Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TUTORIAL SISTEM RESPIRASI

“ BATUK ”

DISUSUN OLEH :
Kelompok V

Alfianti Rajab (C12116005)


Andri Prianto (C12116014)
Hasrawati (C12116018)
Anissa Kartika Dewi Paat (C12116034)
Surpia (C12116304)
Gavrila Lenny Satar (C12116307)
Flavia Enykustia (C12116314)
Heriani (C12116321)
Andi Taufiqurrahman (C12116327)
Melyani Tuti (C12116329)
Sitti Ainun MW. P. (C12116506)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN NERS “A” 2016


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017/2018
Skenario 1
Ny. L, diantar ke rumah sakit oleh keluarga dengan keluhan batuk disertai
nyeri dada. Keluhan batuk pasien rasakan sejak 2 bulan yang lalu namun karena
pasien merasa nyeri dada maka pasien datang ke rumah sakit untuk di rawat. Pasien
seorang ibu rumah tangga yang berjualan gado – gado di depan pabrik Tekstil.
Keluarga mengatakan pasien sangat aktif dan masih kuat untuk bekerja. Akhir –
akhir ini kesehatan pasien menurun sehingga sudah 3 minggu tidak berjualan. Pasien
memiliki riwayat demam tinggi di sertai batuk. Saat pemeriksaan ditemukan TD =
160/90 mmHg, RR = 26x/mnt, ND = 96x/mnt, ST = 38,4⁰C. Bunyi nafas ronchi pada
area apeks sinistra dan dekstra. Sputum berwarna kuning pekat. Pada CT - Scan
Thoraks parenkim paru berbatas tegas dan tampak infiltrat paru bersifat nodul di
bagian sinistra. Pemeriksaan AGD PH = 7,35; PaO2 = 80 mmHg; PCO2 = 45 mmHg;
HCO3 = 23 mEq/L; SaO2 = 94 %; Kimia darah menunjukkan Hb = 11 gr/dl,
Ht=40%, leukosit 13.200 µL, RBC 3,75 x 1012 ( juta/µL).

1. KLARIFIKASI KATA-KATA KUNCI


 Batuk merupakan refleks protektif untuk membersihkan jalan napas dari
sekret dan zat-zat asing dengan tekanan yang tinggi dan aliran udara yang
cepat.
 Nyeri dada adalah suatu tanda yang disebabkan karena berkurangnya
pasukan oksigen dan menurunnya aliran darah ke dalam miokardium
(LeMone, Burke, & Bauldoff, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
2016).
 Demam adalah suhu tubuh yang berada di atas rentang umum (Kozier, Erb,
Berman, & Snyder, 2010)
 Bunyi nafas ronchi adalah suara tambahan (bunyi pendek, khas, pecah,
gelembung) yang dihasilkan oleh aliran udara melalui saluran nafas yang
berisi cairan/ eksudat (LeMone, Bauldoff, & Burke, Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, 2015).
 Apeks Sinistra adalah bagian puncak paru-paru kiri.
 Apeks Dextra adalah bagian puncak paru-paru kanan.
 Sputum adalah lender dan materi lainnya yang dibawa dari paru- paru
bronkus dan trakea yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan.
 Parenkim paru-paru merupakan area yang aktif bekerja dari jaringan paru-
paru. Parenkim tersebut mengandung berjuta- juta unit alveolus
 CT-Scan Thoraks adalah pemeriksaan diagnostik yang dilakukan saat
sinar-X tidak memperlihatkan sebagian area dengan baik, seperti pleura dan
mediastinum. Pemeriksaan ini dilakukan untuk membedakan kondisi
patologik, efusi pleura, dan pembesaran kelenjar limfe serta memonitor
terapi (LeMone, Bauldoff, & Burke, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, 2015).
 Infiltrat adalah gambaran densitas paru yang abnormal yang umumnya
berbentuk bercak-bercak atau titik-titik kecil dengan densitas sedang dan
batas tidak tegas. Merupakan gambaran suatu proses aktif paru-paru.
 Nodul adalah daerah bundar yang lebih padat dari pada jaringan paru
normal. Ini muncul sebagai titik putih pada CT scan. Paru nodul biasanya
disebabkan oleh bekas luka jaringan, infeksi yang disembuhkan, dan iritant
udara.
 AGD (Analisa Gas Darah) adalah pemeriksaan darah arteri yang dilakukan
untuk mengaji perubahan dalam keseimbangan asam basa yang disebabgkan
oleh gangguan pernapasan, gangguan metabolic, atau keduanya (LeMone,
Bauldoff, & Burke, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, 2015).
 pH menyatakan kepekaan ion hydrogen dan keasaman zat yang
ditimbulkannya. Nilai normal pH darah : 7,35 -7,45
 PaO2 yaitu tekanan parsial kelarutan oksigen (O2) di dalam darah dan
menjadi indikator klinis untuk mengetahui status oksigenasi. Nilai normal
PaO2 : 80-100 mmHg.
 PCO2 yaitu tekanan parsial kelarutan karbondioksida (CO2) di dalam darah.
Nilai normal PCO2 : 34 - 45 mmHg.
 HCO3 ( ion bikarbonat ) parameter asidosis/ alkalosis metabolik. Bila
kadar ion bikarbonat menurun dari normal menandakan asidosis dan bila
kadar ion bikarbonat meningkat adalah alkalosis. Nilai normal HCO3 adalah
22 – 26 mEg/L.
 SaO2 (Saturasi Oksigen hemoglobin) adalah presentase ikatan oksigen
dengan hemoglobin. Nilai normal: 95-100 %
 Hb (hemoglobin) merupakan komponen eritrosit yang membawa oksigen
dalam tubuh. Nilai normal kadar hemoglobin pada laki-laki sekitar 14-18
gram/dl, sedangkan wanita 12-16 gram/dl.
 Hematokrit menunjukkan kadar eritrosit dalam darah. Nilai normal pria :
40-48 %, sedangkan wanita 37-43 %.
 Leukosit disebut juga sel darah putih dan merupakan bagian dari system
pertahanan tubuh. Nilai normal sekitar 5.000-10.000/mm3.
 RBC (Red Blood Cell Count) menunjukkan jumlah eritrosit. Eritrosit
berfungsi membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan
mentransfer karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Nilai normal pada
laki-laki sekitar 4,5-5,5 juta/mm3, sedangkan pada wanita 4-5 juta/mm3
darah.
2. KATA/PROBLEM KUNCI

3. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1. Bagaimana proses terjadinya infeksi pada saluran pernafasan !
2. Bagaimana mekanisme pembentukan sputum ?
3. Bagaimana batuk dapat menyebabkan nyeri dada ?
4. Mengapa pada orang batuk saat diauskultasi terdengar bunyi ronkhi ?
5. Bagaimana penatalaksanaan farmakoterapi dan non farmakoterapi dari
batuk ?
6. Bagaimana mekanisme batuk ?
7. Mengapa batuk sering disertai dengan demam ?
8. Bagaimana pemeriksaan sputum ?
9. Diagnosa keperawatan apa yang bisa diangkat serta outcome dan
intervensi keperawatan yang berdasarkan scenario pada modul ?

4. JAWABAN PENTING
1. Jelaskan proses terjadinya infeksi pada saluran pernafasan !
Jawab : Masuknya agen penginfeksi seperti virus, bakteri, dan lain-lain
sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada
permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring
atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks
tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran
pernafasan. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan
menyebabkan pelepasan zat mediator inflamasi. Pelepasan zat mediator ini
akan menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler dan
infiltrasi selular (leukosit dan eritrosit) yang mengakibatkan peradangan dan
udema. Peradangan ini akan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar
mucus pada dinding saluran nafas sehingga terjadi sekresi cairan mukosa
yang melebihi normal dan menumpuk di saluran pernapasan dan
menghambat jalan napas. Oleh karena itu dikeluarkan dengan refleks batuk.
Selain itu, leukosit akan melepas pirogen untuk mensintesis
prostaglandin yang akan mempengaruhi set point pada hipotalamus sehingga
tubuh merespon dengan peningkatan metabolisme (dengan cara menggigil).
Peningkatan ini menyebabkan kenaikan suhu (demam).
2. Bagaimana mekanisme pembentukan sputum ?
Jawab : Mucus bronchial (dengan cairan lapisan epitel alveolar) normalnya
bening, berkilau, dan sedikit jumlahnya. Orang dewasa normal bisa
memproduksi mukus sejumlah 100 ml dalam saluran napas setiap hari. Mukus
ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang
melapisi saluran pernapasan. Keadaan abnormal produksi mukus yang
berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi atau infeksi yang terjadi pada
membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara
normal sehingga mukus ini banyak tertimbun.
Mukus yang awalnya berwarna bening berubah menjadi kuning dan
akhirnya menjadi hijau karena bercampur dengan neutrofil atau eosinofil,
debris selular, mikroorganisme sebagai akibat dari perkembangan penyakit.
Bila hal ini terjadi membran mukosa akan terangsang dan mukus akan
dikeluarkan dengan tekanan intra thorakal dan intra abdominal yang tinggi,
dibatukkan udara keluar dengan akselerasi yg cepat beserta membawa sekret
mukus yang tertimbun tadi. Mukus tersebut akan keluar sebagai sputum.
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi
sumber, warna, volume dan konsistensinya, kondisi sputum biasanya
memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan
sputum itu sendiri (Price Wilson, 2012).
3. Bagaimana batuk dapat menyebabkan nyeri dada ?
Jawab : Umumnya saat terjadi batuk tidak terjadi nyeri dada namun saat batuk
yang berkepanjangan akan merangsang intra thorakal dan intra abdominal
secara terus-menerus dengan akselarasi yang cepat sehingga menyebabkan
otot lelah dan mengakibatkan nyeri dada (Price Wilson,2012)
4. Mengapa pada orang batuk saat diauskultasi terdengar bunyi ronkhi ?
Jawab : Bunyi ronkhi pada orang batuk terjadi akibat aliran turbulensi udara
di sekitar mucus atau debris cairan lain yang besar dan menjadi
hambatan/obstruksi di dalam saluran pernafasan. Bunyi ini bersifat kasar,
terus-menerus, dan dapat bervariasi dari pernafasan satu ke pernafasan
berikutnya kalau posisi bahan tersebut berubah. Ronkhi juga dapat disebakan
oleh benda padat yang sebagian menyumbat bronkus
5. Bagaimana penatalaksanaan farmakoterapi dan non-farmakoterapi dari
batuk?
Jawab :
Penatalaksanaan farmakoterapi :
 Zat pelunak batuk (Emolliensa) yang memperlunak rangsangan batuk,
melumas tenggorokan agar tidak kering dan melunakkan mukosa yang
teriritasi. Contoh :Thymi dan Altheae (sirup)
 Ekspektoransia, contoh : Minyak Terbang/ Atsiri, Guaiakol, Radix Ipeca,
dan Ammonium Klorida. Zat-zat ini memperbanyak produksi dahak (yang
encer) dan dengan demikian mengurangi kekentalannya, sehingga
mempermudah pengeluarannya dengan batuk. Mekanisme kerjanya adalah
merangsang reseptor–reseptor di mukosa lambung yang kemudian
meningkatkan kegiatan kelenjar-sekresi dari saluran lambung-usus dan
sebagai refleks memperbanyak sekresi dari kelenjar yang berada di saluran
napas.
 Mukolitika, contoh : Asetilsistein, Mesna, Bromheksin dan Ambroxol. Zat-
zat ini berdaya merombak dan melarutkan dahak sehingga viskositasnya
dikurangi dan pengeluarannya dipermudah. Lendir memiliki gugus
sulfihidril yang saling mengikat makromolekulnya. Senyawa sistein dan
mesna berdaya membuka jembatan disulfide ini. Bromheksin dan ambroxol
bekerja dengan jalan memutuskan rantai panjang dari
mucopolysaccharida.. mukolitika efektif digunakan pada batuk dengan
dahak yang kental sekali akan tetapi pada umumnya tidak berguna bila
gerakan silia terganggu seperti pada perokok dan infeksi.
 Zat pereda, contoh : Kodein, noskapin, dekstrometorfan dan pentoksiverin.
Obat ini bekerja sentral dengan menekan pusat batuk di sumsum lanjutan
dan otak dengan efek menenangkan. Zat-zat ini menaikkan ambang bagi
impuls batuk.
 Antihistaminika, contoh: Prometazim, Akasomemazim, Difenhidranin, dan
d-Klorfeniramin. Obat ini sering kali efektif pula berdasarkan efek
sedatifnya dan juga dapat menekan perasaan menggelitik di tenggorokkan.
Biasa dalam penggunaannya dikombinasikan dengan obat batuk lain.
 Anestetika local; contoh pentoksiverin. Obat ini bekerja dengan
menghambat penerusan rangsangan batuk ke pusat batuk.
Penatalaksanaan non farmakoterapi:
 Perbanyak minum air hangat
 Latihan napas dalam
 Fisioterapi dada; vibrasi, perkusi, postural drainase, serta batuk efektif
untuk mengeluarkan sekret secara maksimal.
6. Bagaimana mekanisme batuk ?
Jawab :

7. Mengapa batuk disertai dengan demam ?


Jawab : Demam merupakan respon sistem imun terhadap benda asing
(antigen) yang masuk ke dalam tubuh sehingga tubuh melepas leukosit,
makrofag, limfosit dan sel Kupffer untuk memakan antigen tersebut. Proses
ini menyebabkan tubuh mengeluarkan sitokin yang berperan sebagai pirogen
endogen (IL-1, TNF-α, IL-6, dan interferon) dan berfungsi sebagai anti
infeksi. Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka terjadi sintesis
prostaglandin dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh. Hipotalamus akan
mempertahankan suhu sesuai patokan yang baru dan bukan suhu normal.
Oleh karena itu, tubuh menggigil agar produksi panas dapat meningkat
dengan cepat, sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan
cepat mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong
suhu naik.
8. Bagaimana pemeriksaan sputum ?
Jawab :
 Pewarna gram, biasanya pemeriksaan ini memberikan informasi tentang
jenis mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumtif.
 Kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme spesifik guna
menegakkan diagnosis definitif. Untuk keperluan pemeriksaan ini,
sputum harus dikumpulkan sbelum dilakukan terapi antibiotik dan
setelahnya untuk menentukan kemajuan terapi.
 Sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan
mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang
terdapat dalam sputum. Sputum dikumpulkan sebelum pemberian
antibiotic.
 Basil tahan asam (BTA) dilakukan untuk menentukan adanya
Mycobacterium tuberculosa yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini
tidak mengalami perubahan warna oleh alkohol asam.
 Sitologi ditunjukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan
(karsinoma) pada paru-paru. Sputum mengandung runtuhan sel dari
percabangan trakheobronkhial sehingga mungkin saja terdapat sel-sel
malignan. Sel-sel malignan menunjukkan adanya karsinoma tidak
terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor yang
terdapat tidak meruntuhkan sel.
 Tes Kuantitatif adalah pengumpulan sputum selama 24 sampai 72 jam.
9. Diagnosa keperawatan apa yang bisa diangkat serta outcome dan intervensi
keperawatan yang berdasarkan scenario pada modul ?
No. Diagnosa NOC NIC
keperawatan
1. Domain 11: Status Pernapasan: Monitor Pernafasan
Keamanan/perlindun Kepatenan jalan  Monitior kecepatan, irama,
gan napas kedalaman dan kesulitan
Kelas 2 : Cedera fisik  Pasien mampu bernafas
mengeluarkan  Monitor pola nafas (misalnya
Ketidakefektifan sekret takipnue)
bersihan jalan napas  Tidak ada bunyi  Auskultasi suara nafas, catat
b/d adanya mukus suara napas area dimana terjadi penurunan
berlebihan dan tambahan atau tidak ada ventilasi dan
sekresi yang  Pasien tidak lagi keberadaan suara nafas
tertahan mengalami batuk tambahan
DS:  Frekuensi, irama  Kaji perlunya penyedotan pada
 Keluhan batuk dan kedalaman jalan nafas dengan auskultasi
sejak 2 bulan inspirasi normal siara nafas ronki di paru
DO:
Kontrol risiko:  Auskultasi suara nafas setelah
 RR = 26x/mnt
proses infeksi tindakan, untuk dicatat.
 Sputum berwarna
kuning pekat  Memonitor faktor  Monitor kemempuan batuk
 Bunyi nafas di lingkungan yang efektif pasien
ronchi pada area berhubungan  Catat onset, karakteristik, dan
apeks sinistra dan dengan risiko lamanya batuk
dekstra infeksi Monitor Tanda-Tanda Vital
 Memonitor  Monitor tekanan darah, nadi,
perubahan status suhu, dan status pernafasan
kesehatan dengan tepat
 Melakukan  Monitor tekanan darah, denyut
tindakan segera nadi, dan pernafasan sebelum,
untuk mengurangi selama dan setelah beraktivitas
risiko dengan tepat
Keparahan infeksi  Monitor dan laporkan tanda dan
 Sputum purulen gejala hipotermia dan
berkurang/tidak hipertermia
ada  Monitor suara paru-paru
 Pasien tidak lagi  Identifikasi kemungkinan
merasakan demam penyebab perubahan tanda-
 Tidak lagi tanda vital
merasakan nyeri
2 Domain 12 : Kontrol nyeri Pemberian Analgesik
Kenyamanan  Pasien mampu  Tentukan lokasi, karakteristik,
Kelas 1 : Kenyaman menggambarkan kualitas dan keparahan nyeri,
fisik faktor penyebab sebelum mengobati pasien
 Pasien mampu  Cek perintah pengobatan
Nyeri akut b/d agens memahami meliputi obat, dosis dan
cedera biologis tindakan frekuensi obat analgesic yang
(infeksi) pengurangan nyeri diresepkan
DS: tanpa analgesik  Cek adanya riwayat alergi obat
 Keluhan batuk  Pasien mampu  Monitor tanda vital sebelum dan
disertai nyeri mengenali apa setelah memberikan analgesic
dada yang terjadi narkotik pada pemberian dosis
 Sudah 3 minggu
dengan gejala pertama kali atau jika ditemukan
tidak berjualan
DO: nyeri yanda-tanda yang tidak biasanya
 TD = 160/90 Manajemen diri:  Berikan kebutuhan kenyamanan
mmHg penyakit akut dan aktivitas lain yang dapat
 RR = 26x/mnt  Monitor tanda dan membantu relaksasi untuk
 SaO2 = 94 % gejala penyakit menfasilitasi penuruna nyeri
 Monitor tanda dan  Evaluasi keefektifan analgesic
gejala komplikasi dengan interval yang teratur
 Menggunakan pada setiap setelah pemberian
starategi untuk khususnya setelah pemberian
meningkatkan pertama kali, juga observasi
kenyamanan adanya tanda dan gejala efek
Tanda-tanda vital samping (misalnya, depresi
 Suhu tubuh pasien pernafasan, mual dan muntah,
normal mulut kering dan konstipasi)
 Tingkat dan irama  Dokumentasikan respon
pernapasan normal terhadap analgetik dan adanya
 Kedalaman efek samping
inspirasi normal  Kolaborasikan dengan dokter
apakah obat, dosis, rute
pemberian, atau perubahan
interval dibutuhkan.
Manajemen nyeri
 Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau beratnya nyeri
dan factor pencetus
 Gali bersama pasien factor-
faktor yang dapat menurunkan
atau memperberat nyeri
 Berikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat proedur
 Kurangi atau eliminasi factor-
fakto yang dapat mencetus atau
meningkatkan nyeri (misalnya
ketakutan, kelelahan, keadaan
monoton dan kurang
pengetahuan)
 Ajarkan prisip-prisip
manajemen nyeri
 Dorong pasien untuk memonitor
nyeri dan menangani nyerinya
dengan tepat
3 Domain 11: Termoregulasi Perawatan deman
Keamanan/Perlindun  Tingkat  Periksa kepatenan jalan nafas
gan pernapasan normal  Monitor tanda-tanda vital
Kelas 6 :  Tidak lagi  Pantau suhu dan tanda-tanda
Termoregulasi mengalami vital lainnya
peningkatan suhu  Tutup pasien dengan selimut
Hipertermia b/d tubuh yang tidak atau pakaian ringan tergantung
peningkatan laju normal pada fase demam
metabolisme (hipertermia) Pengaturan suhu
Tanda-tanda vital  Monitor suhu paling tidak setiap
DO:  Suhu tubuh pasien 2 jam, sesuai kebutuhan
 RR = 26x/mnt normal  Monitor tekanan darah, nadi dan
 ST = 38,4⁰C  Tingkat dan irama respirasi, sesuai kebutuhan
pernapasan normal  Monitor suhu dan warna kulit
 Kedalaman  Monitor dan laporkan adanya
inspirasi normal tanda dan gejala hipotermi dan
Kontrol risiko: hipertermia
hipertermia  Tingkatkan intake cairan dan
 Identifikasi faktor nutrisi adekuat
risiko hipertermia  Sesuaikan suhu lingkungan
 Identifikasi tanda untuk kebutuhan pasien
dan gejala
hipertermia
 Memonitor
lingkungan terkait
faktor yang
meningkatkan suhu
tubuh
 Memonitor
perubahan status
kesehatan
Keparahan infeksi
 Sputum purulen
berkurang/tidak
ada
 Pasien tidak lagi
merasakan demam
 Tidak lagi
merasakan nyeri

5. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA


1. Interpretasi dari hasil pemeriksaan pada skenario
TD = 160/90 mmHg, RR = 26x/mnt, ND = 96x/mnt, ST = 38,4⁰C.
Pemeriksaan AGD pH = 7,35; PaO2 = 80 mmHg; PCO2 = 45 mmHg;
HCO3 = 23 mEq/L; SaO2 = 94 %; Kimia darah menunjukkan Hb = 11
gr/dl, Ht 40 %, leukosit 13.200 µL, RBC 3,75 x 1012(juta/µL).
2. Peran perawat dalam pemeriksaan sputum
6. INFORMASI TAMBAHAN
1. Interpretasi dari hasil pemeriksaan pada scenario
Hasil Pemeriksaan Normal Interpretasi

TD : 160/90 mmHg 120/80 mmHg * Hipertensi/tekanan darah


RR : 26x/mnt 12-24 x/mnt tinggi
ND : 96x/mnt 60-100 x/ mnt Takipnea/sesak napas
ST : 38,4⁰C 36,5 0C – 37,50C Normal
AGD Demam
pH = 7,35 7,35 - 7,45
PaO2 = 80 mmHg 80 - 100 mmHg Normal
PCO2 = 45 mmHg 35-45 mmHg Normal
HCO3 = 23 mEq/L 22-26 mEq/L Normal
SaO2 = 94 % 95-100 % Agak Rendah
Hb = 11 gr/dl 12-16 gr/dL Rendah
Ht = 40 % 37- 43 % Normal
Leukosit :13.200 µL 5.000 -10.000/mm3 Tinggi (Infeksi)
RBC : 3,75 x 1012 4-5 juta/mm3 Rendah
(juta/µL).

2. Berdasarkan pada faktor yang mempengaruhi kualitas sputum maka dapat


disimpulkan beberapa peran penting perawat dalam pengambilkan dan
pemeriksaan sputum yaitu :
 Menyiapkan alat dan bahan seperti : Bantal; wadah steril sputum; Air
minum hangat (air putih); Tissue.
 Mempersiapkan pasien sebelum pengambilan sputum/memberikan
arah yang baik dan benar dalam pengambilan sputum seperti
memperhatikan waktu pengambilan terbaik dan berkumur
sebelumnya, mensterilkan wadah agar tidak tercemari
 Menghambat faktor yang memperparah sputum : menciptakan
lingkungan yang bersih bagi pasienuntuk meminimalisir sumber
nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
 Mempertahankan agar suhu ruangan tetap stabil
 Memperhatikan tanda-tanda vital yang berhubungan
 Mengajarkan teknik/cara yang baik untuk mengeluarkan sputum :
Nafas dalam yaitu bentuk latihan nafas yang terdiri atas pernafasan
abdominal (diafragma) dan purs lips breathing; batuk efektif; Postural
Drainage (gaya grafitasi); Fisioterapi Dada; Vibrasi.
 Memberikan label pada wadah /nomor identitas sediaan sputum

7. KLARIFIKASI INFORMASI

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Intoleran Aktivitas Toleransi terhadap Terapi oksigen
b/d aktivitas  Bersihkan
 Frekuensi pernapasan mulut, hidung
ketika beraktivitas dan sekresi
normal trakea dengan
 Tekanan sistol/diastol tepat
normal  Pertahankan
 Temuan/hasil EKG kepatenan jalan
normal napas
 Pasien memiliki  Berikan
kemudahan dalam okseugen
melakukan aktivitas tambhan jika
hidup harian diperukan
 Monitor
Tingkat efektifitas
ketidaknyamanan terapi oksigen
 Pasien tidak mengalami  Monitor
nyeri peralatan
 Pasien tidak mengalami oksigen untuk
sesak napas memastikan
 Pasien tidak merasakan bahwa alat
menggigil karena suhu tersebut tidak
badan tinggi mengganggu
(hipertermia) upaya pasien
bernapas.
Status Jantung Paru Manajemen nyeri
- Pasien tidak mengalami  Lakukan
intoleransi aktivitas pengkajian
- Kadar saturasi oksigen nyeri
normal komprehensif
- Pasien tidak bernapas yang meliputi
melalui mulut lokasi,
karakteristik,
Status Pernapasan onset/durasi,
- Frekuensi frekuensi,
pernapasan normal kualitas,
- Irama pernapasan intensitas atau
normal beratnya nyeri
- Kepatenan jalan dan factor
napas pasin baik pencetus
- Kedalaman inspirasi  Gali bersama
normal pasien factor-
- Pasien tidak lagi faktor yang
mengalami batuk dapat
menurunkan
atau
memperberat
nyeri
 Berikan
informasi
mengenai nyeri,
seperti
penyebab nyeri,
berapa lama
nyeri akan
dirasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyaman
an akibat
proedur
 Kurangi atau
eliminasi
factor-fakto
yang dapat
mencetus atau
meningkatkan
nyeri (misalnya
ketakutan,
kelelahan,
keadaan
monoton dan
kurang
pengetahuan)
 Ajarkan prisip-
prisip
manajemen
nyeri
 Dorong pasien
untuk
memonitor
nyeri dan
menangani
nyerinya
dengan tepat

8. ANALISA DAN SINTESIS INFORMASI

Dalam hasil diskusi dapat disimpukan bahwa banyak faktor yang


mempengaruhi masalah sistem pernapasan seperti adanya alergen, iritan, agen
penginfeksi yang ditularkan melalui udara. Inhalasi faktor pemicu tersebut akan
merangsang sistem imun untuk bekerja secara otomatis. Gangguan pada
mekanisme mukosiliaris sebagai mekanisme perlindungan saluran pernapasan
akan menyebabkan kerusakan pada dinding epitel dan lapisan mukosa saluran
pernapasan sehingga merangsang pelepasan mediator inflamasi. Pelepasan
mediator ini akan menyebabkan demam, nyeri dada, dan meningkatnya produksi
mukus yang berlebih di paru sehingga dikeluarkan sebagai sekret melalui
mekanisme batuk. Mekanisme batuk meliputi 3 fase, yakni fase inspirasi,
kompresi, dan ekspirasi. Pemeriksaan sputum yang dikeluarkan melalui batuk
merupakan salah satu pemeriksaan yang dilakukan di samping pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik, dan pemeriksaan hematologi. Sebagai seorang perawat
penting untuk mengetahui peran dalam setiap pemeriksaan dan penatalaksanaan
baik secara farmakologi ( obat golongan mukolitika, ekspektoran, dan zat pereda)
maupun nonfarmakologi (fisioterapi dada dan batuk efektif). Diagnosa yang
terkait dengan skenario berupa ketidakefektifan bersihan jalan napas, nyeri,
hiperterimia, intoleransi aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA

Burnade, J.W & Thomas J. McGlynn. 1995. Diagnosis Fisik. Jakarta: EGC

Kozier, B. Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.J. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses & Praktik. Edisi 7. Vol.1. Jakarta : EGC

LeMone, P., Bauldoff, G., & Burke, K.M .(2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 5. Vol. 4. Jakarta: EGC

. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5.


Vol. 3. Jakarta: EGC

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Ross & Wilson. 2011. Dasar- Dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Salemba karya

Smelzer & Bare (2006). Buku ajar Keperawatan medikal bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Vol 1. Penerbit buku kedokteran. EGC. Jakarta

Tjay,T.H & Kirana Rahardja. 2008. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan
Efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Anda mungkin juga menyukai