Anda di halaman 1dari 21

ASKEP

GANGGUAN FUNGSI EMPEDU


KEL. 15 :
Melyani Tuti (C12116329)
Ade Rahmawaty (C1211)
Dewi Liling (C1211)
Andi Mapasalang (C1211)
Alim Nur Pattah (C1211)
TUJUAN PEMBELAJARAN

1) Mahasiswa mampu mengetahui secara singkat anatomi


kandung empedu
2) Mahasiswa mampu mengetahui secara singkat fisilogi
kandung empedu
3) Mahasiswa dapat mengenal etiologi pada fungsi empedu
yaitu kolelitiasis, kolesistitis dan gangguan yang berkaitan
4) Mahasiswa mengenal tipe-tipe batu empedu
5) Mahasiswa dapat mengetahui uji diagnostik gangguan
empedu
6) Mahasiswa dapat mengenal secara singkat patogenesis batu
empedu
7) Mahasiswa memahami manifestasi klinis
8) Asuhan keperawatan gangguan fungsi empedu / batu
empedu
1. Anatomi Kandung Empedu

(vesika felea), yang


merupakan organ berbentuk
seperti buah pir, berongga
dan menyerupai kantong
dengan panjang 7,5 hingga
10 cm
Kandung empedu
dihubungkan dengan duktus
koledokus lewat duktus
sistikus
memiliki bagian berupa
fundus, korpus, dan kolum
2. Fisiologi Kandung Empedu
Kapasitas kandung empedu adalah
30-50ml empedu
Empedu yang ada di hati akan
dikeluarkan di antara saat-saat
makan, ketika sfingter Oddi
tertutup, empedu yang diproduksi
oleh hepatosit akan memasuki
kandung empedu.
sebagian besar air dalam empedu
diserap melalui dinding kandung
empedu
Ketika makanan masuk ke dalam
duodenum akan terjadi kontraksi
kandung empedu dan relaksasi
sfingter Oddi yang memungkinkan
empedu mengalir masuk ke dalam
intestinum
Lanjutan...urutan laju
1. saluran empedu
2. saluran intrahepatik empedu,
3. duktus hepatika kiri dan kanan,
4. saluran umum hepatik,
5. saluran kistik,
6. saluran empedu umum,
7. ampula Vater,
8. Mayor papilla duodenum
9. Kandung empedu ,
10-11. Lobus hati kanan dan kiri.
12. Limpa.
13. Kerongkongan.
14. Perut.
Usus kecil:
15 Duodenum, 16 jejunum
17. Pankreas:
18: saluran Aksesori pankreas,
19: saluran pankreas.
20-21: ginjal Kanan dan kiri (bayangan).
wikipedia.org
3. Etiologi pada fungsi empedu
1.Kolelitiasis
Umumnya muncul saat melambatnya kinerja kantung
empedu akibat kehamilan, penggunaan kontraseptif
hormonal, diabetes militus, penyakit crohn, sirosis hati,
pankreatitis dan obesitas
Batu/kalkulus (batu empedu) di kantung empedu yang
disebabkan oleh perubahan kompenen empedu
2. Kolesistitis
Inflamasi kantung empedu akut atau kronis yang disebabkan
oleh batu empedu yang terjepit dalam saluran sistik dan
disertai inflamasi di balik obstruksi
3. Sirosis bilier
Penyakit progresif dan kronis yang disertai kehancuran
autoimun saluran empedu intrahepatik dan kolestasis
4. Kolangitis
Perubahan bakterial atau metabolik asam empedu
Infeksi saluran empedu yang berkaitan dengan
koledokolitiasis dan kolangiografi transhepatik perkutaneus
5. Koledokolitiasis
Tersangkutnya batu di saluran empedu hepatik dan umum yang
meyebabkan obstruksi aliran empedu menuju duodenum
6. Kolesterolosis
Polip kolesterol atau endapan kristal dalam submukosa kantung
empedu yang disebabkan oleh sekresi empedu yang mengandung
kolesterol berkonsentrasi tinggi dan garam empedu yang tidak
cukup
7. Ileus batu empedu
Tersangkutnya batu dalam ileus terminal
8. Sindrome postkolsistektomi
Batu empedu yang tertahan atau muncul kembali, spasma sfigter
oddi, gangguan fungsional pd usus, masalah teknis atau diagnosis
yang keliru, yang terjadi pada pasien yang telah menjalani
pembedahan untuk mengambil kantung empedu

Penyumbatan saluran empedu juga bisa menyebabkan peradangan,


biasanya dengan infeksi bakteri, saluran empedu (kolangitis akut).
Aliran empedu dapat tersumbat atau diperlambat (disebut kolestasis)
oleh tumor atau, pada pasien yang memiliki AIDS, berdasarkan
striktur disebabkan oleh infeksi oportunistik (cholangiopathy AIDS).
Kolestasis juga dapat menyebabkan peradangan, fibrosis, dan striktur
dari saluran empedu (disebut kolangitis sklerosis ). Biasanya,
penyebab kolangitis sklerosis tidak diketahui.
4.Tipe-tipe batu empedu
5. Uji Diagnostik Gangguan Empedu
1. Pemeriksaan Sinar-X Abdomen,
2. Ultrasonografi,
3. Pemeriksaan pencitraan Radionuklida atau
koleskintografi
4. ERCP (Endoscopic Retrograde
CholangioPancreatography)
5. Kolangiografi Transhepatik Perkutan
6. MRCP (Magnetic Resonance
Cholangiopancreatography)
6. Patogenesis Batu Empedu

batu kolesterol diawali adanya pengendapan kolesterol yang membentuk kristal kolesterol. Batu
kolesterol terbentuk ketika konsentrasi kolesterol dalam saluran empedu melebihi kemampuan
empedu untuk mengikatnya dalam suatu pelarut, kemudian terbentuk kristal yang selanjutnya
membentuk batu.
Patogenesis batu pigmen melibatkan infeksi saluran empedu, stasis empedu, malnutrisi, dan
faktor diet. Kelebihan aktivitas enzim -glucuronidase bakteri dan manusia (endogen) memegang
peran kunci dalam patogenesis batu pigmen pada pasien dinegara Timur. Hidrolisis bilirubin oleh
enzim tersebut akan membentuk bilirubin tak terkonjugasi yang akan mengendap sebagaicalcium
bilirubinate.
Patogenesis batu pigmen hitam banyak dijumpai pada pasien-pasien sirosis, penyakit hemolitik
seperti thalasemia dan anemia sel sikle. Batu pigmen hitam terjadi akibat melimpahnya bilirubin
tak terkonyugasi dalam cairan empedu.
Patogenesis batu pigmen coklat umumnya terbentuk dalam duktus biliaris yang terinfeksi. Batu
pigmen coklat mengandung lebih banyak kolesterol dibanding batu pigmen hitam, karena
terbentuknya batu mengandung empedu dan kolesterol yang sangat jenuh.
7. Manifestasi Klinis
Pasien kolelitiasis dapat mengalami dua jenis gejala:
1) penyakit kandung empedu itu sendiri dan
2) gejala yang terjadi akibat obstruksi pada jalan perlintasan empedu
oleh batu empedu.
Gejalanya bisa bersifat akut atau kronis.
Gangguan epigastrium, seperti rasa penuh, distensi abdomen
dan nyeri yang samar pada kuadran kanan atas abdomen dapat terjadi.
Gangguan ini dapat terjadi bila individu mengkonsumsi makanan yang
berlemak atau yang digoreng (Smeltzer dan Bare, 2002)
Gejala yang mungkin timbul pada pasien kolelitiasis adalah
nyeri dan kolik bilier, ikterus, perubahan warna urin dan
feses dan defisiensi vitamin. Pada pasien yang mengalami nyeri dan
kolik bilier disebabkan karena adanya obstruksi pada duktus sistikus
yang tersumbat oleh batu empedu sehingga terjadi distensi dan
menimbulkan infeksi. Kolik bilier tersebut disertai nyeri hebat pada
abdomen kuadran kanan atas, pasien akan mengalami mual dan muntah
dalam beberapa jam sesudah mengkonsumsi makanan dalam posi besar.
8. Asuhan Keperawatan Gangguan Fungsi
Empedu / Batu Empedu

1. Pengkajian

adalah fase pertama proses keperawatan .


Data yang dikumpulkan meliputi :
A. Identitas
1. Identitas klien
meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
2. Identitas penanggung jawab
identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama
perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan
alamat.
Gejala kedua yang dijumpai pada pasien kolelitiasis
ialah ikterus yang biasanya terjadi pada obstruksi
duktus koledokus. Salah satu gejala khas dari
obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam
duodenum yaitu penyerapan empedu oleh darah
yang membuat kulit dan membran mukosa
berwarna kuning sehingga terasa gatal-gatal di
kulit.
Gejala selanjutnya terlihat dari warna urin yang
berwarna sangat gelap dan feses yang tampak
kelabu dan pekat.
Kemudian gejala terakhir terjadinya defisiensi
vitamin atau terganggunya proses penyerapan
vitamin A, D, E dan K karena obstruksi aliran
empedu, contohnya defisiensi vitamin K dapat
menghambat proses pembekuan darah yang
normal. (Smeltzer dan Bare, 2002)
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh
klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah
nyeri abdomen pada kuadran kanan atas.
2. Riwayat kesehatan sekarang Merupakan pengembangan diri dari keluhan
utama melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus
utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal
dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety
(S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau
klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan
nyeri/gatal tersebut.
3. Riwayat kesehatan yang lalu Perlu dikaji apakah klien pernah menderita
penyakit sama atau pernah di riwayat sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien
pernah menderita penyakit kolelitiasis
2. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses inflamasi, iskemia jaringan / nekrosis
a.Tujuan : Nyeri terkontrol, teradaptasi
b.Kriteria hasil :
penurunan respon terhadap nyeri (ekspresi)
laporan nyeri terkontrol
c. Rencana intervensi :
observasi catat lokasi, tingkat dan karakter nyeri
Rasional: membantu mengidentifikasi nyeri dan memberi informasi tentang terjadinya perkembangannya
Catat respon terhadap obat nyeri
Rasional: nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menunjukkan terjadinya komplikasi.
Tingkatkan tirah baring (fowler) / posisi yang nyaman
Rasional :posisi fowler menurunkan tekanan-tekanan intra abdominal.
Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
Rasional : meningkatkan istirahat dan koping
Ciptakan lingkungan yang nyaman (turunkan suhu ruangan)
Rasional : mendukung mental psikologik dalam persepsi tentang nyeri
Berikan kompres hangat
Rasional: dilatasi dingin empedu spasme menurun
Kolaborasi pemberian antibiotik
C. Pemeriksaan fisik 6. Nyeri atau keamanan
1. Keadaan Umum Nyeri abdomen atas dapat menyebar ke punggung
Penampilan Umum Kolik epigastrium sehubungan dengan makan
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien
Nyeri mulai tiba- tiba
Kesadaran
Nyeri lepas otot tegang atau kaku apabila kuadaran kanan
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas atas di tekan : tanda Murphy positif
keadaan klien.
7. Pernafasan :
Tanda-tanda Vital
Peningkatan frekuensi pernafasan
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi
(TPRS) Pernafasan teertekan ditandai oleh nafas pendek, dangkal

2. Aktivitas atau istirahat : 8. Keamanan :


Kelemahan Demam, menggigil
Gelisah Ikterik dengan kulit berkeringat dan gatal. Kecenderungan
3. Sirkulasi : tachikardi,berkeringat perdarahan (kekurangan vitamin K)

4. Eliminasi : 9. Penyuluhan atau pembelajaran :


Perubahan warna urine dan feses Kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu
Distensi abdomen Adanya kehamilan atau melahirkan : riwayat DM, penyakit
Teraba masa pada kuadran atas inflamasi usus,diskrasias darah
Urine gelap dan pekat
Feses steatorea

5. Makanan atau cairan :


Anoreksia, mual atau muntah
Tidak toleran terhadap lemak dan makanan pembentuk gas,
nyeri epigastrium, tidak dapat makan
Kegemukan, adanya penurunan BB
2. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi terhadap) berhubungan
dengan muntah, distensi dan hipermotilitas gaster, gangguan proses
pembekuan
a. Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat
b. Kriteria hasil :Turgor kulit yang baik,Membran mukosa
lembab,Pengisian kapiler baik, Urine cukup, TTV stabil, Tidak ada
muntah.
C. Rencana intervensi :
Pertahankan intakke dan output
Rasional : cairan mempertahankan volume sirkulasi
Awasi tanda rangsangan muntah.
Rasional : muntah berkepanjangan, aspirasi gaster dan pembatasan
pemasukan oral menimbulkan degfisit natrium, kalium dan klorida.
Anjurkan cukup minum 50cc/kgBB/hari
Rasional : mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh
Kolaborasi :Pemberian antiemetik, Pemberian cairan IV,
Pemasangan NGT.
3. Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan gangguan pencernaan lemak,
mual muntah, dispepsia, nyeri
a. Tujuan : Menunjukkan kestabilan BB
b. Kriteria hasil : BB stabil, laporan tidak mual muntah
c. Rencana intervensi :
Kaji perkiraan kebutuhan kalori tubuh
Rasional :mengidentifikasi jumlah intake kalori yang diperlukan tiap hari
Timbang BB sesuai indikasi.
rasional : mengawali keseimbangan diet
Diskusi menu yang disukai dan ditoleransi.
rasional :meningkatkan toleransi intake makanan.
Anjurkan gosok gigi sebelum atau sesudah makan.
rasional: menjaga kebersihan mulut agar tidak bau dan meningkatkan nafsu makan.
Konsultasi pada ahli gizi untuk menetapkan diit yang tepat.
rasional: berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi individual melalui rute yang paling tepat
Anjurkan mengurangi makan na berlemak dan menghasilkan gas.
rasional: pembatasan lemak menurunkan rangsangan pada kandung empedu dan nyeri
Berikan diit rendah lemak.
rasional: mencegah mual dan spasme
Kaji distensi abdomen, berhati-hati, menolak gerak.
rasional: menunjukkan ketidaknyamanan berhubungan dengan gangguan pencernaan, nyeri gas
Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi.rasional: membantu dalam mengeluarkan flatus, penurunan distensi abdomen
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosa, pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi
a. Tujuan : menyatakan pemahaman klien
b. Kriteria hasil : Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam
pengobatan
c. Rencana intervensi :
Kaji informasi yang pernah didapat
Rasional : mengkaji tingkat pemahaman klien
Beri penjelasn tentang penyakit, prognosa, dan tindakan diagnostic
Rasional: memungkinkan terjadinya partisipasi aktif
Beritahukan diit yang tepat, teknik relaksasi, untuk persiapan operasi
Anjurkan teknik istirahat yang harus dilaporkan tentang penyakitnya
Anjurkan untuk menghindari makanan atau minuman tinggi lemak
Rasional : mencegah / membatasi terulangnya serangan kandung empedu
Diskusikan program penurunan berat badan
R/ kegemukan adalah faktor resiko terjadinya colesistitis
Kaji ulang program obat, kemungkinan efek samping
R/ batu empedu sering berulang, perlu terapi jangka panjang
3. Evaluasi
1) Nyeri berkurang.
2) Asupan cairan adekuat.
3) Asupan nutrisi adekuat.
4) Mengerti tentang proses penyakit, prosedur pembedahan,
prognosis dan pengobatan.
SEKIAN
&
TERIMA KASIH
Tanya :

Anda mungkin juga menyukai