Electrical Injury
Electrical injury atau luka akibat arus listrik Adalah
kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh arus listrik yang
melintasi tubuh. Dapat berupa kulit yang terbakar, kerusakan organ
internal dan jaringan. Mempengaruhi jantung berupa arrhythmias,
dan berhentinya pernapasan. Luka elektrik ringan dapat
ditimbulkan peralatan dirumah misalnya menyentuh peralatan yang
dialiri arus listrik sering dialami secara kebetulan dalam
rumah. Paparan yang lebih berat sering menimbulkan kematian
bahkan di AS sebagai penyebab 400 kematian dalam setahun.3
Sebagai ilustrasi (dari gambar) dapat dilihat betapa
mudahnya terjadi luka bakar akibat listrik tersebut, tidak hanya
dilingkungan kerja, bahkan dirumah tangga pada kegiatan seharihari dari anak-anak hingga orang tua.4
Luka yang disebabkan arus listrik yang fatal pada umumnya
bersifat kecelakaan, dimana jenis arus listrik bolak-balik (AC)
lebih sering sebagai penyebab kecelakaan, sedangkan kecelakaan
karena arus listrik searah (DC), lebih jarang dan pada umumnya
terjadi di pabrik-pabrik, seperti pabrik pemurnian logam dan
penyepuhan. 5
Manusia lebih sensitif, yaitu sekitar 4-6 kali terhadap arus listrik
bolak-balik bila dibandingkan dengan arus listrik yang searah. Bila
seseorang terkena arus listrik bolak-balik dengan intensitas 80 mA,
3.
4.
5.
Electric Mark5, 7
Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat
dimana arus listrik masuk kedalam tubuh, dengan tegangan
listriknya rendah sampai sedang.
Electric mark berbentuk bundar atau oval, dengan bagian yang
datar dan rendah ditengah, yang dikelilingi oleh kulit yang
menimbul. Bagian tengah tersebut biasanya pucat dan kulit diluar
electric mark akan menunjukkan pelebaran pembuluh darah /
hiperemis bentuk serta ukuran electric mark tergantung bentuk dan
ukuran benda berarus listrik yang mengenai tubuh.
Joule Burn5, 7
Joule burn atau endogenous burn dapat terjadi bilamana kontak
antara tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik cukup
lama, dengan demikian bagian tengah yang dangkal dan pucat pada
electric mark dapat menjadi hitam hangus terbakar.
Gambar : Luka bakar karena listrik 8
Extragenous Burn
Luka akibat arus listrik yang disebut exogenous burn dapat terjadi
bila tubuh manusia terkena benda yang berarus listrik dengan
tegangan tinggi, yang memang sudah mengandung panas; misalnya
diatas 330 Volt. Tubuh korban akan hangus terbakar dengan
kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang disertai dengan
patahnya tulang-tulang. 3, 5
Pertolongan Pertama
1. Jika memungkinkan untuk melepas kawat atau memindahkan
sumbu sekering tersebut, memadamkan atau mematikan
LUKA BAKAR
- kematian
- kontraktur
- akibat lain
Penyebab
- Akibat ledakan
1.
2.
3.
4.
- Otot
a.
b.
1.
2.
3.
4.
Symptoms
Redness (kemerahan)
Swelling (bengkak)
Pain (sakit)
Peeling skin (agak terkelupas)
Shock (pale, clammy skin, weakness, bluish lips and
finger nails)
White or charred skin
Derajat 2 (Second Degree Burns)
Symptoms 12
Redness
Swelling
Pain
Peeling skin
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Symptoms 13
Redness
Swelling
Pain
Peeling skin
Shock (pale, clammy skin, weakness, bluish lips and
finger nails)
White or charred skin
Perbed
aan
Penyeb
ab
Bila
epitel
lepas
warna
kulit
Rasa
sakit
Penyer
apan
warna
Penye
mbuha
n
Derajat 2
Suhu
dan
kontak sedang
Merah
Suhu
lebih
tinggi
atau
kontak lebih
lama
Putih pucat
Tidak sakit
+++
Melalui
jaringan
granulasi.
lama
Derajat 3
seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan
memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentinkan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu
agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan untuk memadamkan apinya.
Hospital 14
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-
Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya
trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang
hitam.
Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga
apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur
costae
Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok
hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter.
1.
2.
Formula Baxter 14
Sekitar 85% luka bakar bersifat ringan dan penderitanya tidak perlu dirawat di rumah sakit. Untuk membantu
menghentikan luka bakar dan mencegah luka lebih lanjut, sebaiknya lepaskan semua pakaian penderita 15 Kulit segera dibersihkan dari bahan
kimia (termasuk asam, basa dan senyawa organik) dengan mengguyurnya dengan air. Jika daerah yang terluka telah benar-benar bersih, maka
dioleskan krim antibiotik (misalnya perak sulfadiazin). 14
penderita akan mengalami kesulitan dalam merawat lukanya secara baik dan benar di rumah.
Komplikasi 10
Jaringan yang terbakar bisa mati. jika jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar, maka cairan akan merembes dari
pembuluh darah dan menyebabkan pembengkakan. Pada luka bakar yang luas, kehilangan sejumlah besar cairan karena perembesan tersebut bisa
menyebabkan terjadinya syok. tekanan darah sangat rendah sehingga darah yang mengalir ke otak dan organ lainnya sangat sedikit. 10
Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi
bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya terjadi pada
ekstrimitas bawah (Tucker, 1998 : 633).
2.2 Klasifikasi
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri
mengandung serous, konsistensinya sangat lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang terlibat.
2.2.1 Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi bakteri tersebut juga mengandung
suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan spasia yang dikenainya. Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan tubuh bertendensi
membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh dalam mengontrol infeksi.
2.2.1.1 Selulitis Difus Akut
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari
fokus gigi. Biasanya terjadi pada pasien dengan selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yangadekuat atau tanpa drainase.
2.2.1.3 Selulitis Difus yang Sering Dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalahPhlegmone / Angina Ludwigs . Angina Ludwigs merupakan suatu
selulitis difus yang mengenai spasia sublingual, submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai mengenai spasia pharingeal
(Berini, Bresco & Gray, 1999 ; Topazian, 2002).
Selulitis dimulai dari dasar mulut. Seringkali bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu sisi/ unilateral disebut
Pseudophlegmon.
2.3
Etiologi
Etiologinya berasal dari bakteri Streptococcus sp. Mikroorganisme lainnya negatif anaerob seperti Prevotella,
Porphyromona dan Fusobacterium (Berini, et al, 1999). Infeksi odontogenik pada umumnya merupakan infeksi campuran dari berbagai macam
bakteri, baik bakteri aerob maupun anaerob mempunyai fungsi yang sinergis (Peterson,2003).
Infeksi Primer selulitis dapat berupa perluasan infeksi/abses periapikal, osteomyielitis dan perikoronitis yang dihubungkan
dengan erupsi gigi molar tiga rahang bawah, ekstraksi gigi yang mengalami infeksi periapikal/perikoronal, penyuntikan dengan menggunakan
jarum yang tidak steril, infeksi kelenjar ludah (Sialodenitis), fraktur compound maksila / mandibula, laserasi mukosa lunak mulut serta infeksi
sekunder darioral malignancy.
Penyebab dari selulitis menurut Isselbacher ( 1999;634 ) adalah bakteri streptokokus grup A, streptokokus piogenes dan
stapilokokus aureus.
2.4
Manifestasi Klinik
Menurut Mansjoer (2000:82) manifestasi klinis selulitis adalah Kerusakan kronik pada kulit sistem vena dan limfatik pada
kedua ekstrimitas, kelainan kulit berupa infiltrat difus subkutan, eritema local, nyeri yang cepat menyebar dan infitratif ke jaringan dibawahnya,
Bengkak, merah dan hangat nyeri tekan, Supurasi dan lekositosis.
2.5
Patofisiologi
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan,
penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan pada orang kencing manis yang
pengobatannya tidak adekuat. Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan system vena dan limfatik pada kedua ektrimitas atas dan bawah. Pada
pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristik hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia. Selulitis yang tidak berkomplikasi paling
sering disebabkan oleh streptokokus grup A, sterptokokus lain atau staphilokokus aureus, kecuali jika luka yang terkait berkembang bakterimia,
etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk absses lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi
diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan anaerob
yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme campuran. Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi.
Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat mengalami super infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan
peradangan benda asing, nekrosis, dan infeksi derajat rendah
2.6
Pathway
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen,
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).Apendisitis adalah kondisi di mana
infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka
kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
(Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa
mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan
saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu
besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus
lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim,
Apendisitis, 2007)Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis, 2007)
Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni : Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau
segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah
bertumpuk
nanah.
Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur
lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
Anatomi dan Fisiologi Appendiks merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang tidak berfungsi) yang
melekat sepertiga jari.
Letak apendiks.
Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian
posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior.
Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan
sias kanan dengan pusat.
Ukuran dan isi apendiks.Panjang apendiks rata-rata 6 9 cm. Lebar 0,3 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat
basa mengandung amilase dan musin.
Posisi apendiks.Laterosekal: di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding
abdomen. Pelvis minor.
Etiologi
Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor
pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada
lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit), hipeplasia
jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang
paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid. (Irga,
2007)
Patofisiologi
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit
(massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal,
menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi
dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
Manifestasi Klinik
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di
perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar,
lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan
bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini
dilepaskan,
nyeri
bisa
bertambah
tajam.
Demam
bisa
mencapai
37,8-38,8
Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita
hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu
pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok. (Anonim,
Apendisitis, 2007)
Pemeriksaan diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan pemeriksaan
laboratorium
serta
pemeriksaan
penunjang
lainnya.
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri mula-mula di
epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh
karena
nyeri
viseral.
Panas
(karena
kuman
yang
menetap
di
dinding
usus).
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan
pergerakan, di perut terasa nyeri.
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi paling terasa nyeri pada daerah
titik Mc. Burney. Jika sudah infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan kita akan
merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.
Test rektal.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap
mikroorganisme yang menyerang. Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi
lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.
Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal. Pemeriksaan radiologi Pada foto tidak dapat
menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala
dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan
cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam
diafragma.
Penatalaksanaan
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan
sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendektomi
(pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko
perforasi.Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah
atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
Apendektomi Insidental dilakukan secara selektif untuk penderita resiko tinggi terjadinya apendisitis atau
nyeri perut kuadran kanan bawah. Tujuan dari apendektomi insidental adalah untuk tindakan profilaksis.
Hernia : protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga yang bersangkutan
Hernia akreta
Hernia inkarserata
dan vaskularisasi
Hernia Richter
Hernia eksterna
atau perineum
Hernia interna : tonjolan usus tanpa kantung hernia melalui suatu lubang dalam
rongga perut seperti foramen Winslow, resesus retrosekal, atau defek pada
mesenterium
Hernia insipiens
: hernia indirek yang berada di kanalis inguinalis yang
ujungnya tidak keluar di anulus eksternus
Sliding Hernia : hernia yang sebagian dinding kantongnya terbentuk dari organ isi
hernia
Hernia epigastrika
: hernia yang menonjol melalui defek pada linea alba, kranial
dari umbilikus
Hernia Spieghel: hernia yang muncul melalui tempat lemah di antara tepi lateral
m.rektus abdominis dengan linea semisirkularis
Hernia lumbalis : menempati dinding perut bagian lateral, mis hernia sikatriks pd bekas
luka operasi ginjal, hernia di trigonum lumbale inferior Petit, dan trigonum
superior Grinjfelt.
Hernia sikatriks : disebut juga hernia insisional. Trjd pada bekas luka laparotomi.
Hernia obturatoria
Hernia difragmatika
Hernia Littre
Hernia inguinalis
Indirek/lateralis
: keluar dr rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang
terletak lateral dari vasa epigastrika inferior, keluar di anulus inguinalis eksternus, berlanjut ke
skrotum, kantong berada di dalam m.kremaster, terletak anteromedial thd vas deferens dan
struktur lain dalam tali sperma
Direk / medialis
: menonjol ke depan melalui trigonum Hasselbach (Inferior :
ligamentum inguinale, lateral : vasa epigastrika, medial : tepi m.rektus abdominis), dasarnya
terbentuk oleh fascia transversalis yg diperkuat aponeurosis m.transversus abdominis
Tata laksana
Konservatif
o Reposisi + penyangga, tidak boleh dilakukan pada inkarserata, kecuali pada anak,
dilakukan scr bimanual
o Pada anak cincin hernia lebih elastis, gunakan kompres es dan sedasi
Operatif
o Herniotomi
: pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan
isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit
setinggi-tingginya lalu dipotong
o Hernioplasti
:
Bassini
: tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dengan
jahitan terputus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis dengan
menjahit conjoint tendon ke ligamentum inguinale.
Lichenstein
: tension free, dengan menggunakan mesh
Fascia superficialis