Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Kolelitiasis dalam bahasa medis atau sering disebut oleh orang awam dengan batu empedu, penyakit
ini salah satu penyakit yang berhubungan erat dengan gaya hidup atau pola hidup yang tidak sehat.
Seperti pola makan yang tidak memperhatikan asupan, dan aktivitas yang kurang. Batu empedu ini
terbentuk dari partikel-partikel keras yang mengendap dalam kantong atau saluran empedu.
Menurut buku Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah (Nugraha et al., 2017) kolelitiasis
adalah peradangan kandung empedu yang disebabkan karena adanya sumbatan berupa partikel
keras atau batu.

Kolelitiasis (kalkulus / kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk dalam kandung empedu dari unsur –
unsur pasat yang membentuk cairan empedu: batu emptied memiliki ukuran,bentuk, dan komposisi
yang bervariasi. Batu empedu tidak lazim dijumpai anak – anak dan dewasa muda tetapi insidensnya
semakin sering pada individu dengan usia di atas 40 tahun. Sesudah itu, insidens kolelitiasis semakin
meningkat hingga satu tingkat yang diperkirakan bahwa pada usia 75 tahun satu dari tiga orang akan
memiliki batu empedu. (Brunner & Suddarth : 2001) Penyakit batu empedu sudah merupakan
masalah kesehatan yang penting di negara barat sedangkan di Indonesia baru mendapatkan
perhatian di klinis, sementara publikasi penelitian batu empedu masih terbatas. Sekitar 5,5 juta
penderita batu empedu ada di Inggris dan 50.000 kolesistektomi dilakukan setiap tahunnya.

Kasus batu empedu sering ditemukan di Amerika, yaitu pada 10 sampai 20% penduduk dewasa.
Setiap tahun beberapa ratus ribu penderita ini menjalani pembedahan.
Dua per tiga dari batu empedu adalah asimptomatis dimana pasien tidak mempunyai keluhan dan
yang berkembang menjadi nyeri kolik tahunan hanya 1-4%. Sementara pasien dengan gejala
simtomatik batu empedu mengalami komplikasi 12% dan 50% mengalami nyeri kolik pada episode
selanjutnya. Risiko penderita batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil.
Walaupun demikian, sekali batu empedu menimbulkan masalah serangan nyeri kolik yang spesifik
maka resiko untuk mengalami masalah dan penyulit akan terus meningkat. Insiden batu kandung
empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti, karena belum ada penelitian. Banyak penderita
batu kandung empedu tanpa gejala dan ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto
polos abdomen, USG, atau saat operasi untuk tujuan yang lain Batu empedu umumnya ditemukan di
dalam kandung empedu, tetapi batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam
saluran empedu menjadi batu saluran empedu dan disebut sebagai batu saluran empedu sekunder.
Pada beberapa keadaan, batu saluran empedu dapat terbentuk primer di dalam saluran empedu
intra-atau ekstra-hepatik

tanpa melibatkan kandung empedu. Batu saluran empedu primer lebih banyak ditemukan pada
pasien di wilayah Asia dibandingkan dengan pasien di negara Barat. Perjalanan batu saluran empedu
sekunder belum jelas benar, tetapi komplikasi akan lebih sering dan berat dibandingkan batu
kandung empedu asimtomatik.Pada sekitar 80% dari kasus, kolesterol merupakan komponen
terbesar dari batu empedu. Biasanya batu - batu ini juga mengandung kalsium karbonat, fosfat atau
bilirubinat, tetapi jarang batu- batu ini murni dari satu komponen saja.
B. Tujuan Laporan

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan dan setelah dilakukan presentasi
mahasiswa diharapkan mampu mendapatkan gambaran serta pengalaman nyata dalam melakukan
asuhan keperawatan pada klien kolelitiasis melalui proses keperawatan yang komprehensif
BAB II

A. DEFINISI

Kolelitiasis atau batu empedu adalah suatu komponen-komponen empedu seperti bilirubin,
kolesterol, garam empedu, protein, kalsium, asam lemak, dan fosfolipid yang mengendap dalam
kantong empedu (Rizky & Dessy, 2018). Endapan-endapan ini biasanya dapat ditemukan di dalam
kantong empedu atau di dalam saluran empedu atau bahkan dapat ditemukan dalam keduanya.
Dalam tulisan Gagola, Timban, & Ali (2015) menyebutkan bahwa batu empedu ini dapat terbentuk
dan ditemukan di dalam kandung empedu (cholecytolithiasis) atau di dalam duktus choledochus
(choledocholithiasis). Menurut Hasanah (2015) batu empedu adalah suatu pembentukan dari sebuah
unsur endapan dari kolesterol, kalsium, dan campuran dari keduanya yang biasanya terbentuk dalam
kantong empedu, saluran empedu, bahkan dalam saluran hati. Penyakit batu empedu ini dapat
terjadi karena akibat dari adanya peradangan pada kantung empedu yang mengakibatkan produksi
sel dan zat yang tidak normal. Hal ini terjadi karena adanya kristalisasi komponen empedu sehingga
mengakibatkan kecacatan dalam metabolisme di hati (Chen, Kong, & Wu, 2015).

Cholelithiasis adalah adanya batu pada saluran biliaris, yang umumnya berada pada kandung
empedu. Pembentukan batu empedu disebabkan oleh adanya peningkatan konsentrasi pada
substansi tertentu pada cairan empedu. Peningkatan konsentrasi tersebut menyebabkan
pembentukan Kristal mikroskopik. Kristal tersebut, jika berkontak dengan mucus kandung empedu
dapat membentuk endapan yang lama kelamaan akan membentuk Kristal makroskopik yang dikenal
sebagai batu empedu.

Cholelithiasis atau batu empedu yang berada di leher kantong empedu menyebabkan peradangan
yang disebut cholecystitis.
Radang dan infeksi empedu dapat mengganggu proses pencernaan, terutama pencernaan lemak. Tak
hanya itu, jika tidak segera ditangani, kondisi ini juga dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius,
seperti robekan kandung empedu, peritonitis, hingga infeksi darah atau sepsis.
Kandung empedu merupakan organ kecil yang terdapat di sisi kanan perut, tepatnya di bawah organ
hati. Di dalam kandung empedu terdapat cairan empedu yang mengandung kolesterol, asam atau
garam empedu, bilirubin, air, serta zat lainnya, seperti kalium, natrium, dan tembaga.
Cairan empedu yang dihasilkan dan dilepaskan oleh hati ini berfungsi membantu pencernaan dengan
cara memecah lemak menjadi asam lemak. Namun, ada kalanya fungsi kandung empedu tersebut
terganggu akibat radang atau infeksi.

Sebagian besar (sekitar 80%) dari batu empedu merupakan batu kolesterol. Sel pada liver mensekresi
kolesterol yang akan menjadi salah satu elemen dari cairan empedu. Jika konsentrasi kolesterol pada
cairan empedu semakin tinggi, maka batu empedu akan membentuk Kristal empedu yang kaya akan
kolesterol. Oleh karena itu, cholelithiasis dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan rendah
lemak dan menjalani gaya hidup sehat.

B. ETIOLOGI

Penyebab pasti dari kolelitiasis atau koledolitiasis atau batu empedu belum diketahui. Satu teori
menyatakan bahwa kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di kandung empedu.
Setelah beberapa lama, empedu yang telah mengalami supersaturasi menjadi mengkristal dan mulai
membentuk batu tipe lai. Batu empedu adalah batu pigmen tersusun oleh kalsium bilirubin, yang
terjadi ketika bilirubin bebas berkombinasi dengan kalsium (NANDA NIC-NOC2015)Suatu radang
kantung empedu, sering dibarengi dengan pembentukan empedu (cholelithiasis)itulah
cholelithiasisRadang mungkin akut maupun kronis secara alamiPada cholecystitis akutdarah mengalir
kekantung empedu mungkin menjadi terganggu yang pada gilirannya akan menyebabkan
permasalahan dengan pengisian dan pengosongan normal pada kantung empedu

Batu bisa menghalangi saluran pipa cystic yang akan mengakibatkan empedu menjadi terjerat
didalam kantung empedu karena radang akan dipengaruhi oleh melokalisir edema berkembang,
kantung empedu menggelembungkan karena empedu tertahan dan perubahan ischemic akan terjadi
didalam dinding kantung empedu. Cholecystitis kronis terjadi ketika peristiwa kemacetan saluran
pipa eystic, yang umumnya karena batuAda radang kronis kantung empedu sering kontraksi, yang
menyebabkan permasalahan pada penyimpanan empedu dan gerakan empedu

Pasien dapat terjangkit penyakit kuning kronis terletaknya empedu atau penyakit kuning yang
bersifat menghalangi. Mereka akan memperlihatkan suatu warna kekuning - kuningan keselaput
lendir dan kulit. Jika pasien mempunyai suatu pewarnaan yang gelap pada kulit mereka, periksa
telapak kaki dan telapak tangan.

ikterus adalah perubahan warna kuning yang terlihat di selaput putih mata. Ada peningkatan resiko
untuk radang kantung empedu dan pengembangan batu empedu dan meningkatnya umur, wanita
atau kelebihan berat badan mempunyai sejarah keluarga penyakit kantung empedu, orang-orang
dapat diet menurunkan berat badan secara cepat dan selama kehamilan (Demystified 2014:294).

C. PATOFISIOLOGI (Pathway)

Batu empedu kolesterol terbentuk terutama karena sekresi kolesterol berlebihan oleh sel hati dan
hipomotilitas atau gangguan pengosongan kandung empedu. Pada batu empedu berpigmen, kondisi
dengan pergantian heme yang tinggi, bilirubin dapat hadir dalam empedu pada konsentrasi yang
lebih tinggi dari normal. Bilirubin kemudian dapat mengkristal dan akhirnya membentuk batu.

Gejala dan komplikasi dari cholelithiasis terjadi ketika batu menyumbat saluran cystic, saluran
empedu atau keduanya. Obstruksi sementara dari duktus sistikus (seperti ketika batu bersarang di
duktus sistikus sebelum duktus melebar dan batu kembali ke kandung empedu) menyebabkan nyeri
bilier tetapi biasanya berumur pendek. Ini dikenal sebagai kolelitiasis. Obstruksi saluran sistikus yang
lebih persisten (seperti ketika batu besar bersarang secara permanen di leher kantong empedu)
dapat menyebabkan kolesistitis akut. Kadang-kadang batu empedu dapat melewati saluran sistikus
dan bersarang dan berdampak pada saluran empedu yang umum, dan menyebabkan obstruksi dan
penyakit kuning. Komplikasi ini dikenal sebagai choledocholithiasis.

Jika batu empedu melewati duktus sistikus, duktus empedu umum dan terlepas di ampula bagian
distal duktus empedu, pankreatitis batu empedu akut dapat terjadi akibat penumpukan cairan dan
peningkatan tekanan pada duktus pankreas dan aktivasi enzim pankreas in situ. Kadang-kadang, batu
empedu besar melubangi dinding kandung empedu dan membuat fistula antara kandung empedu
dan usus kecil atau besar, menyebabkan obstruksi usus atau ileus.
PATHWAY
D. TANDA DAN GEJALA

Umumnya, batu empedu tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, apabila batu menyumbat saluran
empedu atau saluran pencernaan lainnya, maka dapat menimbulkan rasa sakit yang datang secara
tiba-tiba. Rasa sakit ini dapat terjadi pada beberapa bagian perut, di antaranya bagian tengah perut
atau di atas kanan perut.

Rasa sakit ini juga bisa menyebar ke sisi tubuh atau tulang belikat. Gejala sakit perut bervariasi,
misalnya dapat muncul kapan saja, berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-jam dan
tidak berkurang meski sudah ke toilet, kentut, atau muntah. Frekuensi kemunculannya jarang, tetapi
bisa dipicu oleh makanan dengan kadar lemak yang tinggi

Jika penyumbatan terjadi pada salah satu saluran pencernaan dan disebabkan oleh

batu empedu, maka akan muncul gejala-gejala seperti berikut:

1. Sakit perut yang terus-menerus atau hilang timbul, terutama beberapa saat setelah

mengonsumsi makanan tinggi lemak (kolik bilier).

2. Detak jantung yang cepat.

3. Timbul demam jika ada infeksi saluran empeduJika saluran tersumbat karena batu tanpa infeksi,
demam tidak akan terjadi.

4. Gatal-gatal pada kulit.

5. Kehilangan nafsu makan.

6. Mual dan muntah

E. PENATALAKSANAAN SECARA MEDIS

Penatalaksanaan kolelitiasis meliputi penanganan infeksi dengan menggunakan antibiotik dan terapi
simptomatis seperti analgesik, pembedahan, serta terapi suportif. Penanganan dari kolesistitis
bergantung pada tingkat keparahan penyakit serta adanya komplikasi. Intervensi bedah yang dapat
diberikan berupa kolesistektomi dengan metode laparoskopi dan laparotomi.

F. PENATALAKSANAAN SECARA KEPERAWATAN

1) perubahan pola makan dengan menghindari atau mengurangi makanan berlemak.


2) Lisis batu, pelarutan batu dengan menggunakan metlit butil eter baru TAN
3) Litrotipasi, pemecahan batu empedu denagan menggunakan gelombang kejut dari perangkat
elektromagnetikyaitu ESW (Extraporall Sbock Wave Litotripsy)
4) Endoscopy ERCP.
DAFTAR PUSTAKA

Tanaja J, Lopez RA, Meer JM. 2023 Jan.Cholelithiasis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470440/

Heuman DM.2019. Gallstones (Cholelithiasis): Practice Essentials, Background, Pathophysiology n.d.


https://emedicine.medscape.com/article/175667-overview

Wibowo S, Kanadihardja W, Sjamsuhidajat R, Syukur A, Editors. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat
De Jong. Saluran empedu dan hati. 3th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.

Gomes CA, Junior CS, Saveiro SD, Sartelli M, Kelly MD, Gomes CC, et al. Acute calculous cholecystitis:
Review of current best practices. World J Gastrointest Surg 2017 May 27; 9(5): 118-126.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5442405/pdf/WJGS-9-118.pdf

Jones MW, Genova R, O'Rourke MC. Acute Cholecystitis. 2022. In: StatPearls . Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459171/

Afdhal NH. 2019. Acalculous cholecystitis: Clinical manifestations, diagnosis, and management.
https://www.uptodate.com/contents/acalculous-cholecystitis-clinical-manifestations-
diagnosis-and-management 

Anda mungkin juga menyukai