DI SUSUN OLEH:
CI LAHAN CI INSTITUSI
DI SUSUN OLEH:
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. DEFINISI
Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung empedu atau saluran
empedu (duktus koledekus) atau keduanya. (Muttaqin, 2011). Kolelitiasis di sebut juga
batu empedu.
Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu kolesterol,
bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid (Price & Wilson,
2011).
empedu dari unsur – unsur padat yang membentuk cairan empedu yang memiliki ukuran,
bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. (Brunner & Suddart, 2018).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Hati merupakan organ terbesar pada tubuh, menyumbang sekitar 2 persen dari
berat tubuh total, atau sekitar 1,5 kg pada rata-rata manusia dewasa. Unit fungsional dasar
hati adalah lobulus hati, yang berbentuk silindris dengan panjang beberapa milimeter dan
berdiameter 0,8 sampai 2 milimeter. Hati manusia mengandung 50.000 sampai 100.000
lobulus. Hati memiliki beberapa fungsi, yaitu tempat metabolisme nutrisi makro
(karbohidrat, lemak, dan protein), tempat penyimpanan besi dan vitamin, pembentuk
faktor koagulasi, pembentuk empedu, serta metabolisme berbagai hormon dan obat-
obatan.19 Pada manusia dan organisme tingkat tinggi hati merupakan tempat utama untuk
metabolisme zat asing. Hati bertanggung jawab dalam proses absorbsi, detoksifikasi, dan
ekskresi berbagai jenis zat yang didapat dari dalam maupun luar tubuh, termasuk berbagai
zat yang disintesis dalam hati itu sendiri. Proses metabolisme obat dan berbagai bahan
kimia. Metabolisme xenobiotic (zat asing) dapat dibagi dalam dua fase. Pada fase 1,
reaksi yang utama adalah hidroksilasi, dikatalisa terutama oleh enzimenzim dari golongan
Hati adalah kelenjar terbesar yang ada di dalam tubuh, yang terletak di rongga
perut sebelah kanan atas, di bawah sekat rongga badan atau diafragma. Hati secara luas
dilindungi oleh tulang iga, berat hati 1500 gr atau 2,5% berat tubuh pada orang dewasa
normal. Hati terbagi dalam dua belahan utama, kanan dan kiri. Permukaan atas berbentuk
cembung dan terletak di bawah diafragma, permukaan bawah tidak rata dan
belahan kanan dan kiri di permukaan bawah, sedangkan ligamen falsiformis memisahkan
C. ETIOLOGI
Empedu normal terdiri dari 70% garam empedu (terutama kolik dan asam
bilirubin.2 Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna namun yang
paling penting adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan
empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu.3 Sementara itu, komponen utama
dari batu empedu adalah kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan
empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan
Menurut Lesmana (2000), Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko
dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin
besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain :
3. Kegemukan (obesitas).
4. Faktor keturunan
5. Aktivitas fisik
7. Hiperlipidemia
13. Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati, pankreatitis dan
14. Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit putih, baru
orang Afrika).
D. PATOFISIOLOGI
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
1. Pembentukan empedu yang supersaturasi
2. Nukleasi atau pembentukan inti batu
3. Berkembang karena bertambahnya pengendapan
Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang terpenting dalam pembentukans
emua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi empedu dengan kolesterol terjadi bila
perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan kolesterol turundi
hidrofilik dari
garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan,atau kadar asamem
pedu rendah, atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik.
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapa
n kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol keluar dari laruta
n membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan. Pada tingkat saturasi
yang lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partik
el debris yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengkristalan.
Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini :
bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal
akanterkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karena adanya enzim
glokuronil
tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak
adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan mengakibatkan
presipitasi/pengendapan
dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut
dalam air tapi larut dalam lemak.sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan
bilirubin tak
terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi.
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme, menjalar ke pundak kanan atau
punggung.
6. Kembung
7. Febris (38,5°C)
G. KOMPLIKASI
4. Pankreatitis akut
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Radiologi
diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan
akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan ikterus. Disamping
itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan radiasi inisasi. Prosedur ini
akan membrikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam
Pemeriksan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus
2. Radiografi: Kolesistografi
Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil USG
tidak digunakan bila pasien jaundice karena liver tidak dapat menghantarkan
3. Sonogram
hanya dapat dilihat pada sat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop
serat optik yang fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars
b. Kenaikan fosfolipid
f. Penurunan urobilirubin
h. Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada batu di duktus
utama.
I. PENATALAKSANAAN
80% dari pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat,
b. Farmakoterapi
Fungsinya untuk menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya dan
metil tertier butil eter (MTBE) ke dalam kandung empedu. Pengangkatan non
bedah : dengan lewat saluran T-tube dan dengan alat jaring untuk memegang
2. Penatalaksanaan bedah
cm.
empedu.
J. PENCEGAHAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala :kelemahan.
Tanda : gelisah.
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
Tanda : distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, urine gelap, pekat,
d. Makanan/Cairan
flatus,dyspepsia.
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu kanan,
kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan, nyeri mulai tiba-tiba & biasanya
memuncak dalam 30 menit. Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran
f. Pernapasan
pendek, dangkal.
g. Keamanan
Tanda : demam, menggigil, ikterik, dan kulit berkeringat & gatal (pruritus),
i. Pemeriksaan Diagnostik
3. Enzim hati serum-AST (SGOT) : ALT (SGOT), LDH : agak meningkat, alkalin
4. Kadar protombin : menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus menurunkan
absorpsi vit. K.
iskemia jaringan/nekrisis.
meningkat.
c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
3. Intervensi keperawatan
visualisasi, meminimal
pemberian membantu
analgetik. pasien
untuk
meminimal
kan rasa
nyeri.
e. Teknik
manajemen
nyeri
mampu
meminimal
kan rasa
nyeri
f. Hemodina
mik yang
tidak stabil
dapat
menunjukk
an adanya
rasa sakit
yang
berlebihan
pada pasien
indikasi. pada
1. Melaporkan
c. Konsul tentang masalah
mual/muntah
kesukaan/ketidaks membuat
hilang.
ukaan pasien, suasana
2. Menunjukkan
makanan yang negative
kemajuan
menyebabkan dan
mencapai berat
distress, dan mempengar
badan atau
jadwal makan uhi
mempertahanka
n berat badan yang disukai. masukan.
tepat. menyenangkan si
hilangkan rencana
rangsangan diet.
berbau. c. Melibatkan
e. Berikan pasien
f. Ambulasi dan ,
tingkatkan memampuk
toleransi. memiliki
makan.
d. Untuk
meningkatk
an nafsu
makan/men
urunkan
mual.
e. Mulut yang
bersih
meningkatk
an nafsu
makan.
f. Membantu
dalam
mengeluark
an flatus,
penurunan
distensi
abdomen,
mempengar
uhi
penyembuh
an dan rasa
sehat dan
menurunkan
kemungkina
n masalah
sekunder
sehubungan
dengan
imobilisasi.
g. berguna
dalam
membuat
kebutuhan
nutrisi
individual
melalui rute
yang paling
tepat.
berbau. kekeringan
d. Lakukan membrane
minyak. perdarahan
biasanya. n hematom.
mimisan, memanjang
perdarahan gusi, bila aliran
hematemesis/mele terhambat,
na. meningkatk
an risiko
perdarahan/
hemoragik.
pemberian infeksi
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA
Huddak and Gallo 2010, Fahmi 2016. Pengaruh Self Management Dietary Counseling
Terhadap Self Care Dan Status Cairan Pada Pasien Colelitiasis, Tesis, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
<http://repository.lppm.unila.ac.id/1391/1/49-54-IKA-A.pdf>
melalui <https://www.academia.edu/31553378/CHRONIC_KIDNEY_DEASES
melalui<http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/
infodatin/infodatin%20ginjal%202017.pd>
Sudoyo et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Interna Publishing
Syaifudin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keparawatan &
Wilson 2012, Fahmi 2016. Pengaruh Self Management Dietary Counseling Terhadap Self
Muhammadiyah Yogyakarta