Oleh:
SUTRISNO
K1A1 11 040
Pembimbing:
dr. SHINTA N BARNAS, M.Kes., Sp.KK
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :
Nama : SUTRISNO S.Ked
NIM : K1A1 11 040
Judul : Terapi Kondiloma Akuminata Menggunakan Asam
Trikloroasetat 80% Dan Kalium Hidroksida 10% Pada
Seorang Lelaki Yang Berhubungan Seksual Dengan
Lelaki
Bagian : Imu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas : Kedokteran
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Definisi
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela
zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus
yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes zoster disebut juga dampa atau cacar
ular. (1)
B. Epidemiologi
4,8 per 1000 orang; studi terbaru dari United Studies dan Perancis juga
Cebrián-Cuenca et al. (2010) penelitian adalah 4,1 per 1.000 orang> 14 tahun.
Peningkatan risiko zoster di antara individu yang lebih tua mungkin disebabkan
primer (varisela), atau dapat terjadi sebagai bagian dari pembusukan umum pada
terhadap infeksi, keganasan, dan gangguan autoimun pada lansia. Hanya sedikit
umum .
Pada studi tahun 2000, insiden herpes zoster pada semua umur adalah 1,2-
4,8 kasus dalam 1000 populasi/tahun, insiden herpes zoster pada usia > 60 tahun
yaitu usia, penyakit dan obat yang mempengaruhi sistem imunitas tubuh. (2)
C. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster, yaitu virus yang
untaian ganda. Virus varicella zoster ini dormant di ganglion dorsalis dan nervus
- stres emosional.(3)
Infeksi primer dari virus varicella zoster pertama kali terjadi di daerah
viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keaadaan ini diikuti
mengadakan replikasi kedua yang bersifat viremianya lebih luas dan simptomatik
dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagaian virus juga menjalar
melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri
atau laten di dalam neuron. Selama antibodi yang beredar di dalam darah masih
tinggi, reaktivasi dari virus yang laten dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu
dimana antibody turun maka akan terjadi reaktivasi dari virus sehingga terjadi
herpes zoster.(4)
Selama perjalanan dari varicella, virus varisella zoster lewat melalui lesi di
kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan diangkut secara
membentuk infeksi laten yang bertahan untuk hidup. Herpes zoster terjadi paling
sering pada dermatom dimana ruam varicella terbanyak yang diinervasi oleh saraf
infektivitas penuh, reaktivasi bisa sewaktu-waktu dan jarang, infeksi virus tidak
sampai fase laten. Mekanisme yang telibat dalam reaktivasi virus varisella zoster
laten tidak jelas, namun reaktivasi telah dikaitkan dengan immunosupresi, stress
ganglion dorsalis, atau struktur yang berdekatan, trauma local, manipulasi bedah
tulang belakang, dan sinusitis frontalis (sebagai endapan zoster oftalmica), yang
paling penting adalah penurunan kekebalan seluler virus varisella zoster spesifik
penyakit yang jelas. Jumlah kecil yang dilepaskan antigen virus selama reaktivasi
Ketika kekebalan seluler virus varisella zoster spesifik berada pada titik
yang paling rendah, reaktivasi virus tidak terbendung lagi. Virus berkembang biak
peradangan, sebuah proses yang sering disertai dengan neuralgia. Infeksi virus
menyebabkan neuritis, dan dilepaskan dari saraf sensorik yang berakhir di kulit,
ganglionik proksimal sepanjang akar saraf posterior ke meninges dan hasil serabut
Infeksi motor neuron di kornu anterior dan radang akut akar saraf anterior untuk
palsi local yang mungkin menyertai erosi kulit, dan infeksi berkelanjutan dalam
Cedera saraf perifer dapat memicu sinyal rasa nyeri pada saraf di daerah
ganglion aferen. Peradangan di kulit dapat memicu sinyal nosiseptif yang lebih
terasa nyeri di kulit. Release asam amino yang berelebihan dan neuropeptida yang
disebabkan impuls afferent selama fase akut dan prodormal pada herpes zoster
Kerusakan saraf afferent primer dapat menjadi aktif secara spontan dan peka
terhadap rangsangan perifer dan simpatis, aktivasi nosiseptor yang berlebihan dan
perpanjangan rangsangan pada pusat itu berbahaya. Pada klinis, ini dinamakan
allodynia yaitu nyeri dan atau sensasi yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan
PHN yang dibentuk di awal perjalanan dari herpes zoster. Hal ini akan
menjelaskan korelasi antara keparahan nyeri awal dan adanya nyeri prodormal
dengan perkemabnagn selanjutnya dari PHN, dan kegagalan terapi antivirus untuk
mencegah PHN.(4)
E. Gambaran Klinis
Herpes zoster terjadi unilateral dalam distribusi saraf kranial atau saraf
spinal sensorik, sering diikuti dengan penyebaran dermatom di bagian atas atau
bawah. Dermatom tubuh yang biasanya menjadi tempat predileksi, antara lain
thorakal (55%), kranial (20% dengan nervus trigeminal sebagai nervus yang
Gambar 4 Dermatom
a. Stadium prodromal :
Biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang terkena
b. Stadium erupsi :
Mula-mula timbul papul atau plakat berbentuk urtika yang setelah 1-2 hari
kulit diantara gerombolan tetap normal, usia lesi pada satu gerombolan lain
adalah sama sedangkan usia lesi dengan gerombolan lain adalah tidak sama.
Lokasi lesi sesuai dermatom, unilateral dan biasanya tidak melewati garis
c. Stadium krustasi :
Vesikel menjadi purulen, mengalami krustasi dan lepas dalam waktu 1-2
minggu. Sering terjadi neuralgi pasca herpetika terutama pada orang tua
a. Klasifikasi
yang mengenai bagian ganglion gisseri yang menerima serabut saraf dari
sign” yaitu adanya vesikel pada sisi ujung hidung sebagi prediktor lesi
okular.
diluar dermatom yang terkena. Sering terjadi pada pasien berusia tua atau
maligna atau AIDS. Level serum VZV antibodi merupakan faktor resiko
signifikan untuk memprediksi penyebaran penyakit. Lesi dermatom dapat
F. Diagnosis
B. Pemeriksaan penunjang :
labil dan relatif sulit untuk pulih dari penyeka lesi kulit.
virus dan memiliki tambahan keuntungan dari biaya yang lebih murah dan
virus varisela-zoster.
G. Diagnosis Banding
H. Tatalaksana
Tujuan dari terapi herpes zoster adalah mencegah penyebaran lebih lanjut,
herpetic neuralgia (PHN). Obat antiviral yang dapat digunakan yaitu acyclovir
kali sehari selama 7 hari), atau dapat juga digunakan valacyclovir (1 gr sebanyak
3 kali sehari selama 7 hari). Untuk terapi simtomatik terhadap keluhan nyeri dapat
diberikan analgetik golongan NSAID seperti asam mefenamat 3x500 mg per hari,
indometasin 3x25 mg per hari, atau ibuprofen 3x400 mg per hari. Untuk
pengobatan topikal, pada lesi dapat diberikan bedak kalamin atau phenol-zinc
I. Prognosis
Lesi biasanya menghilang pada 10-15 hari. Prognosis untuk pasien usia
imunosupresi memiliki risiko tertinggi gejala sisa yang serius.Orang tua memiliki
1. Djuanda, Adhi. Penyakit Virus. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.
5, cetakan kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010. p.110-118
2. Zhang J, Xie F, et al. Association Between Vaccination for Herpes Zoster and
Risk of Herpes Zoster Infection Among Older Patients With Selected
Immune-Mediated Diseases. American Medical Association. Vol 308 no 1.
5. James, William D et al. Zoster (Shingles, herpes zoster). In: Andrew’s Disease
of the Skin Clinical Dermatology. 11th ed. Philadephia: W.B. Saunder
Company. 2011. p. 371-376