IZIN KAWIN
1. Pengetian
Akta yang dibuat untuk seorang anak wanita yang belum dewasa yang akan menikah.
Dibuat sebelum atau pada saat akan dilangsungkan pernikahan dan yang memberi izin
adalah kedua orang tua atau orang tua yang hidup terlama.
2. Dasar hukum: Pasal 71 jo 35 BW
Usia dewasa yang diketahui ada beberapa macam :
- Hukum islam: 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria
- Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974: 18 tahun
- KUHPerdata: 21 Tahun atau belum berusia 21 tahun tetapi telah menikah
Untuk materi kuliah ini yang dipakai adalah menurut KUHPerdata, yaitu 21 tahun
Untuk izin melakukan pernikahan ada 2 macam :
- Secara lisan: merestui dan hadir pada saat pernikahan
- Secara tertulis: akta izin kawin
Dalam KUHPerdata diharuskan izin kawin dibuat dengan akta otentik (Pasal 71
KUHPerdata), sedangkan menurut UU No 1/1974, izin kawin tidak harus dengan akta
otentik.
3. Warkah-warkah
- KTP atau identitas kedua orang tua atau orang tua yang hidup terlama
- Akta pernikahan orang tua
- Akta kelahiran anak
- Kartu keluarga
- Akta kematian jka orang tua meninggal
- Akta cerai jika orang tua bercerai
- Surat persetujuan jika salah satu tidak hadir
4. Persoalan hukum
Terdapat anak di bawah umur yang akan menikah, sehingga diperlukan izin dari orang
tua
B. PENCEGAHAN PERKAWINAN
1. Pengertian
Akta yang dibuat karena orang tua dengan suatu alasan tertentu dapat melakukan
pencegahan terhadap anak perempuannya untuk menikah, misalnya karena masih di
bawah umur atau masih kuliah
D. KUASA UNTUK
PERKAWINAN
MELANGSUNGKAN
1. Pengertian
Kuasa yang dibuat karena ada suatu alasan yang penting dan mendesak, dimana
salah satu calon pengantinnya berhalangan untuk menghadiri pernikahannya,
maka ia dapat menunjuk seseorang atau kuasa dengan suatu surat (akta) kuasa
otentik untuk mewakilinya melangsungkan pernikahan
2. Dasar hukum
Menurut Pasal 12 Staatsblad 1898 Nomor 158, perkawinan dilakukan menurut hukum
calon suami. Dalam Pasal 75 Staatblad 1933 Nomor 74 jo. LN 1936 Nomor 607,
warga negara beragama Kristen tunduk pada hukum agama Kristen. Menurut Pasal 5nya, bagi calon suami beragama Islam diberikan kemungkinan untuk membuat
permohonan agar perkawinannya dengan perempuan yang beragama Kristen tersebut
dilangsungkan menurut peraturan yang berlaku bagi orang Kristen. Mahkamah Agung
dalam putusannya tertanggal 11 April 1986 Nomor 1400 K/PDT.P/86 telah
memutuskan bahwa catatan sipil setempat wajib mencatatkan perkawinan beda agama
tersebut
3. Warkah-warkah
- KTP atau identitas calon pasangan yang hendak menundukan diri terhadap BW
- Kartu keluarga
4. Persoalan hukum
Terjadi perkawinan beda agama, sedangkan di Indonesia tidak mengenal perkawinan
campuran. Perkawinan beda agama umumnya disahkan di luar negeri. Namun
dimungkinkan oleh KUHPerdata untuk melakukan penundukan diri pada agama
Kristen dan dicatat di Catatan Sipil
F.
PERJANJIAN
KAWIN
DI
PERSEKUTUAN HARTA BENDA
LUAR
1. Pengertian
Perjanjian kawin ini tidak mengenal persekutuan harta benda sama sekali, baik
persekutuan menurut undang-undang, untung-rugi, hasil dan pendapatan, maupun
percampuran apapun secara tegas semuanya ditiadakan. Misalnya, apabila suami
berhutang, maka tidak dapat dibebankan kepada istri sama sekali.
2. Dasar hukum: Pasal 139 KUHPerdata.
- Dalam Pasal 105 KUHPerdata diatur bahwa suami sebagai kepala dalam persatuan
suami istri, sehingga ia dapat mengatur seluruh harta istrinya. Apabila tidak ingin hal
ini berlaku, maka dapat dibuat suatu perjanjian kawin sebagai bentuk penyimpangan,
sesuai dengan Pasal 140 ayat 2 dan 3 KUHPerdata
- Pasal 140 ayat (2) dan (3) KUHPerdata mengatur bahwa dapat diperjanjikan si istri
dapat mengurus harta kekayaan pribadinya, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak, dan menikmati sendiri pendapatannya. Selain itu, dapat diatur juga suami
tidak boleh memindahtangankan atau membebani barang-barang tidak bergerak milik
istri, surat berharga, piutang yang didapat sebelum atau sesudah perkawinan, tanpa
persetujuan dari istri
3. Warkah-warkah
-KTP atau identitas calon pasangan suami istri
-Kartu keluarga calon suami istri
-Daftar masing-masing barang bawaan calon pengantin, bermeterai cukup dan
ditandatangani
4. Persoalan hukum
Adanya perjanjian kawin yang disepakati para pihak, dimana:
- Harta milik masing-masing
- Utang milik masing-masing
- Tidak ada percampuran harta sama sekali
G. PERJANJIAN KAWIN
HASIL DAN PENDAPATAN
PERSEKUTUAN
1. Pengertian
Perjanjian kawin dimana yang diperjanjikan hanya persekutuan hasil dan pendapatan
saja, sedangkan persekutuan menurut UU itu tidak ada. Bila terjadi keuntungan, maka
harus dibagi sama. Bila terjadi kerugian, maka si isteri hanya turut memikul kerugian
tersebut hanya hingga bagiannya dari keuntungan yang diperoleh. Rugi berikutnya
suami yang menanggung.
2. Dasar hukum: Pasal 164 KUHPerdata.
3. Warkah-warkah
-KTP atau identitas calon pasangan suami istri
-Kartu keluarga calon suami istri
-Daftar masing-masing barang bawaan calon pengantin, bermeterai cukup dan
ditandatangani
4. Persoalan hukum
Adanya perjanjian kawin yang disepakati para pihak yang mengatur persekutuan
hanya sebatas hasil dan pendapatan saja. Persekutuan menurut UU itu tidak ada
H. PERJANJIAN KAWIN
UNTUNG DAN RUGI
PERSEKUTUAN
1. Pengertian
Perjanjian kawin dimana yang diperjanjikan hanya persekutuan hasil dan pendapatan
saja, sedangkan persekutuan menurut UU itu tidak ada
2. Dasar hukum: Pasal 155-156 KUHPerdata.
3. Warkah-warkah
-KTP atau identitas calon pasangan suami istri
-Kartu keluarga calon suami istri
-Daftar masing-masing barang bawaan calon pengantin, bermeterai cukup dan
ditandatangani
4. Persoalan hukum
Adanya perjanjian kawin yang disepakati para pihak dimana percampuran hanya
sebatas untung dan rugi saja. Persekutuan menurut UU itu tidak ada
I.
PERJANJIAN
KAWIN
DI
LUAR
PERSEKUTUAN DENGAN BERSYARAT
1. Pengertian
Dalam hal diperjanjikan, bila suami hidup lebih lama dari istri maka perjanjian tidak
dapat diberlakukan, kalau sebaliknya istri yang hidup lebih lama daripada suami maka
berlaku perjanjian ini (terdapat persekutuan hasil dan pendapatan). Hal ini
dikarenakan dikhawatirkan si istri akan menikah lagi, sedangkan hak suami jatuh ke
anak-anak.
Untuk barang-barang bergerak, seperti mobil, barang-barang tetap seperti perhiasan,
tanah, dsb harus dilihat siapa yang memperoleh barang tersebut. Jika barang tersebut
diperoleh suami, maka jatuh kepada anak-anaknya.
2. Dasar hukum: Pasal 140 ayat (2) dan (3) BW
3. Warkah-warkah
-KTP atau identitas calon pasangan suami istri
-Kartu keluarga calon suami istri
-Daftar masing-masing barang bawaan calon pengantin, bermeterai cukup dan
ditandatangani
4. Persoalan hukum
Dalam hal suami hidup lebih lama dari istri maka perjanjian tidak dapat diberlakukan,
kalau sebaliknya istri yang hidup lebih lama daripada suami maka berlaku
persekutuan hasil dan pendapatan
I.
PERJANJIAN
KAWIN
DI
LUAR
PERSEKUTUAN DENGAN BERSYARAT
1. Pengertian
Dalam hal diperjanjikan, bila suami hidup lebih lama dari istri maka perjanjian tidak
dapat diberlakukan, kalau sebaliknya istri yang hidup lebih lama daripada suami maka
berlaku perjanjian ini (terdapat persekutuan hasil dan pendapatan). Hal ini
dikarenakan dikhawatirkan si istri akan menikah lagi, sedangkan hak suami jatuh ke
anak-anak.
Untuk barang-barang bergerak, seperti mobil, barang-barang tetap seperti perhiasan,
tanah, dsb harus dilihat siapa yang memperoleh barang tersebut. Jika barang tersebut
diperoleh suami, maka jatuh kepada anak-anaknya.
2. Dasar hukum: Pasal 140 ayat (2) dan (3) BW
3. Warkah-warkah
-KTP atau identitas calon pasangan suami istri
-Kartu keluarga calon suami istri
-Daftar masing-masing barang bawaan calon pengantin, bermeterai cukup dan
ditandatangani
4. Persoalan hukum
Dalam hal suami hidup lebih lama dari istri maka perjanjian tidak dapat diberlakukan,
kalau sebaliknya istri yang hidup lebih lama daripada suami maka berlaku
persekutuan hasil dan pendapatan
yang mana harta tersebut akan menjadi diluar harta persekutuan karena perkawinan
maka yang berhak atas harta tersebut hanya lah istri untuk mengurus, memungut
hasilnya untuk keperluan sendiri, tanpa bantuan suami
2. Dasar hukum: Pasal 140 ayat (2) BW
3. Warkah-warkah
-KTP atau identitas calon pasangan suami istri
-Kartu keluarga calon suami istri
-Daftar masing-masing barang bawaan calon pengantin, bermeterai cukup dan
ditandatangani
4. Persoalan hukum
Istri selama perkawinan mendapat harta karena hibah/warisan dan pemberi
hibah/warisan dan akan menjadi di luar harta persekutuan karena perkawinan. Tanpa
bantuan suami, pihak istri berhak mengurus, memungut hasilnya untuk keperluan
sendiri