N DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN NYERI AKUT b/d PENEKANAN PADA SYARAF VISERAL
AKIBAT OBSTRUKSI JAUNDICE DI RUANG BEDAH UMUM KEMUNING
LANTAI IV RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
KASUS OBSTRUKSI JAUNDICE E.C CHOLEDOCOLITHIASIS
Tn. N 554 th, bekerja sebagai wiraswasta dayang ke RSHS pada tanggal 18
Oktober 2014. ± 2bulan SMRS klien mengalami nyerut perut kanan atas, nyeri dirasakan
hilang timbul. Klien pernah berbat ke klini praktek dokter untuk mengatasi nyeri dan
nyeri berkurang. Sebulan kemudian keluhan timbul kembali dan diberi obat kembali oleh
dokter klinik. SMRS Salamun klien mengalami nyeri perut yang hebat dan dibawa ke RS.
Di RS Salamun klien dilakukan pemeriksaan USG dan didiagnosa cholelithiasis setelah
didiagnosa cholelithiasis klien dirujuk ke RSHS. Klien tidak mempunyai riwayat
hipertensi, DM, hepatitis, jantung, TB paru. Pola hidup klien: makan makanan yang
berlemak seperti jeroan, kulit ayam, makan makanan bersantan, merokok. Pada saat
pemerksaan fisik didapat: TD : 120/70mmHg; Hr : 60x/mnt; Rr : 18x/mnt; T :
36.7C, Klien tampak kuning, dan sclera ikterik.
Pemeriksaan diagnostic:
Hb : 14.2dl Bilirubin direk: 0.81mg%
Ht : 42% Bilirubin total :1.18mg%
Leukosit : 6000mm3 AST : 39u/l 37C
Eritrosit : 4.64 jt/ul ALT :55u/l 37C
Trombosit : 250.000mm3 Protein total : 6.1 g/dl
MCV : 89.9fl Ureum : 19 mg/dl
MCH : 30.6pg Kreatinin : 1.08mg/dl
MCHC : 34.1 GDS : 81mg/dl
NA :1.38 MeQ/L Ka : 3.8 mEq/L
STEP 4
1. Pemeriksaan Diagnostik
2. Diagnosa Keperawatan dan intervensi
3. Masalah etik dan legal
4. Tindakan procedural
5. Patogenesis
6. Komplikasi
LATAR BELAKANG
Batu Empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang
dibentuk pada bagian saluran empedu lain. Etiologi batu empedu masih belum
diketahui. Satu teori menyatakan bahwa kolesterol dapat menyebabkan
supersaturasi empedu di kandung empedu. Setelah beberapa lama, empedu yang
telah mengalami supersaturasi menjadi mengkristal dan mulai membentuk batu.
Akan tetapi, tampaknya faktor predisposisi terpenting adalah gangguan
metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, stasis
empedu, dan infeksi kandung empedu. Fungsi kandung empedu adalah tempat
penyimpanan dari pemekatan empedu.
Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan. Resiko
penyandang bau empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relative kecil. Pada
penderita yang mengalami obstruksi parsial baik yang disebabkan oleh batu duktus
koledokuskadang tidak memperlihatkan pelebaran saluran emepedu sama sekali namun
dijumpai pelebaran berkala. Jika dibiarkan akan terjadi infeksi pada empedu
(cholangitis).
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian Choledocolithiasis
Adanya batu yang terdapat pada sal. empedu (Duktus Koledocus ).
Choledocholithiasis adalah adanya batu dalam saluran empedu dan merupakan suatu
kondisi umum dan bisa menimbulkan berbagai komplikasi. Pada umumnya komposisi
utama batu adalah kolesterol..
Letak batu di saluran empedu yaitu di : saluran empedu utama atau di duktus
choledochus (choledocholithiasis), di saluran sistikus (sistikolitiasis) jarang sekali
ditemukan dan biasanya bersamaan dengan batu di dalam kandung empedu, dan di
saluran empedu intrahepatal (intrahepatolitiasis) atau hepatolitiasis
2. Etiologi
Batu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari pigmen-
pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan
protein.Macam-macam batu yang terbentuk antara lain:
3. Patofisiologi :
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang
pada saluran empedu lainnya. Perubahan susunan empedu mungkin merupakan
faktor yang paling penting pada pembentukan batu empedu. Kolesterol yang
berlebihan akan mengendap dalam kandung empedu .
4. Gejala Klinis
Penderita batu saluran empedu sering mempunyai gejala-gejala kronis dan akut.
TANDA : TANDA:
1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan 1. Biasanya tak tampak gambaran pada
spasme abdomen
2. Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada 2. Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan atas
kwadran kanan atas
3. Kandung empedu membesar dan nyeri
4. Ikterus ringan
GEJALA: GEJALA:
1. Rasa nyeri (kolik empedu) yang 1. Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat :
menetap abdomen bagian atas (mid epigastrium), Sifat
: terpusat di epigastrium menyebar ke arah
2. Mual dan muntah
skapula kanan
3. Febris (38,5C)
2. Nausea dan muntah
3. Intoleransi dengan makanan berlemak
4. Flatulensi
5. Eruktasi (bersendawa)
5. Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium :
6. KOMPLIKASI
Batu empedu dapat berdiam dengan tenang dalam kandung empedu dan
tidak menimbulkan masalah, atau dapat menyebabkan timbulnya komplikasi.
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi kandung empedu
(cholecystitis) dan obstruksi duktus sistikus atau duktus choledochus. Obstruksi
seperti ini dapat bersifat sementara, intermiten, atau permanen. Kadang-kadang,
batu dapat menembus dinding kandung empedu dan menyebabkan peradangan
hebat, sering menyebabkan terjadinya peritonitis, atau menyebabkan ruptur
dinding kandung empedu.
7. PENATALAKSANAAN
a. Spasmoanalgetik
untuk mengurangi nyeri kolik
b. Antibiotic
untuk mengobati peradangan.
c. Pembedahan pengangkatan batu dari duktus choledochus (choledocholitotomi),
yang diharapkan dapat menyembuhkan sekitar 95% kasus. Karena bila tidak
dikeluarkan akan timbul serangan kolik dan peradangan berulangkali, yang
nantinya dapat memperburuk kondisi penderita. Batu di dalam saluran empedu
dikeluarkan dengan basket kawat atau balon-ekstraksi melalui muara yang sudah
besar menuju lumen duodenum sehingga batu dapat keluar bersama tinja atau
dikeluarkan melalui mulut bersama skopnya.
F. Riwayat ADL
3. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum
Kesadaran composmentis, klien tampak lema.
B. Tanda-tanda Vital
TD : 120/70mmHg
Hr : 60x/mnt
Rr : 18x/mnt
T : 36.7C
C. Sistem Respirasi
Bentuk hidung simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk dada
simetris, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, tidak terdapat retraksi otot
intercosta, fibrasi paru kanan dan kiri simteris. Pada perkui terdengar timpani
diseluruh area paru, tidak terdapat ronchi dan wheezing, rr: 18x/mnt.
D. Sistem Cardiovaskuler
Tidak tampak kebiruan pada bibir, konjungtiva tak anemis, TD: 120/70mmHg, hr:
60x/mnt, akral ekstrimitas atas hangat sedangkan pada ekstrimitas bawah dingin.
CRT < 2 detik. Auskultasi bunyi jantung S1 dan S2 murni regular, tidak terdengan
bunyi jantung S3 dan S4. Tidak terdapat bunyi jantung tambahan. Pada perkusi
terdengan dullness diseluruh area jantung, tidak terdapat pitting edema pada
ekstrimitas bawah.
E. Sistem GastroIntestinal
Bentuk bibir simetris, mukosa lembab, lidah bersih, mulut dan gigi bersih, tidak
terdapat hipersalivasi, BU: 8x/menit, pada palpasi terdapat Nyeri tekan perut kuadran
I, pembesaran hati (-), terdengar dullness pada saat perkusi di area abdomen, lien
tidak teraba. Abdomen datar dengan tekstur tegang, kadang-kadang klien mengeluh
mual dan kurang nafsu makan. BBsebelum 65kg BB sekarang 62.5kg. Tidak terdapat
kelainan pada anus.
F. Sistem Urinary
Tidak terdapat nyeri ketok, distensi kandung kemih (-), warna urin kuning pekat
dengan frekuensi 4-5x sehari bau khas.
G. Sistem Muskuloskeletal
Ekstrimitas atas dan bawah simetris, tidak terdapat nyeri tekan, rentang gerak bebas,
terdapat pemasangan IV line ditangan kiri bawah dengan cairan Nacl 0.9%. TB:
166.5cm. Kekuatan otot 5 5
5 5
H. Sistem Integumen
Rambut dan kulit kepala tampak bersih, penyebaran rambut merata, rambut tidak
rontok, kulit tampak kuning dan lembab, sclera ikterik, T:36.7C, kuku tampak pendek
dan bersih.
I. Sisem Neurologi
a. Nervus I (Olfaktorius)
Klien dapat menyebutkan bau minyak kayu putih pada saat mata ditutup.
b. Nervus II (Optikus)
Klien dapat membaca dengan baik pada jarak 30cm.
c. Nervus III, IV,VI (Okulomotoris, trokhlearis, abdusen)
Reflek cahaya pada pupil berkontraksi mengecil ++,pupil tampak simteris,
tampak menggerakan bola mata ke segala arah, dapat membuka dan menutup
kelopak mata
d. Nervus V (trigeminus)
Klien dapat menggerakan rahan ke kiri dan kekanan.
e. Nervus VII (facialis)
J. Sistem Endokrin
4. Terapi Obat
a. Ceftriaxon 2x1gr IV
b. Metronidazole 3x500mg IV
c. Omeprazole 1x40 mg
d. UFD asering 20tts/mnt
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
6. ANALISA DATA
a. Nyeri akut b/d penekanan saraf visceral ditandai klien mengeluh nyeri pada perut
bagian kanan atas, TD: 120/70mmHg,
b. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit ditandai klien mengeluh
cemas dengan penyakitnya
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
8. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Mendiskusikan
dengan klien
tentang teknik
yang telah
dimiliki dan
belum dimiliki
untuk
mengurangi
ansietas di masa
lalu.
2. Memberikan
informasi
tentang
diagnosa,
perawatan, dan
prognosis klien.
3. Melakukan
informed
concent setiap
melakukan
tindakan
keperawatan
termasuk
prosedur serta
perasaan klien
selama prosedur
dilakukan.
4. Kolaborasi
dengan
memberikan
pengobatan
untuk
mengurangi
ansietas sesuai
dengan
kebutuhan.
5. Memberikan
kesempatan pada
klien dan
keluarga untuk
mengungkapkan
perasaannya.
6. Memberikan
kesempatan
kepada keluarga
untuk
mendampingi
klien secara
bergantian.