S DENGAN
CHOLELITIASIS
Lukas walu(2021610045)
Maria Rosalinda Roja
Irene Stefi
Yaniar Riski
Delsi
Marnik
Davidson
Malang
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan ASUHAN KEPERAWATAN tentang
CHOLELITIASIS
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan asuhan keperawatan ,ini Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dan berbagai pihak
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dan penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam asuhan keperawatan ini Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dan pembaca agar kami dapat memperbaiki
MAKALAH kami
Kami berharap semoga makalah kami yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolelitiasis atau batu empedu adalah batu yang terdapat di dalam kandung empedu atau di
dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya. Kolelitiasis pada umumnya banyak
menyerang orang dewasa dan lanjut usia. kolelitiasis terbagi menjadi 3 jenis, yaitu batu
kolesterol, batu pigmen dan batu campuran. Semua spesimen reaksi yang terdapat di dalam
kandung empedu diperiksa secara hispatologik untuk melihat ada tidaknya perubahan mukosa
di dalam kandung empedu(Veronika et al., 2016).
Maka disini perawat berperan penting dalam memberikan asuhan pre maupun post
agar tidak terjadinya peningkatan keparahan penyakit pada pasien. Perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan di tatanan pelayanan kesehatan, dituntut mampu melakukan pengkajian
secara komprehensif, menegakkan diagnose, merencanakan intervensi, memberikan intervensi
keperawatan dan intervensi yang berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam
melaksanakanpemberian asuhan keperawatan kepada pasien, serta melakukan evaluasi dan
tindak lanjut. Salah satu intervensi perawat dalam penanganan Pasien Cholelithiasisdengan
mengajarkan latihan rentang gerak (ROM), selain itu perawat juga memberikan tindakan
untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami oleh pasien dengengan memberikan terapi distraksi
dan relaksasi (Tarik nafas dalam) yang dapat menurunkan skla nyeri pada pasien.
Kasus yang ditemukan penulis adalah pasien cholelitiasis yaitu Ny.S dengan masalah
gangguan mobilitas fisik, di Ruang Batussalam 2 RSI SultanAgung Semarang. Dapaat
disimpulkan bahwa perawat kebanyakan menggunakan pemberian analgetik sebagai tindakan
farmakologi. Sedangkan pada tindakan non-farmakologi biasanya perawat melakukan latihan
renntang gerak (ROM) jarang dilakukan oleh perawat. Sehingga penulis menerapkan asuhan
keperawatan pada Ny.S dengan intervensi latihan gerak (ROM) pasif untuk mengurangi skala
nyeri serta mengurangi kekakuan pada sendi maupun otot di Ruang Baitussalam 2 RSI Sultan
Agung Semarang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kolelitiasis adalah suatu penyakit yang berisi batu empedu yang biasa ditemukan di
dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Kolelitiasis
disebut juga dengan batu empedu, gallstones, atau biliary calculus. Kolelitiasis atau batu
empedu. Batu empedu dikenal ada tiga jenis, yaitu batu kolesterol, batu pigmen atau batu
bilirubin, dan batu campuran.Kandung empedu terletak di bawah hati, di sisi perut bagian
kanan atas, tepat di bawah lobus kanan hepar. Kandung empedu ini memiliki fungsi untuk
menyimpan dan memekatkan empedu(Sanusi et al., 2019).
2. Etiologi
Secara umum, etiologi dari batu empedu masih belum diketahui secara pasti. Namun
sejauh ini banyak riset yang dilakukan, faktor predisposisilah yang menjadi paling penting
untuk diketahui. Predisposisi tersebut antara lain usia lebih dari 60 tahun. Genetika, jenis
kelamin (wanita lebih sering, di karenakan hormon estrogen meningkat saturasi kolestrol
dalam kandung empedu), kegemukan (maka kadar kolestrol dalam kandung empedu pun
tinggi), infeksi saluran pencernaan, dan kondisi klinis seperti diabetes, sirosis hati,
pankreatitis, kangker kandung empedu, dan juga reseksi ileum(Naga, 2013).
3. Patofisiologi
Penyebab yang jelas belum diketahui pada kasus ini tetapi ada beberapa faktor etiologi
yang dapat diidentifikasi anatara lain :
a. Faktor metabolik
Cairan empedu mengandung air, HCO3, pigmen empedu, garam empedu dan kolestrol
yang tinggi dalam cairan empedu memungkinkan terbentuknya batu. Tidak dijumpai kolerasi
darah dan kolestrol empedu.
b. Statis bilier
Stagnasi cairan pada empedu menyebabkan air ditarik ke kapiler, sehingga garam empedu
menjadi lebih banyak yang akan mengubah kelarutan kolestrol.
c. Peradangan
Karena proses peradangan, kandung empedu menjadi berubah, sehingga keasaman cairan
empedu bertambah dan daya laru kolestrol menjadi menurun. Dampak cholelitiasis terhadap
fungsi pencernaan tergantung pada besarnya batu dan lokasi batu. Bila besarnya batu
menghambat sirkulasi dan penekanan pada jaringan maka akan dijumpai manifestasi klinis
akibat spasme duktus dan gangguan pencernaan akibat cairan empedu yang tidak mengalir ke
duodenum.
1) Bilirubin terkonjugasi akan meningkat dalam darah diakibatkan oleh absorsi cairan
empedu oleh kapiler darah sebagai dampak adanya obstruksi. Ikterus akan timbul
2) Cairan empedu tidak masuk ke duodenum, menyebabkan gangguan ingesti dan
absorpsi khususnya lemak dan vitamin yang larut dalam lemak. Dingesti dan absorbsi
karbohidrat dan lemak berkurang maka akaan menyebabkan neunasa, muntah, diare,
distensi abdomen.
3) Adanya obstruksi akan menyebabkan spasme pada duktus biliaris yang berusaha untuk
melewatkan sumbatan, sehingga menimbulkan nyeri yang tambah bila kimus masuk
ke duodenum pada saat makan.
Ada dua jenis batu yaitu :
a) Batu kolestrol dengan ciri berukuran besar, warna kuning pucat, dapat
bergerombol atau tunggal, terjadi akibat gangguan metabolism kolestrol dan
garam empedu.
b) Batu pigmen empedu, berukuran kecil, warna hitam atau coklat, biasanya
bergerombol, terjadi akibat gangguan metabolisme bilirubin tak
terkonjugasi(Diyono, 2013).
4. Presepsi Diri
Klien mengatakan sebelum dirawat dirinya aktif dan sehat. Selama sakit Klien
mengatakan khawatir dengan kondisinya yang sekarang, klien dibantu dalam melakukan
pengambilan keputusan oleh anaknya. Klien mengatakan berharap bisa segera sembuh, klien
berperan sebagai ibu dan istri. Klien merasa bangga dengan menjadi istri dan ibu bagi anak
anaknya.
4. Manifestasi Klinis
a. Rasa nyeri dan kolik bilier
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami
distensi dan akirnya akan menjadi infeksi. Penderita akan mengalami panas dan mungkin
terasa massa padat pada abdomen. Penderita pada kolik bilier disertai dengan nyeri hebat pada
abdomen kuadran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan.
b. Ikterus
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna sangat gelap. Feses
yang tidak lagi di warnai pigmen empedu akan tampak kelabu dan biasanya pekat.
d. Defisiensi vitamin
obstruksi aliran empedu juga akan menganggu absorpsi vitamin A, D, E, dan K yamh larut
lemak. Oleh karena itu penderita dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitamin ini jika
obstruksi bilier berlangsung lama.
e. Terjadi regurgitasi gas
5. Pemeriksaan Diasnotik
a. Pemeriksaan laboratorium
Batu kandung empedu yang asimpotamik biasanya tidak menunjukan kelainan pada
pemeriksaan laboratorium apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi leukositosis apabila
terjadi sidroma mirizi akan ditemukan peningkatan ringan bilirubin serum akibat penekanan
duktus soledokus oleh batu. Kadar bilirubin serum yang tinggi mengakibatkan batu di dalam
koledokus. Kadar serum alkali fosfatase mungkin juga amylase serum biasanya meningkat
serangan akut.
b. Pemeriksaan radiologi
1) Foto polos abdomen
Foto polos abdomen biasa ya tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya sekitar
10-15 % batu kandung empedu yang bersif atradiopak.biasanya empedu yang mengandung
cairan empedu berkadar kalsiumtinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut
dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops,kandung empedu biasanya terlihat
sebagai jaringan lunakdi kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalamususbesar,
difleksurahepatika.
2) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi mempunyai kadar spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi
batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intra-hepatik. Dengan USG juga dapat
dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem yang
mengakibatkan peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat duktus koledokus distal
terkadang sulit dideteksi karena terhalang adanya udara di dalam usus. Dengan USG punktum
maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang lebih jelas dari pada dengan palpa
sibiasa.
3) Kolesistografi
6. Komplikasi
e. Dalam ilues batu empedu : obstruksi usus, yang menyebabkan perforasi instestinal,
peritonitis, septisemmia, infeksi sekunder dan syok septik(Sarwiji, 2011).
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan dari penyakit cholelitiasis bisa dilakukan dengan dua cara yaitu non
bedah dan bedah.
a. non bedah
1) perubahan pola makan dengan menghindari atau mengurangi makanan berlemak.
4) Endoscopy ERCP.
b. Bedah
Merupakan persepsi klien tentang penyakitnya dan bagaimana car klien mempertahankan
kesehatannya
Terkait bagaimana kebiasaan klien dalam mengonsumsi makanan, adakah kesulitan dalam
makan, dan bagaimana frekuensi makan klien tiap hari.
3) Pola Eliminasi
Apakah terdapat gangguan pada pola, frekuensi, dan warna pada eliminasi
Terkait dengan aktivitas sehari-hari atau pekerjaan klien, apakah ada kesulitan dalam
melaksanakan aktivitas
Bagaimana pola kebiasaan tidur klien, apakah terdapat keluhan kesulitan tidur
Apakah klien mengeluh adanya gangguan pada kemampuan sensasi (penglihatan dan
pendengaran), adanya keluhan nyeri, dan kesulitan yang dialami.memfasilitasi peregangan
dan pelepasan kelompok otot yang akan menghasilkan perbedaan sensasi ,lakukan pengkajian
nyeri PQRST, kolaborasi pemberian analgesik, berikan relaksasi otot progresif.
Apakah klien dan keluarganya merasa cemas atas penyakit yan menimpa klien.Kecemasan
merupakan suatu kekhawatiran yang berhubungan dengan perasaan dan emosi pasien ketika
akan menjalani operasi dengan kriteria tingkatan yang diukur dan dinilai menggunakan
modifikasi alat ukur T-MAS dengan skala interval, dengan kriteria : skor 1–7 : cemas ringan,
8–14:cemas sedang , 15 – 21 : cemas berat(Arifa & Trise, 2012)
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan tindakan untuk mengkaji bagian tubuh klien dengan
melakukan pemeriksaan TTV (tanda-tanda vital) dan pemeriksaan head to toe. Dalam
Pemeriksaan fisik daerah abdomen pemeriksaan dilakukan dengan sistematis inspeksi,
auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Diagnosa keperawatn pada dengan pre dan post oprasi pasien cholelitiasis berdasarkan SDKI
menurut (PPNI, 2016)
1) Pre oprasi
a) Ansietas
2) Post oprasi
b) Resiko infeksi
b. Fokus interfensi
Fokus intervensi keperawatan pada pasien dengan pre dan post op cholelitiasis berdasarkan
SIKI menurut (PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1, 2018)
Pre oprasi
klien berkurang :
a) Kebingungan menurun
c) Kekhawatiran menurun
Post oprasi
Intervensi:
2) Resiko infeksi
b) Bengkak berkurang
c) Nyeri berkurang
f) Perdarahan menurun
Intervensi:
g) Kecemasan menurun
Intervensi:
b) Monitor TTV
e) Ajarkan mobilisasi sederhana (mis: duduk di tempat tidur,pindah dari tempat tidur ke kursi)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan risiko deficit nutrisi pada klien menurun
dengan kriteria hasil:
3. Pathways
Obesitas, diet rendah serat tinngi
Kolestrol
Supersaturasi
mobilitas fisik
Batu
Nyeri
Kolestiasis pada saluran empedu tindakan oprasi Luka Akut
Resiko
Batu terdorong menuju duktus Kurangnya pengetahuam
infeksi
Ansetas Gangguan
Obstruksi duktus pada kandung empedu
pola tidur
Gesekan empedu dengan dinding
Nyeri akut
BAB III
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian ini di lakukan pada tanggal 13 Februari 2021 pada pukul 17.00 WIB penulis
mengelola kasus pada Ny.S dengan masalah penyakit Cholelitiasis di ruang Baitussalam 2
Rumah Sakit Islam Sultanagung Semaran di peroleh gambaran kasus seperti berikut :
1. Data Umum
a. Identitas klien
Klien bernama Ny.S berusia 47 th, alamat Pangkis Harjowinagun timur Batang, agama islam,
pendidikan terakhir SLTA, bekerja sebagai ibu rumah tangga berasal dari suku jawa indonesia
dengan diagnose medis Cholelitiasis di Rumah Sakit pada tanggal 13 Februari 2021 pada
pukul 18.00
Klien selama dirawat di rumah sakit yang menjadi tanggung jawab atas semua
kesembuhan klien adalah anak kandungnya yang bernama Nn.S, berusia 19th jenis kelamin
perempuan, agama islam, berasal dari suku jawa bangsa Indonesia, pendidikan berstatus
mahsiswi dengan pekerjaan sebagai pelajar.
2. Keluhan utama
Klien mengataakan nyeri di bagian perut sebelah kanan atas dan nyeri saat beraktifitas,
lamanya keluhan klien 1 bulan yang lalu,timbulnya keluhan secara mendadak.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan masuk ke RS karena nyeri perut sebelah kanan atas sebelum masuk
ke rumah sakit, napsu makan klien menjadi menurun, klien mengatakan mengalami
penurunan berat badan yang awalnya 80 kg menjadi 76 kg, faktor yang memperberatkeluahan
pasien adalah saat beraktivitas berlebih maka nyerinya semakin terasa. Sebelum dibawa ke
rumah sakit klien sudah dibawa ke klinik terdekat dan sudah diberi terapi dari klinik, namun
klien belum ada perubahan.
Klien mengatakan dulu pernah menjalani oprasi cs waktu melahirkan anak ke4 nya.
Klien juga pernah mengalawi riwayat magh 2 tahun yang lalu dan sekarang sudah sembuh
tidak pernah kambuh lagi.
5. Riwayat keluarga
a. Susunan Kesehatan Keluarga (genogram)
6. Riwayat sosial
Klien mengatakan tinggal satu rumah dengan suami serta anak-anaknya, klien
mengikuti kegiatan ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalnya. Keadaan lingkungan rumah
bersih, keselamatan anak sudah terjamin dan terdapat ventilasi udara di dalam rumah dengan
diberi jendela.
Ny.S telah didiagnosa medis penyakit Cholelitiasi. Tindakan yang sudah untuk Ny.S
yaitu terapi pro laparascopy cholelitiasis.
2. Nutrisi
Klien mengatakan sebelum dan saat di rawat makan 3 kali sehari, tetapi saatdirawat
napsu makan klien menjadi menurun klien hanya makan dengan porsi separo, klien
mengatakan ada pantangan maknan yang harus di hindari yaitu makanan yang mengandung
lemak seperti daging dan tidak boleh makan goreng-gorengan, klien lebih suka sayur-sayuran
dan buahbuahan seperti melon dan jeruk. Klien mengatakan terkadang mual,kemampuan
mengunyah baik. Klien mengalami penurunan berat badan selama 1 bualan terakhir yg
awalnya 80 kg menjadi 76 kg. Klien minum dengan frekuensi 1000cc dalam sehari, klien
terpasang infus dan tidak demam.
5. Eliminasi
Klien mengatakan pola BAB klien sebelum sakit dan selama sakit 1 kali dalam sehari
lancar tidak ada gangguan. Pola BAK klien sebelum dan selama sakit bisa 6 sampai 7 kali
dalam sehari. Klien tidak memiliki masalah pada eliminasinya dan terpasang selang kateter.
6. Aktivitas
Klien mengatakan aktivitas sebelum sakit normal-normal saja tapi setelah dirawat
aktivitas klien terganggu. Sebelum dirawat klien mandi sendiri sehari 2 kali, setelahdirawat
klien mandi dengan bantuan anaknya, pergerakan tubuh klien sakit apabila terlalu banyak
bergerak klien sulit saat beraktivitas. Saat klien beraktifitas dibantu anaknya .
S : Skala nyeri 4
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan klien
Keadaan umum klien lemah, lemas, gelisah meringis menahan nyeri, dengan
kesadaran composmentis, tanda-tanda vital :
Suhu:36,7ºC,
Nadi:75x/menit.
Bentuk kepala masochepal, warna rambut hitam beruban,rambut bersih, tidak rontok
dan lepek serta berminyak ubun-ubun berbentuk datar. Bentuk mata kanan dan kirisimetris,
konjungtiva anemis, kemampuan penglihatan baik, tidak menggunakan alat bantu dan tidak
ada pembesaran pupil. Bentuk hidung kanan dan kiri simetris, hidung bersih tidak ada sekret.
Bentuk telinga kanan dan kiri simetris, pendengaaran baik, tidak menggunakan alat bantu
dengar, serta tidak ada serumen. Tidak kesulitan bicara, mulut bersih, gigi bersih, tidak ada
lesi, bentuk bibir simetris, tidak kesulitan untuk menelan, bentuk leher tidak ada benjolan,
Tidak terdapat kelenjar, limfe tidak ada pembesaran tonsil, dan tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid di leher .
2. Pemeriksaan abdomen
Paru-paru
Jantung
Abdomen
3. Genatalia
Alat kelamin bersih, tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan, bagian anus tidak ada
benjolan (hemoroid).
4. Kulit
Kulit bersih, warna sawo matang, kulit lembab dan ada luka pada tusukan jarum infus
pada tangan sebelah kanan dan luka sayatan operasi pada perut bagian kanan bawah, dengan
nyeri diarea jahitan, akan tetapi tidak terlihat adanya tanda-tanda seperti kemerahan dan
adanya pess.
5. Pemeriksaan USG
TS YTH
USG Abdomen
Hepar : Bentuk dan ukuran membesar, perenkim homogen, liver tip lancip,
Vesica felea : Bentuk dan ukuran normal, tak tampak massa, tampak
Lien : Bentuk dan ukuran normal, parenkim homogen, tak tampak nodul.V.
Ginjal kanan kiri : bentuk dan ukuran normal, PCS tak meleba, tak tampak
batu/massa.
supradiafragma
Pada regio adnexa tampak lesi kistik bentuk bulat batas tegas (ukuran 2,5
KESAN :
Hepatomegali
Multiple cholesistolithiasis.
3. Terapi
Infus : RL 20 TPM
Paracetamol 3x1
Nasi DM
E. Analisa Data
Pada tanggal 13 februari 2021 pada pukul 15.00 WIB dengan pre
merasa khawatir akan menghadapi oprasi. Sedangkan data obyektif yaitu klien
Pada tanggal 14 februari 2021 pada pukul 10.00 WIB klien telas
selasai menjalani oprasi, di dapatkan data subyektif yang pertama yaitu klien
mengataakan nyeri di bagian perut sebelah kanan atas P : nyeri saat bergerak,
nyeri 3, T : nyeri hilang timbul. Sedangkan data obyektifnya yaitu klien tampak
meringis, tanda-tanda vital Tekanan darah : 143/83 Mmhg, Suhu : 36,9
Data fokus yang ke dua pada tanggal 14 Februari 2021 pada pukul
10.00 WIB, didapatkan data subyektif yaitu klien mengatakan sulit bergerak
karena nyeri oprasi yang telah di jalaninya dan klien membutuhkan bantuan
orang lain saat beraktivitas. Sedangkan data obyektif klien tampak lemah dan
dibuktikan dengan sulit bergerak karena nyeri post oprasi pergerakan klien
Data fokus yang ke tiga pada tanggal 14 februari 2021 pukul 10.00
WIB, di dapatkan data subyektif yaitu klien mengatakan sulit tidur dan kalo
sudah tidur tiba-tiba terbangun di malam hari tidak bisa tidur lagi sampai pagi.
Sedangkan data obyekif yaitu tanda klien terlihat lesu, terdapat kantung mata,
tanda- tanda vital Tekanan Darah : 140/70 Mmhg, Suhu: 36,7 C,Respiratory
tidur dibuktikan dengan sulit tidur jika sudah tidur terbangun di malam hari
antara lain : Identifikasi saat tingkat ansietas, latihan kegiatan pengalihan untuk
nyawan semi flower, ciptakaan lingkungan yang tenang tanpa ada gaangguan.
atas nyeri yang di rasakan hilang timbul. Tujuan dan kriteria hasil yang di
harapkan tinggat nyeri menjadi menurun dengan kriteria hasil sebagai berikut
nyeri post oprasi di buktikan dengan kien sulit bergerak karena nyeri post
Tujuan dan kriteria hasil yang di tetapkan yaitu setelah di lakukan tidakan
Memonitor TTV, Identifikasi adanya keluhan nyeri atau keluhan fisik lainya,
memberikandukunganpositifpadasaatmelakukanlatihangeraksendi, anjurkan
tidur ke kursi, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai
pindah dari tempat tidur ke kursi, duduk disisi tempat tidur),ajarkan ambulasi
kontrol tidur dibuktikan dengan sulit tidur jika sudah tidur terbangun di malam
hari tidak bisa tidur lagi sampai pagi. Tujuan dan kriteria hasi yang di terapkan
di dapat dilakukan antara lain : Identifikasi pola tidur dan aktivitas, identifikasi
faktor penganggu tidur, fasilatasi penghilang stres, ajarkan relaaksasi otot auto
genetk atau cara nonfarmakologi lainya, tetepkan jadwal tidur rutin, modifikasi
G. Implementasi
data obyektif berupa klien tampak cemas memikirkan oprasi yang akan di
kecemasan menjelang oprasi. Respon klien adalah untuk data subyektif pasien
mengatakan cemasnya sudah agak berkurang dan siap untuk oprasi, sedangkan
data obyektif klien tampak rileks tanda –tanda vital Tekanan Darah : 120/60
flower, respon klien untuk data subyektif yang didapatkan berupa klien
mengatakaan bersedia diatur posisi tidur dengan semi flower, sedangkan data
implementasi post oprasi yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan
mengidentifikasi nyeri, respon klien untuk data subyektif adalah untuk data
untuk data subyektif adalah pasien mengatakan masih terasa nyeri di bagian
implementasi yang 3 yaitu ajarkan tehnik distraksi relaksasi respon klien untuk
data subyektif adalah klien mengatakan nyerinya sudah agak berkurang dari
obyektinya yaitu klien tampak mengikuti arahan dengan baik dan dapat
mengulanginya.
klien terlihat lemas kekuatan otot klien lemah, Tekanan Darah : 140/80 mmhg,
adanya nyeri dan keluhan fisik lainya, respon klien unuk data subyektif adalah
klien mengatakan nyeri dibagian abdomen kanan atas klien hanya bisa
berbaring di tempat tidur kaki dan tanganya terasa kaku sehingga sulit untuk
digerakan, sedangkan untuk data obyektifnya klien tampak lemas dan hanya
bisa berbaring di tempat tidur. Pada pukul 13.40 WIB melakukan implementasi
yang ke-3 dengan memberikan dukungan positif pada saat melakukan latihan
gerak sendi, respon klien untuk data subyektif adalah klien mengtakan di
dukung keluarganya pada saat latihan gerak sendi sedangkan untuk data
obyektinya klien tampak tersenyum serta tampak lemas. Pada pukul 13.42 WIB
(misalnya bangun dari tempat tidur, duduk di tempat tidur, pindah dari tempat
tidur ke kursi, duduk disisi tempat tidur), respon klien untuk data subyektif
adalah klien mengatakan bersedia untuk diajarkan latihan rentang gerak sendi,
sedangkan untuk data objektifnya klien tampak mengikuti arahan dengan baik
subyektif adalah klien mengatakan sulit tidur, jika sudah tidur terbangun di
malam hari tidak bisa tidur lagi sampai pagi, sedangkan untuk data obyektifnya
klien tampak lesu. Pada pukul 14.00 WIB melakukan implementasi yang ke-2
klien untuk data subyektif klien mengatakan bersedia mengikuti arahan dari
perawat, untuk data obyektifnya klien tampak sedikit agak rileks setelah
mendengarkan murotal.
implementasi post oprasi hari ke- 2 dengan diagnosa keperawatan nyeri akut
yang pertama yaitu mengindentifikasi nyeri, respon klien untuk data subyektik
nyeri di bagian abdonmen kanan atas, S : skala nyeri 3, T : nyeri hilang timbul
dan berbaring di tempat tidur. Pada pukul 15.00 melakukan intervensi yang ke3 mengajarkan
tehnik distraksi relaksasi respon klien untuk data subyekit klien
mengatakan sudah bisa sendiri meskipun di bantu oleh keluarganya sedangkan
untuk data obyektifnya klien dapat mempraktekan dengan baik dan dapat
mengulanginya.
berhubungan dengan nyeri post oprasi memonitor TTV respon klien untuk data
yang ke-2 mengidentifikasi adanya nyeri dan keluhan fisik lainya respon klien
untuk data subyektif klien mengatakan sudah bisa menggerakan kaki dan
tangannya dan sudah bisa duduk diaatas tempat tidur dengan berprgangan bed
sedangkan untuk data obyektifnya klien tampak duduk. Pada pukul 15.40 WIB
lakukan (misalnya berjalan dari tempaat tidur ke kursi, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi) respon klien ntuk data
sedangkan untuk data obyektinya klien tampak latihan rentang gerak dengan
mengidentifikasi pola tidur dan aktivitas respon klien untuk data subyetif klien
mengatakan msdih terbangun di malam hari dan sedikit-sedikit sudah bisa tidur
lagi,sedangkan untuk data obyektifnya mata klien terlihat ada kantong mata.
Pada pukul 16.00 WIB, melakukan intervensi yang ke-2 modifikasi lingkungan
untuk data subyektif adalah klien mengatakan nyerinya sudah berkurang dan
klien tampak tersenyum dan lebih nyaman dari sebelumnya. Pada pukul pukul
distraksi dan relaksasi (tarik nafas damal) respon klien untuk data subyektif
adalah klien sudah bisa mempraktekan sendiri tanpa bantuan dari orang lain,
dan benar.
memonitor TTV respon klien untuk data subyektif adalah pasien mengatakan
Pada pukul 17.00 WIB melakuakn intervensi keperawatan yang ke-2 anjurkan
ambulaasi sederhana yang harus di lakukan respon klien untuk data subyekti
adalah klien mengatakan sudah bisa duduk sendiri tanpa bantuan anaknya,
klien sudah bisa berjalan kamar mandi tetapi masih di batu anaknya sedangkan
data obyektifnya klien tampak tenang duduk diatas tempat tidur. Pada pukul
17.00 WIB melakukan intervensi yang ke-3 dengan latihan rentang gerak
(ROM) respon klien untuk data subyektif adalah klien mengatakan sudah bisa
data obyektifnya klien tampak melakukan latihan rentang gerak dengan baik
dan benar.
pola tidur dan aktivitas respon klien untuk data subyektif adalah klien
mengatakan sudah bisa tidur dengan baik dan tidak terbangun di malam hari
sedangkan untuk data obyektifnya klien tampak tersenyum dan kooperatif saat
di kaji. Pada pukul 18.30 WIB melakukan intervensi keperawatan yang ke-2
terapkan jadwal rutin respon klien untuk data subyektif adalah klien
H. Evaluasi keperawatan
Pada tanggal 13 Februari 2021 pukul 20.00 WIB hasil evaluasi pre
cemasnya sudah berkurang dan sudah siap untuk di oprasi, O : tekanan Darah :
Pada tanggal 14 Februari 2021 pukul 20.00 WIB hasil evaluasi pada
2,3,4,5.
Pada tanggal 14 Februari 2021 pada pukul 20.20 WIB hasil evaluasi
berhubungan dengan nyeri post oprasi klien mengatakan hanya bisa berbaring
belum bisa mengerakan badannya, O : klien tampak lemas dan hanya bisa
berhubungan dengan kurang kontrol tidur, S : klien mengatakan sulit tidur jika
tidur terbangun di malam hari tidak bisa tidur lagi sampai pagi, O : klien
tampak lesu akibat kurang tidur, A : masalah belum teratasi tujuan belum
pada post oprasi dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan
Pada tanggal 15 Februari pada pukul 20.30 WIB hasil evaluasi pada
mengerakan badanya dan sudah bisa duduk diatas tempat tidur meskipun masih
dibantu oleh anaknya, O : klien tampak duduk diatas tempat tidur, A : masalah
Pada tanggal 15 Februari 2021 pada pukul 21.00 hasil evaluasi pada
dengan kurang kontrol tidur, S : pasien mengatakan sudah agak nyaman pada
saat tidur, O : wajah pasien tempak lebih segar dari sebelumya, A : masalah
teratasi sebagian tujuan belum tercapai, P : lanjutkan intervensi 4 dan 5.
Pada tanggal 15 Februari 2021 pada pukul 13.00 WIB hasil evaluasi
pada post oprasi dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan
Pada tanggal 16 Februari 2021 pada pukul 13.30 WIB hasil evaluasi
berhubungan dengan nyeri pos oprasi, S : klien sudah bisa duduk sendiri tanpa
bantuan orang lain dah sudah bisa berjalan ke kamar mandi meski masih di
bantu oleh anaknyan, O : klien tampak tenang dan duduk di atas tempat tidur,
Pada tanggal 16 Februari 2021 pada pukul 14.00 WIB hasil evaluasi
tidur dengan tenang dan sudah tidak terbanngun di malam hari, O : klien
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan di bahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
kasus Cholelitiasis pada Ny.S di ruang Baitulsalam 2 rumah sakit islam sultan agung
Semarang yang di kelola 3 hari pada tanggal 13 Februari 2021 sampai dengan 16
Februari 2021. Dengan memperhatikan aspek tahapan proses keperawatan mulai dari
A. Pengkajian
2019). Berdasarkan pengajian yang telah di data ada beberapa yang belum di
mulanya adanya batu didalam saluran empedu pada abdomen klien yang
bagian kanan atas. Selain itu ada beberapa kekurangan dalam pengkajian
B. Diagnosa keperawatan
keterbatasan dalam gerak fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
keluarga .
dan kiri karena pada saat itu sedang lepas. Dengan latihan miring kanan
dan kiri hal ini bisa dipercepat pemulihannya dengan mobilisasi dini
miring kiri miring kanan dan kiri, dengan bergerak akan mencegah
Banyak keuntungan yang bias diraih dari latihan di tempa ttidur dan
nyeri post oprasi pada hari terakir didapatkan respon yang sudah
memenuhi kriteria hasil klien sudah bisa duduk secara mandiri tanpa
bantuan orang lain, masalah teratasi. Hal ini sesuai dengan tujuan dan
atas nyeri yang dirasakan hilang timbul. Nyeri akut adalah pengalaman
39
napas dalam di rasa cukup efekti dalam mengurangi nyeri pada klien
nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien pasca operasi adanya
selama 3x24 jam dengan tehnik relaksasi napas dalam skala nyeri klien
menjadi 2.
khawatir akibat kondisi yang di hadapi dan ekspresi wajah klien tampak
lebihcepat, susah tidur dan perasaan tidak enak. Cemas berat, Respon
pertanyaan dengan skor 0 : tidak ada gejala, skor 1 : satu dari gejala
yang ada, 2 : separuh dari gejala yang ada, 3 : lebih dari separuh gejala
yang ada, 4 : semua gejala. Dengan nilai < 14 : tidak ada kecemasan,
2018)
temukan pada pasin pre oprasi sebagian besar pasien yang akan
di malam hari tidak bisa tidur lagi sampai pagi. Batasan karakterisitik
pada dignosa keperawatan mengeluh sulit tidur, mengeluh kemampuan
2016).
gangguan pola tidur. Tujuan dan kriteria hasil yang di tetapkan yaitu
gangguan pola tidur menjadi terasi dengan kriteria hasil sebagai berikut
tidur(PPNI, 2018b)
43
perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan
tambahan yang tidak ditegakkan oleh penulis, yaitu risiko infeksi. Penulis
menambahkan diagnosa ini karena terdapat luka pada abdomen pasca operasi.
2015)
BAB V
PENUTUP
februari 2021 sampai tanggal 16 Februari 2021. Langkah terakir dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini adalah membuat kesimpulan dan saran yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan asuhan keperawatan pada pasien khususnya pada pasien
Cholelitiasis.
A. Kesimpulan
Penulis memperpleh kesimpulan dari asuhan keperawarawatan pada Ny.
nyyeri dia abdomen kanan atas karena nyeri post oprasi, sulit tidur
jika sudah tidur terbangun di malam hari dan tidak bisa tidur lagi
sampai pagi.
mobilitas fisik.
teratasi.
B. Saran
1. Instutusi pendidik
kaasus Cholelitiasis.