DI SUSUN OLEH
NOVIYANTI S. TOTAMU
KELAS : 2A KEPERAWATAN
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
Gaya hidup adalah pola hidup setiap orang diseluruh dunia yang di
ekspresikan dalam bentuk aktivitas, minat, dan opininya. Secara umum
gaya hidup dapat diartikan sabagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan
cara bagaimana seseorang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang
penting bagi orang untuk menjadikan pertimbangan pada lingkungan
(minat), dan apa yang orang selalu pikirkan tentang dirinya sendiri dan
dunia disekitarnya (opini), serta faktor-faktor tertentu yang
mempengaruhi gaya hidup sehat diantaranya adalah makanan dan
olahraga. Gaya hidup dapat disimpulkan sebagai pola hidup setiap orang
yang dinyatakan dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya dalam
membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktunya untuk
kehidupan sehari-harinya.
2. Tujuan Khusus.
Melakukan pengkajian pada pasien dengan pre dan post operatif
Cholelithiasis di Rumah Sakit Aloei Saboe Kota Gorontalo. Menegakkan
diagnosa keperawatan pada pasien dengan pre dan post opertif Cholelithiasis di
Rumah Sakit Aloei Saboe. Menyusun perencanaan tindakan keperawatan yang
sesuai dengan masalah keperawatan pada klien dengan pre dan post operatif
Cholelithiasis di Rumah Sakit Aloei Saboe. Melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai dengan perencanaan tindakan keperawatan pada pasien
Cholelithiasis di Rumah Sakit Aloei Saboe. Mengevaluasi dari pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien Cholelithiasis di Rumah
Sakit Aloei Saboe.
D. Lingkup Bahasan
1. Lokasi Praktik Klinik Keperawatan Dasar
Praktik ini berlokasi di RS Aloei Saboe , Kota Gorontalo. RSAS adalah
salah satu RS Umum yang terbesar di daerah gorontalo. RSAS memiliki
fasilitas berupa alat-alat kesehatan yang memadai untuk kesehatan
masyarakat di kota gorontalo.
2. Jadwal Praktik Klinik Keperawatan Dasar
Praktik ini berlangsung dari tanggal 18 januari 2021 – 06 februari 2021,
dimulai dari pengkajian kepada pasien kelolaan, Menegakkan diagnosa
keperawatan pada pasien kelolaan, menyusun perencanaan tindakan
keperawatan (intervensi) pada pasien kelolaan, melaksanakan tindakan
keperawatn (implementasi) pada pasien kelolaan, dan terakhir melakukan
evaluasi dari pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan
pada pasien kelolaan masing-masing.
E. Metode Penulisan
Pengumpulan data dan informasi
Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan melakukan
pengkajian pada pasien kelolaan, merumuskan diagnosa keperawatan,
menyusun perencanaan keperawatan, melaksanakan tindakan perencanaan
keperawatan, dan melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Data dan informasi yang digunakana yaitu data yang bersumber dari
pasien kelolaan itu sendiri, dengan berpatokan pada SDKI, SIKI, dan SLKI.
F. Sistematika penulisan
BAB I : Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Tujuan
3. Lingkup Bahasan
4. Metode penulisan
5. Sistematika Penulisan
BAB II : Tinjauan Teoritis
1. Konsep Kebutuhan Dasar ( berhubungan dengan kasus )
terdiri dari :
➢ Pengertian
➢ Fungsi dan Tujuan
➢ Fisiologis dan perubahan patologis
➢ Jenis-jenis Kebutuhan Dasar dan tahapan terkait
kebutuhan dasar
➢ Jenis-jenis gangguan kebutuhan dasar manusia
➢ Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar
manusia
2. Askep kebutuhan dasar
➢ Pengkajian : riwayat, tanda dan gejala klinis
➢ Diagnosa keperawatan
➢ Perencanaan : Observasi, tindakan mandiri,
penkes/HE, Kolaborasi.
➢ Implementasi
➢ Evaluasi : SOAP
BAB III : Laporan kasus dengan aplikasi manajemen asuhan keperawatan
pasien
1. Sistem pemberian asuhan keperawatan
2. Pengkajian
3. Diagnosa
4. Perencanaan
5. Pelaksanaan
6. Evaluasi
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR
Manusia hidup tidak akan lepas dari adanya permasalahan. Psikologi membantu
manusia dalam menghadapi dan mencari solusi dari permasalahan yang dihadapinya,
karena tujuan dari psikologi adalah sebagai berikut :
1. Psikologi Umum
Psikologi umum adalah ilmu tentang tingkah laku manusia pada umumnya.
keadaan emosi, intelegensi, memori, pembentukan karakter, kepribadian,dll. Psikologi
umum ini mencakup hampir seluruh macam-macam psikologi, tapi hanya penjelasan
umumnya saja. Jika kamu ingin mempelajari lebih detail tentang jenis psikologi,
maka harus mempelajarinya secara langsung. Misalnya ingin belajar tentang
kepribadian, maka psikologi yang tepat adalah psikologi kepribadian.
2. Psikologi Faal
3. Psikologi Perkembangan
4. Psikologi Kepribadian
Psikologi kepribadian mempelajari tingkah laku manusia dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Kepribadian adalah cara individu untuk bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain. psikologi kepribadian berkaitan erat dengan
psikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari
perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri
dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya. Mulai sekarang, kamu bisa
memperhatikan bagaimana cara seorang yang pemalu dengan seorang yang
pemberani berinteraksi dengan lingkungannya.
5. Psikologi Klinis
Psikologi klinis mempelejari tentang bagaimana cara memahami, mencegah,
dan memulihkan keadaan psikologis seseorang ke arah normal. Misalnya orang yang
terkena depresi, tindakan apa yang harus kita lakukan untuk menangani orang
tersebut, dan bagaimana cara kita untuk menyembuhkan dia dari depresi.
6. Psikologi Konseling
Psikologi Konseling mempelajari tentang hubungan terapis dengan klien.
Mudahnya seperti konsultasi, bagaimana kita menghadapi karakter-karakter klien
yang berbeda-beda dan bagaimana cara kita menyampai informasi yang baik terhadap
klien kita.
Dalam buku Psikologi Konseling oleh Latipun pada tahun 2006, kata
konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari bahasa latin yaitu
counselium, artinya ”bersama” atau ”bicara bersama”. Pengertian ”berbicara bersama-
sama” dalam hal ini adalah pembicaraan antara konselor (counselor) dengan
seseorang atau beberapa klien (Counselee). Dengan demikian counselium berarti, ”
people coming together to again an understanding of problem that beset them were
evident”, yang ditulis oleh Baruth dan Robinson (1987:2) dalam bukunya An
Introduction to The Counseling Profession
7. Psikologi Abnormal
Psikologi abnormal mempelajari tentang kebiasan-kebiasaan individu yang
menyimpang dari keadaan normal. seperti homoseksual,lesbi,clepto,psikopat, dll.
8. Psikologi Pendidikan
Psikologi Pendidikan adalah ilmu tentang masalah psikologis yang terjadi
dalam dunia pendidikan. Psikologi ini berkaitan dengan bagaimana siswa belajar dan
berkembang. Seperti pendidikan yang diberikan guru, masyrakat, dan juga orang tua.
Semua itu akan saling berinteraksi. contoh, mengapa ada anak yang rajin dan malas.
Faktor-faktor apa yang menyebabkan hal tersebut.
9. Psikologi Diagnostik
Psikodiagnostik adalah studi ilmiah tentang berbagai metode untuk membuat
diagnosis psikologis, dalam tujuan supaya dapat memperlakukan manusia dengan
lebih tepat. Psikodiagnostik adalah metode yang digunakan untuk menetapkan
kelainan-kelainan psikis, dengan tujuan untuk dapat memberikan pertolongan secara
tepat dan akurat. Jadi ibaratnya seperti memberikan label antara seseorang yang
psikologisnya normal dengan psikologisnya yang telah terganggu.
10. Psikologi Industri
Psikologi industri adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia di tempat
kerja. Ilmu ini berfokus pada pengambilan keputusan kelompok, semangat kerja
karyawan, motivasi kerja, produktivitas stres kerja, seleksi pegawai, strategi
pemasaran, rancangan alat kerja, dan berbagai masalah lainnya
Tahapan Psikologi :
1) Tahap Perkembangan Kognitif, yaitu perubahan yang bervariasi dalam proses
berpikir dalam kecerdasan termasuk di dalamnya rentang perhatian, daya ingat,
kemampuan belajar, pemecahan masalah, imajinasi, kreativitas, dan keunikan dalam
menyatakan sesuatu dengan mengunakan bahasa.
2) Tahap Perkembangan Psikologi – Emosional, yaitu tahap perkembangan
seseorang berupa perkembangan berkomunikasi secara emosional, memahami diri
sendiri, kemampuan untuk memahami perasaan individu lain, pengetahuan tentang
individu lain, keterampilan dalam berhubungan dengan individu lain, menjalin
persahabatan, dan pengertian tentang moral
3) Tahap Perkembangan Seorang Bayi (Infancy): Sejak Lahir sd 18 Bulan.
Periode ini disebut juga dengan tahap perkembangan sensorik oral, karena individu
biasa melihat bayi memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Sosok Orang tua
memainkan peranan terpenting untuk memberikan perhatian positif dan penuh kasih
kepada bayi, dengan penekanan pada kontak visual dan sentuhan. Jika periode ini
dilalui dengan baik,
Bayi akan menumbuhkan perasaan trust (percaya) pada lingkungan dan melihat
bahwa kehidupan ini pada dasarnya baik. Sebaliknya, bila gagal di periode ini,
individu memiliki perasaan mistrust (tidak percaya) dan akan melihat bahwa dunia ini
adalah tempat yang mengecewakan dan penuh frustrasi.
4) Tahap Perkembangan Seorang Kanak-Kanak Awal (Early Childhood): 18
Bulan sd 3 Tahun
Selama tahap perkembangan seseorangan ini individu mempelajari ketrampilan untuk
diri sendiri. Bukan sekedar belajar berjalan, bicara, dan makan sendiri, melainkan
juga mempelajari tahap perkembangan seseorang perkembangan motorik yang lebih
halus, termasuk latihan yang sangat dihargai: toilet training.
Di masa ini, individu berkesempatan untuk belajar tentang harga diri dan otonomi,
seiring dengan berkembangnya kemampuan mengendalikan bagian tubuh dan
tumbuhnya pemahaman tentang benar dan salah. Salah satu ketrampilan yant muncul
di periode adalah kemampuan berkata tidak. Sekalipun tidak menyenangkan individu
tua, hal ini berguna untuk pengembangan semangat dan kemauan.
5) Tahap Perkembangan Seorang Usia Bermain (Play Age): 3 sd 5 Tahun
Pada periode ini, individu biasanya memasukkan gambaran tentang individu dewasa
di sekitarnya dan secara inisiatif dibawa dalam situasi bermain. Anak laki-laki
bermain dengan kuda-kudaan dan senapan kayu, anak perempuan main “pasar-
pasaran” atau boneka yang mengimitasi kehidupan keluarga, mobil-mobilan,
handphone mainan, tentara mainan untuk bermain peran, dsb. Di masa ini, muncul
sebuah kata yang sering diucapkan seindividu anak:”kenapa?” Hubungan yang
signifikan di periode ini adalah dengan keluarga inti (ayah, ibu, dan saudara).
6) Tahap perkembangan seorang Usia Sekolah (School Age): Usia 6 sd 12 tahun
Periode ini sering disebut juga dengan periode laten, karena individu sepintas hanya
menunjukkan tahap perkembangan seseorang tahap perkembangan seseorang
perkembangan fisik tanpa tahap perkembangan seseorang perkembangan aspek
mental yang berarti, berbeda dengan fase-fase sebelumnya. Ketrampilan baru yang
dikembangkan selama periode ini mengarah pada sikap industri (ketekunan belajar,
aktivitas, produktivitas, semangat, kerajinan, dsb), serta berada di dalam konteks
psikologi. Bila individu gagal menempatkan diri secara normal dalam konteks
psikologi, ia akan merasakan ketidakmampuan dan rendah diri. Sekolah dan
lingkungan psikologi menjadi figur yang berperan penting dalam pembentukan ego
ini, sementara individu tua sekalipun masih penting namun bukan lagi sebagai otoritas
tunggal.
7) Tahap Perkembangan Seorang Remaja (Adolescence): Usia 12 sd 18 Tahun
Bila sebelumnya tahap perkembangan seseorang perkembangan lebih berkisar pada
apa yang dilakukan untuk saya, sejak stage tahap perkembangan seseorang
perkembangan ini tahap perkembangan seseorang perkembangan tergantung pada apa
yang saya kerjakan.
Karena di periode ini individu bukan lagi anak tetapi belum menjadi dewasa, hidup
berubah sangat kompleks karena individu berusaha mencari identitasnya, berjuang
dalam interaksi psikologi, dan bergulat dengan persoalan-persoalan moral.
Tugas tahap perkembangan seseorang perkembangan di fase ini adalah menemukan
jati diri sebagai individu yang terpisah dari keularga asal dan menjadi bagian dari
lingkup psikologi yang lebih luas. Bila stage ini tidak lancara diselesaikan, individu
akan mengalami kebingungan dan kekacauan peran.
8) Tahap Perkembangan Seorang Dewasa Awal (Young Adulthood): Usia 18 sd
35 Tahun
Langkah awal menjadi dewasa adalah mencari teman dan cinta. Hubungan yang
saling memberikan rasa senang dan puas, utamanya melalui perkawinan dan
persahabatan. Keberhasilan di stage ini memberikan keintiman di level yang dalam.
Kegagalan di level ini menjadikan individu mengisolasi diri, menjauh dari individu
lain, dunia terasa sempit, bahkan hingga bersikap superior kepada individu lain
sebagai bentuk pertahanan ego. Hubungan yang signifikan adalah melalui perkawinan
dan persahabatan.
9) Tahap Perkembangan Seorang Dewasa (Middle Adulthood): Usia 35 sd 65
tahun
Masa ini dianggap penting karena dalam periode inilah individu cenderung penuh
dengan pekerjaan yang kreatif dan bermakna, serta berbagai permasalahan di seputar
keluarga. Selain itu adalah masa “berwenang” yang diidamkan sejak lama. Tugas
yang penting di sini adalah budaya dan meneruskan nilai budaya pada keluarga
(membentuk karakter anak) serta memantapkan lingkungan yang stabil. Kekuatan
timbul melalui perhatian individu lain, dan karya yang memberikan sumbangan pada
kebaikan masyarakat, yang disebut dengan generativitas. Jadi di masa ini, takut akan
ketidakaktifan dan ketidakbermaknaan diri.
10) Tahap Perkembangan Seorang Dewasa Akhir (Late Adulthood): Usia 55 sd
Meninggal Dunia
Individu berusia lanjut yang bisa melihat kembali masa-masa yang telah dilaluinya
dengan bahagia, merasa tercukupi, dan merasa telah memberikan kontribusi pada
kehidupan, ia akan merasakan integritas. Kebijaksanaannya yang tumbuh menerima
keluasan dunia dan menjelang kematian sebagai kelengkapan kehidupan.
5. JENIS – JENIS GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder)
Seseorang dengan masalah ini mengalami gangguan kecemasan saat
merespons suatu objek atau situasi. Biasanya penderita akan mengalami rasa
ketakutan yang hebat disertai dengan perubahan tanda fisik, seperti detak
jantung yang semakin cepat, berkeringat, merasa pusing, serta sulit
berkonsentrasi atau tidur.
Kecemasan saat berada di tempat umum, kepanikan dan fobia terhadap
sesuatu, juga termasuk ke dalam anxiety disorder. Penderita masalah ini hidup
dengan perasaan penuh kecemasan, ketakutan, serta kekhawatiran berlebih.
2. Gangguan Suasana Hati (Mood Disorder)
Gangguan ini juga disebut gangguan afektif yang membuat
penderitanya merasa sedih terus menerus atau perasaan terlalu bahagia yang
berlebihan. Perpindahan emosional atau fluktuasi dari perasaan bahagia
menjadi sedih secara ekstrem juga termasuk gangguan ini, yang biasa kita
kenal dengan Bipolar Disorder. Beberapa contoh gangguan lainnya seperti
depresi jangka panjang, gangguan afektif musiman, perubahan suasana hati
dan iritabilitas yang terjadi selama fase pramenstruasi, serta depresi karena
penyakit fisik.
3. Gangguan Psikotik (Psychotic Disorder)
Gangguan psikotik termasuk gangguan jiwa parah yang menyebabkan
munculnya pemikiran dan persepsi yang tidak normal, misalnya penyakit
skizofrenia. Gejala paling umum dari gangguan ini adalah halusinasi
(mendengar, melihat, atau merasakan sesuatu yang tidak ada), serta delusi
(mempercayai hal-hal yang sebenarnya tidak terjadi).
4. Gangguan Makan (Eating Disorder)
Eating disorder adalah penyakit serius dan sering kali fatal akibat
gangguan parah pada perilaku makan seseorang. Gangguan paling umum
adalah anoreksia (menganggap diri kelebihan berat badan padahal tidak),
bulimia nervosa (makan dalam jumlah besar yang kemudian dikeluarkan
secara paksa misalnya muntah), dan binge-eating (makan berlebihan dan sulit
dihentikan).
5. Gangguan Obsesif-Kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder atau OCD)
Seseorang dengan gangguan OCD selalu memiliki pikiran atau obsesi
yang konstan terhadap sesuatu, sehingga mendorongnya untuk melakukan hal
yang sama secara berulang-ulang. Salah satu contohnya adalah orang yang
merasa ketakutan dengan kuman atau debu yang membuatnya terus menerus
mencuci tangan atau anggota tubuh lainnya.
6. Gangguan Kontrol Impuls dan Kecanduan (Impulse Control and Addition
Disorder atau ICAD)
Orang dengan gangguan ICAD tidak dapat menahan dorongan untuk
melakukan tindakan yang dapat membahayakan dirinya atau orang lain.
Beberapa contoh dari gangguan ini antara lain Pyromania (menyulut api
hingga menyebabkan kebakaran) dan Kleptomania (mencuri). Penderita ini
juga biasanya kecanduan terhadap alkohol dan obat-obatan, atau kecanduan
pada aktivitas tertentu seperti seks atau berbelanja.
7. Gangguan Kepribadian (Personality Disorder)
Personality disorder adalah gangguan terhadap kepribadian seseorang
dan membuatnya memiliki pola pikir, perasaan, atau perilaku yang sangat
berbeda dengan kebanyakan orang. Jenis gangguan kepribadian antara lain
borderline personality disorder, yaitu perubahan suasana hati yang intens,
ketakutan akan ditinggalkan, perilaku impulsif dan tidak stabil.
Gangguan lainnya adalah antisocial personality disorder yang
membuatnya seperti mengabaikan perasaan atau kebutuhan orang lain,
memanipulasi orang lain untuk kepentingan dirinya, tidak merasa bersalah atas
tindakan buruk yang dilakukan, dan sebagainya.
8. Gangguan Stres Pascatrauma (Post-Traumatic Stress Disorder atau PTSD)
PTSD dapat muncul pada seseorang yang pernah mengalami kejadian
traumatis atau mengerikan, seperti pelecehan fisik dan seksual, kematian tak
terduga dari orang yang dicintai, atau bencana alam. Kenangan tidak
menyenangkan tersebut tidak bisa hilang dan membuat penderita PTSD
cenderung mati rasa secara emosional.
9. Gangguan Disosiatif (Dissociative Disorder)
Gangguan ini adalah gangguan kejiwaan parah atau perubahan dalam
ingatan, kesadaran, dan identitas umum tentang diri mereka dan lingkungan
penderita. Gangguan disosiatif biasanya dikaitkan dengan stres luar biasa yang
diakibatkan oleh peristiwa traumatis yang dialami atau disaksikan oleh
penderita. Contohnya seperti gangguan identitas kepribadian ganda.
6. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA
1. Faktor Perkembangan Internal
Yang dimaksud dengan faktor perkembangan internal adalah segala sesuatu
yang ada dalam diri seseorang yang keberadaannya mempengaruhi dinamika
perkembangan. Termasuk ke dalam faktor perkembangan internal tersebut adalah
faktor perkembangan jasmaniah, faktor perkembangan perkembangan psikologis,
dan faktor perkembangan kematangan fisik dan psikis. (Baca juga mengenai
perkembangan emosional dalam psikologi pendidikan).
2. Faktor Perkembangan Eskternal
Faktor perkembangan eksternal adalah segala sesuatu yang berada di luar diri
seseorang yang keberdaannya mempengaruhi terhadap dinamika perkembangan.
Yang termasuk faktor perkembangan eksternal antara lain : faktor perkembangan
sosial, faktor perkembangan budaya, faktor perkembangan lingkungan fisik, dan
faktor perkembangan lingkungan non fisik. (Baca juga mengenai hubungan
psiklogi konseling dengan sosiologi dan antropologi).
3. Faktor Perkembangan Pembawaan
Pada waktu seseorang lahir, membawa berbagai kemungkinan potensi yang
ada pada dirinya. Secara umum kemungkinan kemungkinan potensi yang ada
pada seseorang yang baru lahir adalah :
• Kecerdasan
• Bakat-bakat khusus
• Jenis kelamin
• Jenis ras
• Sifat-sifat fisik
• Sifat-sifat kepribadian
• Dorongan-dorongan (Baca juga mengenai hubungan psikologi klinis dengan
ilmu lain).
A. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. N.W
b. Jenis kelamin : perempuan
c. Umur : 50 tahun
d. Agama : Kristen
e. Status perkawinan : kawin
f. Pekerjaan : IRT
g. Pendidikan terakhir : SMA
h. Alamat : Desa Buloila, Kec. Sumalata
i. No. RM : 22-55-91
j. Diagnostik Medis : Kolelitiasis
PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Nn. SK
b. Umur : 20 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : tidak ada
e. Alamat : Desa Buloila, Kec. Sumalata
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan Pasien
a. Keluhan Utama
Pasien masuk RS melalui IGD RSAS tanggal 27 januari 2021 pada pukul
19.53 wita dengan keluhan nyeri pada perut bagian kanan atas sejak 2 minggu
yang lalu. Pasien mengatakan nyeri terasa di ulu hati. Pada saat itu kondisi
pasien tak kunjung membaik, maka keluarga membawanya ke rumah sakit.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat dikaji tanggal 1 februari 2021, keluarga pasien mengatakan sudah
mengalami nyeri perut sebelah kanan sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu.
Pasien mengatakan nyeri terasa seperti di sayat-sayat, skala nyeri 5 (sedang),
nyeri hilang timbul, dan terasa sakitmya di ulu hati. Pasien juga mengatakan
nafsu makannya menurun, mual dan muntah. Pasien dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital dengan hasil tekanan darah 130/80 mmHg, suhu badan
37,30C, respirasi 18x/menit, dan frekuensi nadi 100x/menit. Pasien terlihat
cemas dan ketakutan karena akan dilakukan operasi kolelitiasis yang
direncanakan pada hari rabu, 3 februari 2021.
c. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Pasien mengatakan belum pernah ada riwayat operasi sebelumnya ataupun
dirawat di rumah sakit sebelumnya. Namun pasien memiliki riwayat penyakit
lambung dan diabetes mellitus.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Genogram (minimal 3 generasi)
50
Keterangan :
= laki – laki = laki – laki meninggal = pasien
KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif Data Objektif
Pasien mengatakan: - Tanda-tanda vital
- Nyeri perut sebelah kanan atas TD: 130/80 mmHg
- Nyeri terasa di ulu hati T: 37,30C
- Nafsu makan menurun N: 100 kali/menit
- Gelisah dan takut R: 18 kali/menit
- Mual dan muntah - Bising usus 10 kali/menit
- Frekuensi makan 3x/hari dengan - Skala nyeri 5
bubur - Terdapat nyeri tekan perut sebelah
- Porsi makan hanya 4-5 sendok yang kanan atas
dihabiskan. - Terlihat cemas
- Terlihat meringis
- Tangan kanan terpasang infuse RL
- Keadaan umum lemah
- Kesadaran compos mentis, GCS (15)
E: 4, V: 5, M: 6
- BB: 59 kg
TB: 155 cm
IMT: 24,55
- Glukosa sewaktu pada tanggal 27
februari 2021 257 mg/dL
ANALISA DATA
NO DATA (DS & DO) PENYEBAB MASALAH
KEPERAWATAN
1 DS: Kolelitiasis Nyeri akut
Pasien mengatakan
• Nyeri perut sebelah kanan
atas Batu terdorong menuju duklus
• Nyerti terasa di ulu hati sisikus
• Nyeri terasa bila sedikit
di gerakan atau dibuat
miring Distensi kantung empedu
DO:
• Skala nyeri 5
• Terdapat nyeri tekan Fundus empedu menyentuh
perut sebelah kanan atas dinding abdomen pada kartigo
• Terlihat meringis kosta 9 & 10
kesakitan
Gesekan empedu dengan dinding
abdomen
nyeri akut
respon psikologis
krisis situasi
ansietas
3 DS: Obstruksi duktus sislikus dan Deficit nutrisi
• Pasien mengatakan mual duktus biliaris
dan muntah dan nafsu
makan menurun Distensi duktus biliaris dan
DO: peningkatan kontraksi pristaltik
• Ku lemah
• Glukosa sewaktu 257 Gangguan gastrointestinal
mg/dl
Mual,muntah,anoreksia
Deficit nutrisi
HARI/
DX WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
Selasa, 2 1 08.00 1. Identifikasi lokasi, Selasa, 2 Februari 2021 / 13.30
Februari karakteristik,durasi,
2021 frekuensi, kualitas, S : pasien mengatakan masih
intensitas nyeri, dengan nyeri perut, nyeri terasa di
hasil nyeri terasa di perut perut bagian kanan atas, nyeri
bagian kanan atas, nyeri berlangsung ± 10 menit dan
berlangsung ± 10 menit, nyeri seperti disayat-sayat.
nyeri seperti disayat- Tetapi pada saat nyeri kambuh,
08.05 sayat. pasien melakukan teknik
2. Identifikasi skala nyeri : relaksasinapas dalam, hasilnya
10.00 Dengan hasil skala nyeri nyeri menghilang. Dan tidak
4 lama kemudian setelah 1 jam
3. Berikan teknik nyeri hilang kembali.
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri O : - Skala nyeri 4
(teknik relaksasi napas - Terlihat meringis
dalam), dengan hasil - TTV
pasien mampu TD : 140/90 mmHg
12.00 mengendalikan nyeri T : 36,8oC
tersebut dengan cara N : 86 x/menit
teknik relaksasi napas
dalam P:
4. Kolaborasi pemberian 1. Identifikasi lokasi,
terapi dengan hasil karakteristik,durasi,
memberikan terapi frekuensi, kualitas,
kaltrofen supp intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
(teknik relaksasi napas
dalam
4. Kolaborasi pemberian
terapi
2 10.50 1. Mengidentifikasi skala Selasa, 2 Februari 2021 / 13.40
nutrisi : Dengan hasil
status nutrisi pasien S : Pasien mengatakan nafsu
membaik, yaitu berat makannya membaik, makanan
10.55 badan 60 kg dihabiskan
2. Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis O : - Pasien terlihat lemah
nutrient. Dengan hasil - BB : 60 kg
pasien mengalami - Glukosa sewaktu 153
11.30 kenaikan berat badan mg/dL
3. Memonitor asupan
makanan : Dengan hasil A : Masalah defisit nutrisi
makanan yang masuk belum teratasi
dalam tubuh pasien
yaitu bubur dengan P:
12.10 frekuensi dihabiskan. 1. Mengidentifikasi status
4. Memonitor hasil nutrisi
pemeriksaan 2. Monitor asupan
laboratorium : Dengan makanan
hasil glukosa sewaktu 3. Monitor hasil
153 mh/dL pemeriksaan
laboratorium
CATATAN PERKEMBANGAN II
HARI/ DX WAKT IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL U
RABU,03 1 08:00 1. Mengidentifikasi Rabu,3 februari 2021
FEBRUARI lokasi,karakteristik,durasi,fre S:
2021 kuensi,kualitas,intensitas Pasien mengatakan nyeri
nyeri.dengan hasil nyeri berkurang,hilang timbul
masih terasa,hilang timbul dengan kurun waktu
dengan kurun waktu kurang kurang lebih 3 jam
lebih 3 jam sekali,nyeri sekali,nyeri berlangsung
berlangsung kurang lebih 5 kurang lebih 5 menit,dan
menit pada saat nyeri
2 08.05 2. Mengidentifikasi skala nyeri timbul,pasien mampu
dengan hasil skala nyeri 2 mengendalikannya
3 08.30 3. Berikan teknik non secara mandiri
farmakologis untuk O:
mengurangi rasa nyeri Skala nyeri 2
(teknik relaksasi dan napas Tanda-tanda vital
dalam).dengan hasil pasien Td:120/90 mmhg
mampu melakukannya secara T:36,5oc
mandiri N:88x/menit
4 12.00 4. Kolaborasi pemberian terapi R:20x/menit
dengan hasil memberikan A:
terapi berupa buscopan dan Masalah nyeri akut
kaltrofensupp belum teratasi
P:
Hentikan
intervensi/pasien pindah
ruangan/melakukan
oprasi
2 10.30 1. Mengidentifikasi status Rabu,3 februari 2021
nutrisi dengan hasil status S:
nutrisi pasien membaik,yaitu Pasien mengatakan nafsu
berat badan 60 kg makan
11.40 2. Meminitor asupan makanan meningkat,makanan
dengan hasil makanan yang dihabiskan,sehari makan
masuk ke dalam tubuh yaitu 3x/hari
bubur dengan frekuensi di O:
habiskan Ku baik
11.50 3. Monitor hasil pemeriksaan Bb:60 kg
laboratorium dengan hasil Glukosa sewaktu 99
glukosa sewaktu adalah 99 mg/dl
mg/dl A:
Masalah deficit nutrisi
teratasi
P:hentikan intervensi
BAB III
LAPORAN KASUS DENGAN APLIKASI MANAJEMEN ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN
1. PENGKAJIAN
Asuhan Keperawan Dengan Pasien Kolelitiasis
A. Pengkajian
Usia Setelah usia 15 tahun prevalensi kolelitiasi meningkat. Jenis kelamin : perempuan lebih
cenderung terkena kolelitiasis orang laki-laki. Prevalensinya mencapai 4: 1. Pasien dengan
kolelitiasis biasanya mengeluh nyeri kolik bilier pada Keluahan Utama.
Riwayat Penyakit: kondisi nyeri (P: biasanya nyeri bertambah ketika ada perawatan pada
abdomen, Q: seperti nyeri tusuk, R: Abdomen kuadran kanan atas, S: tergantung respon
pasien (0-10, T: biasanya nyeri terjadi pada malam hari dengan waktu 30- 60 menit),
biasanya keluhan keluhan sampai menggigil dan mengalami gangguan gastrointestinal seperti
sakit perut, rasa terbakar pada epigastrik, mual, muntah, anoreksia.
Riwayat Penyakit Dahulu: biasaya ada faktor predisposisi penyebab kolelitiasis Perawat
mengkaji adanya kondisi obesitas, penyakit DM, hipertensi, dan hiperlipidemia berhubungan
dengan peningkatan sekresi kolesterol hepatika dan merupakan faktor risiko utama
pengembangan batu empedu. Riwayat penyakit Keluarga: dari data yang ada kolelitiasis
variasi genetik. Perawat perlu mengkaji kondisi sakit dari generasi terdahulu, karena
beberapa pasien cenderung memiliki kondisi penyakit herediter
B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : Biasanya pasien kolelitiasis sebelumnya menderita hipertensi. (>
140/90 mmHg)
Nadi : biasanya Nadi pasien kolelitiasis tinggi> 100 x / menit. Laju
respirasi: RR tinggi (> 24 x per menit)
Suhu : karena adanya respon inflamasi suhu badan pasien tinggi (> 37,5 ° C)
Kepala Mata : Konjunctiva anemis(-), sklera ikterik(+), pupil isokor, reflek cahaya
(+/ +)
Hidung : Nafas cuping hidung(-), polip (-), perdarahan (-). lendir (-), sumbatan
(-)
Mulut : mukosa kering, sianosis (+).
Leher : Tampak simetris, limfonodi tidak teraba, pembesaran tiroid (-)
Thorax : Inspeksi: Retraksi (-), deformitas (-) Palpasi: gerak nafas simetris
Perkusi: sonor Auskultasi: bising (-)
Abdomen : Inspeksi: datar , eritem (-), sikatrik (-) Auskultasi: peristaltik (+)
Perkusi: timpani kembung. Palpasi: nyeri tekan (+) regio kuadran kanan
atas.
Ekstremitas : Superior: gerak aktif (+ / +), gerak pasif (+ / +). Udem (-), akral
dingin, turgor menurun.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. NYERI AKUT berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. DEFISIT NUTRISI berhubungan dengan anoreksia, muntah, dan gangguan
pencernaan
c. HIPERTERMI berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat
inflamasi
d. RISIKO KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN berhubungan dengan mual muntah
3. PERENCANAAN
NYERI AKUT dengan intervensi MANAJEMEN NYERI
Observasi :
✓ Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
✓ Identifikasi skala nyeri
✓ Identifikasi respon nyeri non verbal
✓ Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
✓ Monitor keberhasilan terapi, komplementer yang diberikan
✓ Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
✓ Berikan teknik nonfamakologosi untuk mengurangi rasa nyeri
✓ Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
✓ Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
✓ Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
✓ Jelaskan strategi meredahkan nyeri
✓ Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
✓ Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
✓ Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk meredahkan nyeri
Kolaborasi :
✓ Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
Observasi :
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi :
Observasi :
Terapeutik :
Edukasi :
✓ Anjurkan citra baring
Kolaborasi :
Observasi :
✓ Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
✓ Monitor berat badan harian
✓ Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis
urin , BUN)
✓ Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP jika tersedia)
Terapeutik :
Kolaborasi :
4. PELAKSANAAN
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari
prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk. mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi
dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.
Namun demikian, dibanyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai
secara langsung setelah pengkajian. (Potter & Perry, 2005).
5. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya
tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya,
klien akan masuk kembali dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassesment)
secara umum evaluasi ditunjukan untuk :
Evaluasi formatif : dilakukan setiap kali selesai melakukan tindakan, mengevaluasi proses
keperawatan yang telah dilakukan, dan biasanya berupa catatan perkembangan.
PEMBAHASAN
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas tentang adanya kesesuaian maupun
kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan pada klien dengan kasus cholelitiasis
dalam bentuk review kasus yang telah diambil dengan hasil yang kurang hamper sama
dengan teori mengenai diagnosis yang ada pada pasien Pengkajian adalah tahap awal dari
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi, 2012) Berdasarkan dari
hasil pengkajian pada pasien diagnosis medis cholelithiasis pada pasien memiliki keluhan
yang sama dengan teori seperti nyeri pada daerah kanan perut secara tiba-tiba atau disebut
juga kolik bilierBerdasarkan teori yang ada menurut (Nanda, 2020). nyeri dan kolik bilier,
ikterus, perubahan warna urin dan feses dan defisiensi vitamin. Pada pasien yang mengalami
nyeri dan kolik bilier disebabkan karena adanya obstruksi pada duktus sistikus yang
tersumbat oleh batu empedu sehingga terjadi distensi dan menimbulkan infeksi merupakan
gejala yang akan timbul pada pasien cholelithiasis.Menurut peneliti bahwa nyeri yang
dirasakan pada pasien merupakan tanda dan gejala dari cholelithiasis yang terjadi karena
adanya obstruksi pada duktus sistikus yang tersumbat oleh batu empedu dan menimbulkan
infeksi sehingga menimbulkan rasa nyeri
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien didapatkan yaitu kesadaran umum sedang,
terpasang infus ditangan kanan dan sakit sedangndengan kesadaran umum lemah.
Menurut (Noor, 2017) keadaan umum yaitu baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-
tanda seperti kesadaran klien (apatis, sopor, koma, komposmentis) dan kesakitan (keadaan
penyakit yaitu akut,kronik, ringan, sedang, berat). Menurut peneliti terdapat kesenjangan
antara pengkajian yang dilakukan oleh peneliti dengan teori yang ada, dimana pemeriksan
fisik bagian keadaan umum pada pasien hanya menjelaskan kesakitan yang dialami klien.
Sedangkan pada teori baik atau buruknya yang dicatat dalam keadaan umum adalah
kesadaran klien (apatis, sopor, koma, komposmentis) dan kesakitan (keadaan penyakit yaitu
akut, kronik, ringan, sedang, berat).
Pada pemeriksaan tanda tanda vital didapatkan pada pasien dengan tekanan darah : 130/80
mmHg, Suhu : 37,3ºC, Nadi : 100x/menit, Respirasi : 18x/menit
Menurut teori (Potter & Perry, 2005). Mean Arterial Pressure adalah tekanan arteri rata rata
selama satu siklus denyutan jantung yang didapatkan dari pengukuran tekanan darah systole
dan tekanan darah diastole. Pada perhitungan MAP akan didapatkan gambaran penting dalam
tekanan darah yaitu tekanan sistolik adalah tekanan maksimal ketika darah dipompakan dari
ventrikel kiri, batas normal dari tekanan sistolik adalah 100-140 mmhg, tekanan diastolic
adalah tekanan darah pada saat relaksasi, batas normal dari tekanan diastolic adalah 60-80
mmhg. Tekanan diastolik menggambarkan tahanan pembuluh darah yang harus dicapai
jantung.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik berlangsung secara aktual
maupun potensial
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus klien cholelithiasis dan mengalami
pembedahan adalah, masalah keperawatan pada Pre operatif : Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis (Inflamasi), gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri, hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan, resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
asites, resiko syok (Hipovolemik) berhubungan dengan kekurangan volume cairan, Masalah
keperawatan pada Post operatif :infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasi, gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur
infansif.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada klien Pre operasi
dengan cholelitiasis di RS Aloei Saboe
1. Pengkajian
Dapat dilakukan pengkajian secara komperhensif Data yang didapatkan yaitu identitas klien,
riwayat penyakit, data psikososial. Data tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan klien
dan keluarga, observasi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
2. Diagnosa keperawatan
Dapat ditegakkannya diagnosa keperawatan pada klien diagnosa keperawatan yang muncul
dari data pengkajian klien ditegakkan 3 diagnosa keperawatan pada pre operasi. Urutan
diagnose keperawatan yaitu, nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis,
defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan,anesietas
berhubungan dengan situasional
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang diberikan pada klien dapat disusun sesuai dengan diagnosa yang muncul,
rencana yang telah disusun disesuaikan dengan teori yang ada. Perencanaan dibuat sesuai
dengan masalah yang ditemukan berdasarkan hasil dari pengkajian.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
peneliti susun. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien sesuai dengan intervensi
yang telah direncanakan berdasarkan teori yang ada dan sesuai dengan kebutuhan klien
dengan cholelitiasis.
SARAN
Dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien pre oprasi Cholelithiasis yang
diberikan dapat tepat, peneliti selanjutnya harus benar-benar menguasai konsep tentang
Cholelithiasis itu sendiri, terutama pada faktor etiologi, anatomi fisiologi dan patofisiologi
tentang Cholelithiasis, selain itu peneliti juga harus melakukan pengkajian dengan tepat dan
komperhensif agar asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada pasien serta tidak ada masalah yang luput dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien. Dalam penegakan diagnose diharapkan peneliti juga harus teliti
dalam mengangkat dan merumuskan diagnose keperawatan yang ada pada pasien agar
masalah keperawatan yang muncul pada pasien dapat teratasi dan mendapatkan penanganan
secara komprehensif dan menyeluruh, Tidak hanya berfokus kepada masalah biologis pasien,
namun juga terhadap masalah psiko, sosio, spiritual pasien. Sehingga asuhan keperawatan
yang dilakukan dapat terlaksana secara optimal, dan mendapatkan hasil yang memuaskan
bagi pasien dan juga peneliti itu sendiri. Pada bagian intervensi keperawatan diharapkan
peneliti merencanakan sesuai dengan buku panduan SIKI (Standart IntervensiKeperawatan
Indonesia) dan SLKI (Standart Luaran Keperawatan Indonesia) . Pada bagian Implementasi
diharapkan juga peneliti melakukan tindakan yang sesuai dengan yang direncanakan agar
diagnose pada pasien dapat teratasi. Dan evaluasi keperawatan diharapkan peneliti lebih
melakukan evaluasi yang lebih lengkap pada pasien sesuai dengan data yang didapatkan pada
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.
https://www.academia.edu/41597680/Grandcase_Colelitiasis