Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWTAN MEDIKAL BEDAH


CHOLETIASIS (BATU EMPEDU)
DI RUANG MAWAR UNGU RSUD WALUYO JATI
KRAKSAAN

Disusun Oleh :
DEWI MAISYATIR RODIYAH

(14401.20.21010)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY
PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2023
I. ANATOMI FISIOLOGI

Kandung empedu merupakan kantong berongga berbentinggris pir


yang berbohong tepat di bawah lobus hati. Empedu yang disekresi secara
terus terus menerus oleh hati masuk ke saluran empedu yangkecil
dalamhati. Saluranempedu yangkecilbersatu membentukdua saluranyang
lebih besar yang keluardari permukaan bawahhati sebagai duktus
hepatikus kanan dan kiri, yang segera soraya
duktushepatikkitakomunisme. Duktushepatikus bergabung dengan
duktussistikus membentuk duktus koledokus (Price & Wilson, 2012).
Fungsi utama kandung empedu adalah menyimpan dan
memekatkan empedu. Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 40-60
ml empedu. Empeduhati tidak dapat segera masuk ke usus duabelas jari,
akan tetapi setelah melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke duktus
sistikus dan ke kandung empedu. Dalam kandung botol, pembuluh limfe
dan pembuluh darah mengabsorpsi air dan garam-garam anorganik,
sehingga empedu dalam kandung empedu kira-kira 5 kali lebih pekat
dibandingkan empedu hati. Secara berkala kandung empedu
mengosongkan isinya ke dalam duodenum. Ketika makanan masuk ke
dalam duodenum akan terjadi kontraksi kandung empedu dan relaksasi
sfingter Oddi yang memungkinkan empedu mengalir masuk ke dalam
intestinum (Price & Wilson, 2012; (Smeltzer, Hinkle, Bare, & Cheever,
2010).
II. DEFINISI

Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung empedu


atau saluran empedu (duktus koledekus) atau keduanya. (Muttaqin, 2011)

Kolelitiasis disebut juga batu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah


kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu.
Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang
membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung
empedu. Batu empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu
atau di dalam saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung
empedu disebut kolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut
koledokolitiasis (Nucleus Precise Newsletter, edisi 72, 2011).

Kolelitiasis adalah material atau kristal tidak berbentuk yang terbentuk dalam
kandung empedu. Komposisi dari kolelitiasis adalah campuran dari
kolesterol, pigmen empedu, kalsium dan matriks inorganik. Lebih dari 70%
batu saluran empedu adalah tipe batu pigmen, 15-20% tipe batu kolesterol
dan sisanya dengan komposisi yang tidak diketahui. Di negara-negara Barat,
komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol, sehingga sebagian batu
empedu mengandung kolesterol lebih dari 80% (Majalah Kedokteran
Indonesia, volum 57, 2007).

Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu


kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan
fosfolipid (Price & Wilson, 2005).

Kolelitiasis (kalkulus / kalkuli , batu empedu) biasanya terbentuk dalam


kandung empedu dari unsur – unsur padat yang membentuk cairan empedu
yang memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi.
(Brunner & Suddart, 2002)

III. ETIOLOGI
Empedu normal terdiri dari 70% garam empedu (terutama kolik dan asam
chenodeoxycholic), 22% fosfolipid (lesitin), 4% kolesterol, 3% protein dan
0,3% bilirubin.
batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna namun yang paling
penting adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan
susunan empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu.3 Sementara itu,
komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol yang biasanya tetap
berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka
kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk endapan di luar empedu
(Denis, 2005)
Menurut Lesmana (2000), Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor
resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki
seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor
resiko tersebut antara lain :
1. Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)
2. Usia lebih dari 40 tahun .
3. Kegemukan (obesitas).
4. Faktor keturunan
5. Aktivitas fisik
6. Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)
7. Hiperlipidemia
8. Diet tinggi lemak dan rendah serat
9. Pengosongan lambung yang memanjang
10. Nutrisi intravena jangka lama
11. Dismotilitas kandung empedu
12. Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)
13. Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati,
pankreatitis dan kanker kandung empedu) dan penyakit ileus (kekurangan
garam empedu)
14. Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit
putih, baru orang Afrika)
IV. KLASIFIKASI
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Batu kolesterol Berbentuk oval, multivokal atau mulberi dan mengandung
lebih dari 70% kolesterol. Terjadi karena kenaikan sekresi kolesterol dan
penurunan produksi empedu.
2. Batu kalsium bilirubinan (pigmen cokelat)
Berwarna coklat atau cokelat tua, lunak, mudah hancur dan mengandung
kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama. Bentuk berlapis-lapis,
ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi.
3. Batu pigmen hitam
Berwarna hitam atau hitum kecoklatan, seperti bubuk dan kaya akan zat
hitam yang tak terekstraksi terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai
hemolisis kronis/sirosis hati tanpa infeksi.

V. PATOFISIOLOGI

Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :

1.Pembentukan empedu yang supersaturasi

2.Nukleasi atau pembentukan inti batu

3.Berkembang karena bertambahnya pengendapan

Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang terpenting dalam pembentukan


semua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi empedu dengan kolesterol
terjadi bila perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan
kolesterol turun di bawah harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut
dalam media yang mengandung air. Empedu dipertahankan dalam bentuk cair
oleh pembentukan koloid yang mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi
oleh mantel yang hidrofilik dari garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi
kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah, atau terjadi
sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik.
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti
pengendapan kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal
kolesterol keluar dari larutan membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu
pengendapan. Pada tingkat saturasi yang lebih rendah, mungkin bakteri,
fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris yang lain diperlukan
untuk dipakai sebagai benih pengkristalan.

Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini :
bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada kondisi
normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karena adanya
enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena
kurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan
mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan
karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam
lemak.sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi
yang bisa menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi.

VI. PATHWAY
VII.MANIFESTASI KLINIS
1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme, menjalar ke pundak kanan atau
punggung.
2. Kandung empedu membesar dan nyeri
3. Ikterus = Perubahan warna Kulit
4. Nyeri di kwadran kanan atas
5. Mual dan muntah
6. Kembung
7. Febris (38,5°C)
8. Beraknya warna pucat, kencing warna gelap sebagai
9. Blumberg Signs ( kekakuan dan nyeri lenting)
10. Berkurangnya absorbsi lemak dan vitamin yang larut di usus

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


• Pemeriksaan sinar-x abdomen. Pemeriksaan sinar-x abdomen dapat
dilakukan jika terdapat kebencian akan penyakit kandung empedu dan
untuk singkirkan penyebab gejala lain.
• USG. Pemeriksaan USG telah menggantikankolesistografi
lisansebagai prosedur diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat
dilakukan dengan cepat serta akurat, dan dapat digunakanpada
penderita disfungsi hatidan ikterus. Prosedurini akan memberikan
hasil yang akurat jika pasien sudah puasa pada malam harinya
sehingga kandung empedu berada dalam keadaan distensi.
Pemeriksaan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu
atau duktus koledokus yang mengalami dilatasi. Akurasi USG dalam
mendeteksi batu empedu yaitu 95%.
• Koleskintografi. Prosedur pemeriksaan dilakukan dengan
menyuntikkan persiapaan.
• Kolesistografi. Kolangiografi lisan dapat dilakukan untuk mendeteksi
batu empedu dan mengkaji kemampuan batu empedu dan
mengkajSaya kemampuan kandung empedu untuk melakukan
pengisian, memekatkanisinya, berkontraksi serta mengosongkan
isinya. Media kontras yang mengandung iodium yang dickskresikan
oleh hati dan dipekatkan dalam
• Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP).
Pemeriksaan meliputi insersi endoskop serat optik yang fleksibel ke
dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars desenden. Sebuah
kanula dimasukkan ke dalam duktus koledokus serta duktus
pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus
tersebut untuk memungkinkan visualisasi serta evaluasi percabangan
bilier. ERCP juga memudahkan akses ke dalam duktus koledokus
bagian distal untuk mengambil batu empedu. ERCP berguna untuk
membedakan ikterus yang disebabkan oleh penyakit hati dengan
ikterus yang disebabkan oleh obstruksi bilier, untuk menyelidiki
gejala gastrointestinal pada pasien yang kandung empedunya sudah
diangkat, untuk menentukan lokasi batu dalam saluran empedu, dan
untukmenegakkan diagnosis penyakit kanker yang mengenai sistem
bilier.
• Kolangiografi Transepatik Perkutan Meliputi penyuntikan bahan
kontras langsung ke dalam percabangan bilier

IX. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan non bedah


a. Penatalaksanaan pendukung dan diet
80% dari pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat,
cairan infus, pengisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Diit yang
dianjurkan adalah tinggi protein dan karbohidrat.
b. Farmakoterapi
Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodial,
chenofalk). Fungsinya untuk menghambat sintesis kolesterol dalam hati
dan sekresinya dan tidak desaturasi getah empedu.
c. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan

Pengangkatan batu empedu : menginfuskan bahan pelarut (monooktanoin


atau metil tertier butil eter (MTBE) ke dalam kandung empedu. Pengangkatan
non bedah : dengan lewat saluran T-tube dan dengan alat jaring untuk
memegang dan menarik keluar batuyang terjepit dalam duktus koleduktus.
d. Extracorporal shock-wave lithotripsy (ESWL)

Gelombang kejut berulang yang diarahkan kepada batu empedu yang


gelombangnya dihasilkan dalam media cairan oleh percikan listrik. Efek
samping : petekia kulit dan hematuria mikroskopis

2. Penatalaksanaan bedah

a. Kolesistektomi : paling sering digunakan atau dilakukan : kandung


empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi.
b. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi
selebar 4 cm.
c. Kolesistektomi laparoskopik (endoskopik) : lewat luka insisi kecil
melalui dinding abdomen pada umbilikus.
d. Koledokostomi : insisi lewat duktus koledokus untuk mengeluarkian
batu empedu.
X. KOMPLIKASI
• Infeksi kandung empedu (kolesistisis)
• Obstruksi duktus sistikus atau duktus koledokus
• Peritonitis atau pecah dinding kandung botol, yang dapat disebabkan
karena batu menembus dinding kandung empedu sehingga menyebabkan
peradangan hebat
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. E., rumah tegalan. M. F., & Mur. A. C. (2010). Perawatan peduli
Rencana Pedoman
Grossman, S., & pelabuhan, C. M. (2014). PelabuhanS patofisiologi: konsep dari
mengubahed kesehata negarabagian (edisi ke-9), Cina: LippincottWiliam &
Wilkins.
Penggembala. T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA internasional perawatan
diagnosis:
Rebeiro, G. Mendongkrak, L., Scully. N., & Wilson, D. (2013). Keperawatan dasar
Manual
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. Data Umum
Melakukan pengkajian umum tentang identitas pasien, meliputi
nama pasien, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan, alamat,
pendidikan terakhir, tanggal masuk, nomer register, diagnosa medis, dan
lain-lain.
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien
saat pengkajian.Biasanya keluhan utama yang klien rasakan nyeri
abdomen pada kuadran kanan atas.
3. Riwayat Penyakit
a. Sekarang
Meliputi pengembangan dari pengaruh utama yang terdiri dari :
P : Provokative /palliative yaitu faktor penyebab keluhan pada ppok
yaitu sesak nafas, batuk yang disertai dahak yang sulit untuk di
keluarkan pasien tampak menggunakan otot bantu pernafasan dan
sesak bertambah dengan adanya aktifitas ringan.
Q : Qualitative /quantity bagaimana gejala dirasakan? Apakah
menyebar atau lokal, berapa kali gejala dirasakan?
R : Region Dibagian mana gejala dirasakan , apakah gejala dirasakan
menyebar kebagian lain? Adanya nyeri perut biasanya akan terasa pada
daerah perut bagian atas.
S : Skala Seberapa parah gejala dirasakan, apakah masih dalam batas
normal atau terasa nyeri hebat?
T : Time Kapan gejala timbul , seberapa sering gejala timbul ?
b. Dahulu
Jenis penyakit apakah yang dideritanya? apakah pernah dirawat di
RS? Apakah mempunyai riwayat alergi? Apakah pernah
sebelumnya penyakit sekarang di derita di masa lalu.
c. Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang sama penyakitnya dengan pasien?
Apakah keluarga mempunyai herediter seperti diabetes melitus? Di
dalam riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji secra spesifik
4. PEMERIKSAAN FISIK
Secara sistemik dari kepala sampai ujung kaki
a) Kepala Biasanya rambut tidak bersih karena pasien dengan
PPOK mengalami penurunan toleransi terhadap aktifitas termasuk
perawatan diri.
b) Mata Biasanya mata simetris, sklera tidak ikterik
c) Telinga Biasanya telinga cukup bersih,bentuk simetris dan fungsi
pendengaran normal
d) Hidung Biasanya hidung simetris, hidung bersih
e) Leher Biasanya tidak ditemukan benjolan.
f) Paru
(1) Inspeksi biasanya terlihat klien mempunya bentuk dada barrel
chest penggunaan otot bantu pernafasan
(2) Palpasi biasanya premitus kanan dan kiri melemah
(3) Perkusi bisanya hipersonor
(4) Auskultasi biasanya terdapat ronkhi dan wheezing sesuai
tingkat keparahan obstruktif
g) jantung
(1) inspeksi bisanya ictus cordis tidak terlihat
(2) palpasi biasanya ictus cordis teraba
(3) auskultasi biasanya irama jantung teratur
h) abdomen
(1) inspeksi perut tampak membesar
(2) palpasi ginjal adanya nyeri tekan
Palpasi hepar

Palpasi seluruh kuadran abdomen,Biasanya pada penyakit


tersebut terdapat nyeri bagaian kanan atas

(3) perkusi biasanya timphany


(4) auskultasi biasanya bising usus normal
i) ekstremitas biasanya didapatkan adanya jari tabuh (clubbing finger)
sebagai dampak dari hipoksemia yang berkepanjangan ( Muttaqin,
2012)

5. Diagnosa Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

N Prioritas Diagnosa Keperawatan


O
1. Nyeri akut b.d obtruksi, proses inflamasi,Prosedur bedah,infeksi

2. Kekurangan volume cairan tubuh b.d kehilangan cairan aktif

3.
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan
makanan
4.
Hipertermia b.d Infeksi pada kandung empedu

Anda mungkin juga menyukai