OLEH:
Iriamana Liasyarah Marudin, S.Ked
K1A1 15 018
Pembimbing:
dr.Abdul Rahman, Sp.PD.(K)GEH
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
HALAMAN PENGESAHAN
E. FAKTOR RESIKO1,9,10,11,12,13,14,15,16
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko. Namun,
semakin banyak faktor resiko, semakin besar pula kemungkinan untuk
terjadinya kolelitiasis
Faktor resiko tersebut antara lain:
1. Genetik
Batu empedu memperlihatkan variasi genetik. Kecenderungan
membentuk batu empedu bisa berjalan dalam keluarga. Di negara Barat
penyakit ini sering dijumpai, di USA 10-20 % laki-laki dewasa menderita
batu kandung empedu. Batu empedu lebih sering ditemukaan pada orang
kulit putih dibandingkan kulit hitam. Batu empedu juga sering ditemukan
di negara lain selain USA, Chili dan Swedia.
2. Umur
Usia rata-rata tersering terjadinya batu empedu adalah 40-50 tahun.
Sangat sedikit penderita batu empedu yang dijumpai pada usia remaja,
setelah itu dengan semakin bertambahnya usia semakin besar
kemungkinan untuk mendapatkan batu empedu, sehingga pada usia 90
tahun kemungkinannya adalah satu dari tiga orang.
3. Jenis Kelamin
Batu empedu lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki dengan
perbandingan 4 : 1. Di USA 10- 20 % laki-laki dewasa menderita batu
kandung empedu, sementara di Italia 20 % wanita dan 14 % laki-laki.
4. Beberapa faktor lain
Faktor lain yang meningkatkan resiko terjadinya batu empedu antara lain:
obesitas, makanan, riwayat keluarga, aktifitas fisik, dan nutrisi parenteral
yang lama.
Adapun beberapa faktor resikonya adalah sebagai berikut:
Batu Kolesterol Batu Pigmen
Perempuan Infeksi kronis bekteri atau parasit
Kehamilan Hemolisis (misal penyakit sel sabit)
Faktor genetik dan demografi, asia,
Terapi Estrogen peningkatan usia
daerah pedesaan
Faktor etnis Sirosis alkoholik
Faktor genetik Peningkatan usia
Obesitas
Kadar Trigliserida tinggi
Kadar HDL rendah
Kehilangan berat badan dalam waktu
singkat
Diet tinggi kalori
Tingkat aktifitas fisis yang rendah
Sirosis hati
F. ETIOLOGI5
Batu Empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan
jarang dibentuk pada bagian saluran empedu lain. Etiologi batu empedu
masih belum diketahui. Satu teori menyatakan bahwa kolesterol dapat
menyebabkan supersaturasi empedu di kandung empedu. Setelah beberapa
lama, empedu yang telah mengalami supersaturasi menjadi mengkristal dan
mulai membentuk batu. Akan tetapi, tampaknya faktor predisposisi
terpenting adalah gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya
perubahan komposisi empedu, stasis empedu, dan infeksi kandung empedu.
Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan batu empedu,
diantaranya:
1. Eksresi garam empedu
Setiap faktor yang menurunkan konsentrasi berbagai garam empedu
atau fosfolipid dalam empedu. Asam empedu dihidroksi atau dihydroxy
bile acids adalah kurang polar dari pada asam trihidroksi. Jadi dengan
bertambahnya kadar asam empedu dihidroksi mungkin menyebabkan
terbentuknya batu empedu.
2. Kolesterol empedu
Apabila binatang percobaan di beri diet tinggi kolestrol, sehingga kadar
kolesrtol dalam vesika vellea sangat tinggi, dapatlah terjadi batu
empedu kolestrol yang ringan. Kenaikan kolestreol empedu dapat di
jumpai pada orang gemuk, dan diet kaya lemak.
3. Substansia mukus
Perubahan dalam banyaknya dan komposisi substansia mukus dalam
empedu mungkin penting dalam pembentukan batu empedu.
4. Pigmen empedu
Pada anak muda terjadinya batu empedu mungkin disebabkan karena
bertambahya pigmen empedu. Kenaikan pigmen empedu dapat terjadi
karena hemolisis yang kronis. Eksresi bilirubin adalah berupa larutan
bilirubin glukorunid.
5. Infeksi
Adanya infeksi dapat menyebabkan krusakan dinding kandung empedu,
sehingga menyebabkan terjadinya stasis dan dengan demikian
menaikan pembentukan batu.
G. PATOGENESIS1,3
Batu kolesterol terbentuk akibat ketidak seimbangan antara faktor
pronukleasi, pembentukan (relatif meningkat) dengan fakfor anti
nukleasi/penghambat(relatif menurun). Faktor pronukleasi ialah kolesterol
empedu yang berlebihan dan glikoprotein mukus, sementara faktor anti
nukleasi ialah kadar garam empedu, dan lestin (vesikel fosfolipid). Batu
empedu dapat berimigrasi melalui duktus sistikus ke saluran empedu dan
menjadi batu saluran empedu (koledokoliatis) .
Pada umunya batu empedu merupakan endapan satu atau lebih
komponen empedu: kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein,
asam lemak dan fosfolipid.
Kolesterol hampir tidak dapat larut dalam air dan bilirubin sukar larut
dalam air. Batu empedu memiliki komposisi yang terutama terbagi atas tiga
jenis: pigmen, kolesterol,dan batu campuran. Batu pigmen terdiri atas garam
kalsium dan salah satu dari keempat anion yaitu biliribunat, karbonat fosfat
atau asam lemak rantai panjang. Batu-batu ini cenderung berukuran
kecil,multiple, dan berwarna hitam kecoklatan. Batu pigmen berwarna hitam
berkaitan hemolisis kronis. Batu berwarna coklat berkaitan dengan infeksi
empedu kronis (batu semacam ini jarang dijumpai). Batu kolesterol murni
biasanya berukuran besar, soliter,berstruktur bulat atau oval, berwarna
kuning pucat dan sering kali mengandung kalsium dan pigmen. Batu
kolesterol campuran paling sering ditemukan. Batu ini memiliki gambaran
batu pigmen maupun batu kolesterol majemuk, dan berwana coklat tua.
Menurut gambaran makroskopik dan komposisi kimianya batu saluran
empedu dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori mayor, yaitu: 1) Batu
kolesterol dimana komposisi kolesterol melebihi 70%, 2) Batu pigmen
coklat atau batu kalsium bilirubinate yang mengandung Ca-bilirubinate
sebagai komponen utama dan 3) Batu pigmen hitam yang kaya akan residu
hitam tak terektraksi.
Patogenesis batu pigmen melibatkan infeksi saluran empedu, statis
empedu, malnutrisi, dan faktor diet. Kelebian enzim B-glukoronidase
bakteri dan manusia (endogen) memegang peranan kunci dalam patogenesis
batu pigmen pada pasien di negara timur. Hidrolisis bilirubin oleh enzim
tersebut akan membentuk bilirubin tak terkonjugasi. Enzim B-glukoronidase
bakteri berasal dari kuman E.coli dan kuman lainnya di saluran empedu.
Enzim ini dihambat oleh glukrolactond yang konsentrasinya meningkat
pada pasien dengan diet rendah protein dan rendah lemak.
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan
jarang dibentuk dalam saluran empedu lain. Etiologi batu empedu masih
belum diketahui sepenuhnya, akan tetapi, tampaknya faktor predisposisi
terpenting adalah gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya
perubahan komposisi empedu, statis empedudan infeksi kandung empedu.
Perubahan komposisi kemumngkinan merupakan faktor terpenting
dalam pembentukan batu empedu. Sejumlah penyelidikan menunjukkan
bahwa hati penderita batu empedu kolesterol menyekresi empedu yang
sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap
dalam kandung empedu (dengan cara yang belum di mengerti ) untuk
membentuk batu empedu.
Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan
supersaturasi progresif, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur
tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu, atau spasme Singter Oddi,
atau keduanya dapat menyebabkan terjadinya statis. Faktor hormonal
(terutama selama kehamilan) dapat dikaitkan dengan perlambatan
pengosongan kandung empedu dan menyebabkan tingginya insidensi dalam
kelompok ini.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam
pembentukan batu. Mukus meningkatkan viskositas empedu, dan unsur sel
atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasi. Akan tetapi, infeksi
mngkin lebih sering timbul sebagai akibat dari terbentuknya batu empedu,
dibandingkan sebagai penyebab terbentuknya batu empedu.
.
H. DIAGNOSIS1,
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis,
yang dibuktikan dengan temuan radiologis berupa batu empedu pada
kandung empedu.
1. Anamnesis dan Pemriksaan Fisik1,7
Dapat bersifat asimtomatis. Gejala muncul saat terjadi inflamasi
dan obstruksi ketika baru berimigrasi ke duktus sistikus. Keluhan khas
spesifik dan karakteristik adalah kolik bilier.
Karakteristik kolik bilier:
a. Nyeri kuadran kanan atas atau epigastrium
b. Nyeri viseral ini bersifat nyeri yang hebat dan menetap
c. Kadang menjalar ke area interskapularis, skapula kanan atau bahu
d. Episodik, remiten,mendadak
e. Berlangsung 15 min-5 jam
f. Hilang perlahan dengan sendirinya
g. Disertai mual atau muntah
h. Adanya demam atau menggigil yang menyertai kolik bilier