Anda di halaman 1dari 15

MODUL

SISTEM RESPIRASI

BATUK & SESAK

Disusun oleh :

Melyani Tuti C12116329


Kelompok 5

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas keperawatan Universitas Hasanuddin

Makassar 2018
SKENARIO 1

Ny. L, diantar ke rumah sakit oleh keluarga dengan keluhan batuk disertai nyeri dada. Keluhan batuk
pasien rasakan sejak 2 bulan yang lalu namun karena pasien merasa nyeri dada maka pasien datang ke
rumah sakit untuk di rawat. Pasien seorang ibu rumah tangga yang berjualan gado – gado di depan
pabrik Tekstil. Keluarga mengatakan pasien sangat aktif dan masih kuat untuk bekerja. Akhir – akhir ini
kesehatan pasien menurun sehingga sudah 3 minggu tidak berjualan. Pasien memiliki riwayat demam
tinggi di sertai batuk. Saat pemeriksaan ditemukan TD = 160/90 mmHg, RR = 26x/mnt, ND = 96x/mnt, ST
= 38,4⁰C. Bunyi nafas ronchi pada area apeks sinistra dan dekstra. Sputum berwarna kuning pekat. Pada
CT - Scan Thoraks parenkim paru berbatas tegas dan tampak infiltrat paru bersifat nodul di bagian
sinistra. Pemeriksaan AGD PH = 7,35; PaO2 = 80 mmHg; PCO2 = 45 mmHg; HCO3 = 23 mEq/L; SaO2 = 94
%; Kimia darah menunjukkan Hb = 11 gr/dl, Ht 40 %, leukosit 13.200 µL, RBC 3,75 x 1012 ( juta/µL).

1. KLARIFIKASI KATA-KATA KUNCI


1. BATUK
Batuk adalah proteksi utama pasien terhadap akumulasi sekresi dalam bronchi dan
bronkeolus.

( Smelzer & Bare (2006). Buku ajar “ Keperawatan medikal bedah brunner & Suddarth”. Edisi 8. Vol 1.
Penerbit buku kedokteran. EGC. Jakarta )

2. NYERI DADA
Nyeri dada adalah suatu tanda yang disebabkan karena berkurangnya pasukan oksigen dan
menurunnya aliran darah ke dalam miokardium.

( Smelzer & Bare (2006). Buku ajar “ Keperawatan medikal bedah brunner & Suddarth”. Edisi 8. Vol 1.
Penerbit buku kedokteran. EGC. Jakarta )

3. DEMAM
Demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas norma.

(Repositori.usu)

4. BUNYI NAFAS RONCHI


Bunyi nafas Ronchi adalah suara tambahan ( bunyi pendek, khas, pecah,gelembung )Yang
dihasilkan oleh aliran udara melalui saluran nafas yang berisi cairan/ eksudat. Dapat
dijumpai pada pneumonia, Bronchitis, dan gagal jantung kongestif.

(Prscilla Lemone. 2015)

5. APEKS SINISTRA
Apeks Sinistra adalah bagian paling ujung jantung sebelah kiri .
APEKS DEXTRA
Apeks Dextra adalah bagian paling ujung jantung sebelah kanan.

( Ronny,Setiawan,Saritatiman .2009)

6. SPUTUM
Sputum adalah lender dan materi lainnya yang dibawa dari paru- paru bronkus dan trakea
yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan. Sputum disebut juga dahak.
(kamus kesehatan, 2011)

7. PARENKIM PARU-PARU
Parenkim paru-paru merupakan area yang aktif bekerja dari jaringan paru-paru. Parenkim
tersebut mengandung berjuta- juta unit alveolus .

(Irman Somantri ,2007)

8. CT-Scan THORAX
CT-Scan Thorax adalah pemeriksaan diagnostic yang dilakukan saat sinar x tidak
memperlihatkan sebagian areabdengan baik, seperti pleura dan mediastinum. Selain itu
juga dilakukan untuk membedakan kondisi patologik, efusi pleura, dan pembesaran kelenjar
limfe. Serta memonitor terapi. Ditampilkan dalam posisi melintang.

9. INFILTRAT
Infiltrat adalah bayangan yang menunjukan konsulidasi ( kepadatan ) pada paru.

10. NODUL
Nodul adalah massa berbatas tegas .

(Djojodibroto R. Darmato. (2009). Buku Respirologi. EGC. Jakarta)

11. AGD
(Analisa Gas Darah) adalah pemeriksaan darah arteri yang dilakukan untuk mengaji
perubahan dalam keseimbangan asam basa yang disebabgkan oleh gangguan pernapasan,
gangguan metabolic, atau keduanya

(LeMone, Bauldoff, & Burke, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, 2015).

12. pH
menyatakan kepekaan ion hydrogen dan keasaman zat yang ditimbulkannya. Nilai normal
pH darah : 7,35 -7,45

13. PCO2
PCO2 yaitu tekanan parcial CO2 dalam darah arteri melalui respirasi. Tingkat PCO2 dapat
menjadi ABN saat respirasi bekerja untuk mengkompensasi masalh metabolic untuk
menormalkan Ph darah. Nilai normal PCO2 : 34-45 mmHg.

(Ross and Wilson.2011.” Dasar- Dasar Anatomi dan Fisiologi” selemba karya :Jakarta .)

14. HCO3
HCO3 ( ion bikarbonat ) dapat dipakai sebagai penafsir asidosis/ alkalosis metabolic. Bila
kadar ion bikarbonat menurun dari nirmal menandakan asidosis dan bila kadar ion
bikarbonat meningkat adalah alkalosis. Tingkat HCO3 dapat menjadi ABN saat ginjal bekerja
untuk mengompensasi masalah pernapasan dengan tujuan menormalkan Ph darah. Nilai
Normal HCO3 adalah 24 – 28 mEg/L

( Staff.ui.ac,id)

15. SaO2
SaO2 (Saturasi Oksigen hemoglobin) adalah presentasi Hb yang berikatan dengan oksigen
dalam arteri.( digilib.unismus.ac,id). Nilai Normal = 93% -98%
(www.academia.edu)

16. Hb
Hb (hemoglobin) merupakan protein yang kaya akan Zat besi dan rantai polipeptida globin (
alfa, beta, gama dan delta) , berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk mengangkut
oksigen.

( digilib.unismus.ac,id)

Nilai normal
• Anak 6 bulan – 6 tahun = 11,0 (gr/dl)
• Anak 6 tahun – 14 tahun = 12,0 (gr/dl)
• Pria Dewasa = 13,0 (gr/dl)
• Ibu Hamil =11,0 (gr/dl)
• Wanita Dewasa = 12,0 (gr/dl)

(WHO dalam arisman 2002)

17. LEUKOSIT
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih . Rata-rata
jumlah leukosit dalam darah manusia normal adalah 5000- 900/mm3 . bila jumalh lebih dari
10.000keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000/ mm3 disebut leukopenia.

(effendi, Z,2003)

18. RBC
RBC atau biasa disebut eritrosit adalah sel darah merah yang mengandung hemoglobin ,
yang berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan membawa
karbondioksida dari jaringan ke paru-paru.(Evelyn C.Pearce,1979).
Nilai normal eritrosit adalah 4,5-6,5 juta/mm3 pada pria,sedangkan normal eritrosit pada
wanita3,9-5,6 juta/mm3 .

(A.V.Hoffbrand,1991).
2. KATA/PROBLEM KUNCI

3. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1. Jelaskan proses terjadinya infeksi pada saluran pernafasan !
2. Bagaimana mekanisme pembentukan sputum ?
3. Bagaimana batuk menyebabkan nyeri dada ?
4. Mengapa orang batuk ditandai dengan bunyi ronchi ?
5. Bagaimana penatalaksanaan untuk mengeluarkan sputum ?
6. Mekanisme batuk ?
7. Mengapa batuk disertai dengan demam ?
8. Bagaimana pemeriksaan sputum ?
9. Diagnosa keperawatan apa yang biasa diangkat sesuai dengan modul & intervensi
keperawatan apa sesuai berdasarkan diagnose keperawatan ?
4. JAWABAN PENTING

1. Jelaskan proses terjadinya infeksi pada saluran pernafasan !

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus
sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas
bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh
laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran
pernafasan (Kending dan Chernick, 1983 dalam DepKes RI, 1992).

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974).
Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus
yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang
melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and
Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus
tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada
saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang
terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan
staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder
bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas
sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah
dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan
bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan
gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).

Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh,
sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell,
1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-
bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus,
dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).

Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas
terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak
sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya.

Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri
khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran
nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat
berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).
PATHWAY

www.academia.edu/29136270/LAPORAN_PENDAHULUAN_ISPA

2. Bagaimana mekanisme pembentukan sputum ?

Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus sejumlah 100 ml dalam saluran napas setiap
hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran
pernapasan. Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi atau
infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara
normal sehingga mukus ini banyak tertimbun. Bila hal ini terjadi membran mukosa akan terangsang dan
mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intra thorakal dan intra abdominal yang tinggi, dibatukkan
udara keluar dengan akselerasi yg cepat beserta membawa sekret mukus yang tertimbun tadi. Mukus
tersebut akan keluar sebagai sputum. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat
dievaluasi sumber, warna, volume dan konsistensinya, kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara
spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri (Price Wilson, 2011).
3. Bagaimana batuk menyebabkan nyeri dada ?

Umumnya saat terjadi batuk tidak terjadi nyeri dada namun saat batuk yang berkepanjangan
akan merangsang intra thorakal dan intra abdominal secara terus-menerus dengan akselarasi yang cepat
sehingga menyebabkan otot lelah dan mengakibatkan nyeri dada (price Wilson,2011)

4. Mengapa orang batuk ditandai dengan bunyi ronchi ?

Bunyi ronkhi pada orang batuk terjadi akibat aliran turbulensi udara di sekitar mucus atai debris
cairan lain yang besar menjadi dan menjadi hambatan/obstruksi di dalam saluran pernafasan. Bunyi ini
bersifat kasar, terusmenerus, dan dapat bervariasi dari pernafasan satu ke pernafasan berikutnya kalau
posisi bahan tersebut berubah. Ronkhi juga dapat disebbakan oleh benda padat yang sebagian
menyumbat bronkus.

(Burnade, J.W & Thomas J. McGlynn. 1995. Diagnosis fisik.Jakarta: EGC)

5. Bagaimana penatalaksanaan untuk mengeluarkan sputum ?

Penatalaksanaan farmakologi :
 Zat pelunak batuk (Emolliensa) yang memperlunak rangsangan batuk, melumas tenggorokan agar
tidak kering dan melunakkan mukosa yang teriritasi. Contoh :Thymi dan Altheae (sirup )
 Ekspektoransia, contoh : Minyak Terbang/ Atsiri, Guaiakol, Radix Ipeca, dan Ammonium Klorida.
Zat-zat ini memperbanyak produksi dahak ((yang encer) dan dengan demikian mengurangi
kekentalannya, sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk. Mekanisme kerjanya
adalah merangsang reseptor –reseptor di mukosa lambung yang kemudian meningkatkan
kegiatan kelenjar-sekresi dari saluran lambung-usus dan sebagai refleks memperbanyak sekresi
dari kelenjar yang berada di saluran napas.
 Mukolitika, contoh : Asetilsistein, Mesna, Bromheksin dan Ambroxol. Zat-zat ini berdaya
merombak dan melarutkan dahak sehingga viskositasnya dikurangi dan pengeluarannya
dipermudah. Lendir memiliki gugus sulfihidril yang saling mengikat makromolekulnya. Senyawa
sistein dan mesna berdaya membuka jembatan disulfide ini. Bromheksin dan ambroxol bekerja
dengan jalan memutuskan rantai panjang dari mucopolysaccharida.. mukolitika efektif digunakan
pada batuk dengan dahak yang kental sekali akan tetapi pada umumnya tidak berguna bila
gerakan silia terganggu seperti pada perokok dan infeksi.
 Zat pereda, contoh : Kodein, noskapin, dekstrometorfan dan pentoksiverin. Obat ini bekerja
sentral dengan menekan pusat batuk di sumsum lanjutan dan otak dengan efek menenangkan.
Zat-zat ini menaikkan ambang bagi impuls batuk.
 Antihistaminika, contoh: Prometazim, Akasomemazim, Difenhidranin, dan d-Klorfeniramin. Obat
ini sering kali efektif pula berdasrkan efek sedatifnya dan juga dapat menekan perasaan
menggelitik di tenggorokkan. Biasa dalam penggunaannya dikombinasikan dengan obat batuk
lain.
 Anestetika local; contoh pentoksiverin. Obat ini bekerja dengan menghambat penerusan
rangsangan batuk ke pusat batuk.

(Tjay,T.H & Kirana Rahardja. 2008. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek Sampingnya.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo)

Penatalaksanaan non farmakologi :

 Fisiotrerapi dada; Postural drainase, vibrasi dan perkusi serta batuk yang efektif untuk
mengeluarkan sekret secara maksimal.
6. Mekanisme batuk ?

MEKANISME BATUK

FASE INSPIRASI Benda Asing Glotis menutup FASE KOMPRESI

I
Mulut (glotis terbuka) Otot intrakosta &
abdominal berkontaksi

Iritasi
Tekanan intrakosta &
intraabdominal
Ujung saraf laring, trakea,
bronkus peka Glotis membuka sedikit FASE
secara tiba-tiba EKSPIRASII

Saraf impuls oleh saraf


vagus bangkit Tekanan intrapulmonal

Pusat pernafasan di Tekanan intraabdoen


batang otak

Diafragma

Sinyal
Pengeluaran udara dari paru

Respon refleks Aliran udara mendorong benda


motorik asing keluar

7. Mengapa batuk disertai dengan demam ?

Demam bukan merupakan penyakit melainkan gejala timbulnya suatu penyakit. Demam
merupakan respon sistem imun atau sistem kekebalan tubuh untuk menyerang virus yang masuk
kedalam tubuh.

Jawaban referensi : Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung
dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang. Sebagai respon
terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel kupfer mengeluarkan sitokin yang
berperan sebagai pyrogen endogen (IL-1, TNF-α, IL-6, dan interferon) yang bekerja pada pusat
thermoregulasi hipotalamus. Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka terjadi

sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme asam arakidonat jalur


siklooksigenase-2 (COX-2) dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh. Hipotalamus akan
mempertahankan suhu sesuai patokan yang baru dan bukan suhu normal. Mekanisme demam dapat
juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal afferen nervus vagus yang dimediasi oleh
produk lokal Macrophage Inflammatory Protein-1 (MIP-1), suatu kemokin yang bekerja langsung
terhadap hipotalamus anterior. Berbeda dengan demam dari jalur prostaglandin, demam melalui MIP-1
ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik. Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan
produksi panas, sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan cepat mengurangi
pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Dengan demikian, pembentukan
demam sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan bukan
disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi.

(RIANDITA, A. (2012). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Dengan Pengelolaan
Demam Pada Anak. Retrieved February 17, 2018, from
http://eprints.undip.ac.id/37333/1/AMARILLA_G2A008016_LAP_KTI.pdf)

8. Bagaimana pemeriksaan sputum ?

1) Pewarna gram:
Pemeriksaaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan informasi tentang jenis
mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.
2) Kultur Sputum: Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme spesifik
guna menegakkan diagnosis definitif.
3) Sensitivitas: Pemeriksaan sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan
mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam
sputum.
4) Basil tahan asam (BTA): Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan adanya Mycobacterium
tuberculosa yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna
oleh alkohol asam.
5) Sitologi: Pemeriksaan sitologi ditunjukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan (karsinoma)
pada paru-paru. Sputum mengandung runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial sehingga
mungkin saja terdapat sel-sel malignan. Sel-sel malignan menunjukkan adanya karsinoma tidak
terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor yang terdapat tidak
meruntuhkan sel.
6) Tes Kuantitatif : Pengumpulan sputum selama 24 sampai 72 jam pemeriksaan kualitatif harus
sering dilakukan untuk menentukan apakah sekresi merupakan saliva, lendir, pus atau bukan.
Jika bahan yang dikeluarkan berwarna kuning-hijau biasanya menandakan infeksi parenkim paru
(pneumonia).

9. Diagnosa keperawatan apa yang biasa diangkat sesuai dengan modul & intervensi
keperawatan apa sesuai berdasarkan diagnose keperawatan ?

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Domain 11 : Status Pernapasan: Monitor Pernafasan
Keamanan/perlindungan Kepatenan jalan napas Aktivitas - aktivitas :
Kelas 2 : cedera fisik  Pasien mampu  Monitior kecepatan,
mengeluarkan sekret irama, kedalaman dan
 Tidak ada bunyi kesulitan bernafas
suara napas  Monitor pola nafas
Ketidakefektifan bersihan tambahan (misalnya takipnue)
jalan napas b/d adanya  Pasien tidak lagi  Auskultasi suara
mukus berlebihan dan mengalami batuk nafas, catat area
sekresi yang tertahan  Frekuensi, irama dan dimana terjadi
kedalaman inspirasi penurunan atau tidak
normal ada ventilasi dan
keberadaan suara
Kontrol risiko: proses infeksi nafas tambahan
 Memonitor faktor di  Kaji perlunya
lingkungan yang penyedotan pada
berhubungan dengan jalan nafas dengan
risiko infeksi auskultasi siara nafas
 Memonitor ronki di paru
perubahan status  Auskultasi suara nafas
kesehatan setelah tindakan,
 Melakukan tindakan untuk dicatat.
segera untuk  Monitor kemempuan
mengurangi risiko batuk efektif pasien
Keparahan infeksi  Catat onset,
 Sputum purulen karakteristik, dan
berkurang/tidak ada lamanya batuk
 Pasien tidak lagi Monitor Tanda-Tanda Vital
merasakan demam Aktivitas – aktivitas :
 Tidak lagi merasakan  Monitor tekanan
nyeri darah, nadi, suhu, dan
status pernafasan
dengan tepat
 Monitor tekanan
darah, denyut nadi,
dan pernafasan
sebelum, selama dan
setelah beraktivitas
dengan tepat
 Monitor dan laporkan
tanda dan gejala
hipotermia dan
hipertermia
 Monitor suara paru-
paru
 Identifikasi
kemungkinan
penyebab perubahan
tanda-tanda vital

2 Domain 12 : Kenyamanan Kontrol nyeri Pemberian Analgesik


Kelas 1 : Kenyaman fisik  Pasien mampu  Tentukan lokasi,
menggambarkan karakteristik, kualitas
Nyeri akut b/d agens cedera faktor penyebab dan keparahan nyeri,
biologis (infeksi)  Pasien mampu sebelum mengobati
memahami tindakan pasien
pengurangan nyeri  Cek perintah
tanpa analgesik pengobatan meliputi
 Pasien mampu obat, dosis dan
mengenali apa yang frekuensi obat analgesic
terjadi dengan gejala yang diresepkan
nyeri  Cek adanya riwayat
alergi obat
Manajemen diri: penyakit  Monitor tanda vital
akut
 Monitor tanda dan sebelum dan setelah
gejala penyakit memberikan analgesic
 Monitor tanda dan narkotik pada
gejala komplikasi pemberian dosis
 Menggunakan pertama kali atau jika
starategi untuk ditemukan yanda-tanda
meningkatkan yang tidak biasanya
kenyamanan  Berikan kebutuhan
kenyamanan dan
aktivitas lain yang dapat
Tanda-tanda vital membantu relaksasi
 Suhu tubuh pasien untuk menfasilitasi
normal penuruna nyeri
 Tingkat dan irama  Evaluasi keefektifan
pernapasan normal analgesic dengan
 Kedalaman inspirasi interval yang teratur
normal pada setiap setelah
pemberian khususnya
setelah pemberian
pertama kali, juga
observasi adanya tanda
dan gejala efek samping
(misalnya, depresi
pernafasan, mual dan
muntah, mulut kering
dan konstipasi)
 Dokumentasikan respon
terhadap analgetik dan
adanya efek samping
 Kolaborasikan dengan
dokter apakah obat,
dosis, rute pemberian,
atau perubahan interval
dibutuhkan.
Manajemen nyeri
 Lakukan pengkajian
nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi,
karakteristik,
onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan
factor pencetus
 Gali bersama pasien
factor-faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
 Berikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasi
dari ketidaknyamanan
akibat proedur
 Kurangi atau eliminasi
factor-fakto yang dapat
mencetus atau
meningkatkan nyeri
(misalnya ketakutan,
kelelahan, keadaan
monoton dan kurang
pengetahuan)
 Ajarkan prisip-prisip
manajemen nyeri
 Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat
3 Domain 11: Termoregulasi Perawatan deman
Keamanan/Perlindungan  Tingkat pernapasan Aktivitas-aktivitas :
Kelas 6 : Termoregulasi normal  Periksa kepatenan
 Tidak lagi mengalami jalan nafas
Hipertermia b/d penyakit peningkatan suhu  Monitor tanda-tanda
tubuh yang tidak vital
normal (hipertermia)  Pantau suhu dan
tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital lainnya
 Suhu tubuh pasien  Tutup pasien dengan
normal selimut atau pakaian
 Tingkat dan irama ringan tergantung
pernapasan normal pada fase demam
 Kedalaman inspirasi
normal Pengaturan suhu
Aktivitas-aktivitas :
Kontrol risiko: hipertermia  Monitor suhu paling
 Identifikasi faktor tidak setiap 2 jam,
risiko hipertermia sesuai kebutuhan
 Identifikasi tanda dan  Monitor tekanan
gejala hipertermia darah, nadi dan
 Memonitor respirasi, sesuai
lingkungan terkait kebutuhan
faktor yang  Monitor suhu dan
meningkatkan suhu warna kulit
tubuh  Monitor dan laporkan
 Memonitor adanya tanda dan
perubahan status gejala hipotermi dan
kesehatan hipertermia
 Tingkatkan intake
Keparahan infeksi cairan dan nutrisi
 Sputum purulen adekuat
berkurang/tidak ada
 Sesuaikan suhu
 Pasien tidak lagi
lingkungan untuk
merasakan demam
kebutuhan pasien
 Tidak lagi merasakan
nyeri

INTOLERAN AKTIVITAS ???


5. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA

1.) Interpretasi dari hasil pemeriksaan pada skenario


TD = 160/90 mmHg, RR = 26x/mnt, ND = 96x/mnt, ST = 38,4⁰C.
Pemeriksaan AGD PH = 7,35; PaO2 = 80 mmHg; PCO2 = 45 mmHg; HCO3 = 23 mEq/L; SaO2 = 94
%; Kimia darah menunjukkan Hb = 11 gr/dl, Ht 40 %, leukosit 13.200 µL, RBC 3,75 x 1012(juta/µL).

2.) Peran perawat dalam pemeriksaan sputum

6. INFORMASI TAMBAHAN

1) TD : Hipertensi/tekanan darah tinggi


RR : Tadipnea/sesak napas
ND : Normal
ST : Demam
AGD PH : normal (7,35-7-45)
PaO2 : normal (80-100 mmHg) Maka hasil interpretasi menunjukkan
PCO2 : normal (35-45 mmHg) hipoksia
HCO3 : normal (22-26 mEq/L)
SaO2 : rendah (95-100 %)
Hb : rendah (12-16 gr/dL)
Ht : normal (37-43 %)
Leukosit : tinggi (4000-10.000 mm3)
RBC : rendah (4,2-5,4 juta/ul)

2) Berdasarkan pada factor yang mempengaruhi kualitas sputum maka dapat disimpulkan
beberapa peran penting perawat dalam pengambilkan dan pemeriksaan sputum yaitu :
 Menyiapkan alat dan bahan seperti : Bantal; wadah steril sputum; Air minum hangat (air
putih); Tissue.
 Mempersiapkan pasien sebelum pengambilan sputum/memberikan arah yang baik dan
benar dalam pengambilan sputum seperti memperhatikan waktu pengambilan terbaik
dan berkumur sebelumnya, mensterilkan wadah agar tidak tercemari
 Menghambat faktor yang memperparah sputum : menciptakan lingkungan yang bersih
bagi pasien untuk meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya
terkendali.
 Mempertahankan agar suhu ruangan tetap stabil
 Memperhatikan tanda-tanda vital yang berhubungan
 Mengajarkan teknik/cara yang baik untuk mengeluarkan sputum : Nafas dalam yaitu
bentuk latihan nafas yang terdiri atas pernafasan abdominal (diafragma) dan purs lips
breathing; batuk efektif; Postural Drainage (gaya grafitasi); Fisio terapi Dada; Vibrasi.
 Memberikan label pada wadah /nomor identitas sediaan sputum

7. ANALISA & SINTESIS INFORMASI

Dalam hasil diskusi dapat disimpukan bahwa batuk sangat sering disertari nyeri dada. Banyak
faktor yang memperngaruhi masalah sistem pernapasan seperti adanya infeksi yang ditularkan melalui
udara yang tercemar asap,virus dan mikroba, dll. Ini menyebabkan terganggunya proses inhalasi yang
berpengaruh pada sis. Pernapasan khusunya paru-paru, yang merangsang sistem imun secara otomatis
bekerja. Infeksi sering ditandai dengan demam akibat kuman yang masuk, ini pula menyebabkan
meningkatnya produksi mukus yang berlebih di paru yang dikeluarkan sebagai secret. Inflamasi yang
terjadi dapat menyebabkan nyeri. Beberapa tanda dan gejala juga dapat diperhatikan dari ttv yang
terlihat. Diagnosa yang terkait berupa ketidakefektifan bersihan jalan napas, nyeri dan hiperterimia.

Sebagai perawat penting untuk selalu memperhatikan intervensi yang tepat bagi pasien yang sesak dan
batuk. Beberapa cara untuk mengobati baik secara farmakologi (obat-obatan) maupun nonfarmakologi
(teknik mengelurkan sputum/dahak yang mengakibatkan batuk)

Anda mungkin juga menyukai