1.8 pathway
II. Rencana asuhan
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat
1.Umur : Sering terjadi usia 18 - 30 tahun.
2.Alergi terhadap obat, makanan tertentu.
3.Pengobatan terakhir.
4.Pengalaman pembedahan.
5.Riwayat penyakit dahulu.
6.Riwayat penyakit sekarang.
7.Dan Keluhan.
2.1.2 Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas dan istirahat:
Subyektif : kelemahan
Obyektif : kelelahan
2. Sirkulasi :
Obyektif : Takikardia, Diaphoresis
3. Eliminasi :
Subyektif : Perubahan pada warna urine dan feces
Obyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran
kanan atas, urine pekat .
4. Makan / minum (cairan)
Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit, Tidak ada toleransi makanan lunak
dan mengandung gas, Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi, Rasa seperti
terbakar pada epigastrik (heart burn), Ada peristaltik, kembung dan
dyspepsia.
Obyektif :Kegemukan, Kehilangan berat badan (kurus).
5. Nyeri/ Kenyamanan :
Subyektif :Nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu, Nyeri
apigastrium setelah makan, Nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah
30 menit.
Obyektif :Cenderung teraba lembut pada klelitiasis, teraba otot
meregang /kaku hal ini dilakukan pada pemeriksaan RUQ dan
menunjukan tanda marfin (+).
6. Respirasi :
Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa
tak nyaman.
7. Keamanan :
Obyektif : demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus ,
cenderung perdarahan ( defisiensi Vit K ).
8. Belajar mengajar :
Obyektif : Pada keluarga juga pada kehamilan cenderung mengalami batu
kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan / peradangan
pada saluran cerna bagian bawah
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang
a.Darah lengkap : leukositosis sedang (akut)
b.Bilirubin dan Amilase serum : meningkat
c.Enzim hati serum-AST (SGOT): ALT (SGPT): LDH: agak meningkat:
alkalin fosfat dan 5-nukletidase: ditandai dengan peningkatan obstruksi
bilier
d.Kadar protombin: menurun bila obstruksi cairan empedu dalam usus
menurunkan absorbs Vitamin K
e.Ultrasound: menyatakan kalkul, dan distensi kandung empedu atau duktus
empedu (sering merupakan prosedur dianostik awal)
f.Kalangiopankreatografi retrograde endoskopik: Memperlihatkan
percabangan bilier dengan kanulasi duktus koledukus melalui duodenum
g.Kalangiografi transhepatik perkutanues : pembedaan gambar dengan
fluoroskopi antara penyakit kandung empedu dan kangker pangkreas bila
ikterik ada
h.Kolesistogram ( untuk kolesistiti s kronis) Menyatakan batu empedu pada
system empedu. Catatan : kontra indikasi pada kolesistitis karena pasien
terlalu lemah untuk menelan saat lewat mulut.
i. CT scan : Dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus
empedu, dan membedakan antara ikterik obstruksi / non-obstruksi
j. Skan hati: menunjukan obstruksi percabangan bilier
k.Foto abdomen : (multi posisi) menyatakan gambanaran radiologi
(klasifikasi) bat empedu, klasifikasi dinding atau pembesaran kandung
empedu
l. Foto dada : Menunjukan pernapasan yang menyebabkan penyebaran nyeri.
Objektif:
Pembuluh kapiler rapuh
Diare atau steatore
Bukti kekurangan makanan
Kehilangan rambut yang berlebihan
Bising usus hiperaktif
Kurang informasi/informasi yang salah
Kurangnya minat terhadap makanan
Rongga mulut terluka
Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau mnengunyah
2.2.6 Faktor yang berhubungan
Ketidak mampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau
menyerap nutrient akibat factor biologis, psikologis atau ekonomi
termasuk beberapa contoh non nanda berikut:
Ketergantungan zat kimia
Penyakit kronis
Kesulitan mengunyah atau menelan
Factor ekonomi
Intoleransi makanan
Kebutuhan metabolic tinggi
Reflek mengisap pada bayi tidak efektif
Kurang pengetahuan dasar tentang nutrisi
Akses terhadap makanan terbatas
Hilang nafsu makan
Mual dan muntah
Pengabaian oleh orang tua
Gangguan psikologis
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Nyeri akut berhubungan dengan proses biologis yang ditandai dengan
obstruksi kandung empedu
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
TV normal :(TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-
100x/mnt, S : 36,5- 37,50.C ).
- Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
- Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dan
distraksi.
- Skala nyeri 0-3
- Wajah pasien rileks
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 1. Membantu membedakan penyebab
0- 10) dan karakter nyeri (menetap hilang, nyeri dan memberikan informasi
timbul, kolik) tentang kemajuan/perbaikan penyakit,
2. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien terjadinya komplikasi. Dan keefektifan
melakukan posisi yang nyaman intervensi.
3. Dorong menggunakan teknik relaksasi 2. tirah bring pada posisi Fowler dapat
contoh bimbingan imajinasi, visualisasi, menurunkan tekanan intra abdomen:
latiahan napas dalam. Berikan aktivitas namun pasien akan melakukan posisi
senggang yang menghilangkan nyeri secara
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain alamiah.
4.Berikan obat sesuai indikasi: 3. meningkatkan istirahat, memusatkan
A. Atropine, propantelin kembali perhatia, dapat meningkatkan
B. Fenobarbital koping.
5.Intervensi bedah 4. KOLABORASI
Defisit pengetahuan berhubungan dengan A. menghilangkan reflek spasme /
Salah interpretasi informasi kontraksi otot halus dan membantu
Tujuan : Terpenuhinya pengetahuan klien dalam managemen nyeri
dan keluarga tentang perawatan B. meningkatkan istirahat dan
Intervensi merilekskan otot halus,
A. Berikan penjelasan / alasan tes dan menghilangkan nyeri
persiapannya.
B. Diskusikan program penurunan berat 5. TINDAKAN BEDAH
badan bila diindikasikan. kolesistektomi dapat diindikasi
C. Anjurkan istirahat pada posisi semi- sehubungan dengan ukuran batu d an
fowler setelaj makan derajat kerusakan jaringan / adanya
D. Anjurkan pasien membatasi nekrosis.
mengunyah permen karet, menghisap A.Informasi menurunkan cemas, dan
permen keras, atau merokok rangsangan simpatis
B.kegemukan adalah factor resiko yang
dihubungkan dengan kolesistitis, dan
penurunan berat badan menguntungkan
dalam managemen medic terhadap
kondisi kronis.
C.meningkatkan aliran empedu dan
relaksasi umu mselama proses
pencernakan awal.
D.meningkatkan pembentukan gas, yang
dapat meningkatkan distensi /
ketidaknyamanan gaster.
Diagnosa 2: Kekurangan volume cairan (resiko tinggi terhadap) berhubungan
dengan muntah, distensi dan hipermotilitas gaster, gangguan proses pembekuan
2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil
Nafsu makan pasien meningkat
- Porsi makan habis
- Pasien mampu mengungkapkan bagaimana cara mengatasi malas makan
- Pasien tidak lemas
- BB naik
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Awasi pemasukan diet / jumlah kalori.
1. Makan banyak sulit untuk mengatur
Berikan makan sedikit dalam frekuensi bila pasien anoreksi. Anoreksi juga
sering dan tawarkan makan pagi paling paling buruk selama siang hari, membuat
masukan makanan yang sulit pada sore
besar
hari
2. Berikan perawatan mulut sebelum 2. Menghilangkan rasa tak enak dapat
Daftar Pustaka
(........................................................) (.........................................................)