berhubungan asuhan keperawatan gejala infeksi sitemik
dengan selama 3 x 24 jam dan local inspeksi kulit
prosedur pasien terhindar dari dan mukosa terhadap
invasif infeksi dengan kriteria emerahan cuci tangan
hasil setiap sebelum dan
: sesudah tindakan
keperawatan beritau
pasien untuk batasi
pengunjung
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Ds :
Pasien mengatakan paham dan
mengerti tentang teknik dan
manfaat relaksasi nafas dalam
Do : -
Ds :
12.00 Mendorong - Pasien mengatakan masih
keluarga untuk nyeri
menemani pasien - Skala nyeri 5
Do :
- Pasien tampak meringis
Ds :
- pasien mengatakan mengerti
tentang prosedur yang akan di
lalui nya dan apa yang akan
dirasakan slama prosedur
Do :
- pasien tampak lebih tenang setelah
diberi penjelasan
Ds :
- pasien mengatakan pada saat cemas
muncul, dia melakukan teknik
relaksasi nafas dalam dan pasien
merasa lebih nyaman dan tenang
Do :
pasien tampak lebih rileks
Waktu
Pelaksanaan Tindakan Evaluasi
Keperawatan
Post operasi
12 Maret 2020 melakukan Ds :
pengukuran - pasien mengatakan
nyeri secara nyeri bagian luka
komprehensif operasi seperti nyut
56
Berkolaborasi
dalam TTV
pemberian - TD : 110/60 mmhg
antipiretik - N: 100 x/menit
- S : 36,9 ‘C
Mengintruksikan
- RR : 20 x/menit
keluarga untuk
melakukan Ds :
kompres pasien
Memonitor TTV - Pasien mengatakan demam
- pasien mengatakan
mengintruksikan
tentang tekhnik paham dan mengerti
relaksasi nafas teknikdan mafaat
dalam relaksasi nafas dalam
memonitor TTV
Do :
- Kulit teraba hangat
- Pasien tampak
mengigil
Ds :
Berkolaborasi Ds :
dalam pemberian
analgetik - Pasien mengatakan nyeri berkurang
- Skala nyeri 3
Do :
Ds : -
Mengintruksikan
tentang tekhnik Do : Tanda tanda vital
relaksasi nafas
dalam - TD : 110/60 mmhg
- N: 100 x/menit
Memonitor TTV - S : 36,9 ‘C
- RR : 20 x/menit
Berkolaborasi Ds :
dalam pemberian- Pasien mengatakan nyeri sudah tidak
analgetik ada lagi
Do :
- Pasien tampak tenang
Evaluasi
Pre operasi
12 Maret Nyeri akut b.d. S:
2020 agen pencedera a. pasien mengtakan nyeri perut
fisiologis bagian
kanan atas
b. nyeri datang tiba tiba seperti
tertusuk
tusuk didaerah kanan atas dengan skala
nyeri 5, nyeri hilang timbul
c. pasien mengatakan paham dan
mengerti
tentang tekhnik dan manfaat
relaksasi
nafas dalam
d. pasien mengatakan maish nyeri
59
dengan
skala nyeri 5
O:
a. Klien tampak meringis dan
gelisah
TTV:
TD : 110/60 mmHg
N : 96 x/menit
R : 21 x/menit
S : 36.6 c
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
2.3 monitor tanda tanda vital
2.4 Berkolaborasi dalam pemberian
Analgtik
Ansietas b.d S:
kekhawatiran a. Pasien mengatakan merasa
12 Maret mengalami takut dan cemas dengan status
2020 kegagalan kesehatannya, serta khawatir
mengalami kegagalan saat
operasi
b. Pasien mengatakan mengerti
tentang prosedur yang akan
dilalui nya dan apayang akan
dirasakan selama prosedur
c. Pasien mengatakan pada saat
cemas muncul, dai melakukan
teknik relaksasi nafas dalam
dan pasien merasakan lebih
nyaman dan tenang
O:
a. Pasien tampak gelisah
b. [asien tampak sedikit lebih
tenang setelah diberikan
penjelasan
c. Pasien tampak lebih nyaman
dan tenang ketika di damping
oleh keluarganya
d. Pasien tampak lebih rileks
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
60
TTV:
TD : 120/80
mmHg N : 90
x/menit
R : 21
x/menit S :
38.1 c
A:
Masalah teratasi
sebagian P:
Lanjutkan intervensi memonitor TTV
Berkolaborasi dalam pemberian analgetik
13 Maret Hipertermia b.d S: a. Pasien mengatakan akan
2020 respon trauma mengompre lagi
O: a. Kulit pasien teraba hangat
TTV:
TD : 110/70
mmHg N : 98
x/menit
R : 21
x/menit S :
37.6 c
A: Masalah teratasi sebagian
P: Observasi TTV
S:
a. Pasien mengatakan nyeri
berkurang
O:
a. Tidak terdapat tanda tanda infeksi
13 Maret Resiko infeksi b.d
2020 tindakan invasif TTV:
TD : 110/70
mmHg N : 98
61
x/menit
R : 21
x/menit S :
37.6 c
A:Masalah teratasi
P:Hentikan intervensi
62
BAB III
PENUTUP
Secara langsung pada pasien dengan Cholelitiasis di RSUD Bhakti Dharma Husada
Surabaya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan Sekaligus saran yang dapat
3.1. Kesimpulan
sebagai:
pasien dengan Cholelitiasis ini adalah Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
3.2. Saran
1. Bagi Ruangan
memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik yang sesuai dengan kode etik
penyakit kejang
kerjasama yang baik antara keluarga dan tim kesehatan sehingga timbul
keperawatan
Cholelitiasis.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh:
SURABAYA
2020
i
HALAMAN PENGESAHAN
Mengesahkan,
Surabaya,
ii
KATA PENGANTAR
akreditasi kepangkatan pegawai negeri sipil dari golongan III/b ke golongan III/c
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kendala namun berkat
dan dorongan dari berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga sedikit
demi sedikit kendala tersebut dapat diatasi dengan baik. Oleh karena penulis
1. Yth. drg. Bisukma Kurniawati, M.Kes selaku Direktur RSUD Bhakti Dharma
Husada Surabaya.
2. Nur Laila, S.Kep.Ns, M.Kes selaku Kepala Seksi Keperawatan RSUD Bhakti
3. Nanik Lusianah, Amd.Kep selaku pembimbing yang turut serta dalam proses
4. drg. Migit Supriati, M.Kes selaku Kasi Registrasi dan Akreditasi Dinas
iii
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
profesi.
Penulis,
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.
A. Cholelitiasis ............................................................................... 4
2.1 Pengertian.................................................................................. 4
2.4 Patofisiologi.............................................................................. 7
v
2.8 Komplikasi ………………....................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
vi