Anda di halaman 1dari 10

Komplikasi Penyakit Batu Empedu

Jessicca Susanto (102011032) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6, Jakarta Barat Email: jscrown88@hotmail.com
Pembukaan Kolelitiasis adalah adanya batu empedu yang terdapat di dalam kandung empedu atau saluran empedu (duktus koledokus) atau keduanya. Batu empedu bias terdapat pada kantung empedu, saluran empedu ekstra hepatic, atau saluran empedu intra hepatic. Bila terletak di dalam kantung empedu saja disebut kolesistolitiasis, dan yang terletak di dalam saluran empedu ekstra hepatic (duktus koleduktus) disebut koledokolitiasis, sedang bila terdapat di dalam saluran empedu intra hepatic di sebelah proksimal duktus hepatikus kanan dan kiri disebut hepatolitiasis. Kolesistolitiasis dan koledokolitiasis disebut dengan kolelitiasis.1 Pembahasan Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu atau pada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol. Penyebab pasti dari kolelitiasis/koledokolitiasis atau batu empedu belum diketahui. Satu teori menyatakan bahwa kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di kandung empedu. Setelah beberapa lama, empedu yang telah mengalami supersaturasi menjadi mengkristal dan memulai membentuk batu. Tipe lain batu empedu adalah batu pigmen. Batu pigmen tersusun oleh kalsium bilirubin, yang terjadi ketika bilirubin bebas berkombinasi dengan kalsium. Ada dua tipe utama batu empedu yaitu batu yang terutama tersusun dari pigmen dan batu yang terutama tersusun dari kolesterol. Untuk batu pigmen, kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tidak terkonjugasi dalam empedu mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu. Resiko terbentuknya batu semacam ini semakin besar pada pasien sirosis, hemolisis dan infeksi percabangan bilier. Batu ini tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi. 2Mengenai batu kolesterol, kolesterol yang merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid)
1

dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati. Keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu mengendap dan membentuk batu empedu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu dan berperan sebagai iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagai pembentukan batu empedu, melalui peningkatan diskuamasi sel dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler dan bakteri dapat berperan sebagi pusat presipitasi. Akan tetapi infeksi lebih sering menjadi akibat dari pembentukan batu empedu. Insidensi Kolelitiasis/Koledokolitiasis yang terjadi pada wanita berusia 20-50 tahun sekitar 3 kali lebih banyak dari pada laki-laki. Setelah usia 50 tahun, rasio penderita batu empedu hampir sama antara pria dan wanita. Insidensi batu empedu meningkat seiring bertambahnya usia. Tanda dan gejala kolelitiasis/koledokolitiasis adalah rasa nyeri dan kolik bilier (jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadaran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai mual dan muntah dan bertambah hebat dalam makan makanan dalam porsi besar. Pada sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten. Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta 9 dan 10 kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan rongga dada). Gejala lainnya adalah ikterus. Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam dudodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu getah empedu yang tidak lagi dibawa ke dalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal-gatal pada kulit. Gejala lain yang dapat dilihat adalah perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu atau pekat yang disebut Clay-colored.2 Gejala lain yang dapat menyertai adalah defisiensi vitamin. Obstruksi aliran empedu juga akan
2

mengganggu absorbsi vitamin A,D,E,K yang larut lemak. Karena itu pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier berlangsung lama. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal. Gejala lain yang mungkin terjadi adalah regurgitasi gas yaitu flatus dan sendawa. Pemeriksaan penunjang kolelitiasis/koledokolitiasis dapat dilakukannya pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai prosedur diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan ikterus. Di samping itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan radiasi inisiasi. Prosedur ini akan memberikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam harinya sehingga kandung empedunya berada dalam keadan distensi. Penggunaan ultra sound berdasarkan pada gelombang suara yang dipantulkan kembali. Pemeriksan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus koleduktus yang mengalami dilatasi. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan radiograf yaitu kolesistografi. Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil USG meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian dan berkontraksi serta mengosongkan isinya. Oral kolesistografi tidak digunakan bila pasien jaundice karena liver tidak dapat menghantarkan media kontras ke kandung empedu yang mengalami obstruksi. Pemeriksaan yang ketiga adalah dengan melakukan sonogram . Sonogram dapat mendeteksi batu dan menentukan apakah dinding kandung empedu telah menebal. Pemeriksaan yang keempat adalah dengan menggunakan ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopancreatografi). Pemeriksaan ini memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang hanya dapat dilihat pada saat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat optik yang fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars desendens. Sebuah kanula dimasukan ke dalam duktus koleduktus serta duktus pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikan ke dalam duktus tersebut untuk menentukan keberadaan batu di duktus dan memungkinkan visualisasi serta evaluasi percabangan bilier. Pemeriksaan selanjutnya adalah dengan pemeriksaan darah. Kita perlu melihat apakah adanya kenaikan serum kolesterol, kenaikan fosfolipid, penurunan ester kolesterol, kenaikan protrombin serum time, kenaikan bilirubin total, enzim transaminase, penurunan urobilirubin, peningkatan sel darah putih, peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada batu di duktus hepaticus. Penatalaksanaan untuk kolelitiasis/koledokolitiasis yang pertama adalah penatalaksanaan
3

pendukung dan diet. Kurang lebih 80% dari pasien-pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus, penghisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Intervensi bedah harus ditunda sampai gejala akut mereda dan evalusi yang lengkap dapat dilaksanakan, kecuali jika kondisi pasien memburuk. Manajemen terapi yang dapat dilakukan adalah diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein, pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut, observasi keadaan umum dan pemeriksaan vital sign, memasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi syok dan memberikan antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati). Hal kedua yang dapat dilakukan adalah dengan pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan misalnya dengan pelarutan batu empedu dan ESWL (Extracorporeal Shock-Wave Lithotripsy). Apabila diperlukan, penatalaksanaan bedah juga dapat dilakukan. Penanganan bedah pada penyakit kandung empedu dan batu empedu dilaksanakan untuk mengurangi gejala yang sudah berlangsung lama, untuk menghilangkan penyebab kolik bilier dan untuk mengatasi kolesistitis akut. Pembedahan dapat efektif jika gejala yang dirasakan pasien sudah mereda atau bisa dikerjakan sebagai suatu prosedur darurat bilamana kondisi pasien mengharuskannya. Tindakan operatif meliputi sfingerotomy endosokopik, PTBD (perkutaneus transhepatik bilirian drainage), pemasangan T Tube saluran empedu koledoskop serta laparatomi kolesistektomi.Penatalaksanaan pra-operatif yang harus dilakukan adalah pemeriksaan sinar X pada kandung empedu, foto thoraks, ektrokardiogram, pemeriksaan faal hati, pemberian vitamin K (diberikan bila kadar protrombin pasien rendah), terapi komponen darah, penuhi kebutuhan nutrisi, pemberian larutan glukosa secara intravena bersama suplemen hidrolisat protein mungkin diperlikan untuk membantu kesembuhan luka dan mencegah kerusakan hati. Batu-batu empedu adalah batu-batu yang terbentuk didalam empedu. Di dalam kandung empedu, empedu dikonsentrasikan/dipekatkan dengan pengangkatan/penyerapan airnya. Batu-batu empedu biasanya terbentuk di dalam kantong empedu (gall bladder). Bagaimanapun, sumbatan pada saluran empedu juga mungkin terbentuk dimana saja ada empedu misalnya di dalam saluransaluran intrahepatik, hepatik, common bile, dan cystic. Batu-batu empedu juga mungkin bergerak/berpindah didalam empedu, contohnya, dari kantong empedu ke dalam saluran cystic atau common. Penyebab batu empedu dapat ditinjau dari segi etnik dan genetic. Batu-batu empedu kolesterol terbuat terutama dari kolesterol. Pengeluaran kolesterol ke dalam empedu adalah suatu cara yang penting dimana hati mengeliminasi kelebihan kolesterol dari tubuh. Batu empedu pigmen adalah tipe batu empedu yang paling umum kedua. Walaupun batu empedu
4

pigmen hanya 15% dari kasus batu, namun di Asia Tenggara, kasus batu pigmen lebih sering terjadi. Batu kolesterol lebih banyak terjadi di Amerika dan Eropa. Tipe batu empedu pigmen adalah batu empedu pigmen hitam dan batu empedu pigmen coklat. Pigmen adalah suatu sisa pembuangan yang terbentk dari hemoglobin, bahan kimia yang membawa oksigen dalam sel-sel darah merah. Hemoglobin dari sel-sel darah merah yang tua yang dihancurkan dirubah kedalam suatu bahan kimia yang disebut bilirubin dan dilepaskan ke dalam darah. Bilirubin dikeluarkan dari tubuh oleh hati. Hati memodifikasi bilirubin dan mengeluarkan bilirubin yang telah dimodifikasi kedalam empedu. Jika ada terlalu banyak bilirubin dalam empedu, bilirubin bergabung dengan konstituen-konstituen lain dalam empedu, misalnya kalsium dan pada akhirnya akan membentuk pigmen. Pigmen larut dalam empedu dan seperti kolesterol, pigmen akan menempel bersama-sama dan membentuk partikel-partikel yang tumbuh dalam ukuran tertentu dan akhirnya membentuk batu-batu empedu. Batu-batu empedu yang terbentuk dalam cara ini disebut batu-batu empedu pigmen hitam karena berwarna hitam dan keras.3 Jika ada pengurangan kontraksi dari kantong empedu atau halangan pada aliran empedu, bakteri-bakteri mungkin naik dari usus dua belas jari (duodenum) dan akan bermigrasi ke dalam saluran empedu dan kandung empedu. Bakteri-bakteri mengubah bilirubin dan bilirubin yang telah diubah bergabung dengan kalsium membentuk pigmen. Pigmen kemudian bergabung dengan lemaklemak dalam empedu (kolesterol dan asam-asam lemak dari lecithin) membentuk partikelpartikel yang tumbuh kedalam batu-batu empedu. Tipe batu-batu empedu ini disebut suatu batu empedu pigmen coklat karena ia berwarna coklat. Konsistensinya lebih lunak dibandingkan dengan batu empedu pigmen hitam. Tipe-tipe lain dari batu-batu empedu adalah batu empedu yang terbentuk pada pasien-pasien yang mengkonsumsi antibiotic misalnya ceftriaxone (Rocephin). Ceftriaxone dieliminasi dari tubuh melalui empedu dalam konsentrasi-konsentrasi yang tinggi. Obat tersebut bergabung dengan kalsium di dalam empedu dan tidak dapat larut. Seperti kolesterol dan pigmen, ceftriaxone dan kalsium yang tidak dapat larut membentuk partikel-partikel yang tumbuh menjadi batu-batu empedu. Kebanyakan dari batu-batu empedu ini menghilang apabila antibiotiknya dihentikan. Tipe batu empedu lainnya yang jarang adalah batu yang terbentuk dari kalsium karbonat (calcium carbonate). Tidak ada hubungan antara kolesterol dalam darah dan batu-batu empedu kolesterol. Individu-individu dengan kolesterol darah yang meningkat tidak mempunyai kaitan dengan batu empedu kolesterol yang meningkat. Suatu kesalahan konsep yang umum adalah bahwa makanan dapat membentuk batu empedu kolesterol.
5

Faktor-faktor risiko yang terkait dengan batu empedu kolesterol adalah jenis kelamin. Batu-batu empedu terbentuk lebih umum pada wanita daripada pria. Selain itu faktor umur juga berpengaruh. Juga pada orang yang gemuk lebih mungkin terjadi batu empedu daripada individu yang kurus. Wanita yang pernah hamil lebih mungkin membentuk batu-batu empedu daripada wanita yang belum pernah hamil. Kehamilan meningkatkan risiko batu-batu empedu kolesterol karena selama kehamilan, empedu mengandung lebih banyak kolesterol, dan kantong empedu tidak berkontraksi secara normal. Pil pengontrol kelahiran dan terapi hormone juga dapat mengakibatkan batu empedu. Kehilangan berat badan yang cepat dengan cara-cara apapun misalnya diet-diet kalori sangat rendah atau operasi kegemukan, menyebabkan batu-batu empedu kolesterol pada sampai 50% dari individu. Individu dengan penyakit Crohn dari terminal ileum lebih mungkin membentuk batu-batu empedu. Batu-batu empedu terbentuk karena pasien dengan penyakit Crohn kekurangan asam empedu yang cukup untuk melarutkan kolesterol dalam empedu. Secara normal, asam-asam empedu yang memasuki usus kecil dari hati dan kantong empedu diserap kembali ke dalam tubuh melalui terminal ileum dan dkeluarkan kembali oleh hati kedalam empedu. Dengan kata-kata lain, asam empedu di daur ulang (recycle).4 Pada penyakit Crohn dimana terminal ileum masih normal, asam empedu tidak diserap secra normal, tubuh menjadi kehabisan asam-asam empedu, dan lebih sedikit asam-asam empedu yang dikeluarkan kedalam empedu. Tidak ada asam empedu yang cukup untuk mempertahankan kolesterol larut dalam empedu, dan batu-batu empedu terbentuk. Batu empedu lebih sering terjadi pada individu dengan kadar trigliserid yang tinggi. Batu empedu pigmen hitam dapar terbentuk kapan saja dimana bilirubin yang meningkat yang mencapai hati. Ini terjadi kapan saja ada penghancuran sel-sel darah merah yang meningkat, seperti yang ada pada penyakit sel sabit dan thalassemia. Batu empedu pigmen hitam juga terjadi pada pasien-pasien dengan sirosis hati. Batu empedu pigmen coklat terbentuk jika ada stasis empedu (pengurangan aliran), contohnya, ketika ada penyempitan, hambatan saluran empedu. Kebanyakan orang dengan batu empedu tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala-gejala dan mereka tidak sadar akan adanya batu empedu yang terdapat dalam tubuh mereka. Batu empedu pada pasien seringkali ditemukan dari hasil dari tes-tes (contohnya, pemeriksaan ultrasound atau X-ray perut) yang dilakukan ketika mengevaluasi kondisi-kondisi medis lain daripada batu-batu empedu. Gejala-gejala mungkin tampak di kemudian hari setelah bertahun-tahun tidak adanya gejala. Secara umum, setelah lima tahun, kira-kira 10% dari orang-orang dengan batu empedu akan merasakan gejala yang
6

mungkin terasa. Apabila gejala telah berkembang, ada kemungkinan akan berlanjut dan menjadi buruk. Batu-batu empedu menimbulkan gejala-gejala seperti dyspepsia (termasuk kembung perut dan rasa tidak enak setelah makan), ketidaktoleranan pada makanan-makanan berlemak, bersendawa, dan membuang gas atau kentut. Gejala dari batu empedu akan timbul suatu saat karena menghalangi aliran pada saluran empedu. Gejala yang paling umum dari batu empedu adalah biliary colic. Billiary colic adalah suatu tipe nyeri yang sangat spesifik, terjadi sebagai gejala utama pada 80% dari orang-orang dengan batu empedu. Secara karakteristik, billiary colic timbul secara tiba-tiba selama beberapa menit. Billiary colic merupakan suatu nyeri yang konstan, tidak hilang-timbul, intensitas berbeda-beda, berlangsung untuk 15 menit sampai 4-5 jam. Jika nyerinya berlangsung lebih dari 4-5 jam, itu berarti bahwa suatu komplikasi - biasanya cholecystitis - telah berkembang. Pasien-pasien yang mengalami biliary colic seringkali jalan atau menggeliat (memutar tubuh dalam posisi-posisi yang berbeda) dalam ranjang untuk menemukan suatu posisi yang enak. Biliary colic seringkali disertai oleh mual. Secara umum, biliary colic dirasakan ditengah perut bagian atas tepat dibawah sternum. Lokasi kedua yang paling umum untuk nyeri adalah kanan perut bagian atas tepat dibawah pinggiran dari tulangtulang rusuk. Adakalanya, nyeri juga mungkin dirasakan pada punggung pada ujung yang lebih bawah dari scapula pada sisi kanan. Pada kejadian yang jarang terjadi, nyeri mungkin dirasakan dibawah sternum dan disalah artikan sebagai penyakit serangan jantung. Biliary colic mereda secara berangsur-angsur apabila batu empedu berpindah di dalam saluran sehingga batu tersebut tidak lagi menghalangi. Biliary colic adalah suatu gejala yang berulang dan merupakan gegala yang paling umum dari batu empedu. Namun biasanya gejala dapat menghilang sendiri. Bagaimanapun ada beberapa komplikasi batu-batu empedu yang lebih serius. Cholecystitis berarti peradangan dari kantong empedu. Seperti biliary colic, ia juga disebabkan oleh hambatan saluran yang tiba-tiba oleh suatu batu empedu, biasanya saluran cystic. Gangrene dari kantong empedu adalah suatu kondisi dimana peradangan dari cholecystitis menyebabkan penyaluran darah ke kantong empedu terhenti. Jaundice juga merupakan salah satu kompilkasi yang serius. Jaundice adalah suatu kondisi dimana bilirubin akumulasi didalam tubuh meningkat. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah pancreatitis. Pankreatitis berarti peradangan pankreas. Dua penyebab yang paling umum dari pankreatitis adalah alkoholisme dan batu empedu. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah sepsis. Sepsis adalah suatu kondisi dimana bakteriyang berasal dari dalam tubuh, termasuk kantong empedu atau saluran empedu, masuk kedalam aliran darah dan
7

menyebar keseluruh tubuh. Komplikasi lain yang daspat terjadi adalah fistula. Suatu fistula adalah suatu saluran abnormal yang melaluinya cairan dapat mengalir antara dua organ-organ berongga atau antara suatu abses dan suatu organ berongga atau kulit. Komplikasi lainnya adalah ileus. Ileus adalah suatu kondisi dimana ada suatu hambatan aliran dari makanan yang sedang dicerna, gas, dan cairan di dalam usus keci. Komplikasi lain yang berat adalah kanker. Kanker kantong empedu hampir selalu dikaitkan dengan batu empedu, namun belum jelas yang mana datang pertama yaitu, apakah batu empedu mendahului kanker dan oleh karenanya dapat menjadi penyebab dari kanker. Ultrasonography adalah cara-cara yang paling penting dari diagnosa batu-batu empedu. Standard computerized tomography (CT atau CAT scan) dan magnetic resonance imaging (MRI) mungkin adakalanya menunjukan batu empedu; bagaimanapun, pemeriksaan dengan USG lebih baik. Ultrasonography adalah suatu teknik radiologi yang menggunakan gelombang-gelombang suara berfrekwensi tinggi untuk menghasilkan gambar dari organ dan struktur tubuh. Ada dua tipe dari ultrasonography yang dapat digunakan untuk diagnosis batu empedu yaitu transabdominal ultrasonography dan endoscopic ultrasonography. Transabdominal ultrasonography mengidentifikasi penebalan dinding kantong empedu ketika ada cholecystitis, kantong-kantong empedu dan saluran-saluran empedu yang membesar yang disebabkan oleh hambatan saluran oleh batu empedu juga dapat memperlihatkan apakah adanya pancreatitis, endapan/lumpur. Transabdominal ultrasonography juga mungkin mengidentifikasi penyakit-penyakit yang tidak berhubungan dengan batu-batu empedu yang mungkin adalah penyebab keluhan pasien, contohnya, appendicitis (radang usus buntu). Keterbatasan dari transabdominal ultrasonography adalah bahwa ia hanya dapat mengidentifikasi batu-batu empedu yang lebih besar dari 4-5 milimeter dalam ukurannya, dan buruk dalam hal mengidentifikasi batu empedu dalam saluran. Endoscopic ultrasonography dapat mengindentifikasi batu empedu dan abnormalitas yang sama seperti transabdominal

ultrasonography. Magnetic resonance cholangio-pancreatography atau MRCP adalah suatu modifikasi yang relatif baru dari magnetic resonance imaging (MRI) yang dapat memperlihatkan saluran-saluran empedu dan pankreas. Endoscopic retrograde cholangio-pancreatography (ERCP) adalah suatu prosedur x-ray untuk memeriksa duodenum (bagian pertama dari usus kecil), papilla of Vater (suatu struktur yang menyerupai pentil kecil dimana saluran-saluran empedu common dan pankreas memasuki duodenum), saluran-saluran empedu, kantong empedu dan saluran pankreas. Ketika hati atau pankreas meradang atau saluran-salurannya terhalang, sel8

sel hati dan pankreas melepaskan beberapa dari enzim-enzim mereka ke dalam darah. Enzimenzim hati yang paling umum diukur dalam darah adalah aspartate aminotransferase (AST/SGOT) dan alanine aminotransferase (ALT/SGPT). Enzim-enzim pankreas dalam darah yang paling umum diukur adalah amylase dan lipase. Banyak kondisi-kondisi medis yang mempengaruhi hati atau pankreas menyebabkan tes-tes darah menjadi abnormal, jadi abnormalitas-abnormalitas tidak dapat digunakan untuk mendiagnose batu-batu empedu. Meskipun demikian, abnormalitas-abnormalitas pada tes-tes ini memperlihatkan adanya kelainan dengan hati, saluran empedu atau pankreas, dan batu empedu adalah suatu penyebab yang umum dari tes-tes abnormal semacam itu, terutama selama hambatan yang tiba-tiba dari saluran-saluran empedu atau pankreas. Duodenal biliary drainage adalah suatu prosedur yang terkadang dapat bermanfaat dalam mendiagnosis batu-batu empedu, namun jarang digunakan. Oral

cholecystogram atau OCG adalah suatu prosedur radiologi (x-ray) untuk mendiagnosis batu empedu. Intravenous cholangiogram atau IVC adalah suatu prosedur radiologi (x-ray) yang digunakan terutama untuk melihat pada saluran-saluran empedu intrahepatik dan ekstrahepatik yang lebih besar dan dapat digunakan untuk menentukan lokasi batu-batu empedu di dalam saluran. Biasanya tidak sulit untuk mendiagnosa batu empedu. Terkadang menjadi sulit di diagnosa karena tidak menimbulkan gejala.5 Pengobatan batu empedu adalah dengan cara pengamatan (observasi). Kebanyakan kasus batu empedu tidak bergejala. Tindakan yang dapat dilakukan adalah cholecystectomy, sphincterotomy dan pencabutan batu-batu Empedu. Terapi Pelarutan oral merupakan pilihan yang cukup baik. Pencegahan batu empedu

Adalah lebih baik jika batu-batu empedu dapat dicegah daripada dirawat. Pencegahan batu-batu dapat dilakukan dengan ursodiol, obat asam empedu yang melarutkan beberapa batu-batu empedu kolesterol, juga mencegah mereka dari pembentukan.

Daftar Pustaka 1. Kenichi I, Suzuki T, Kimur K. Laparoscopic cholecystectomia the elderly; J. of gastroenterol- ogyand hepatology, 1995; 10: 517-22. 2. Lawrence WW, Sleisenger MH. Cholelithiasis; chronic and acute cholecystitis. Gastrointestinal disease; Pathopysiology Diagnosis and management fourth edition. WB Saunder Company Philadelphia, London, 1989. 3. Mahon AJ, Ronn S, Baxter IN. Symptomatic and come 1 year after laparoscopic and mini laparotomy cholecystectomi. British J of Surgery; 1995; 82: 1378-82. 4. Sherlock SD. Diseases of the liver and biliary tree eight edition. Blackwell Scientific Publication. Oxford London 1990. 5. Summerfield JA. Disease of the gall bladder and biliary care. Oxford textbook of medicine second edition volll. Oxford Medical Publication, 1990.

10

Anda mungkin juga menyukai