HABIB ADJIE
Jalan Tidar No. 244 Surabaya – 60251
Telp. 031 – 5483881, Fax. 031 – 5469853.
08121652894 (Call Only)
WA : 08113337243
email : adjieku61@gmail.com
WebBlog : habibadjie.dosen.narotama.ac.id
Indonesia Notary Community (INC)
www. indonesianotarycommunity.com
SOLUSI :
A. YAYASAN :
B. PERKUMPULAN :
PENDIRIAN PERKUMPULAN BARU DAN PENYESUAIAN
PERKUMPULAN LAMA YANG BELUM BERBADAN HUKUM
(BERDASARKAN : PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG
TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN
HUKUM DAN PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
PERKUMPULAN).
---------------------------------------------------------------------------------------------------
A. YAYASAN :
CATATAN :
PASAL 13 :
(1) Pengisian Format Pendirian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) juga
dilengkapi dengan dokumen pendukung yang disampaikan secara elektronik.
(2) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa surat
pernyataan secara elektronik dari pemohon tentang dokumen untuk pendirian
Yayasan yang telah lengkap.
(3) Selain menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemohon
juga harus mengunggah akta pendirian Yayasan.
(4) Dokumen untuk pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disimpan Notaris, yang meliputi:
a. salinan akta pendirian Yayasan;
b. surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan yang
ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh Lurah/Kepala Desa
setempat atau dengan nama lainnya;
c. bukti penyetoran atau keterangan bank atas nama Yayasan atau pernyataan
tertulis dari pendiri yang memuat keterangan nilai kekayaan yang dipisahkan
sebagai kekayaan awal untuk mendirikan Yayasan;
d. surat pernyataan pendiri mengenai keabsahan kekayaan awal tersebut;
e. bukti penyetoran biaya persetujuan pemakaian nama, pengesahan, dan
pengumuman Yayasan.
f. surat pernyataan tidak sedang dalam sengketa kepengurusan atau dalam perkara
di pengadilan, dan
g. surat kesanggupan dari pendiri untuk memperoleh kartu nomor pokok wajib
pajak dan laporan penerimaan surat pemberitahuan tahunan pajak.
(5) Selain melengkapi dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bagi Yayasan yang pendirinya orang asing, orang asing bersama-sama dengan
orang Indonesia, atau badan hukum asing harus melampirkan surat rekomendasi
yang diterbitkan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang luar negeri atau instansi terkait.
(6) Bagi Yayasan yang didirikan berdasarkan surat wasiat, selain melampirkan
dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemohon juga harus
melampirkan dokumen pendukung berupa akta wasiat yang terdaftar pada Pusat
Daftar Wasiat.
CATATAN :
Pasal 9 ayat (1) UUY menyebutkan “Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih
dengan memisahkan sebagian harta kekayaannya pendirinya, sebagai kekayaan awal”.
Penjelasan pasal dan ayat tersebut bahwa “Yang dimaksud dengan “orang” adalah
orang perseorangan atau badan hukum”. Dengan demikian Yayasan bisa didirikan oleh
Subyek Hukum Orang/manusia, dan Subyek Hukum Badan Hukum. Jika Subyek badan
Hukum, bisa Badan Hukum Perdata (Yayasan, Perkumpulan, Perseroan Terbatas), dan
Badan Hukum Publik (Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi/Propinsi, Pemerintah
Daerah Kota/Kabupaten).
Pendirian Yayasan bersifat DEKLARATIF karena bisa didirikan oleh satu Subyek
Hukum Orang/manusia atau Badan Hukum Perdata atau Badan Hukum Publik saja.
Pendirian Yayasan bukan bersifat Perjanjian, karena jika bersifat Perjanjian seperti
pada pendirian Perseroan Terbatas (PT), jika PT dibubarkan, maka saham/harta
kekayaan/asset yang ada/tersisa dapat diberikan/dibagikan kepada para pemegang
saham, sedangkan pada Yayasan jika dibubarkan, maka harta kekayaan/aset yang
ada/tersisa harus diberikan/diserahkan kepada Yayasan lain yang mempunyai maksud
dan tujuan sama dengan Yayasan yang bubar tersebut (Pasal 68 ayat (1) UUY) atau
diserahkan kepada Negara dan penggunaannya dilakukan sesuai dengan maksud dan
tujuan Yayasan tersebut (Pasal 68 ayat (2) UUY).
Jika Yayasan didirikan oleh Subyek Hukum Orang/manusia, untuk pemisahan harta
kekayaan dari para pendiri yang berasal dari harta bersama (harta bergerak atau tidak
bergerak) harus ada Persetujuan secara tertulis dari pasangan kawan-kawinnya, jika
berasal dari warisan harus ada Persetujuan secara tertulis dari para ahli warisnya.
Jika Yayasan didirikan oleh Subyek Hukum Badan Hukum Perdata, untuk pemisahan
harta kekayaan dari para pendiri (Badan Hukum Perdata) yang berasal dari harta
bersama (harta bergerak atau tidak bergerak) harus ada Persetujuan secara tertulis
dari institusi yang tersebut dalam anggaran dasar badan hukum perdata tersebut.
Jika Yayasan didirikan oleh Subyek Hukum Badan Hukum Publik, untuk pemisahan
harta kekayaan dari para pendiri (Badan Hukum Perdata) yang berasal dari harta
kekayaan Pemerintah (Pusat/Propinsi/Kota/Kabupaten) harus ada Persetujuan secara
tertulis dari DPR/DPRD Propinsi/DPRD Kota/ Kabupaten) dalam bentuk Peraturan
Pemerintah atau Peraturan Daerah, hal ini berkaitan dengan penyisihan harta kekayaan
pemerintah sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA
bahwa yang dimaksud dengan : Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang
dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.
Subyek Hukum yang mendirikan Yayasan bukan pemilik Yayasan. Maka Yayasan yang
telah berbadan hukum menjadi milik masyarakat, dan masyarakat akan memperoleh
guna dan manfaat dari maksud dan tujuan tersebut. Oleh karena itu sangat tidak perlu
jika Subyek Badan Hukum Publik mendirikan Yayasan, karena menurut Pasal 1 angka
1 UU No. 1/2004, harta kekayaan termasuk investasi dan kekayaan Yayasan yang akan
tetap berkedudukan sebagai milik Subyek Badan Hukum Publik tersebut, sedangkan
dalam Yayasan tidak bisa dimiliki oleh pendirinya, tapi oleh masyarakat.
Jika Yayasan didirikan oleh Subyek Badan Hukum, maka Pembina, Pengawas dan
Pengurus harus bersifat pribadi (bukan dan tidak exofficio dalam jabatannya).
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG
PEMERINTAHAN DAERAH :
Pasal 76 ayat (1) huruf c tentang Larangan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah, dilarang : menjadi pengurus suatu perusahaan, baik milik swasta maupun
milik negara/daerah atau pengurus YAYASAN bidang apa pun;
Pasal 59 :
(1) Setiap Daerah dipimpin oleh kepala Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah.
(2) Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Daerah provinsi disebut
gubernur, untuk Daerah kabupaten disebut bupati, dan untuk Daerah kota disebut wali
kota.
Pasal 63 :
(1) Kepala daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) dapat dibantu oleh
wakil kepala daerah.
(2) Wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Daerah provinsi
disebut wakil gubernur, untuk Daerah kabupaten disebut wakil bupati, dan untuk
Daerah kota disebut wakil wali kota.
MAKA HARUS DIBUAT AKTA PENDIRIAN (BARU) YANG MENGHADAP NOTARIS
YAITU MEREKA YANG MENDIRIKAN PERTAMA KALI YAYASAN TERSEBUT.
JIKA YANG MENDIRIKAN SUDAH TIDAK ADA LAGI DAPAT DILAKUKAN OLEH
ORGAN YANG DIBERI KEWENANGAN DALAM ANGGARAN DASAR YAYASAN
YANG BERSANGKUTAN.
DALAM SABH ON LINE MELALUI MENU PENDIRIAN BARU YAYASAN.
PERSYARATAN YANG HARUS DILENGKAPI SESUAI PASAL 13 AYAT (1) – (6)
PERATURAN MENTERI TERSEBUT DI ATAS, YAITU :
(1) Pengisian Format Pendirian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) juga
dilengkapi dengan dokumen pendukung yang disampaikan secara elektronik.
(2) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa surat
pernyataan secara elektronik dari npemohon tentang dokumen untuk pendirian
Yayasan yang telah lengkap.
(3) Selain menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemohon
juga harus mengunggah akta pendirian Yayasan.
(4) Dokumen untuk pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disimpan Notaris, yang meliputi:
akta pendirian Yayasan;
b. surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan yang
ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh Lurah/Kepala Desa
setempat atau dengan nama lainnya;
c. bukti penyetoran atau keterangan bank atas nama Yayasan atau pernyataan
tertulis dari pendiri yang memuat keterangan nilai kekayaan yang dipisahkan
sebagai kekayaan awal untuk mendirikan Yayasan;
d. surat pernyataan pendiri mengenai keabsahan kekayaan awal tersebut;
e. bukti penyetoran biaya persetujuan pemakaian nama, pengesahan, dan
pengumuman Yayasan.
f. surat pernyataan tidak sedang dalam sengketa kepengurusan atau dalam perkara
di pengadilan, dan
g. surat kesanggupan dari pendiri untuk memperoleh kartu nomor pokok wajib
pajak dan laporan penerimaan surat pemberitahuan tahunan pajak.
(5) Selain melengkapi dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bagi Yayasan yang pendirinya orang asing, orang asing bersama-sama dengan
orang Indonesia, atau badan hukum asing harus melampirkan surat rekomendasi
yang diterbitkan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang luar negeri atau instansi terkait.
(6) Bagi Yayasan yang didirikan berdasarkan surat wasiat, selain melampirkan
dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemohon juga harus
melampirkan dokumen pendukung berupa akta wasiat yang terdaftar pada Pusat
Daftar Wasiat.
MAKA HARUS DIBUAT AKTA PENDIRIAN (BARU) DAN YANG MENGHADAP
NOTARIS YAITU MEREKA YANG PERTAMA KALI MENDIRIKAN YAYASAN ATAU
(JIKA SUDAH TIDAK ADA) MEREKA YANG MEMPUNYAI KEWENANGAN
BERDASARKAN ANGGARAN DASAR (PENDIRIAN) YAYASAN YANG
BERSANGKUTAN.
DALAM SABH ON LINE MELALUI MENU PENDIRIAN BARU YAYASAN (KLIK
PASAL 15 A).
PERSYARATAN YANG HARUS DILENGKAPI SESUAI PASAL 13 AYAT (1) – (7)
PERATURAN MENTERI TERSEBUT DI ATAS, YAITU :
(1) Pengisian Format Pendirian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) juga
dilengkapi dengan dokumen pendukung yang disampaikan secara elektronik.
(2) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa surat
pernyataan secara elektronik dari pemohon tentang dokumen untuk pendirian
Yayasan yang telah lengkap.
(3) Selain menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemohon
juga harus mengunggah akta pendirian Yayasan.
(4) Dokumen untuk pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disimpan Notaris, yang meliputi:
a. salinan akta pendirian Yayasan;
b. surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan yang
ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh Lurah/Kepala Desa
setempat atau dengan nama lainnya;
c. bukti penyetoran atau keterangan bank atas nama Yayasan atau pernyataan
tertulis dari pendiri yang memuat keterangan nilai kekayaan yang dipisahkan
sebagai kekayaan awal untuk mendirikan Yayasan;
d. surat pernyataan pendiri mengenai keabsahan kekayaan awal tersebut;
e. bukti penyetoran biaya persetujuan pemakaian nama, pengesahan, dan
pengumuman Yayasan.
f. surat pernyataan tidak sedang dalam sengketa kepengurusan atau dalam perkara
di pengadilan, dan
g. surat kesanggupan dari pendiri untuk memperoleh kartu nomor pokok wajib
pajak dan laporan penerimaan surat pemberitahuan tahunan pajak.
(5) Selain melengkapi dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bagi Yayasan yang pendirinya orang asing, orang asing bersama-sama dengan
orang Indonesia, atau badan hukum asing harus melampirkan surat rekomendasi
yang diterbitkan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang luar negeri atau instansi terkait.
(6) Bagi Yayasan yang didirikan berdasarkan surat wasiat, selain melampirkan
dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemohon juga harus
melampirkan dokumen pendukung berupa akta wasiat yang terdaftar pada Pusat
Daftar Wasiat.
(7) Dalam hal permohonan pengesahan akta pendirian Yayasan yang kekayaan
awalnya berasal dari Yayasan yang sudah tidak dapat menggunakan kata
“Yayasan” di depan namanya, permohonan pengesahan selain melampirkan
dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga harus melampirkan :
a. salinan akta pendirian Yayasan yang dalam premise aktanya menyebutkan
asal-usul pendirian Yayasan termasuk kekayaan Yayasan yang bersangkutan;
b. laporan kegiatan Yayasan paling sedikit selama 5 (lima) tahun terakhir secara
berturut-turut yang ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh
instansi terkait;
c. surat pernyataan Pengurus Yayasan bahwa Yayasan tidak pernah dibubarkan
secara sukarela atau berdasarkan putusan pengadilan;
d. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Yayasan yang telah dilegalisir oleh
notaris;
e. surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan yang
ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh lurah atau kepala desa
setempat;
f. pernyataan tertulis dari Pengurus Yayasan yang memuat keterangan nilai
kekayaan pada saat penyesuaian Anggaran Dasar;
g. surat pernyataan Pengurus mengenai keabsahan kekayaan Yayasan; dan
h. bukti penyetoran biaya pengesahan dan pengumuman Yayasan.
PADA YAYASAN SEPERTI INI PADA PREMISSE AKTANYA DIURAIKAN SECARA
KRONOLOGIS DENGAN MEMENUHI (DAN MENULISKAN/ MENCANTUMKAN)
SEMUA PERSYARATAN YANG DIMINTA BERDASARKAN PASAL 15 A
TERSEBUT. SEBAGAI BERIKUT :
Para Penghadap dalam kedudukannya sebagaimana tersebut di atas, dengan ini
menyatakan mendirikan Yayasan dengan anggaran dasar sebagai berikut :--------
------------------------------ NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN -------------------------------
---------------------------------------------------- Pasal 1 -----------------------------------------------
CATATAN :
PADA YAYASAN SEPERTI INI PADA PREMISSE AKTANYA DIURAIKAN SECARA
KRONOLOGIS DENGAN MEMENUHI (DAN MENULISKAN/ MENCANTUMKAN)
SEMUA PERSYARATAN YANG DIMINTA BERDASARKAN PASAL 37 A
TERSEBUT. SEBAGAI BERIKUT :
Para Penghadap dalam kedudukannya sebagaimana tersebut di atas, dengan ini
menyatakan melakukan penyesuaian anggaran dasar Yayasan sebagai berikut :-------
------------------------------- NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN -------------------------------
CATATAN 1 :
CATATAN 2 :
DALAM PERATURAN MENTERI TERSEBUT ADA 3 (TIGA) BAGIAN YANG DIATUR,
YAITU :
1. TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN HUKUM
YAYASAN..
2. TATA CARA PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR YAYASAN.
3. TATA CARA PENYAMPAIAN PEMBERITAHUAN PERUBAHAN DATA YAYASAN.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 45 Tahun 2014 Tentang Jenis dan Tarif
atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku di Kementerian Hukum dan
HAM RI, bahwa terhitung sejak tanggal 3 Juli 2014 (SK. Menteri Hukum dan Ham RI
tertanggal 3 Juli 2014) Pendaftaran dan Pencetakan Pengumuman Badan Hukum
dalam BN RI dan TBN RI disampaikan melalui e-mail (dalam format soft copy) dengan
penjelasan sebagai berikut :
1. Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI (dalam format Pdf).
2. Akta Badan Hukum (dalam format file words)
3. Bukti Bayar Berita Negara Republik Indonesia (dalam format Pdf).
4. Surat Pernyataan Notaris (berisi tentang Akta soft copy sesuai dengan akta
aslinya (hard copy).
Dokumen (soft copy) tersebut di atas disampaikan/dikirim ke alamat e-mail :
bntbn@pnri.co.id
Perum Percetakan Negara RI (PNRI)
Jalan Percetakan Negara No. 21 , Jakarta Pusat (10560)
Telp. 021 – 422 1707 – 05, ext. 129, 130 dan 131.www.beritanegara.co.id
Yayasan sebagai badan hukum mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana
yang subjek hukum perdata, termasuk menjual atau mengalihkan (cara lainnya)
termasuk menjaminkan harta kekayaannya.
Bahwa menurut Pasal 37 UUY, yaitu :
(1) Pengurus tidak berwenang:
a. mengikat Yayasan sebagai penjamin utang;
b. mengalihkan kekayaan Yayasan kecuali dengan persetujuan Pembina; dan
c. membebani kekayaan Yayasan untuk kepentingan pihak lain.
(2) Anggaran Dasar dapat membatasi kewenangan Pengurus dalam melakukan
perbuatan hukum untuk dan atas nama Yayasan.
Bahwa Pengurus Yayasan tidak berwenang melakukan tindakkan hukum
tersebut. Dan agar tindakkan hukum tersebut sah harus ada Persetujuan dari
Pembina Yayasan.
Bahwa tindakkan tersebut seperti menjaminkan atau mengalihkan hanya untuk
kepentingan Yayasan itu sendiri atau memberikan manfaat untuk mencapai
maksud dan tujuan Yayasan dan tidak dimaksudkan untuk kepentingan yang
lain. Dan hasil pengalihan tersebut tidak untuk dibagikan kepada Pembina,
Pengawas dan Pengurus.
Dalam setiap pendirian Yayasan, dalam aktanya selalu disertai dengan klausula (Pasal
1 ayat 2 AD Yayasan) yaitu “Yayasan dapat membuka kantor cabang tempat lain,
yang ditetapkan oleh Pengurus dengan persetujuan Pembina”. Meskipun UU
Yayasan tidak mengatur atau membolehkan atau melarang pendirian cabang
yayasan, tapi sebagai perbuatan yang diperkenankan karena para pendiri
menghendakinya, juga sebagai bentuk antisipasi untuk mengembangkan
kegiatan Yayasan yang bersangkutan.
Sebelum dilakukan pembukaan cabang Yayasan, Pengurus harus rapat terlebih dahulu
dengan menentuan alasan, maksud dan tujuan pembukaan cabang tersebut, untuk
kemudian disampaikan ke Pembina. Setelah menerima permohonan dari Pengurus,
maka Pembina akan melakukan Rapat Pembina (Rapat Pembina bisa dilakukan
dengan Berita Acara Rapat Pembina yang dibuat oleh Notaris).
Setelah Pembina memberikan persetujuan, Pengurus datang ke hadapan Notaris untuk
membuat akta Pembukaan Cabang Yayasan.
Dan untuk Pengangkatan Pengurus dan Pengawas Cabang menjadi kewenangan
Pembina. Dengan demikan ada akta Pembukaan Cabang dengan penghadap
Pengurus, dan akta Pengangkatan Pengurus dan Pengawas Cabang yayasan dengan
penghadap Pembina Yayasan.
Dalam pembukaan Cabang Yayasan tidak ada Pembina Cabang, karena hal tersebut
merupakan kewenangan Pembina yang tidak diberikan kepada Pengurus dan
Pengawas.
CATATAN :
KESIMPULAN :
BATASAN MASA JABATAN PEMBINA TIDAK DIATUR DALAM UUY.
BATASAN MULAI MENJABAT UNTUK PEMBINA – PENGAWAS – PENGURUS
TIDAK DITENTUKAN DALAM UUY (KECUALI UNTUK PENGANGKATAN PERTAMA
KALI - BERDASARKAN AKTA PENDIRIAN).
BATASAN LAMANYA MENJABAT PENGAWAS – PENGURUS DITEGASKAN 5
TAHUN DAN DAPAT DIANGKAT UNTUK PERIODE BERIKUTNYA (UNTUK DUA
MASA JABATAN BERTURUT-TURUT).
NOTARIS SANGAT PERLU UNTUK MENGETAHUI BATASAN BERAKHIRNYA
MASA JABATAN-JABATAN TERSEBUT (BAIK DALAM YAYASAN MAUPUN
DALAM PT – KOPERASI) KARENA AKAN BERKAITAN DENGAN KEWENANGAN
DARI JABATAN-JABATAN TERSEBUT.
HUKUM (UU DAN AD YANG BERSANGKUTAN) AKAN MELINDUNGI TINDAKAN-
TINDAKAN JABATAN TERSEBUT JIKA MASIH DALAM BATASAN WAKTU
MENJABAT DAN KEWENANGAN JABATAN-JABATAN TERSEBUT.
PROBLEMATIKA 1 :
DALAM UUY, BAHWA PEMBINA YAYASAN YANG BERASAL DARI PENDIRI
YAYASAN DALAM MENJALANKAN JABATAN TIDAK DIKENAKAN BATAS
WAKTU MASA MENJABAT. DAN AKAN BERAKHIR KARENA MENGUNDURKAN
DIRI ATAU MENINGGAL DUNIA. APAKAH PEMBINA YAYASAN YANG BUKAN
DARI PENDIRI DAPAT DIBERI BATAS WAKTU MASA MENJABATNYA ?
BAHWA MASA MENJABAT PEMBINA YANG BERASAL DARI PENDIRI TANPA
BATAS WAKTU UNTUK MENJABATNYA MERUPAKAN BENTUK
PENGHORMATAN DAN PENGHARGAAN DARI UUY YAYASAN KEPADA PENDIRI
YANG TELAH SUKARELA MENYISIHKAN HARTA KEKAYAAN SERTA
TINDAKKAN LAINNYA UNTUK MENDIRIKAN YAYASAN YANG SECARA
EKONOMIS DENGAN MENDIRIKAN YAYASAN TIDAK MEMPEROLEH IMBAL
BALIK PROFIT DARI YAYASAN TERSEBUT.
JIKA PEMBINA YAYASAN YANG BERASAL DARI PENDIRI YAYASAN SUDAH
TIDAK ADA LAGI, MAKA PEMBINA AKAN DIISI/DIJABAT OLEH MEREKA YANG
BUKAN PENDIRI YAYASAN. JIKA DIISI/DIJABAT OLEH MEREKA YANG BUKAN
DARI PENDIRI YAYASAN, APAKAH MASIH PERLU DIATUR BAHWA MEREKA
JUGA MASA JABATANNYA TANPA BATAS WAKTU ?
BAHWA PERLU ADA BATAS MASA JABATAN PEMBINA YAYASAN YANG
BUKAN DARI PENDIRI DENGAN ALASAN :
CATATAN :
JIKA MENGGUNAKAN POLA (A) MAKA TIDAK AKAN ADA KESERAGAMAN
BERAKHIRNYA MASA JABATAN ORGAN-ORGAN YAYASAN TERSEBUT. HARUS
ADA KETERTIBAN AKTA-AKTA YANG BERKAITAN DENGAN MENGAWALI DAN
MENGAKHIRI MASA JABATAN TERSEBUT.
PEJABAT DALAM ORGAN YAYASAN DENGAN MASA JABATAN YANG DIMULAI
DARI AWAL LAGI DAPAT MENGELIMINASI TINDAKKAN PEJABAT
SEBELUMNYA, KEMUNGKINAN BISA MEMBUAT KEBIJAKAN BARU YANG
TIDAK TERKAIT DENGAN YANG SEBELUMNYA. SEAKAN-AKAN TINDAKAN
SEBELUMNYA MERUPAKAN TANGGUNGJAWAB PEJABAT SEBELUMNYA.
JIKA MENEMPUH CARA (B) MAKA DALAM ANGGARAN DASAR HARUS
DILAKUKAN PERUBAHAN SEBAGAI BERIKUT :
PEMBINA (YANG BUKAN BERASAL DARI PENDIRI – PASAL 8 AD
DITAMBAHKAN AYAT BARU, YAITU AYAT (4) DAN (5) SEBAGAI BERIKUT :
----------------------------------------------- Pasal 8 -------------------------------------------------
(1) Masa jabatan Pembina yang : ------------------------------------------------------------
a. berasal dari Pendiri tanpa batas waktu.------------------------------------------
b. berasal bukan dari Pendiri ditentukan lamanya 5 (lima) tahun.---------
(2) Keanggotaan Pembina berakhir karena :---------------------------------------------
a. meninggal dunia;--------------------------------------------------------------------------
b.
dan seterusnya….
(3) ….
(4) Apabila masa jabatan Pembina sebagaimana tersebut dalam ayat (1) huruf b
pasal ini berakhir berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam ayat (2), maka
akan diangkat Pembina baru dengan masa jabatan untuk masa jabatan
melanjutkan sisa masa jabatan Pembina sebelumnya.------
(5) Jabatan Pembina yang diangkat berdasarkan ketentuan ayat (4) tersebut
dinyatakan telah menjalankan satu kali masa jabatan.--------------------------
ATAU KETENTUAN PASAL 8 AYAT (4) DAN (5) DIATUR SEBAGAI BERIKUT :
(4) Apabila masa jabatan Pembina sebagaimana tersebut dalam ayat (1) huruf b
pasal ini berakhir berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam ayat (2), maka
akan diangkat Pembina baru untuk melanjutkan sisa masa jabatan Pembina
sebelumnya.---------------------------------------------------
(5) Jabatan Pembina yang diangkat berdasarkan ketentuan ayat (4) tersebut
dinyatakan :------------------------------------------------------------------------
a. telah menjalankan satu kali masa jabatan apabila Pembina baru meneruskannya
lebih dari setengah sisa masa jabatan.-------------------
b. tidak dihitung menjalankan satu kali masa jabatan apabila Pembina baru
yang meneruskannya kurang dari setengah sisa masa
jabatan.---------------------------------------------------------------------------------------
HAL INI BERLAKU PULA JIKA DIANGKAT ANGGOTA PEMBINA
(BARU/TAMBAHAN), MAKA PEMBINA (BARU/ TAMBAHAN) TERSEBUT
MEMPUNYAI MASA JABATAN YANG SAMA DENGAN MASA JABATAN PEMBINA
YANG SEDANG BERJALAN.
PENGURUS (PASAL 15 AD) :
----------------------------------------------- Pasal 15 ----------------------------------------------------
(1) Jabatan anggota Pengurus berakhir apabila:--------------------------------------------
(a) meninggal dunia;----------------------------------------------------------------------------
(b) mengundurkan diri;-------------------------------------------------------------------------
(c) bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang
diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;--
(d) diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina;----------------------
(e) masa jabatan berakhir.---------------------------------------------------------------------
Catatan : ditambahkan ayat baru yaitu ayat (2) dan (3) sebagai berikut :
(2) Apabila Jabatan Anggota Pengurus berakhir selain yang tersebut dalam ayat (1)
huruf (e) pasal ini, maka akan diangkat Pengurus baru dengan masa jabatan
untuk melanjutkan sisa masa jabatan pengurus
sebelumnya.-----------------------------------------------------------------------------------------
(3) Jabatan Anggota Pengurus yang diangkat berdasarkan ketentuan ayat (2) tersebut
dinyatakan telah menjalankan satu kali masa jabatan.------------------
ATAU KETENTUAN PASAL 15 AYAT (3) DAN (4) DIATUR SEBAGAI BERIKUT :
(3) Apabila masa jabatan Pengurus sebagaimana tersebut dalam ayat (2) huruf b
pasal ini berakhir berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam ayat (2),
makaakan diangkat Pengurus baru untuk melanjutkan sisa masa jabatan
Pengurus sebelumnya.--------------------------------------------------------------
(4) Jabatan Pengurus yang diangkat berdasarkan ketentuan ayat (4) tersebut
dinyatakan :----------------------------------------------------------------------------------------
a. telah menjalankan satu kali masa jabatan apabila Pengurus baru yang
meneruskannya lebih dari setengah sisa masa jabatan.----------------
b. tidak dihitung menjalankan satu kali masa jabatan apabila Pengurus baru yang
meneruskannya kurang dari setengah sisa masa jabatan.-----
HAL INI BERLAKU PULA JIKA DIANGKAT ANGGOTA PENGURUS (BARU /
TAMBAHAN), MAKA PENGURUS (BARU / TAMBAHAN) TERSEBUT MEMPUNYAI
MASA JABATAN YANG SAMA DENGAN MASA JABATAN PENGURUS YANG
SEDANG BERJALAN.
PENGAWAS (PASAL 26 AD) :
------------------------------------------------- Pasal 26 ---------------------------------------------------
(1) Jabatan anggota Pengawas berakhir apabila:-------------------------------------------
(a) meninggal dunia;-----------------------------------------------------------------------------
(b) mengundurkan diri;--------------------------------------------------------------------------
(c) bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang
diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;---
(d) diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina;-----------------------
(e) masa jabatan berakhir.---------------------------------------------------------------------
Catatan : ditambahkan ayat baru yaitu ayat (2) dan (3) sebagai berikut :
(2) Apabila Jabatan Anggota Pengawas berakhir selain yang tersebut dalam ayat (1)
huruf (e) pasal ini, maka akan diangkat Pengawas baru dengan masa jabatan
untuk melanjutkan sisa masa jabatan pengawas
sebelumnya.-----------------------------------------------------------------------------------------
(3) Jabatan Anggota Pengawas yang diangkat berdasarkan ketentuan ayat (2)
tersebut dinyatakan telah menjalankan satu kali masa jabatan.------------------
ATAU KETENTUAN PASAL 26 AYAT (3) DAN (4) DIATUR SEBAGAI BERIKUT :
(3) Apabila masa jabatan Pengawas sebagaimana tersebut dalam ayat (2) huruf b
pasal ini berakhir berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam ayat (2), maka
akan diangkat Pengawas baru untuk melanjutkan sisa masa jabatan Pengawas
sebelumnya.--------------------------------------------------------------
(4) Jabatan Pengawas yang diangkat berdasarkan ketentuan ayat (4) tersebut
dinyatakan :-----------------------------------------------------------------------------
a. telah menjalankan satu kali masa jabatan apabila Pengawas baru yang
meneruskannya lebih dari setengah sisa masa jabatan.-----------------------
b. tidak dihitung menjalankan satu kali masa jabatan apabila Pengawas baru yang
meneruskannya kurang dari setengah sisa masa jabatan.-----
HAL INI BERLAKU PULA JIKA DIANGKAT ANGGOTA PENGAWAS
(BARU/TAMBAHAN), MAKA PENGAWAS (BARU/ TAMBAHAN) TERSEBUT
MEMPUNYAI MASA JABATAN YANG SAMA DENGAN MASA JABATAN
PENGAWAS YANG SEDANG BERJALAN.
CATATAN :
PROBLEMATIKA 3 :
DALAM MASYARAKAT SERING DIDIRIKAN YAYASAN OLEH KELUARGA ATAU
OLEH KELOMPOK ORANG/MASYARAKAT TERTENTU. DAN SELALU MENJADI
PERTANYAAN JIKA PENDIRI SEBAGAI PEMBINA YANG MASA JABATAN TANPA
BATAS WAKTU. SEHINGGA APAKAH YANG MENGISI JABATAN PEMBINA TIDAK
INGIN ORANG LAIN MASUK DAN MENJABAT SEBAGAI PEMBINA, TAPI AHLI
WARIS DARI PENDIRI ? DALAM HAL INI UUY DAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YAYASAN TIDAK MENGATURNYA. JIKA ANGGARAN DASAR
YAYASAN SEBAGAI BENTUK DARI IMPLEMENTASI PASAL 1338 KUHPERDATA
– YANG AKAN MENGIKAT PARA MEREKA YANG MENDIRIKAN DAN
SEPANJANG TIDAK BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YAYASAN, MAKA BOLEH SAJA DIATUR DALAM ANGGARAN
DASAR BAHWA PEMBINA YAYASAN BOLEH DIJABAT OLEH PARA AHLI WARIS
DARI PENDIRI. SEHINGGA PASAL 8 ANGGARAN DASAR TENTANG PEMBINA
BISA DIATUR SEBAGAI BERIKUT :
---------------------------------------------- Pasal 8 --------------------------------------------------
(1) Masa jabatan Pembina yang : ------------------------------------------------------------
a. berasal dari Pendiri tanpa batas waktu.------------------------------------------
b. berasal bukan dari Pendiri ditentukan lamanya 5 (lima) tahun.---------
(2) Keanggotaan Pembina hanya dapat diisi oleh Pendiri atau para ahli waris dari
Pendiri.-------------------------------------------------------------------------
(3) Keanggotaan Pembina berakhir karena :--------------------------------------------
a. meninggal dunia;-------------------------------------------------------------------------
b.
dan seterusnya….
PROBLEMATIKA 4 :
ADAKAH AKIBAT HUKUMNYA (TANGGUNGJAWAB HUKUM) JIKA
JABATAN-JABATAN TERSEBUT TELAH BERTINDAK DALAM BATAS
WAKTU YANG TELAH HABIS (EXPIRED) ATAU BERTINDAK TANPA
KEWENANGAN ?
AKIBAT HUKUM TSB DAPAT DITUJUKAN KEPADA MEREKA YANG
“MENGAKU” MASIH MENJABAT DAN KEPADA NOTARIS YANG
MEMBUAT AKTANYA, DAN BAGAIMANA DENGAN AKTANYA ?
BAGAIMANAKAH TANGGUNGJAWAB HUKUM DARI PEMBINA,
PENGAWAS DAN PENGURUS ATAU ORGAN-ORGAN TERSEBUT
UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN TSB, ADA 3 (TIGA) PENDAPAT,
YAITU :
1) DENGAN DOKTRIN ULTRA VIRES/EXTRA VIRES.
2) PERWAKILAN SUKARELA (ZAAKWAARNEMING : PASAL 1354 – 1358
KUHPERDATA)
3) PERBUATAN MELAWAN HUKUM.(PASAL 1365 KUHPERDATA)
-DOKTRIN INTRA VIRES - TINDAKKAN KEPENGURUSAN TSB (DALAM BADAN
HUKUM) OLEH ORGAN-ORGAN YANG BERSANGKUTAN SESUAI ATAU
BERDASARKAN DAN TIDAK MELEBIHI KEWENANGAN YANG DIATUR ATAU
DICANTUMKAN DALAM ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGANYA
(AUTHORIZED).
-DOKTRIN ULTRA VIRES /EXTRA VIRES - TINDAKKAN KEPENGURUSAN
TERSEBUT (DALAM BADAN HUKUM YANG BERSANGKUTAN) OLEH ORGAN-
ORGAN YANG BERSANGKUTAN TIDAK SESUAI ATAU TIDAK BERDASARKAN
ATAU MELEBIHI KEWENANGAN YANG DIATUR ATAU TIDAK DICANTUMKAN
DALAM ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGANYA(UNAUTHORITY).
TINDAKKAN ORGAN-ORGAN YAYASAN TANPA KEWENANGAN - ULTRA
VIRES/EXTRA VIRES - TANGGUNGJAWAB PRIBADI YANG BERSANGKUTAN.
PERWAKILAN SUKARELA (ZAAKWAARNEMING) - DILAKUKAN OLEH ORGAN-
ORGAN YAYASAN TANPA KEWENANGAN - SEMATA-MATA DILAKUKAN DEMI
KEPENTINGAN BADAN HUKUM/YAYASAN YANG BERSANGKUTAN.
DENGAN DEMIKIAN TINDAKKAN ORGAN-ORGAN DALAM PERWAKILAN TANPA
KEWENANGAN MERUPAKAN TINDAKKAN PRIBADI, TINDAKKAN YANG
DILAKUKAN HARUS DILAKUKAN SAMPAI SELESAI, SEBELUM DIAMBIL ALIH
(DITEGASKAN DITERIMA) OLEH PEMBINA.
SEBAGAI PERBUATAN MELAWAN HUKUM DARI ORGAN-ORGAN YANG
BERTINDAK TANPA KEWENANGAN TERSEBUT, DAN DAPAT DIAJUKAN
GUGATAN KE PENGADILAN UMUM SEBAGAI PERBUATAN MELAWAN HUKUM
OLEH PARA PIHAK YANG MERASA DIRUGIKAN.
TERHADAP NOTARIS YANG MEMBUAT AKTANYA DAPAT DIAJUKAN
GUGATAN (SEBAGAI PERBUATAN MELAWAN) HUKUM JIKA DAPAT
DIBUKTIKAN SECARA MATERIL/IMMATERIL ATAS TINDAKKAN TERSEBUT
MERUGIKAN YANG BERSANGKUTAN.
TERHADAP AKTANYA TETAP BERKEDUDUKAN SEBAGAI AKTA OTENTIK
YANG MEMENUHI UNSUR LAHIRIAH-MATERIL-FORMAL (KECUALI DAPAT
DIBUKTIKAN SEBALIKNYA (BATAL DEMI HUKUM/MEMPUNYAI KEKUATAN
PEMBUKTIAN SEBAGAI AKTA DI BAWAH TANGAN).
CATATAN :
CATATAN :
Pasal 31 ayat (1) UUY menegaskan bahwa : Pengurus adalah organ Yayasan yang
melaksanakan kepengurusan Yayasan.
Bahwa uraian lebih lanjut tentang tugas/wewenang Pengurus dijabarkan dalam
Anggaran Dasar Yayasan, antara lain :
------------------------------ TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS ---------------------------
------------------------------------------------ Pasal 16 ---------------------------------------------------
(1) Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan
Yayasan.------------------------------------------------------------------------------
(2) Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan
untuk disahkan Pembina.-------------------------------------------------------------
(3) Pengurus wajib memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan oleh
Pengawas.---------------------------------------------------------------------------------------------
(4) Setiap anggota Pengurus wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.------------------------------------------------------------------------------------------
(5) Pengurus berhak mewakili Yayasan di dalam dan di luar pengadilan tentang segala hal
dan dalamsegala kejadian, dengan pembatasan terhadap hal-hal sebagai
berikut:--------------------------------------------------------------------------------------
a. meminjam atau meminjamkan uang atas nama Yayasan (tidak termasuk mengambil
uang Yayasan di Bank).---------------------------------------------------------
b. mendirikan suatu usaha baru atau melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk
usaha baik di dalam maupun di luar negeri.-------------------------------------
c. memberi atau menerima pengalihan atas harta tetap;----------------------------------
d. membeli atau dengan cara lain mendapatkan/ memperoleh harta tetap atas nama
Yayasan;-----------------------------------------------------------------------------------
e. menjual atau dengan cara lain melepaskan kekayaan Yayasan serta mengagunkan /
membebani kekayaan Yayasan;----------------------------------------
f. mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina,
Pengurus dan atau Pengawas Yayasan atau seorang yang bekerja pada Yayasan,
yang perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan
Yayasan.-----------------------------------------------------------------------------
(6) Perbuatan Pengurus sebagaimana diatur dalam ayat (5) huruf a, b, c, d, e, dan f harus
mendapat persetujuan dari Pembina.--------------------------------------------------
---------------------------------------------- Pasal 17 -----------------------------------------------
Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan dalam hal:-------------------------------------
(1) mengikat Yayasan sebagai penjamin utang;-------------------------------------------------
(2) membebani kekayaan Yayasan untuk kepentingan pihak lain;--------------------------
(3) mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina,
Pengurus dan atau Pengawas Yayasan atau seseorang yang bekerja pada Yayasan,
yang perjanjian tersebut tidak ada hubungannya bagi tercapainya maksud dan tujuan
Yayasan.---------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------ Pasal 18 --------------------------------------------------
(1) Ketua Umum bersama-sama dengan salah seorang anggota Pengurus lainnya
berwenang bertindak untuk dan atas nama pengurus serta mewakili Yayasan.----
(2) Dalam hal Ketua Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga, hal
tersebut tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka seorang Ketua lainnya
bersama-sama dengan Sekretaris Umum atau apabila Sekretaris Umum tidak hadir
atau berhalangan karena sebab apapun juga, hal tersebut tidak perlu dibuktikan kepada
pihak ketiga, seorang Ketua lainnya bersama-sama dengan seorang Sekretaris lainnya
berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili
Yayasan.---------------------------------------------------------------------------
(3) Dalam hal hanya ada seorang Ketua, maka segala tugas dan wewenang yang
diberikan kepada Ketua Umum berlaku juga baginya.-------------------------------------
(4) Sekretaris Umum bertugas mengelola administrasi Yayasan, dalam hal hanya ada
seorang Sekretaris, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada
Sekretaris Umum berlaku juga baginya.--------------------------------------------
(5) Bendahara Umum bertugas mengelola keuangan Yayasan, dalam hal hanya ada
seorang Bendahara, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada
Bendahara Umum berlaku juga baginya.------------------------------------------------------
(6) Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Pengurus ditetapkan oleh Pembina
melalui Rapat Pembina.---------------------------------------------------------------
(7) Pengurus untuk perbuatan tertentu berhak mengangkat seorang atau lebih wakil atau
kuasanya berdasarkan surat kuasa.-----------------------------------------------------
------------------------------------- PELAKSANA KEGIATAN --------------------------------------
------------------------------------------------- Pasal 19 -------------------------------------------------
(1) Pengurus berwenang mengangkat dan memberhentikan Pelaksana Kegiatan Yayasan
berdasarkan keputusan Rapat Pengurus.----------------------------------------
(2) Yang dapat diangkat sebagai Pelaksana Kegiatan Yayasan adalah orang
perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan
pailit atau dipidana karena melakukan tindakan yang merugikan Yayasan, masyarakat,
atau negara berdasarkan keputusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum
tetap.-------------------------------------------------------------------------
(3) Pelaksanaan Kegiatan Yayasan diangkat oleh Pengurus berdasarkan keputusan Rapat
Pengurus untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali dengan tidak
mengurangi keputusan Rapat Pengurus untuk memberhentikan sewaktu-
waktu.---------------------------------------------------------------------------------------------------
(4) Pelaksanaan Kegiatan Yayasan bertanggung jawab kepada Pengurus.-------------
(5) Pelaksanaan Kegiatan Yayasan menerima gaji, upah, atau honorarium yang jumlahnya
ditentukan berdasarkan keputusan Rapat Pengurus.------------------------
------------------------------------------------- Pasal 20 -------------------------------------------------
(1) Dalam hal terjadi perkara di pengadilan antara Yayasan dengan anggota Pengurus
atau apabila kepentingan pribadi seorang anggota Pengurus bertentangan dengan
Yayasan, maka anggota Pengurus yang bersangkutan tidak berwenang bertindak untuk
dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan, maka anggota Pengurus lainnya
bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili
Yayasan.--------------------------------------------------------------
(2) Dalam hal Yayasan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan
seluruh Pengurus, maka Yayasan diwakili oleh Pengawas.-------------
Bahwa tugas dan wewenang pengurus tersebut dapat dijalankan/dilakukan oleh
Pengurus yang masih mempunyai jangka waktu untuk menjabatnya, yaitu selama 5
(lima) tahun. Karena dilakukan/dijalankan dalam masa jabatan yang sah maka segala
pelaksaan tugas dan kewenangannya sah dan mengikat Yayasan dan pihak lainnya.
Bahwa bisa juga terjadi, masa jabatan Pengurus tersebut lupa untuk diperpanjang (jika
bias dua kali masa jabatan) atau lupa untuk mengangkat Pengurus baru. Jika hal ini
terjadi menjadi kewajiban Pengurus untuk mengingatkan Pembina atau Pembina untuk
memberitahu Pengurus bahwa masa jabatannya habis atau hampir berakhir. Karena
lupa untuk memperpanjang masa jabatan Pengurus atau lupa mengangkat Pengurus
baru, sehingga Pengurus lama meskipun telah expired tetap menjalankan tugas dan
wewenang Pengurus.
Masa jabatan Pengurus yang telah expired tersebut tapi masih menjalankan tugas dan
wewenang Yayasan, maka tindakkan bisa dikualifikasikan sebagai tindakkan tanpa
wewenang, jika merugikan Yayasan menjadi tanggungjawab pribadi pengurus.
Bahwa untuk mengatasi hal tersebut menjadi kewenangan Pembina untuk segera
memperpanjang masa jabatan Pengurus atau mengangkat Pengurus baru. Jika
Pembina memperpanjang atau mengangkat Pengurus baru, maka Pembina dalam
Putusan Pembina atau Berita Acara Rapat (BAR) Pembina harus ditegaskan bahwa
segala tindakkan Pengurus yang sudah expired tapi untuk dan kepentingan Yayasan
dinyatakan sebagai tindakkan yang sah dari Yayasan.
Pembina Yayasan boleh saja 1 (satu) orang atau lebih dari 1 (satu) orang. Dalam
keadaan tertentu bisa Yayasan tanpa ada Pembina, misalnya karena meninggal dunia,
mengundurkan diri atau alasan lainnya. Dalam Pasal 28 ayat (4) UUY bahwa : Dalam
hal Yayasan karena sebab apapun tidak lagi mempunyai Pembina, paling lambat
dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal kekosongan, anggota
Pengurus dan anggota Pengawas wajib mengadakan rapat gabungan untuk
mengangkat Pembina dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3).
Berdasarkan ketentuan tersebut jika Yayasan tidak mempunyai Pembina dengan
alasan apapun, maka Pengurus dan Pengawas wajib mengadakan Rapat Gabungan
khusus untuk mengangkat Pembina baru.
Bahwa Rapat Gabungan tersebut bias dilakukan jika ada Pengurus dan Pengawas
yang masih berwenang, dalam keadaan tertentu bisa juga terjadi tidak ada Pengurus
atau Pengawas atau salah satu unsur tidak ada sehingga Rapat Gabungan tidak dapat
dilakukan atau bisa juga terjadi salah satu unsur tersebut (Pengurus atau Pengawas)
sudah expired karena masa jabatannya habis. Jika hal tersebut terjadi apa yang harus
dilakukan oleh Yayasan ?
UUY tidak memberikan jalan keluar jika salah satu unsur untuk melakukan Rapat
Gabungan tidak terpenuhi. Jalan keluar yang dapat dilakukan/ditempuh yaitu pihak-
pihak yang berkepentingan dengan/terhadap Yayasan, agar operasional Yayasan tidak
terganggu, dapat mengajukan Permohonan Penetapan ke pengadilan negeri, agar
diizinkan untuk mengangkat Pembina baru dan menghadap Notaris.
Pembina, Pengurus dan Pengawas Yayasan bisa saja berubah (bertambah, berkurang
atau berganti), bahwa semua perubahan tersebut wajib dilaporkan ke Kementerian
Hukum dan HAM RI.
Pasal 33 UUY menegaskan bahwa :
(1) Dalam hal terdapat penggantian Pengurus Yayasan, Pembina wajib menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri dan kepada instansi terkait.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib disampaikan paling
lambat 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pengurus
Yayasan.
Ketentuan Pasal 33 UUY tersebut diubah dalam UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-
UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN (UUY – P) :
9. Ketentuan Pasal 33 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
"Pasal 33
(1) Dalam hal terjadi penggantian Pengurus, Pengurus yang menggantikan
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib disampaikan dalam jangka
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal penggantian Pengurus
Yayasan."
Pasal 45 UUY menegaskan bahwa :
(1) Dalam hal terdapat penggantian Pengawas Yayasan, Pembina wajib menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri dan kepada instansi terkait.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib disampaikan paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pengawas
Yayasan.
Ketentuan Pasal 45 UUY tersebut diubah dalam UUY – P, yaitu :
"Pasal 45
(1) Dalam hal terjadi penggantian Pengawas, Pengurus menyampaikan pemberitahuan
secara tertulis kepada Menteri.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib disampaikan dalam jangka
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal penggantian Pengawas
Yayasan."
Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut semua Perubahan Pengurus, Pengawas wajib
dilaporkan kepada Menteri Hukum dan HAM RI oleh Pengurus.
Jika terjadi Perubahan Pembina siapa yang harus melaporkan kepada Menteri Hukum
dan HAM RI ?
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN
PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN HUKUM DAN PERSETUJUAN
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR SERTA PENYAMPAIAN PEMBERITAHUAN
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PERUBAHAN DATA YAYASAN bahwa
perubahan Pembina, Pengawas dan Pengurus sebagai PERUBAHAN YAYASAN
YANG HARUS DISAMPAIKAN/DIBERITAHUKAN KE MENTERI yaitu :
Untuk Perubahan Data Yayasan (Pasal 27 ayat (3) meliputi :
a. Perubahan Pembina.
b.Perubahan atau pengangkatan kembali Pengurus dan/atau pengawas.
c. Perubahan alamat lengkap.
Bahwa dalam Permenkumham tersebut semua yang berkaitan dengan Yayasan
yaitu :
DALAM PERATURAN MENTERI TERSEBUT ADA 3 (TIGA) BAGIAN YANG DIATUR,
YAITU :
1. TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN HUKUM
YAYASAN.
2. TATA CARA PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR YAYASAN.
3. TATA CARA PENYAMPAIAN PEMBERITAHUAN PERUBAHAN DATA YAYASAN.
semuanya dilakukan oleh Notaris sebagai PEMOHON sebagai Kuasa (Pasal 1 angka 3
Permenkumham Yayasan tersebut). Sehingga perubahan Pembina, Pengawas dan
Pengurus dapat dilakukan oleh Notaris sebagai Pemohon sebagai Kuasa dari
Pengurus.
Dalam praktek Yayasan tidak jarang perubahan Pembina, Pengawas dan Pengurus
oleh mereka sendiri dibuat dibawah tangan dan tidak dilaporkan ke Menteri Hukum dan
HAM RI. Jika ini dilakukan maka menjadi tanggungjawab mereka sendiri.
Bahwa dengan tidak diberitahukan perubahan-perubahan tersebut ke Menteri Hukum
dan HAM RI maka yang akan tercatat di database Yayasan di Kementerian Hukum dan
HAM RI adalah yang terakhir, dengan kata lain perubahan-perubahan Pembina,
Pengawas dan Pengurus) yang tidak diberitahukan tidak akan tercatat sama sekali.
Jika suatu saat Pembina (yang tidak pernah dilaporkan tersebut) akan mengadakan
perubahan Pembina, Pengawas dan Pengurus, maka tetap harus diperiksa (input ke
SABH) berdasarkan Surat Keputusan atau Pemberitahuan yang terakhir
dilaporkan/diberitahukan.
Bagaimana tanggungjawab hukum dari Pembina, Pengawas dan Pengurus yang tidak
dilaporkan tersebut ?
Bahwa kekuasaan tertinggi dalam Yayasan ada pada Pembina (meskipun jika Pembina
yang akan melakukan rapat atau mengambil keputusan tidak pernah diberitahukan)
maka tetap Pembina harus memutuskan bahwa semua tindakkan Pembina (sendiri),
Pengawas dan Pengurus merupakan tindakkan hukum yang sah untuk Yayasan.
Sehingga dalam BAR Pembina tersebut, juga harus dinyatakan/ditegaskan bahwa
segala/semua tindakkan Pembina, Pengawas dan Pengurus yang dilakukan oleh
Pembina, Pengawas dan Pengurus yang tidak diberitahukan/dilaporkan ke Kementerian
Hukum dan HAM RI sebagai tindakkan hukum yang sah yang mengikat Yayasan dan
pihak lainnya.
CATATAN :
Beberapa prinsip yang dapat ditarik dari UUY dan UUY-P, antara lain:
1. Yayasan sebagai lembaga yang nirlaba.
2. Pendirian Yayasan secara deklaratif.
3. Secara formal pendirian Yayasan harus dengan akta Notaris (Pasal 9 ayat (2)
UUY).
4. Yayasan sebagai Badan Hukum (Pasal 1 UUY) setelah memperoleh
pengesahan dari Menteri (Pasal 11 UUY-P).
5. Perbuatan hukum yang dilakukan Pengurus atas nama Yayasan sebelum
Yayasan memperoleh status Badan Hukum menjadi tanggungjawab Pengurus secara
tanggung renteng (Pasal 13 A UUY-P).
6. Yayasan dapat mendirikan atau turut serta melakukan kegiatan usaha guna
mencapai maksud dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku, penyertaan tersebut
paling banyak 25 % dari seluruh nilai kekayaan Yayasan (Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 7
ayat (1) dan (2) serta Pasal 8 UUY).
7. Kekayaan Yayasan dilarang dialihkan atau dibagikan kepada Organ Yayasan,
karyawan atau pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap Yayasan baik
langsung maupun tidak langsung atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang
(Pasal 5 UUY-P)
8. Pengurus Yayasan menerima gaji, upah atau honorarium yang ditetapkan oleh
Pembina sesuai dengan kemampuan kekayaan Yayasan (Pasal 5 ayat (2) YYU-P),
dengan batasan:
a. Pengurus yang bersangkutan bukan pendiri Yayasan dan tidak terafiliasi dengan
organ Yayasan.
b. Melaksanakan kepengurusan Yayasan secara langsung dan penuh.
9. Maksud dan tujuan Yayasan tidak dapat diubah (Pasal 17 UUY).
10. Anggaran dasar Yayasan dapat diubah berdasarkan keputusan Rapat Pembina
apabila dihadiri oleh 2/3 dari jumlah anggota Pembina (Pasal 18 ayat (2) UUY).
11. Tidak diperkenankan adanya rangkap jabatan dalam organ Yayasan.
12. Jabatan dalam Yayasan (sebagai Pembina, Pengawas, Pengurus) secara
pribadi/perorangan) atau tidak dalam kapasitas jabatan tertentu (ex officio).
13. Bila terjadi ultra vires atau perbuatan melawan hukum, maka anggota pengurus
Yayasan bertanggungjawab secara pribadi atas kerugian tersebut, baik terhadap
Yayasan maupun pihak ketiga (Pasal 35 ayat (5) UUY).
14. Jika Yayasan dilikuidasi, maka sisa hasil likuidasi diserahkan kepada Yayasan
lain yang mempunyai maksud dan tujuan sama dengan Yayasan yang bubar apabila
hal tersebut diatur dalam undang-undang mengenai badan hukum tersebut (Pasal 68
ayat (1) UUY dan Pasal 68 ayat (1) dan (2) UUY-P), jika tidak dilakukan seperti itu,
maka sisa kekayaan tersebut diserahkan kepada negara dan penggunaannya dilakukan
sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan tersebut (Pasal 68 ayat (2) UUY dan Pasal
68 ayat (3) UUY-P).
15. Setiap organ Yayasan yang melakukan pengalihan atau membagikan secara
langsung atau tidak langsung kekayaan Yayasan kepada organ Yayasan, karyawan
atau pihak lain yang mempunyai kepentingan Yayasan dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan pidana tambahan berupa kewajiban mengembalikan
uang, barang atau kekayaan Yayasan yang dialihkan atau dibagikan tersebut (Pasal 70
ayat (1) dan (2) UUY).
16. Yayasan tidak dapat dialihkan (diwariskan/jual beli/hibah).
Setiap organ dalam badan hukum perdata (Perseroan Terbatas, Yayasan,
Perkumpulan, Koperasi) selalu mempunyai batas waktu dalam menjalankan
jabatannya (kecuali Pembina yang berasal Pendiri tanpa batas waktu) yang disebutkan
dalam akta terkahir yang mengaturnya.
Jika masa jabatan organ-organ tersebut habis masa jabatannya, lebih baik untuk
diperpanjang terlebih dahulu sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang
bersangkutan.
Jika yang akan bertindak tersebut berdasarkan kuasa dari organ-organ dari badan
hukum tersebut, tetap harus dilihat apakah organ-organ badan hukum tersebut pada
saat tindakkan hukum akan dilakukan apakah masih menjabat ?
Bahwa setiap organ-organ dalam badan hukum tersebut selalu mempunyai
kewenangan yang disebutkan dalam anggaran dasar badan hukum yang
bersangkutan. Tindakkan hukum tersebut harus dalam koridor kewenangan jabatan
organ-organ yang bersangkutan.
Jika tindakkan hukum organ-organ tersebut wajib meminta persetujuan dari organ yang
lainnya (berdasarkan anggaran dasar/anggaran rumah tangga) organ yang
bersangkutan, misalnya Direktur wajib meminta persetujuan dari Komisaris atau
Pengurus Yayasan dari Pembina Yayasan, maka hal tersebut harus dilakukan terlebih
dahulu.
Jika organ-organ tersebut melakukan tindakkan hukum diluar batas waktu masa
jabatannya atau diluar kewenangannnya, maka tindakkan hukum tersebut batal demi
hukum. Dan organ yang bersangkutan wajib mempertanggungjawabkannya secara
pribadi, kecuali organ yang lebih tinggi dalam rapat yang dilakukan untuk itu
menyatakan menerima semua tindakkan organ-organ tersebut meskipun lewat batas
waktu dan tidak ada kewenangannya.
Akta Notaris yang menyebutkan tindakkan hukum seperti itu batal demi hukum, dan
kepada Notarisnya dapat dituntut ganti rugi oleh yang merasa dirugikan karena Notaris
telah bertindak tanpa melihat batas waktu dan atau kewenangan organ-organ tersebut.
Jika Notaris/PPAT menerima kuasa (misalnya dari kantor pusat perseroan ke kantor
cabang atau dari direksi kepada pihak lainnya untuk urusan tertentu), bahwa kuasa
tersebut sudah tentu diberikan ketika Direksi/Direktur masih punya masih menjabat, dan
dapat Notaris/PPAT gunakan ketika jabatan tersebut masih ada/melekat pada yang
bersangkutan, tapi ketika yang bersangkutan sudah tidak menjabat lagi sebagai
Direksi/Direktur dan akan digunakan pada saat sudah tidak menjabat lagi, lebih baik
Notaris/PPAT tolak atau tidak mempergunakan kuasa tersebut, dengan alasan (1)
masa jabatannya sudah habis (expired), (2) sudah tidak punya kewenangan lagi. Untuk
mengatasi hal tersebut Notaris harus melihat akta terakhir yang mengangkat yang
bersangkutan sebagai Direksi/Direktur – (INDONESIA NOTARY COMMUNITY/INC).
B. PERKUMPULAN :
PENDIRIAN PERKUMPULAN BARU DAN PENYESUAIAN
PERKUMPULAN LAMA YANG BELUM BERBADAN HUKUM
BERDASARKAN : PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG
TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN
HUKUM DAN PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
PERKUMPULAN.
DALAM PERATURAN MENTERI TERSEBUT ADA 2 (DUA) BAGIAN YANG DIATUR,
YAITU :
1. TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN HUKUM
PERKUMPULAN.
2. TATA CARA PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERKUMPULAN.
mpulan,
anggaran dasar perkumpulan.
(Jika dalam perubahan anggaran dasar ada perubahan nama Perkumpulan, maka
terlebih dahulu perubahan nama perkumpulan harus mendapat persetujuan
Menteri (Pasal 20).
CATATAN :
CATATAN :
Ketika PT, Yayasan atau Koperasi memperoleh pengesahan dari instansi yang
berwenang, apakah telah sah sebagai Badan Hukum (BH)..? Bisa dikatakan Ya.
Bagaimana dengan Berita Negara Republik Indonesia (BNRI) dan Tambahan
Berita Negara Republik Indonesia (TNBRI) ? Untuk PT, Yayasan atau Koperasi
bukan syarat telah sah sebagai Badan Hukum tapi sebagai Syarat Publisitas. Tapi
berbeda dengan Perkumpulan, disamping ada Surat Keputusan Pengesahan dari
Kementerian Hukum dan HAM RI, untuk Perkumpulan ternyata Berita Negara
Republik Indonesia (BNRI) dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
(TNBRI) merupakan syarat agar Perkumpulan menjadi Badan Hukum yang
sempurna. Hal ini bisa dilihat dalam Staatsblad 1870 Nomor 64 PERKUMPULAN-
PERKUMPULAN BERBADAN HUKUM, hal ini berdasarkan Pasal 5 Staatsblad
tersebut BAHWA STATUTA YANG DISETUJUI, PERUBAHAN ATAU PERGANTIAN
DIUMUMKAN DALAM SURAT KABAR RESMI. Bahwa SURAT KABAR RESMI
(istilah pada waktu itu) harus dibaca sebagai Berita Negara Republik Indonesia
(BNRI) dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia (TNBRI).
CATATAN :
Untuk perkumpulan yang memiliki badan hukum, dasar hukumnya dapat merujuk
pada:
1. Staatsblad 1870-64, yaitu perkumpulan menjadi badan hukum setelah mendapat
pengesahan dari penguasa. Pengesahan itu dilakukan dengan menyetujui
anggaran dasar perkumpulan yang berisi tujuan, dasar-dasar, lingkungan kerja
dan ketentuan lain mengenai perkumpulan tersebut.
2. Staatsblad 1939 No. 570 mengenai Perkumpulan Indonesia (Inlandsche
Vereniging) ("Stb. 1939-570") yang pada awalnya hanya berlaku untuk daerah
Jawa Madura saja. Kemudian berdasarkan Staatsblad 1942 No. 13 jo No. 14 ("Stb.
1942-13 jo 14") ketentuan Staatsblad 1939 No. 570 diberlakukan untuk seluruh
wilayah Indonesia. Untuk memperoleh status sebagai badan hukum,
Perkumpulan Indonesia harus mengajukan permohonan terlebih dahulu baik
lisan atau tertulis kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat di mana
perkumpulan itu berada. Kedudukan badan hukum diperoleh setelah diadakan
pendaftaran penandatanganan anggaran dasar (pasal 16 Stb. 1942-13 jo 14) dan
setelah anggaran dasar memenuhi prosedur yang disyaratkan dalam pasal 13-14,
pasal 16 Stb. 1942-13 jo 14.
Perkumpulan Indonesia yang sudah berbadan hukum harus didaftarkan dalam
suatu register khusus pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan diumumkan
dalam Berita Negara (pasal 18-19 Stb. 1942-13 jo 14). Pengakuan sebagai badan
hukum ditolak jika ternyata tujuannya bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan atau Undang-Undang (pasal 8 ayat [6] Stb. 1942-13 jo 14).
Jadi, untuk sebuah perkumpulan menjadi berbadan hukum, harus mendapatkan
pengesahan dari pejabat yang berwenang terlebih dahulu. Pada saat ini,
pengesahan perkumpulan berbadan hukum diberikan oleh Menteri Hukum dan
HAM. Setelah mendapat pengesahan Menteri Hukum dan HAM, maka dilakukan
pengumuman di Berita Negara Republik Indonesia (BNRI).
CATATAN :
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 45 Tahun 2014 Tentang Jenis dan Tarif
atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku di Kementerian Hukum dan
HAM RI, bahwa terhitung sejak tanggal 3 Juli 2014 (SK. Menteri Hukum dan Ham RI
tertanggal 3 Juli 2014) Pendaftaran dan Pencetakan Pengumunan Badan Hukum dalam
BN RI dan TBN RI disampaikan melalui e-mail (dalam format soft copy) dengan
penjelasan sebagai berikut :
1. Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI (dalam format Pdf).
2. Akta Badan Hukum (dalam format file words)
3. Bukti Bayar Berita Negara Republik Indonesia (dalam format Pdf).
4. Surat Pernyataan Notaris (berisi tentang Akta soft copy sesuai dengan akta aslinya
(hard copy).
Dokumen (soft copy) tersebut di atas disampaikan/dikirim ke alamat e-mail :
bntbn@pnri.co.id
Perum Percetakan Negara RI (PNRI)
Jalan Percetakan Negara No. 21 , Jakarta Pusat (10560)
Telp. 021 – 422 1707 – 05, ext. 129, 130 dan 131.
www.beritanegara.co.id
CATATAN :
Pendahuluan
Dalam praktek kita masih banyak menemukan Yayasan yang didirikian sebelum berlakunya UU No. 16
tahun 2001 tentang Yayasan juncto UU No. 28 tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 16 tahun
2001 tentang Yayasan ("UU Yayasan"), yang belum melakukan penyesuaian anggaran dasar sesuai yang
dikehendaki oleh UU Yayaasan.
Yang menjadi permasalahan dalam praktek adalah apakah yayasan tersebut secara yuridis masih tetap
diakui keberadaannya dan apa yang harus dilakukan para pengurus berkaitan dengan status Yayasan
tersebut?
Dengan berlakunya UU Yayasan maka semua Yayasan yang telah didirikan sebelum berlakunya UU
Yayasan diwajibkan untuk menyesuaikan anggaran dasarnya. Untuk Yayasan yang telah berstatus
sebagai badan hukum kewajiban tersebut harus dipenuhi dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak
berlakunya UU Yayasan , sedangkan untuk Yayasan yang belum berstatus sebagai badan hukum
kewajiban tersebut harus dipenuhi dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak berlakunya UU Yayasan. Hal
tersebut berarti jangka waktu yang diberikan oleh UU Yayasan tersebut saat ini telah berakhir.
Kewajiban tersebut dituangkan dalam Pasal 71 ayat (1) dan ayat (2) yang selengkapnya berbumyi
sebagai berikut:
Selanjutnya setelah dilakukan melakukan penyuasaian Anggaran Dasar tersebut maka wajib
diberitahukan kjepada Menteri dalam jangka waktu 1 (satu) tahun terhitrung sejak dilakukannya
penyesuaian tersebut dan b agi yang berstatus badan hokum jangka waktu yang sama berlaku untuk
mengajukan permohonan status sebagai badan hukum.
"Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak dapat
menggunakan kata ‘Yayasan” di depan namanya dan dapat dibubarkan berdasarkan
putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.”
Dengan melihat akibat hukum yang ditentukan dalam pasal 71 ayat 4 UU Yayasan berarti suatu Yayasan
yang telah didirikan sebelum berlakunya UU Yayasan yaitu Yayasan yang telah didaftarkan di Pengadilan
Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia atau Yayasan yang telah
didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan dari instansi terkait tetap
sebagai sebuah "Yayasan" karena UU Yayasan dalam Pasal 71 ayat 4 tetap menyebuttnya sewbagai
"Yayasan" dan karenanya tetap sebagai suatu badan hukum sampai adanya putusan pengadilan yang
membubarkan Yayasan yang bersangkutan berdasarkan permohonan kejaksaan atau pihak yang
berkepentingan, walaupun dalam kegiatannya tidak boleh menggunakan kata “Yayasan” di depan
namanya.
Sanksi yang diatur dalam Pasal 71 ayat 4 UU Yayasan tersebut lebih merupakan sansksi "administraf".
Sedangkan terhadap Yayasan yang belum berstatus badan hukum tentunya kedudukannya tetap sama
seperti semula, yang hanya berlaku sebagai perkumpulan biasa.
Di dalam praktek ternyata Yayasan yang belum melakukan penyesuaian Anggaran Dasar (“Yayasan
Lama”) banyak mengalami kesulitan dalam pelaksanaan kegiatannya, sementara Yayasan yang
bersangkutan terus berjalan dan telah memiliki kedgiatan usaha yang tetap berjalan dan memiliki asset
baik berupa harta tidak bergerak maupun harta bergerak.
Yang menjadi pertanyaan dapatkah yayasan lama tersebut tetap berjalan atau harus dibubarkan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut mari kita lihat ketentuan yang diatur dalam Pasal 39 PP
No. 63 tahun 2008, yang mennetukan "yayasan yang belum memberitahukan kepada Menteri
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimakusd dalam Pasal 71 ayat 3 Undang-undang tidak
dapat menggunakan kata "Yayasan" didepan namanya ssebagaimana dimaksud dalam Pasal 71
ayat 4 dan harus melikuidasi kekayaannya serta menyerahkan sisa hasil likuidasi sesuai
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 Undang-undang." .
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut jelas bahwa yayasan lama yang telah diakui sebagai
badan hukum berdasarkan ketentuan Pasal 71 ayat 1 UU Yayasan, jika tidak menyesuaikan
anggaran dasarnya dalam waktu yang ditentukan dalam UU Yayasan wajib melikuidasi
kekayaannya. Hal tersebut sama saja artinya bahwa yayasan tersebut wajib dibubarkan dan
selanjutnya dilakukan likuidasi.
Dalam hal terdapat sisa kekayaan hasil likuidasai maka sisa kekayaan tersebut diserahkan kepada
YAYASAN LAIN yang mempunyai makusd dan tujuan yang sama dengan yayasan lama
tersebut yang dibubarkan tersebut, dan jika inin tidak dilakukan maka sisa kekayaan tersebut
diserahkan kepada negara.
Apabila yayasan tersebut tidak dibubarkan secara sukarela maka berdasarkan ketentuan Pasal 71
ayat 4 UU Yayasan, yayasan tersebut dapat dibubarkan secara paksa berdasarkan putusan
pengadilan.
e. Pendirian Yayasan baru dengan nama dan maksud dan tujuan yang sama
Oleh karena yayasan yang lama yang tidak menyesuaikan anggaran dasarnya dengan UU
Yayasan tidak lagi dapat menyesuaikan anggaran dasarnya maka di dalam praktek banyak
dilakukan pendirian yayasan baru dengan menggunakan nama dan maksud dan tujuan yang sama
dengan yayasan yang lama.Hal ini dilakukan agar yayasan yang baru dapat "menggantikan"
yayasan yang lama.
Yang menjadi masalah bagaimana caranya melakukan pendirian yayasan yang baru tersebut agar
yayasan baru dapat "mengganti" yayasan lama tanpa suatu kendala apapun juga dan menghindari
permasalahan yang timbul dikemudian hari.
Berkaitan dengan hal tersebut menurut penulis harus dibedakan cara yang akan ditempuh dalam pendirian
yayasan baru untuk yayasan lama yang telah berstatus badan hukum dan yayasan yang belum berstatus
badan hukum.
Untuk yayasan lama yang telah berstatus badan hukum, dengan berpedoman pada ketentuan yang diatur
dalam UU Yayasan serta peraturan pelaksanaannya sebagaimana telah disebutkan di atas yang telah
berstatus badan hukum tentunya cara pengalihan hak dan kewajibannya dilakukan dengan melakukan
pembubaran yayasan yang lama (dilakukan likuidasi) kemudian segala hak dan kewajibannya (sisa hasil
likuidasi) dialihkan kepada yayasan yang baru (tentunya setelah yayasan yang baru memperoleh status
badan hukum). Pendirian yayasan yang baru dalam kasus ini dalam praktek biasanya disebut dengan
“Pendirian Murni” artinya dalam premise akta pendirian yayasan tersebut tidak disebutkan riwayat
pendirian yayasan yang lama dalam kaitannya dengan yayasan yang baru.
1. Pendirian yayasan yang baru dan proses pengesahannya sebagai badan hukum
2. Pembubaran yayasan yang lama dan proses likuidasi
3. Pengalihan kekayaan sisa hasil likuidasai yayasan yang lama kepada yayasan baru
Memang ada pihak-pihak atau juga notaris yang menyatakan bahwa dalam hal ini tidak perlu dilakukan
pembubaran terhadap yayasan yang lama dan didalam yayasan yang baru disebutkan bahwa kekayaan
yayasan yang baru berasal dari kekayaan yayasan yang lama dan peralihan tersebut terjadi demi hukum.
Menurut penulis pendapat ini kurang tepat jika kita melihat ketentuan tersebut di atas dan disamping itu
yayasan yang lama maupun yayasan yang baru adalah merupakan badan hukum yang berdiri sendiri, jadi
tidak bisa terjadi peralihan hak kekayaan yayasan yang lama kepada yayasan yang baru tanpa ada
perbuatan hukum peralihan hak.Peralihan hak demi hukum atas kekayaan badan hukum yang satu ke
badan hukum yang lain hanya dapat terjadi dalam hal dilakukannya merger atau konsolidasi tanpa
likuidasai.
Terhadap yayasan yang belum berstatus badan hukum, pendirian yayasan yang baru dapat dilakukan
untuk melanjutkan keberadaan yayasan yang lama.Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam premise
yayasan yang baru dapat disebutkan riwayat pendirian yayasan yang bersangkutan sampai dengan
dilakukannya pendirian yayasan yang baru dan selanjutnya yayasan tersebut akan disahkan sebagai badan
hokum. Dalam hal ini hanya ada satu yayasan, sehingga semua kekayaan yayasan yang lama juga adalah
merupakan kekayaan yayasan yang baru.