I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis kelamin
Umur
Pekerjaan
Agama
Alamat
II.
: An.NZ
: laki-laki
: 12 tahun
: pelajar
: islam
: kilometer 17
Riwayat pengobatan :
Belum pernah melakukan pengobatan sebelumnya
Riwayat alergi :
Pasien tidak pernah merasakan sesak,gatal-gatal, dan bengkak di seluruh
tubuh ketika mengkonsumsi makanan dan obat obatan tertentu.
1
III.
PEMERIKSAAN FISIK
A. status present
Keadaan umum
: sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
Vital sign
:
Suhu : 37,8
Nadi : 120 x/menit
Nafas : 42 X/MENIT
Tekanan darah : 110/70 mmhg
Beraat badan
: 33 kg
B. satatus generalis
Kepala
: normochepali
Thorax
Rhonki (-)
Whizzing (-)
Gallop (-)
Mur mur (-)
Abdomen
Ekstermitas
Palpasi :
teraba gland penis, tidak terasa nyeri tekan, kulit penis tidak
dapat di retraksi ke pangkal penis, terdapat perlengketan
propusium dengan glan penis
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
pemeriksaan laboratorium tanggal 3 november 2015
V.
VI.
VII.
VIII.
Hemoglobin
Lekosit
Hematokrit
: 26 %
Eritrosit
: 4,5 juta/ul
Trombosit
: 489 ribu/ul
: 12,2 gr/dl
: 6500 /ul
BAB I
PENDAHULUAN
Fimosis adalah suatu kelainan dimana preputium penis yang tidak dapat
di retraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke korona glandis. Preputium penis
merupakan lipatan kulit yang menutupi glans penis. Normalnya, kulit preputium
selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat
lahir, namun seiring bertambahnya usia dan pertumbuhan
terjadi proses
keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian
dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis. 1,2
Di Jepang, fimosis ditemukan pada 88% bayi yang berusia 1 hingga 3
bulan dan 35% pada balita berusia 3 tahun. Insidens fimosis adalah sebesar 8%
pada usia 6 sampai 7 tahun dan 1% pada laki-laki usia 16 sampai 18 tahun.
Beberapa penelitian mengatakan kejadian Phimosis saat lahir hanya 4% bayi yang
preputiumnya sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga kepala penis
terlihat utuh. Selanjutnya secara perlahan terjadi desquamasi sehingga perlekatan
itu berkurang. Sampai umur 1 tahun, masih 50% yang belum bisa ditarik penuh.
Berturut-turut 30% pada usia 2 tahun, 10% pada usia 4-5 tahun, 5% pada umur 10
tahun, dan masih ada 1% yang bertahan hingga umur 16-17 tahun. Dari kelompok
terakhir ini ada sebagian kecil yang bertahan secara persisten sampai dewasa bila
tidak ditangani.1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Dan Fisiologi Penis
Penis terdiri dari corpus penis, glans penis, sulcus coronal glans penis, dan
preputium. Preputium penis merupakan lipatan kulit seperti kerudung yang
menutupi glans penis. Normalnya, kulit preputium selalu melekat erat pada glans
penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring
bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan, terjadi
proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis
bagian dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans
penis.3-6
Bila dilihat dari penampang horizontal, penis terdiri dari 3 rongga yakni 2
batang korpus kavernosa di kiri dan kanan atas, sedangkan di tengah bawah
disebut korpus spongiosa. Kedua korpus kara kavernosa ini diliputi oleh jaringan
ikat yang disebut tunica albuginea, satu lapisan jaringan kolagen yang padat dan
di luarnya ada jaringan yang kurang padat yang disebut fascia buck.1-7
Korpus kavernosa terdiri dari gelembung-gelembung yang disebut
sinusoid. Dinding dalam atau endothel sangat berperan untuk bereaksi kimiawi
untuk menghasilkan ereksi. Ini diperdarahi oleh arteriol yang disebut arteria
helicina. Seluruh sinusoid diliputi otot polos yang disebut trabekel. Selanjutnya
sinusoid
berhubungan
dengan
venula
(sistem
pembuluh
balik)
yang
pada badan penis dan kepala penis (glans), membentuk nervus dorsalis penis yang
menyatu dengan syaraf-syaraf lain yang membentuk nervus pudendus. Syaraf ini
juga berlanjut ke kolumna vertebralis (sumsum tulang belakang) melalui kolumna
vertebralis S2-4. Stimulasi dari penis atau dari otak secara sendiri atau bersama
sama melalui syaraf-syaraf di atas akan menghasilkan ereksi penis.1-7
Vaskularisasi untuk penis berasal dari arteri pudenda interna lalu menjadi
arteria penis communis yang bercabang 3 yakni 2 cabang ke masing-masing yakni
ke korpus kavernosa kiri dan kanan yang kemudian menjadi arteria kavernosa atau
arteria penis profundus yang ketiga ialah arteria bulbourethralis untuk korpus
spongiosum. Arteria memasuki korpus kavernosa lalu bercabang-cabang menjadi
arteriol-arteriol helicina yang bentuknya berkelok-kelok pada saat penis lembek
atau tidak ereksi. Pada keadaan ereksi, arteriol-arteriol helicina mengalami
relaksasi atau pelebaran pembuluh darah sehingga aliran darah bertambah besar
dan cepat kemudian berkumpul di dalam rongga-rongga lakunar atau sinusoid.
Rongga sinusoid membesar sehingga terjadilah ereksi. Sebaliknya darah yang
mengalir dari sinusoid ke luar melalui satu pleksus yang terletak di bawah tunica
albugenia. Bila sinusoid dan trabekel tadi mengembang karena berkumpulnya
darah di seluruh korpus kavernosa, maka vena-vena di sekitarnya menjadi
tertekan. Vena-vena di bawah tunica albuginea ini bergabung membentuk vena
dorsalis profunda lalu ke luar dari Corpora Cavernosa pada rongga penis ke sistem
vena yang besar.1-7
2.2 Definisi Fimosis
Fimosis adalah suatu kelainan dimana preputium penis yang tidak dapat
di retraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke korona glandis. Pada fimosis,
preputium melekat pada bagian glans dan mengakibatkan tersumbatnya lubang
saluran kencing, sehingga bayi dan anak menjadi kesulitan dan rasa kesakitan
pada saat buang air kecil. 1-5
2.3 Klasifikasi Fimosis2-4
Fimosis Fisiologis
Fimosis Patologis
2.4 Patofisiologi
lapisan
dalam
prepusium
terdapat
kelenjar
sebacea
yang
mudah
karena prepusium tidak bisa ditarik penuh ke belakang. Bila yang terjadi adalah
perlekatan
prepusium
dengan
glans penis,
debris
dan
sel
11
saat mulai buang air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih dan
Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa
sakit.
Pada pemeriksaan fisik kasus fimosis, dapat ditemukan kulit yang tidak
dapat diretraksi melewati gland penis. Pada fimosis fisiologis, bagian preputial
orifice tidak ada luka dan terlihat sehat, sedangkan pada fimosis patologis terdapat
jaringan fibrus berwana putih yang melingkar.5,6
7. Gunting preputium dorsal tepat digaris tengah (diantara dua klem) kirakira sampai 1 sentimeter dari sulkus koronarius (dorsumsisi),buat tali
kendali. kulit Preputium dijepit dengan klem bengkok dan frenulum dijepit
dengan kocher
13
8. Pindahkan klem (dari jam 1 dan 11 ) ke ujung distal sayatan (jam 12 dan
12). Insisi meingkar kekiri dan kekanan dengan arah serong menuju
frenulum di distal penis (pada frenulum insisi dibuat agak meruncing
(huruf V), buat tali kendali )
9. Cari perdarahan dan klem, ikat dengan benang plain catgut yang
disiapkan.
10. Setelah diyakini tidak ada perdarahan (biasanya perdarahan yang banyak
ada di frenulum) siap untuk dijahit.Penjahitan dimulai dari dorsal (jam 12),
dengan patokan klem yang terpasang dan jahitan kedua pada bagian
ventral (jam 6). Tergantung banyaknya jahitan yang diperlukan,
selanjutnya jahitan dibuat melingkar pada jam 3,6, 9,12 dan seterusnya
11. Luka ditutup dengan kasa atau penutup luka lain, dan diplester. Lubang
uretra harus bebas dan sedapat mungkin tidak terkena urin.
2.7 Komplikasi5
Ketidaknyamanan/nyeri saat berkemih
Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang kemudian terkena
14
Gambar Parafimosis
2.9 Prognosis
Prognosis dari fimosis akan semakin baik bila cepat didiagnosis dan
15
ditangani.
BAB III
KESIMPULAN
Fimosis adalah suatu kelainan dimana preputium penis yang tidak dapat
di retraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke korona glandis. Pada fimosis terjadi
penyempitan pada ujung prepusium. Kelainan ini menyebabkan bayi atau anak
sulit berkemih, sehingga prepusium menggelembung seperti balon. Hal ini dapat
menyebabkan gangguan aliran urine berupa sulit kencing, pancaran urine
mengecil, menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi, dan
menimbulkan retensi urine. Higiene lokal yang kurang bersih menyebabkan
terjadinya infeksi pada prepusium (postitis), infeksi pada glans penis (balanitis)
atau infeksi pada glans dan prepusium penis (balanopostitis).
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Basuki B Purnomo. Dasar-dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta: Sagung
Seto; 2009.
2. Santoso A.
Fimosis
dan
Parafimosis.
Tim
Penyusun
Panduan
17
Med.
J.
Aust.
178
(4):
1558;
2003.
Diunduh
dari
URL:
http://www.mja.com.au/public/issues/178_04_170203/spi10278_fm.html
6. Hina Z, Ghory MD. Phimosis and Paraphimosis. Diunduh dari URL:
(http://emedicine.medscape.com/article/777539-overview)
7. Brunicardi FC, et al. Schwartzs Principle of Surgery Eight Edition
Volume 2. USA: Mc Graw Hill.
18