Anda di halaman 1dari 21

TUGAS PAPER REFLEKSI

MATA KULIAH TROPIS

OLEH :
MELYANI TUTI (C121 16 329)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNHAS
2019
Indonesia adalah negara tropis dimana kita ketahui bahwa negera tropis memiliki
banyak penyakit endemik yang tersebar luas dan cukup mematikan bila tidak ditangani
serius, beberapa penyakit yang dibahas pada mata kuliah untuk asuhan keperawatan
penyakit tropis antara lain :

1. HIV-AIDS & HERPES


A. HIV
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang
tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi,
tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal
dan sebagainya.
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus
(HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1.
Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2
dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1) Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
2) Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3) Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4) Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5) AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist.

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita.
Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

1) Lelaki homoseksual atau biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.


2) Orang yang ketagian obat intravena
3) Partner seks dari penderita AIDS
4) Penerima darah atau produk darah (transfusi).

Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

ELISA, Western blot, P24 antigen test dan Kultur HIV

2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.

Hematokrit, LED, CD4 limfosit, Rasio CD4/CD limfosit, Serum mikroglobulin B2,
Hemoglobulin

Penatalaksanaan suhan Keperawatan


Pengkajian
1.Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obat.
2.Penampilan umum : pucat, kelaparan.
3.Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari
berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
4.Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup, ungkapkan
perasaan takut, cemas, meringis.
5.Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilang
interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang memori, gangguan atensi
dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
6.HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser pada bibir
atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.
7.Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku
kuduk, kejang, paraplegia.
8.Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
9.Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
10.Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu pernapasan,
batuk produktif atau non produktif.
11.GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
12.Gu : lesi atau eksudat pada genital,
13.Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

Diagnosa keperawatan
1.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang
beresiko.
2.Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi
nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3.Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,
kelelahan.
4. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
5.Diare berhubungan dengan infeksi GI
6.ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang
orang dicintai.

B. HERPES

Herpes adalah penyakit infeksi yang menyerang organ kulit yang disebabkan oleh virus.
Terbagi 2 yaitu Herpes Simpleks adalah infeksi virus yang paling umum dan Herpes zoster
adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit
dan mukosa.
Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH), yang
merupakan anggota dari famili herpesviridae. Herpes simplex virus tergolong dalam famili
herpes virus, selain HSV yang juga termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr
(mono) dan varisela zoster yang menyebabkan herpes zoster dan varicella.

Manifestasi berupa Gejala Kulit, Gejala Prodromal baik sistemik maupun lokal,
Eritema (yang akan menjadi vesikel), Nyeri Prodromal. Setelah timbulnya onset Prodromal
:Patch eritem disertai indurasi, Limfadenopati regional, Timbulnya Lesi. Pemeriksaan
diagnostik dapat ditegakkan dengan : ELISA, kultur virus, tes tzank dan hispatoligis.

Penatalaksanaan :

1. Edukasi kepada pasien mengenai perjalanan alami penyakit ini, termasuk


informasi bahwa penyakit ini menimbulkan rekurensi
2. Pada herpes genitalis, edukasi kepada pasien tentang pentingnya abstinensia
(pasien harus tidak melakukan hubungan seksual ketika masih ada lesi atau ada
gejala prodromal)
3. Edukasi kepada pasien bahwa sebaiknya memberi informasi kepada pasangan
seksualnya bahwa ia menderita penyakit herpes simpleks
4. Edukasi kepada pasien bahwa transmisi penyakit ini secara seksual dapat
terjadi pada masa asimtomatik
5. Edukasi kepada pasien bahwa penggunaan kondom yang menutupi daerah
yang terinfeksi dapat menurunkan risiko transmisi

2. FILARIASIS DAN LEPTOSPIROSIS


A. FILARIASIS

Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging desease, yaitu penyakit yang


dulunya sempat ada, kemudian tidak ada dan sekarang muncul kembali. Filariasis
(penyakit kaki gajah) adalah penyakit raenular menahun yang disebabkan oleh cacing
filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing (a.
Wuchereria bancrofti, b. Brugia malayi, Brugia timori, )tersebut hidup di
saluran dan kelenjar getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa demam berulang,
peradangan saluran dan saluran kelenjar getah bening.
Pencehan : pengobatan massal, pengendalian vektor, peran serta manyarakat
memberantas parasit.

Pengobatan : DEC, Invermectin mectizan, c. Albendazol 400mg dosis tunggal

ASUHAN KEPERAWATAN :

1. Intoleransi aktifitas
2. Nyeri akut
3. Hipertemi
4. Defisiensi pengetahuann

B. LEPTOSPIROSIS

Leptospirosis adalah infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Penularan
leptospirosis pada manusia terjadi secara kontak langsung dengan hewan terinfeksi
Leptospira atau secara tidak langsung melalui genangan air yang terkontaminasi urin yang
terinfeksi Leptospira. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka atau membran
mukosa.

Penularan, infeksi pada manusia dapat terjadi melalui beberapa cara berikut ini
:Kontak dengan air, tanah dan lumpur yang tercemar bakteri. Kontak dengan organ, darah,
dan urin hewan terinfeksi. Mengomsumsi makanan yang terkontaminasi.

Manifestasi ada 3 fase yaitu : leptospiremia, imun, dan konvalesen.

Pemeriksaan penunjang : kultur organisme, pemeriksaan mikroskopik, serologi.

Komplilasi : gagal ginjal, gagal hepar, gangguan respirasi, kardio dan pakreatitis akut.

INDIKASI OBAT DAN DOSIS


Leptospirosis ringan (mild illness/ - Ampisilin 4 x 500 mg
suspect case) - Amoksisilin 4 x 500 mg
- Eritromisin 4 x 500 mg
Leptospirosis berat (severe case/ probable - Penisilin 4 x 1,5 IU
case) - Amoksisilin 4 x 1 gr selama 7 hari

DIAGNOSA :

1. Hipertemi
2. Hambatan mobilitas fisik
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. DHF & HEPATITIS


A. DHF

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty.

Tanda dan gejala:

Demam tinggi selama 5 – 7 hari, Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare,
konstipasi. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
Sakit kepala. Pembengkakan sekitar mata. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah,
capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

Klasifikasi

a. Derajat I :Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II :Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan


di bawah kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

c. Derajat III :Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan


manifestasi kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan
kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.

d. Derajat IV :Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan
manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.

Pengkajian

 Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai sumber


(pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya).
 Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan
pasien
 Kaji riwayat keperawatan.
 Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak nafsu
makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi cepat dan
lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas, sianosis, gelisah,
penurunan kesadaran).

Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler,
perdarahan, muntah dan demam.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
3. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu
makan.
4. Defisiensi pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi
5. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
6. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

B. HEPATITIS

Hepatitis kronik adalah suatu syndrome klinis patologis yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi, ditandai oleh berbagai peradangan dan nekrosis pada hati yang
berlangsung terus tanpa penyembuhan dalam jangka waktu 3 – 6 bulan.

Dikenal 4 kelompok etiologi Hepatitis kronik yaitu :Infeksi virus : Virus Hepatitis B,C,
dan D. Penyakit hati autoimun. Obat-obatan : metaldopa, isoniaszid. Kelainan genetic

Gambaran Klinis

1. Gejala-gejalaprodomal, timbul pada semua penderita :Malaise dan demam derajat


rendah, Rasa malas, Anoreksi, Sakit Kepala. Banyak penderita mengalami antralgia, artristis
,urtikaria dan ruam kulit sementara, Rasa tidak nyaman dikuadran kanan atas

2. Gejala fase ikterik ( berlangsung 4-6 Minggu ) : Penderita merasa lebih sehat dan
nafsu makan kembali. Demam merendah. Urine menjadi gelap dan faeses memucat. Hati
membesar. pada beberapa penderita sering dapat ditemukan limfadenopati yang nyeri.

3. Kelainan Biokimia: Peningkatan kadar AST ( asparat amino transferase ) dan ALT (
alanine aminotransferase), Billirubinuria, Hiperbillirubinamia.

Diagnosa :Nutrisi kurang dari kebutuhan

4. MORBILI DAN VARICELLA


A. MORBILI
Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Campak/
Rubella. Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu
stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet
dan kontak langsung dengan pasien.

PENCEGAHAN

1) Cara yang paling efektif untuk mencegah anak dari penyakit campak adalah dengan
memberikan imunisasi campak. Jika setelah mendapat imunisasi, anak terserang campak,
maka perjalanan penyakit akan jauh lebih ringan. Imunisasi campak untuk bayi diberikan pada
umur 9 bulan. Bisa pula imunisasi campuran, misalnya MMR (measles-mump-rubella),
biasanya diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
Disuntikkan pada otot paha atau lengan atas

2) Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan. Jika
anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu dokter menunda
pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan dengan anak lain atau
orang lain yang sedang demam.

Pengkajian

a. Biodata
o Anak yang sakit.
o Orang tua.

b. Riwayat kesehatan
o Keluhan utama.
o RPS (demam tinggi, anoreksia, malaise, dll).
o Riwayat kesehatan lalu.
o Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat kehamilan (anak yang sakit).
o Riwayat imunisasi (bayi dan anak).
o Riwayat nutrisi.
o Riwayat tumbuh kembang.

c. Pola aktivitas sehari-hari


o Nutrisi / minum : 1) Dirumah 2) Dirumah sakit
o Tidur / istirahat : 1) Dirumah 2) Dirumah sakit
o Kebersihan : 1) Dirumah 2) Dirumah sakit
o Eliminasi : 1) Dirumah 2) Dirumah sakit

d. Keadaan umum : kesadaran, TTV

e. Pemeriksaan fisik
1) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
2) Kepala : sakit kepala
3) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan
hidung ( pada stad eripsi ).
4) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
5) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher,
muka, lengan dan kaki ( pada stad. Konvalensi ), evitema, panas ( demam ).
6) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
7) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
9) Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan

f. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni.
Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya multinucleated
giant sel yang khas.
Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement
fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari setelah
timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu kemudian.

Diagnosa

a. Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi/infeksi virus


b. kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

B. VARICELLA

Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal
dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama Chicken – pox.
Varisela adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster,
ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit. Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang
sangat menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam
dan timbul bintik-bintik merah yang kemudian mengandung cairan.

Penatalaksanaan :Nyeri diberikan analgetik, Terdapat infeksi sekunder diberikan


antibioti, Defisiensi imunitas diberikan antiviral/imunostrimulator. Sejak lesi muncul
dalam 3 hari pertama diberikan asiklovir. Untuk mencegah fibrosis ganglion diberikan
kortikosteroid. Pengobatan tropical tergantung pada stadium, pada 5 stadium besikal
diberikan bedak untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infekel sekunder.

5. DIFTERI & TBC


A. TBC

Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
penyakit parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil
dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri
dalam paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan
granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Dibagi 2 : TB paru dan TB ekstra paru.

Penyakit Tb paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Mycobakterium tuberkulosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA), sumber penularan adalah penderita
tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau
droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.

tanda dan gejala tuberkulosis adalah:Demam , Malaise, Anoreksia, Penurunan berat


badan, Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu – minggu
sampai berbulan – bulan), Peningkatan frekuensi pernapasan, Ekspansi buruk pada tempat
yang sakit, Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi 7, Demam persisten.
Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan berat badan.

Komplikasi dini :pleurutis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Poncet’s


arthropathy.

Komplikasi lanjut :obstruksi jalan napas -> SOFT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat -> SOPT/fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis,
karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TBC milier dan
kavitas TBC (Sudoyo, 2007). Komplikasi penderita stadium lanjut adalah hemoptisis berat
(perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok,
kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru, penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,
tulang, persendian, ginjal, dan sebagainya (Zulkoni, 2010).

B. DIFTERI

Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular yang terjadi secara
local pada mukosa saluran pernapasan atau kulit, yang disebabkan oleh basil gram positif
Corynebacterium diphtheria, ditandai oleh terbentuknya eksudat yang berbentuk membran
pada tempat infeksi, dan diikuti oleh gejala-gejala uum yang ditimbulkan oleh eksotoksin yang
diproduksi oleh basil ini. (Sudoyo Aru, dkk 2009).

Disebabkan oleh Corynobacterium diphtheria, bakteri gram positif yang bersifat


polimorf, tidak bergerak dan tidak berbentuk spora, aerobic dan dapat dapat memproduksi
eksotoksin (Sudoyo Aru, dkk 2009).

6. MORBUS HANSEN & TONSILLITIS


A. MORBUS HANSEN/ KUSTA
Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun yang menyerang saraf
perifer, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Lepra : Morbus hansen, Hamseniasis

Reaksi :Episode akut yang terjadi pada penderita kusta yang masih aktiv
disebabkan suatu interaksi antara bagian-bagian dari kuman kusta yang telah mati dengan
zat yang telah tertimbun di dalam darah penderita dan cairan penderita.

Menurut klasifikasi Ridley dan Jopling :

1. Tipe Tuberkoloid ( TT ) :Mengenai kulit dan saraf. Lesi bisa satu atau kurang,
dapat berupa makula atau plakat, batas jelas, regresi, atau, kontrol healing ( + ).
Permukaan lesi bersisik dengan tepi meninggi, bahkan hampir sama dengan
psoriasis atau tinea sirsirata. Terdapat penebalan saraf perifer yang teraba,
kelemahan otot, sedikit rasa gatal. Infiltrasi Tuberkoloid ( + ), tidak adanya
kuman merupakan tanda adanya respon imun pejamu yang adekuat terhadap
basil kusta.
2. Tipe Borderline Tuberkoloid ( BT ): Hampir sama dengan tipe tuberkoloid.
Gambar Hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skauma tidak sejelas tipe TT.
Gangguan saraf tidak sejelas tipe TT. Biasanya asimetris. Lesi satelit ( + ),
terletak dekat saraf perifer menebal.
3. Tipe Mid Borderline ( BB ): Tipe paling tidak stabil, jarang dijumpai. Lesi dapat
berbentuk macula infiltrate. Permukaan lesi dapat berkilat, batas lesi kurang
jelas, jumlah lesi melebihi tipe BT, cenderung simetris. Lesi sangat bervariasi
baik ukuran bentuk maupun distribusinya. Bisa didapatkan lesi punched out,
yaitu hipopigmentasi berbentuk oralpada bagian tengah dengan batas jelas
yang merupaan ciri khas tipe ini.
4. Tipe Borderline Lepromatus ( BL ) :Dimulai makula, awalnya sedikit lalu menjadi
cepat menyebar ke seluruh tubuh. Makula lebih jelas dan lebih bervariasi
bentuknya, beberapa nodus melekuk bagian tengah, beberapa plag tampak
seperti punched out. Tanda khas saraf berupa hilangnya sensasi,
hipopigmentasi, berkurangnya keringat dan gugurnya rambut lebih cepat
muncil daripada tipe LL dengan penebalan saraf yang dapat teraba pada
tempat prediteksi.
5. Tipe Lepromatosa ( LL ) :Lesi sangat banya, simetris, permukaan halus, lebih
eritoma, berkilap, batas tidak tegas atau tidak ditemuka anestesi dan anhidrosis
pada stadium dini.Distribusi lesi khas :Wajah : dahi, pelipis, dagu, cuping
telinga. Badan : bahian belakang, lengan punggung tangan, ekstensor tingkat
bawah. Stadium lanjutan :Penebalan kulit progresif, Cuping telinga menebal,
Garis muka kasar dan cekung membentuk fasies leonine, dapat disertai
madarosis, intis dan keratitis. Lebih lanjut Deformitas hidung Pembesaran
kelenjar limfe, orkitis atrofi, testis Kerusakan saraf luas gejala stocking dan
glouses anestesi. Penyakit progresif, makula dan popul baru. Tombul lesi lama
terjadi plakat dan nodus. Stadium lanjut Serabut saraf perifer mengalami
degenerasi hialin/fibrosis menyebabkan anestasi dan pengecilan tangan dan
kaki.
6. Tipe Interminate ( tipe yang tidak termasuk dalam klasifikasi Redley & Jopling):
Beberapa macula hipopigmentasi, sedikit sisik dan kulit sekitar normal. Lokasi
bahian ekstensor ekstremitas, bokong dan muka, kadang-kadang dapat
ditemukan makula hipestesi dan sedikit penebalan saraf. Merupakan tanda
interminate pada 20%-80% kasus kusta. Sebagian sembuh spontan. Gambaran
klinis organ lain; Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai kebutaan,
Tulang rawan : epistaksis, hidung pelana, Tulang & sendi : absorbsi, mutilasi,
artritis, Lidah : ulkus, nodus, Larings : suara parau, Testis : ginekomastia,
epididimitis akut, orkitis, atrofi, Kelenjar limfe : limfadenitis, Rambut : alopesia,
madarosis, Ginjal : glomerulonefritis, amilodosis ginjal, pielonefritis, nefritis
interstitial.

Diagnosa Keperawatan :

1. Gangguan konsep diri : HDR b/d inefektif koping indifidu


2. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d proses reaksi
3. Gangguan aktivitas b/d post amputasi
4. Resiko injuri b/d invasif bakteri
B. TONSILITIS

Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri atau
kuman streptococcusi beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus
pyogenes dapat juga disebabkan oleh virus, pada tonsilitis ada dua yaitu :Tonsilitis Akut
dan Tonsilitis Kronik.

Manisfestasi Klinis

Keluhan pasien biasanya berupa nyeri tenggorokan, sakit menelan, dan kadang –
kadang pasien tidak mau minum atau makan lewat mulut. Penderita tampak loyo dan
mengeluh sakit pada otot dan persendian. Biasanya disertai demam tinggi dan napas yang
berbau, yaitu : Suhu tubuh naik sampai 40 oC. Rasa gatal atau kering ditenggorokan. Lesu.
Nyeri sendi, odinofagia. Anoreksia dan otolgia. Bila laring terkena suara akan menjadi
serak. Tonsil membengkak. Pernapasan berbau.

Komplikasi: Otitis media akut. Abses parafaring. Abses peritonsil. Bronkitis, Nefritis
akut, artritis, miokarditis. Dermatitis. Pruritis. Furunkulosis.

Pemeriksaan Penunjang : Kultur dan uji resistensi bila perlu dan Kultur dan uji
resistensi kuman dari sediaan apus tonsil.

Penatalaksanaan :

Sebaiknya pasien tirah baring. Cairan harus diberikan dalam jumlah yang cukup,
serta makan – makanan yang berisi namun tidak terlalu padat dan merangsang
tenggorokan. Analgetik diberikan untuk menurunkan demam dan mengurangi sakit
kepala. Di pasaran banyak beredar analgetik (parasetamol) yang sudah dikombinasikan
dengan kofein, yang berfungsi untuk menyegarkan badan.

Jika penyebab tonsilitis adalah bakteri maka antibiotik harus diberikan. Obat pilihan
adalah penisilin. Kadang – kadang juga digunakan eritromisin. Idealnya, jenis antibiotik
yang diberikan sesuai dengan hasil biakan. Antibiotik diberikan antara 5 sampai 10 hari.

Jika melalui biakan diketahui bahwa sumber infeksi adalah Streptokokus beta
hemolitkus grup A, terapi antibiotik harus digenapkan 10 hari untuk mencegah
kemungkinan komplikasi nefritis dan penyakit jantung rematik. Kadang – kadang
dibutuhkan suntikan benzatin penisilin 1,2 juta unit intramuskuler jika diperkirakan
pengobatan orang tidak adekuat. Terapi obat lokal untuk hegiene mulut dengan obat
kumur atau obat isap. Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamida selama 5 hari.
Antipiretik. Obat kumur atau obat isap dengan desinfektan. Bila alergi pada penisilin
dapat diberikan eritromisin atau klindamigin.

7. HELMINTH USUS & MUMPS


A. HELMINTH USUS

Berasal dari kata Yunani “helmins” yang berarti “cacing,” merupakan istilah
kategoris yang luas mengacu pada berbagai jenis parasit cacing yang banyak terdapat
dalam tubuh. Helminthiasis sendiri merupakan kelainan yang disebabkan oleh cacing.
Salah satunya pada sistem dermatomuskuloskeletal yaitu kelainan kulit oleh larva
nematoda melalui larva migrans. Larva migrans, yaitu terjadinya migrasi larva cacing
nematoda terutama nematoda binatang dalam tubuh manusia tempat larva tersebut tidak
dapat berkembang lebih lanjut untuk menjadi dewasa, dalam hal ini manusia bertindak
sebagai hospes paratenik.
B. MUMPS/GONDONG/GONDOKAN

Gondong atau mumps adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang
berpindah dari satu orang ke orang lain melalui air liur, sekresi hidung, dan kontak pribadi
yang dekat. Mumps yang juga disebut parotitis

Diagnosis dilakukan hanya secara klinis. Diagnosis dilakukan bila jelas ada gejala infeksi
parotitis epidemika pada pemeriksaan fisis, termasuk keterangan adanya kontak dengan
penderita penyakit gondong (mumps atau parotitis) 2-3 minggu sebelumnya. Selain itu,
gondong dapat didiagnosis dengan gejalanya saja, terutama dengan memeriksa
pembengkakan wajah. Dokter mungkin juga akan melakukan hal berikut: Periksa bagian
dalam mulut untuk melihat posisi amandel – ketika terinfeksi gondong, amandel seseorang
dapat didorong ke samping, Mengambil suhu pasien,Mengambil sampel darah, urine, atau air
liur untuk memastikan diagnosis, Mengambil sampel CSF (cairan serebrospinal) dari tulang
belakang untuk pengujian – ini biasanya hanya pada kasus yang parah.
8. TIFOID & MALARIA
A. TIFIOD

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua
sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan
carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

B. MALARIA
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup
dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria
(Anopheles) betina

9. PERTUSIS & TETANUS


A. PERTUSIS

Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh bakteri Bordetella
pertusis. Nama lain penyakit ini adalah tussis quinta, whooping cough, batuk rejan, batuk 100
hari.

Stadium 1: Stadium ini berlangsung 1-2 minggu. Stadium ini disebut juga catarrhal
phase, stadium kataralis, stadium prodromal, stadium pre-paroksismal. Stadium ini tidak
dapat dibedakan dengan infeksi saluran pernafasan bagian atas dengan common cold,
kongesti nasal, rinorea, dan bersin, dapat disertai dengan sedikit demam (low-grade fever),
tearing, dan conjunctival suffusion. Pada stadium ini, pasien sangat infeksius (menular) namun
pertusis dapat tetap menular selama tiga minggu atau lebih setelah onset batuk. Kuman paling
mudah diisolasi juga pada stadium ini. Menurut Rampengan (2008), masa inkubasi pertusis 6-
10 hari (rata-rata 7 hari), perjalanan penyakitnya berlangsung antara 6-8 minggu atau lebih.
Adapun manifestasi klinis pada stadium ini adalah:

1) Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas, yaitu dengan timbulnya rinore
dengan lendir yang cair dan jernih.

2) Infeksi konjungtiva, lakrimasi.

3) Batuk dan panas yang ringan.

4) Kongesti nasalis

5) Anoreksia

Batuk yang timbul mula-mula pada malam hari, lalu siang hari, dan menjadi semakin
hebat. Sekret banyak, menjadi kental dan lengket. Pada bayi, lendir mukoid sehingga
menyebabkan obstruksi jalan nafas, dimana bayi terlihat sakit berat dan iritabel.

b. Stadium 2: Stadium ini berlangsung 2-4 minggu atau lebih. Stadium ini disebut
juga paroxysmal phase, stadium akut paroksismal, stadium paroksismal, stadium spasmodik.
Penderita pada stadium ini disertai batuk berat yang tiba-tiba dan tak terkontrol (paroxysms
of intense coughing) yang berlangsung selama beberapa menit. Bayi yang berusia kurang dari
6 bulan tidak disertai whoop yang khas namun dapat disertai episode apnea (henti nafas
sementara) dan berisiko kelelahan (exhaustion).

Menurut Rampengan (2008), manifestasi klinis pada stadium ini adalah:

1) Whoop (batuk yang berbunyi nyaring), sering terdengar pada saat penderita
menarik nafas di akhir serangan batuk.
2) Batuk 5-10 kali, selama batuk anak tidak dapat bernafas, dan di akhir serangan
batuk anak menarik nafas dengan cepat dan dalam sehingga terdengar bunyi
melengking (whoop) dan diakhiri dengan muntah.

3) Selama serangan (batuk), muka penderita menjadi merah atau sianosis, mata
tampak menonjol, lidah menjulur keluar, dan gelisah. Juga tampak pelebaran
pembuluh darah yang jelas di kepala dan leher, petekie di wajah, perdarahan
subkonjungtiva dan sclera, bahkan ulserasi frenulum lidah.

4) Di akhir serangan, penderita sering memuntahkan lendir kental.

5) Setelah 1 atau 2 minggu, serangan batuk makin menghebat

c. Stadium 3: Stadium ini berlangsung 1-2 minggu. Stadium ini disebut juga stadium
konvalesens. Menurut Guinto-Ocampo H. (2006) dan Garna H., et.al. (2005), pada stadium
konvalesens, batuk dan muntah menurun. Namun batuk yang terjadi merupakan batuk kronis
yang dapat berlangsung selama berminggu-minggu. Dapat terjadi petekie pada kepala/leher,
perdarahan konjungtiva, dapat terjadi ronki difus.

Menurut Rampengan (2008), manifestasi klinis pada stadium ini adalah:

1) Whoop dan muntah berhenti.

2) Batuk biasanya masih menetap dan segera menghilang setelah 2-3 minggu.

3) Beberapa penderita akan timbul serangan batuk paroksismal kembali dengan


whoop dan muntah-muntah. Episode ini terjadi berulang dalam beberapa bulan
bahkan hingga satu atau dua tahun, dan sering dihubungkan dengan infeksi saluran
nafas bagian atas yang berulang.

B. TETANUS

Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium
tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot
seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangka

Gejala klinis

Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, didahului dengan ketgangan otot


terutama pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus)
karena spsme otot massater. Kejang otot ini akan berlanjut ke kuduk (opistotonus) dinding
perut dan sepanjang tulang belakang. Bila serangan kejang tonik sedang berlangsung serimng
tampak risus sardonukus karena spsme otot muka dengan gambaran alsi tertarik ke atas,
sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi. Gambaran umum
yang khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam
ekstrensi lengan kaku dan tangan mengapal biasanya kesadaran tetap baik. Serangan timbul
paroksimal, dapat dicetus oleh rangsangan suara, cahaya maupun sentuhan, akan tetapi
dapat pula timbul spontan. Karena kontraksi otot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan
sianosis, retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak). Kadang
dijumpai demam yang ringan dan biasanya pada stadium akhir
10.FLU BURUNG
Bergantung pada subtipe virus yang menyebabkan penyakit, rentang gejala mulai dari
tanpa gejala (asimtomatik) hingga pneumonia berat disertai gagal napas bahkan gagal organ
multipel. Manifestasi klinis awal biasanya seperti: Influenza like illness (ILI) atau Penyakit
Serupa Influenza (PSI) dengan gejala demam, sakit tenggorokan, batuk, pilek, nyeri otot, sakit
kepala, lesu. Beberapa laporan kasus menyebutkan adanya konjungtivitis, diare, bahkan ada
satu kasus dengan meningitis.

Pemeriksaan Laboratorium :Limfopeni dan trombositopeni (ditemukan hampir pada


seluruh kasus), Peningkatan enzim hati (SGOT dan SGPT); Dapat ditemukan peningkatan
urea-N dan kreatinin.

Kasus suspek adalah seseorang yang menderita infeksi saluran respiratorik atas
dengan gejala demam (suhu ≥ 380 C), batuk dan atau sakit tenggorokan, sesak napas
dengan salah satu keadaan di bawah ini dalam 7 hari sebelum timbul gejala klinis:

1. Kontak erat dengan pasien suspek, probable, atau confirmed seperti merawat,
berbicara atau bersentuhan dalam jarak <1 meter.
2. Mengunjungi peternakan yang sedang berjangkit KLB flu burung.
3. Riwayat kontak dengan unggas, bangkai, kotoran unggas, atau produk mentah lainnya
di daerah yang satu bulan terakhir telah terjangkit flu burung pada unggas, atau
adanya kasus pada manusia yang confirmed.
4. Bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau
binatang yang dicurigai menderita flu burung dalam satu bulan terakhir.
5. Memakan/mengkonsumsi produk unggas mentah atau kurang dimasak matang di
daerah diduga ada infeksi H5N1 pada hewan atau manusia dalam satu bulan
sebelumnya.
6. Kontak erat dengan kasus confirmed H5N1 selain unggas (misal kucing, anjing).

11.RUBELLA & SCABBIES


A. RUBELLA

Rubella atau campak Jerman adalah penyakit menular yang disebabkan virus
rubella. Gejala rubella yang paling utama adalah ruam merah berbentuk bintik-bintik.
Rubella sering terjadi pada anak yang belum mendapat vaksin campak, gondok, dan
rubella.

Rubella berbeda dengan cacar air walaupun dua penyakit ini sama-sama
menyebabkan ruam merah. Rubella disebabkan virus yang berbeda dengan cacar air, dan
rubella tidak terlalu menular dan serius seperti cacar air.

Anak-anak yang terinfeksi rubella mungkin saja tidak menunjukkan gejala.


Umumnya, gejala muncul 2-3 minggu setelah terpapar virus.
Gejala rubella yang sering terjadi yaitu: Ruam kulit pada kepala menyebar ke
tubuh, selama 2-3 hari, Sakit kepala, demam ringan, Hidung tersumbat atau ingusan,
Kelenjar getah bening leher dan belakang telinga membengkak, Rubella pada dewasa dan
remaja dapat ditambah dengan gejala berikut ini: Hilang napsu makan, Konjungtivitis
(infeksi kelopak mata dan bola mata), Sendi bengkak dan nyeri, pada wanita usia muda.
Gejala ini biasanya hilang dalam beberapa hari namun dapat lebih lama.

Saat ini, proses penyakit autoimun dan rubella dianggap berhubungan. Saat
terinfeksi rubella, tubuh anak Anda akan secara otomatis kebal dan memiliki imun pada
penyakit ini secara permanen. Jika anak Anda merasa tidak nyaman, Anda dapat
menggunakan obat penurun panas dan antinyeri seperti paracetamol. Anda juga dapat
bertanya pada apoteker untuk krim pengurang rasa gatal. Saat hamil dapat memberikan
antigen rubella (hiperimun globulin) untuk membantu kekebalan, namun hal ini tetap
berisiko pada cacat bayi.

B. SCABBIES

Penyakit scabies adalah penyakit gatal pada kulit yang disebabkan oleh tungau atau
kutu kecil yang bernama Sarcoptes scabiei varian hominis, ditandai dengan keluhan gatal,
terutama pada malam hari dan mudah menular melalui kontak langsung atau tidak
langsung. Penyakit scabies ini banyak diderita di masyarakat kita, maka tak heran banyak
penamaan untuk penyakit ini seperti gudik (gudikan), kudis (kudisan), gatal agogo,
budukan, dan lain-lain (silahkan ditambahkan).

Gejala utama penyakit scabies adalah gatal pada kulit, terutama memburuk pada
malam hari. Rasa gatal terjadi karena reaksi alergi terhadap tungau. Terjadi secara
berkolompok seperti telah disebutkan di atas.

Gejala scabies atau kudis lainnya meliputi: Gatal di sela-sela jari dan pergelangan
tangan. Gatal pada permukaan luar siku dan di ketiak. Gatal di sekitar perut dan pusar.
Gatal Pada bagian bokong dan selangkangan. Gatal di sekitar puting susu, garis bra, dan
sisi payudara (pada wanita). Gatal Pada alat kelamin (pada pria).

Pada bayi dan anak-anak kecil, gatal-gatal dan iritasi kulit juga dapat terjadi pada
kulit kepala, leher, dan wajah dan telapak tangan dan telapak kaki.

Pengobatan Scabies :

1. Penyakit scabies atau Kudis ini tidak akan sembuh dengan sendirinya. Untuk
menghilangkannya, dan agar tidak menyebar kepada orang lain, maka perlu
menggunakan obat scabies berbentuk krim khusus atau lotion yang dioleskan
pada kulit. Obat scabies cream ini mengandung permethrin atau kandungan
lainnya. Oleskan obat scabies merata ke seluruh permukaan kulit yang gatal,
tapi hindari daerah sekitar mata dan mulut. Setelah dioleskan biarkan, jangan
terkena air selama 8 sampai 14 jam (tergantung obatnya) baru kemudian
dibersihkan atau mandi.
2. Antihistamin (seperti interhistin, cetirizin, dll), krim steroid, atau, dalam kasus
yang parah, pil steroid dapat membantu mengurangi rasa gatal. Obat anti gatal
ini diminum sebelum menggunakan obat scabies di atas, tentu hal ini harus
berdasarkan rekomendasi dokter. Baca juga: Obat gatal paling ampuh
3. Jika terdapat infeksi skunder yang ditandai dengan nanah pada kulit yang gatal,
maka diperlukan antibiotik.

Anda mungkin juga menyukai