Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN

DIAGNOSA MEDIS CHOLELITHIASIS DI RUANGAN TERATAI


RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH:

NAMA : NI LUH AYU SRIANI, S.Kep


NIM : 2022032026

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Maswiyah, S.Kep Ns. Abdul Rahman, S.Kep.,M.H.Kes


NIP. 198009102003122006 NIK. 20200902028

PROGRAM STUDI NERS


PROFESI NERS UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN DIAGNOSA MEDIS
CHOLELITHIASIS DI RUANGAN TERATAI RSUD UNDATA PROVINSI
SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH:

NAMA : NI LUH AYU SRIANI, S.Kep


NIM : 2022032026

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Maswiyah, S.Kep Ns. Abdul Rahman, S.Kep.,M.H.Kes


NIP. 198009102003122006 NIK. 20200902028

PROGRAM STUDI NERS


PROFESI NERS UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
CHOLELITIASIS

A. DEFINISI

Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung empedu atau saluran

empedu (duktus koledekus) atau keduanya. (Muttaqin, 2011). Kolelitiasis di sebut juga

batu empedu.

Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu kolesterol,

bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid (Price & Wilson,

2011).

Kolelitiasis (kalkulus / kalkuli , batu empedu) biasanya terbentuk dalam kandung

empedu dari unsur – unsur padat yang membentuk cairan empedu yang memiliki ukuran,

bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. (Brunner & Suddart, 2018).

B. ANATOMI FISIOLOGI

Hati merupakan organ terbesar pada tubuh, menyumbang sekitar 2 persen dari

berat tubuh total, atau sekitar 1,5 kg pada rata-rata manusia dewasa. Unit fungsional dasar

hati adalah lobulus hati, yang berbentuk silindris dengan panjang beberapa milimeter dan

berdiameter 0,8 sampai 2 milimeter. Hati manusia mengandung 50.000 sampai 100.000
lobulus. Hati memiliki beberapa fungsi, yaitu tempat metabolisme nutrisi makro

(karbohidrat, lemak, dan protein), tempat penyimpanan besi dan vitamin, pembentuk

faktor koagulasi, pembentuk empedu, serta metabolisme berbagai hormon dan obat-

obatan.19 Pada manusia dan organisme tingkat tinggi hati merupakan tempat utama untuk

metabolisme zat asing. Hati bertanggung jawab dalam proses absorbsi, detoksifikasi, dan

ekskresi berbagai jenis zat yang didapat dari dalam maupun luar tubuh, termasuk berbagai

zat yang disintesis dalam hati itu sendiri. Proses metabolisme obat dan berbagai bahan

kimia. Metabolisme xenobiotic (zat asing) dapat dibagi dalam dua fase. Pada fase 1,

reaksi yang utama adalah hidroksilasi, dikatalisa terutama oleh enzimenzim dari golongan

monooksigenase atau cytochrome P450. Selain hidroksilasi, enzim-enzim ini juga

mengkatalisa berbagai macam reaksi,

Hati adalah kelenjar terbesar yang ada di dalam tubuh, yang terletak di rongga

perut sebelah kanan atas, di bawah sekat rongga badan atau diafragma. Hati secara luas

dilindungi oleh tulang iga, berat hati 1500 gr atau 2,5% berat tubuh pada orang dewasa

normal. Hati terbagi dalam dua belahan utama, kanan dan kiri. Permukaan atas berbentuk

cembung dan terletak di bawah diafragma, permukaan bawah tidak rata dan

memperlihatkan lekukan disebut fi sura tranversum. Fisura longitudinal memisahkan

belahan kanan dan kiri di permukaan bawah, sedangkan ligamen falsiformis memisahkan

belahan kanan dan kiri di permukaan atas hati 2. (Irianto, 2013).

C. ETIOLOGI

Empedu normal terdiri dari 70% garam empedu (terutama kolik dan asam

chenodeoxycholic), 22% fosfolipid (lesitin), 4% kolesterol, 3% protein dan 0,3%

bilirubin.2 Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna namun yang

paling penting adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan

empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu.3 Sementara itu, komponen utama
dari batu empedu adalah kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan

empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan

membentuk endapan di luar empedu (Denis, 2005).

Menurut Lesmana (2000), Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko

dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin

besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain :

1. Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)

2. Usia lebih dari 40 tahun .

3. Kegemukan (obesitas).

4. Faktor keturunan

5. Aktivitas fisik

6. Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)

7. Hiperlipidemia

8. Diet tinggi lemak dan rendah serat

9. Pengosongan lambung yang memanjang

10. Nutrisi intravena jangka lama

11. Dismotilitas kandung empedu

12. Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)

13. Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati, pankreatitis dan

kanker kandung empedu) dan penyakit ileus (kekurangan garam empedu)

14. Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit putih, baru

orang Afrika).

D. PATOFISIOLOGI

Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :

1. Pembentukan empedu yang supersaturasi
2. Nukleasi atau pembentukan inti batu

3. Berkembang karena bertambahnya pengendapan

Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang terpenting dalam pembentukans

emua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi empedu dengan kolesterol terjadi bila 

perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan kolesterol turundi 

bawah harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut  dalam  media  yang 

mengandung air. Empedu dipertahankan dalam bentuk cair  oleh  pembentukan 

koloid  yang mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh  mantel  yang 

hidrofilik  dari 

garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan,atau kadar asamem

pedu  rendah, atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik.

Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapa

n kolesterol.  Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol keluar dari laruta

n membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan.  Pada tingkat saturasi 

yang lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partik

el debris yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengkristalan.

Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini : 

bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal 

akanterkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karena adanya enzim 

glokuronil 

tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak 

adanya  enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan mengakibatkan 

presipitasi/pengendapan 

dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak  larut 

dalam air tapi larut dalam lemak.sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan 
bilirubin tak 

terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi.

E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS

1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme, menjalar ke pundak kanan atau

punggung.

2. Kandung empedu membesar dan nyeri

3. Ikterus = Perubahan warna Kulit

4. Nyeri di kwadran kanan atas

5. Mual dan muntah

6. Kembung

7. Febris (38,5°C)

8. Beraknya warna pucat, kencing warna gelap sebagai

9. Blumberg Signs ( kekakuan dan nyeri lenting)

10. Berkurangnya absorbsi lemak dan vitamin yang larut di usus

G. KOMPLIKASI

1. Radang kantong empedu akut

2. Abses kantong empedu

3. Penyumbatan saluran empedu

4. Pankreatitis akut

5. Kanker kantong empedu

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Radiologi

Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai prosedur

diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan

akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan ikterus. Disamping
itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan radiasi inisasi. Prosedur ini

akan membrikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam

harinya sehingga kandung empedunya berada dalam keadan distensi. Penggunaan

ultra sound berdasarkan pada gelombang suara yang dipantulkan kembali.

Pemeriksan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus

koleduktus yang mengalami dilatasi.

2. Radiografi: Kolesistografi

Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil USG

meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu

dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian,

memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan isinya. Oral kolesistografi

tidak digunakan bila pasien jaundice karena liver tidak dapat menghantarkan

media kontras ke kandung empedu yang mengalami obstruksi.(Smeltzer, 2002)

3. Sonogram

Sonogram dapat mendeteksi batu dan menentukan apakah dinding

kandung empedu telah menebal.(Williams, 2003)

4. ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopancreatografi)

Pemeriksaan ini memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang

hanya dapat dilihat pada sat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop

serat optik yang fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars

desendens. Sebuah kanula dimasukan ke dalam duktus koleduktus serta duktus

pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikan ke dalam duktus tersebut untuk

menentukan keberadaan batu di duktus dan memungkinkan visualisassi serta

evaluasi percabangan bilier.(Smeltzer, 2002)


6. Pemeriksaan Darah :

a. Kenaikan serum kolesterol

b. Kenaikan fosfolipid

c. Penurunan ester kolesterol

d. Kenaikan protrombin serum time

e. Kenaikan bilirubin total, transaminase

f. Penurunan urobilirubin

g. Peningkatan sel darah putih

h. Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada batu di duktus

utama.

I. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan non bedah

a. Penatalaksanaan pendukung dan diet

80% dari pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat,

cairan infus, pengisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Diit yang

dianjurkan adalah tinggi protein dan karbohidrat.

b. Farmakoterapi

Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodial, chenofalk).

Fungsinya untuk menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya dan

tidak desaturasi getah empedu.

c. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan

Pengangkatan batu empedu : menginfuskan bahan pelarut (monooktanoin atau

metil tertier butil eter (MTBE) ke dalam kandung empedu. Pengangkatan non
bedah : dengan lewat saluran T-tube dan dengan alat jaring untuk memegang

dan menarik keluar batuyang terjepit dalam duktus koleduktus.

d. Extracorporal shock-wave lithotripsy (ESWL)

Gelombang kejut berulang yang diarahkan kepada batu empedu yang

gelombangnya dihasilkan dalam media cairan oleh percikan listrik. Efek

samping : petekia kulit dan hematuria mikroskopis

2. Penatalaksanaan bedah

a. Kolesistektomi : paling sering digunakan atau dilakukan : kandung empedu

diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi.

b. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4

cm.

c. Kolesistektomi laparoskopik (endoskopik) : lewat luka insisi kecil melalui

dinding abdomen pada umbilikus.

d. Koledokostomi : insisi lewat duktus koledokus untuk mengeluarkian batu

empedu.

J. PENCEGAHAN

1. Hindari makan gorengan dan makanan siap saji.

2. Hindari konsumsi daging merah.

3. Konsumsi lebih banyak sayur dan buah

4. Turunkan berat badan.


K. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Aktivitas/Istirahat

Gejala :kelemahan.

Tanda : gelisah.

b. Sirkulasi

Gejala/Tanda : takikardia, berkeringat.

c. Eliminasi

Gejala : perubahan warna urine & feses.

Tanda : distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, urine gelap, pekat,

feses warna tanah liat, steatorea.

d. Makanan/Cairan

Gejala : anoreksia, mual/muntah, tidak toleran terhadap lemak & makanan

pembentukan gas, regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat makan,

flatus,dyspepsia.

Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan.

e. Nyeri/Kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu kanan,

kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan, nyeri mulai tiba-tiba & biasanya

memuncak dalam 30 menit. Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran

kanan atas ditekan.

f. Pernapasan

Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan, penapasan tertekan ditandai oleh napas

pendek, dangkal.
g. Keamanan

Tanda : demam, menggigil, ikterik, dan kulit berkeringat & gatal (pruritus),

kecendrungan perdarahan (kekurangan vit. K).

h. Penyuluhan dan Pembelajaran

Gejala : kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu, adanya

kehamilan/melahirkan ; riwayat DM, penyakit inflamasi usus, diskrasias darah.

i. Pemeriksaan Diagnostik

1. Darah lengkap : Leukositis sedang (akut).

2. Billirubin & amilase serum : meningkat.

3. Enzim hati serum-AST (SGOT) : ALT (SGOT), LDH : agak meningkat, alkalin

fosfat & S-nukleotidase, ditandai pe obstruksi bilier.

4. Kadar protombin : menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus menurunkan

absorpsi vit. K.

5. Ultrasound : menyatakan kalkuli & distensi empedu/duktus empedu.

6. Kolangiopankreatografi retrograd endoskopik : memperlihatkan percabangan

bilier dengan kanulasi duktus koledukus melalui duodenum.

7. Kolangiografi transhepatik perkutaneus : pembedaan gambaran dengan

fluoroskopi antara penyakit kandung empedu & kanker pangkreas.

8. CT-Scan : dapat menyatakan kista kandung empedu.

9. Scan hati : menunjukkan obstruksi percabangan bilier.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi/spasmeduktus, proses inflamasi,

iskemia jaringan/nekrisis.

b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan substansi kimia, billirubin

meningkat.
c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan gangguan pencernaan lemak, mual muntah, dispepsia, nyeri.

d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan keluarnya cairan empedu.

3. Intervensi keperawatan

N Diagnosa Tujuan & kriteria Intervensi Rasional

o keperawatan hasil keperawatan

1 Nyeri akut Nyeri dapat a. Kaji ulang lokasi, a. Mengkaji

berhubungan berkurang setelah intensitas dan tipe ulang

dengan dilakukan nyeri. tempat

obstruksi/spasmedu tindakan b. Pertahankan nyeri dapat

ktus, proses keperawatan imobilisasi mengevalua

inflamasi, iskemia selama 1x24 jam, bagian yang sakit si apakah

jaringan/nekrisis, dengan dengan tirah ada

luka post op Kriteria hasil: baring penyebaran

1. Klien c. Berikan rasa nyeri

menyatakan lingkungan yang pada organ

nyeri tenang dan yang lain.

berkurang berikan dorongan b. Untuk

2. Tanda – tanda untuk melakukan menghindar

vital dalam aktivitas hiburan i terjadinya

batas normal. d. Ganti posisi komplikasi

Tampak rileks, dengan bantuan post op

mampu bila ditoleransi tindakan.

berpartisipasi e. Dorong c. lingkungan

dalam menggunakan tenang juga


aktivitas/tidur/i tehnik memberika

stirahat dengan manajemen n suasana

tTekanan darah stress, contoh : pikiran

normal relasksasi, latihan yang

3. Wajah pasien nafas dalam, tenang,

terlihat rileks imajinasi sehingga

visualisasi, meminimal

sentuhan kan rasa

f. Observasi tanda- nyeri.

tanda vital d. Membantu

g. Kolaborasi alih baring

medis untuk akan

pemberian membantu

analgetik. pasien

untuk

meminimal

kan rasa

nyeri.

e. Teknik

manajemen

nyeri

mampu

meminimal

kan rasa

nyeri
f. Hemodina

mik yang

tidak stabil

dapat

menunjukk

an adanya

rasa sakit

yang

berlebihan

pada pasien

2 Gangguan Setelah dilakukan a. Hitung masukan a. Mengidentif

integritas kulit tindakan kalori, jaga ikasi

berhubungan keperawatan komentar tentang kekurangan/

dengan substansi selama 7x24 jam, nafsu makan kebutuhan

kimia, billirubin dengan kriteria sampai minimal. nutrisi,

meningkat hasil : b. Timbang sesuai berfokus

indikasi. pada
1. Melaporkan
c. Konsul tentang masalah
mual/muntah
kesukaan/ketidaks membuat
hilang.
ukaan pasien, suasana
2. Menunjukkan
makanan yang negative
kemajuan
menyebabkan dan
mencapai berat
distress, dan mempengar
badan atau
jadwal makan uhi
mempertahanka
n berat badan yang disukai. masukan.

individu yang d. Berikan suasana b. Mengevalua

tepat. menyenangkan si

pada saat makan, keefektifan

hilangkan rencana

rangsangan diet.

berbau. c. Melibatkan

e. Berikan pasien

kebersihan oral dalam

sebelum makan. perencanaan

f. Ambulasi dan ,

tingkatkan memampuk

aktivitas sesuai an pasien

toleransi. memiliki

g. Konsul dengan rasa kontrol

ahli diet/tim dan

pendukung nutrisi mendorong

sesuai indikasi. untuka

makan.

d. Untuk

meningkatk

an nafsu

makan/men

urunkan

mual.

e. Mulut yang
bersih

meningkatk

an nafsu

makan.

f. Membantu

dalam

mengeluark

an flatus,

penurunan

distensi

abdomen,

mempengar

uhi

penyembuh

an dan rasa

sehat dan

menurunkan

kemungkina

n masalah

sekunder

sehubungan

dengan

imobilisasi.

g. berguna

dalam

membuat
kebutuhan

nutrisi

individual

melalui rute

yang paling

tepat.

3. Resiko  Setelah dilakukan a. Pertahankan a. memberikan

ketidakseimbangan tindakan masukan dan informasi

nutrisi kurang dari keperawatan haluaran akurat, tentang

kebutuhan tubuh selama 7x24 jam, perhatikan status

berhubungan dengan kriteria haluaran kurang cairan/volu

dengan gangguan hasil : dari masukan, me sirkulasi

1. Menunjukkan peningkatan berat dan


pencernaan lemak,
keseimbangan jenis urin, nadi kebutuhan
mual muntah,
cairan adekuat perifer, dan penggantian
dispepsia, nyeri
dibuktikan oleh pengisian kapiler. .

tanda vital b. Awasi b. muntah

stabil. tanda/gejala berkepanjan

2. Membrane peningkatan/berla gan, aspirasi

mukosa lembab. njutnya gaster, dan

3. Turgor kulit mual/muntah, pembatasan

baik. kram abdomen, pemasukan

4. Pengisian kelemahan, oral dapat

kapiler baik. kejang, kejang menimbulka

5. Secara individu ringan, kecepatan n deficit

mengeluarkan jantung tak natrium,


urin cukup dan teratur, parestesia, kalium, dan

tak ada muntah. hipoaktif, atau tak klorida.

adanya bising c. menurunkan

usus, depresi rangsangan

pernapasan. pada pusat

c. Hindarkan dari muntah.

lingkungan yang d. menurunkan

berbau. kekeringan

d. Lakukan membrane

kebersihan oral mukosa,

dengan pencuci menurunkan

mulut ; berikan risiko

minyak. perdarahan

e. Gunakan jarum oral.

kecil untuk injeksi e. menurunkan

dan melakukan trauma,

tekanan pada risiko

bekas suntikan perdarahan/

lebih lama dari pembentuka

biasanya. n hematom.

f. Kaji perdarahan f. protombin

yang tak biasanya, darah

contoh perdarahan menurun

terus-menerus dan waktu

pada sisi injeksi, koagulasi

mimisan, memanjang
perdarahan gusi, bila aliran

ekimosis, ptekie, empedu

hematemesis/mele terhambat,

na. meningkatk

an risiko

perdarahan/

hemoragik.

4. Resiko tinggi Tidak terjadi a. Observasi adanya a. Untuk

infeksi infeksi selama tanda – tanda mengetahui

berhubungan 3x24 jam setelah infeksi, seperti tanda-tanda

dengan keluarnya dilakukan rubor, kalor, infeksi.

cairan empedu, tindakan edema, fungsi b. Meminimal

adanya port de keperawatan, laesa. kan

entry untuk post op dengan criteria b. Anjurkan pasien terjadinya

laparaskopi hasil : untuk tidak kontaminas

kolelitiasis 1. Vital sign memegang i.

dalam batas bagian yang luka. c. Mencegah

normal ( TD : c. Lakukan tindakan kontaminas

120/80 mmHg, antiseptic i dan

N : sebelum kontak kemungkin

60-100x/mnt, dengan pasien. an infeksi

RR : d. Kolaborasi untuk silang.

16-20x/mnt, pemeriksaan d. Lekosit


Suhu : 36C – laborat. yang

37,5C ) e. Merawat luka meningkat

2. Tidak terjadi dengan artinya

rubor, kalor, menggunakan sudah

edema, dan tehnik aseptik. terjadi

fungsi laesa. f. Kolaborasi untuk proses

pemberian infeksi

antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

Huddak and Gallo 2010, Fahmi 2016. Pengaruh Self Management Dietary Counseling

Terhadap Self Care Dan Status Cairan Pada Pasien Colelitiasis, Tesis, Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Ika 2015.Laporan Pendahuluan “Colelitiasis”dilihat 4 Mei 2018, melalui

<http://repository.lppm.unila.ac.id/1391/1/49-54-IKA-A.pdf>

Joy et al (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishig

Kirana 2015. Laporan pendahuluan Asuhan Keperawatan pada pasien Cholelitiasis

diakses pada tanggal 4 mei 2018

melalui <https://www.academia.edu/31553378/CHRONIC_KIDNEY_DEASES

McAlexcander 2016,Faruq 2017, Upaya Penurunan Volume Cairan Pada Pasien

cholelitiasis, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Oscar 2017,Situasi Penyakit cholelithiasis diakses pada tanggal 25 Mei 2018,

melalui<http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/

infodatin/infodatin%20ginjal%202017.pd>

Sudoyo et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Interna Publishing

Suharyanto, T. Madjid A, 2009.Asuhan Keperewatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem

Perkemihan . Jakarta: Penerbit Trans Info Media

Syaifudin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keparawatan &

Kebidanan Ed 4 Jakarta: EGC


Wijaya dan Putri. 2017. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Teori dan Contoh

Askep. Yogyakarta: Nuha Medika

Wilson 2012, Fahmi 2016. Pengaruh Self Management Dietary Counseling Terhadap Self

Care Dan Status Cairan Pada Pasien cholelitiasis, Tesis, Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai