Anda di halaman 1dari 59

SOLUSI PERMASALAHAN YAYASAN

HABIB ADJIE
Jalan Tidar No. 244 Surabaya – 60251
Telp. 031 – 5483881, Fax. 031 – 5469853.
08121652894 (Call Only)
WA : 08113337243
email : adjieku61@gmail.com
WebBlog : habibadjie.dosen.narotama.ac.id
Indonesia Notary Community (INC)
www. indonesianotarycommunity.com

SOLUSI :
A.     YAYASAN :

1.       PENDIRIAN BARU YAYASAN.


2.       YAYASAN YANG DIDIRIKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN, TAPI PENGESAHAN
SEBAGAI BADAN HUKUMNYA BELUM/ TIDAK DIURUS, SEKARANG
YAYASAN TERSEBUT AKAN DIURUS/DISELESAIKAN PENGESAHAN
SEBAGAI BADAN HUKUMNYA,
3.       YAYASAN YANG DIDIRIKAN SEBELUM BERLAKUNYA UNDANG-
UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN, DAN TELAH
MEMENUHI KETENTUAN PASAL 15 A PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 2 TAHUN 2013, SEKARANG YAYASAN TERSEBUT AKAN
DIURUS/DISELESAIKAN PENGESAHAN SEBAGAI BADAN
HUKUMNYA,
4.       YAYASAN YANG DIDIRIKAN SEBELUM BERLAKUNYA UNDANG-
UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN, DAN TELAH
MEMENUHI KETENTUAN PASAL 37 A PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 2 TAHUN 2013, SEKARANG YAYASAN TERSEBUT AKAN
DIURUS/DISELESAIKAN PENGESAHAN SEBAGAI BADAN
HUKUMNYA.
5.       YAYASAN YANG DIDIRIKAN SEBELUM ATAU SESUDAH
BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG
YAYASAN. DAN TIDAK AKAN DISESUAIKAN ANGGARAN
DASARNYA SESUAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
YAYASAN TAPI INGIN DIBUBARKAN.
6.       YAYASAN YANG DIDIRIKAN BUKAN OLEH SUBJEK HUKUM ORANG
(MISALNYA OLEH PEMERINTAH DAERAH,
MILITER/TNI/KEPOLISIAN)
7.       APAKAH BOLEH YAYASAN MENJUAL ATAU BENTUK LAINNYA
ATAU MENJAMINKAN HARTA KEKAYAANNYA ?
8.       BOLEHKAH DALAM PENDIRIAN YAYASAN MEMAKAI MUKADIMAH
?
9.       PEMBUKAAN CABANG YAYASAN.
10.  MENGAWALI, MELANJUTKAN, MENGAKHIRI MASA MENJABAT
DALAM ORGAN YAYASAN.
11.  JIKA PEMBINA HANYA SATU ORANG APAKAH MEMBUAT BERITA
ACARA RAPAT PEMBINA ATAU MEMBUAT PUTUSAN PEMBINA ?
12.  MASA JABATAN PENGURUS YAYASAN YANG TELAH BERAKHIR,
TAPI TETAP MELAKUKAN KEGIATAN PENGURUSAN.
13.  KEKOSONGAN PEMBINA YAYASAN.
14.  PENGGANTIAN/PERUBAHAN PEMBINA, PENGURUS DAN
PENGAWAS YAYASAN YANG TIDAK PERNAH
DILAPORKAN/DIBERITAHUKAN KE KEMENTERIAN HUKUM DAN
HAM REPUBLIK INDONESIA.
15.  PENDIRIAN YAYASAN INDONESIA OLEH SUBJEK HUKUM (ORANG)
ASING (WARGA NEGARA ASING) DAN BADAN HUKUM ASING
16.  PRINSIP HUKUM YAYASAN.
17.  KEWENANGAN BERTINDAK DARI ORGAN-ORGAN DALAM SUBJEK
HUKUM/BADAN HUKUM PERDATA - SETIAP ORGAN DALAM BADAN
HUKUM PERDATA SELALU MEMPUNYAI BATAS WAKTU
MENJALANKAN KEWENANGAN DAN TINDAKKAN HUKUM
BERDASARKAN KEWENANGAN YANG DIMILIKINYA.

B.     PERKUMPULAN :
PENDIRIAN PERKUMPULAN BARU DAN PENYESUAIAN
PERKUMPULAN LAMA YANG BELUM BERBADAN HUKUM
(BERDASARKAN : PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG
TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN
HUKUM DAN PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
PERKUMPULAN).

C.      ORGANISASI MASYARAKAT (ORMAS) : AKTA NOTARIS UNTUK


ORGANISASI KEMASYARAKATAN (ORMAS)
D. BADAN, LEMBAGA, DAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN
PENERIMA BANTUAN SOSIAL (SESUAI PASAL 298 AYAT (5) HURUF d
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH).

---------------------------------------------------------------------------------------------------

A. YAYASAN :

1. PENDIRIAN YAYASAN BARU (PERTAMA KALI)

1)     PENGESAHAN YAYASAN SEBAGAI BADAN HUKUM VIA SABH ON


LINE/ELEKTRONIK.
2)     DALAM SABH ON LINE MELALUI MENU PENDIRIAN BARU YAYASAN.
3)     PADA YAYASAN SEPERTI INI PADA PREMISSE AKTA PENDIRIANNYA DENGAN
KALIMAT SEBAGAI BERIKUT :
Para Penghadap dalam kedudukannya sebagaimana tersebut di atas, dengan ini
menyatakan mendirikan Yayasan dengan anggaran dasar sebagai berikut :---------------
--------------------------------- NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN -----------------------------
--------------------------------------------------- Pasal 1 -------------------------------------------------

        CATATAN :

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016
TENTANG TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN
HUKUM DAN NPERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR SERTA
PENYAMPAIN PEMBERITAHUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN
PERUBAHAN DATA YAYASAN

PASAL 13 :
(1)    Pengisian Format Pendirian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) juga
dilengkapi dengan dokumen pendukung yang disampaikan secara elektronik.
(2)    Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa surat
pernyataan secara elektronik dari pemohon tentang dokumen untuk pendirian
Yayasan yang telah lengkap.
(3)    Selain menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemohon
juga harus mengunggah akta pendirian Yayasan.
(4)    Dokumen untuk pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disimpan Notaris, yang meliputi:
a.   salinan akta pendirian Yayasan;
b.   surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan yang
ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh Lurah/Kepala Desa
setempat atau dengan nama lainnya;
c.    bukti penyetoran atau keterangan bank atas nama Yayasan atau pernyataan
tertulis dari pendiri yang memuat keterangan nilai kekayaan yang dipisahkan
sebagai kekayaan awal untuk mendirikan Yayasan;
d.   surat pernyataan pendiri mengenai keabsahan kekayaan awal tersebut;
e.   bukti penyetoran biaya persetujuan pemakaian nama, pengesahan, dan
pengumuman Yayasan.
f.     surat pernyataan tidak sedang dalam sengketa kepengurusan atau dalam perkara
di pengadilan, dan
g.   surat kesanggupan dari pendiri untuk memperoleh kartu nomor pokok wajib
pajak dan laporan penerimaan surat pemberitahuan tahunan pajak.
(5)    Selain melengkapi dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bagi Yayasan yang pendirinya orang asing, orang asing bersama-sama dengan
orang Indonesia, atau badan hukum asing harus melampirkan surat rekomendasi
yang diterbitkan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang luar negeri atau instansi terkait.
(6)    Bagi Yayasan yang didirikan berdasarkan surat wasiat, selain melampirkan
dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemohon juga harus
melampirkan dokumen pendukung berupa akta wasiat yang terdaftar pada Pusat
Daftar Wasiat.

CATATAN :

        Pasal 9 ayat (1) UUY menyebutkan “Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih
dengan memisahkan sebagian harta kekayaannya pendirinya, sebagai kekayaan awal”.
Penjelasan pasal dan ayat tersebut bahwa “Yang dimaksud dengan “orang” adalah
orang perseorangan atau badan hukum”. Dengan demikian Yayasan bisa didirikan oleh
Subyek Hukum Orang/manusia, dan Subyek Hukum Badan Hukum. Jika Subyek badan
Hukum, bisa Badan Hukum Perdata (Yayasan, Perkumpulan, Perseroan Terbatas), dan
Badan Hukum Publik (Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi/Propinsi, Pemerintah
Daerah Kota/Kabupaten).
    Pendirian Yayasan bersifat DEKLARATIF karena bisa didirikan oleh satu Subyek
Hukum Orang/manusia atau Badan Hukum Perdata atau Badan Hukum Publik saja.
    Pendirian Yayasan bukan bersifat Perjanjian, karena jika bersifat Perjanjian seperti
pada pendirian Perseroan Terbatas (PT), jika PT dibubarkan, maka saham/harta
kekayaan/asset yang ada/tersisa dapat diberikan/dibagikan kepada para pemegang
saham, sedangkan pada Yayasan jika dibubarkan, maka harta kekayaan/aset yang
ada/tersisa harus diberikan/diserahkan kepada Yayasan lain yang mempunyai maksud
dan tujuan sama dengan Yayasan yang bubar tersebut (Pasal 68 ayat (1) UUY) atau
diserahkan kepada Negara dan penggunaannya dilakukan sesuai dengan maksud dan
tujuan Yayasan tersebut (Pasal 68 ayat (2) UUY).
    Jika Yayasan didirikan oleh Subyek Hukum Orang/manusia, untuk pemisahan harta
kekayaan dari para pendiri yang berasal dari harta bersama (harta bergerak atau tidak
bergerak) harus ada Persetujuan secara tertulis dari pasangan kawan-kawinnya, jika
berasal dari warisan harus ada Persetujuan secara tertulis dari para ahli warisnya.
    Jika Yayasan didirikan oleh Subyek Hukum Badan Hukum Perdata, untuk pemisahan
harta kekayaan dari para pendiri (Badan Hukum Perdata) yang berasal dari harta
bersama (harta bergerak atau tidak bergerak) harus ada Persetujuan secara tertulis
dari institusi yang tersebut dalam anggaran dasar badan hukum perdata tersebut.
    Jika Yayasan didirikan oleh Subyek Hukum Badan Hukum Publik, untuk pemisahan
harta kekayaan dari para pendiri (Badan Hukum Perdata) yang berasal dari harta
kekayaan Pemerintah (Pusat/Propinsi/Kota/Kabupaten) harus ada Persetujuan secara
tertulis dari DPR/DPRD Propinsi/DPRD Kota/ Kabupaten) dalam bentuk Peraturan
Pemerintah atau Peraturan Daerah, hal ini berkaitan dengan penyisihan harta kekayaan
pemerintah sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA
bahwa yang dimaksud dengan : Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang
dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.
    Subyek Hukum yang mendirikan Yayasan bukan pemilik Yayasan. Maka Yayasan yang
telah berbadan hukum menjadi milik masyarakat, dan masyarakat akan memperoleh
guna dan manfaat dari maksud dan tujuan tersebut. Oleh karena itu sangat tidak perlu
jika Subyek Badan Hukum Publik mendirikan Yayasan, karena menurut Pasal 1 angka
1 UU No. 1/2004, harta kekayaan termasuk investasi dan kekayaan Yayasan yang akan
tetap berkedudukan sebagai milik Subyek Badan Hukum Publik tersebut, sedangkan
dalam Yayasan tidak bisa dimiliki oleh pendirinya, tapi oleh masyarakat.
    Jika Yayasan didirikan oleh Subyek Badan Hukum, maka Pembina, Pengawas dan
Pengurus harus bersifat pribadi (bukan dan tidak exofficio dalam jabatannya).
    UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG
PEMERINTAHAN DAERAH :
        Pasal 76 ayat (1) huruf c tentang Larangan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah, dilarang : menjadi pengurus suatu perusahaan, baik milik swasta maupun
milik negara/daerah atau pengurus YAYASAN bidang apa pun;
        Pasal 59 :
(1)   Setiap Daerah dipimpin oleh kepala Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah.
(2)   Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Daerah provinsi disebut
gubernur, untuk Daerah kabupaten disebut bupati, dan untuk Daerah kota disebut wali
kota.
        Pasal 63 :
(1) Kepala daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) dapat dibantu oleh
wakil kepala daerah.
(2) Wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Daerah provinsi
disebut wakil gubernur, untuk Daerah kabupaten disebut wakil bupati, dan untuk
Daerah kota disebut wakil wali kota.

2. YAYASAN YANG DIDIRIKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG


NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN, TAPI PENGESAHAN
SEBAGAI BADAN HUKUMNYA BELUM/ TIDAK DIURUS, SEKARANG
YAYASAN TERSEBUT AKAN DIURUS/DISELESAIKAN PENGESAHAN
SEBAGAI BADAN HUKUMNYA,

        MAKA HARUS DIBUAT AKTA PENDIRIAN (BARU) YANG MENGHADAP NOTARIS
YAITU MEREKA YANG MENDIRIKAN PERTAMA KALI YAYASAN TERSEBUT.
        JIKA YANG MENDIRIKAN SUDAH TIDAK ADA LAGI DAPAT DILAKUKAN OLEH
ORGAN YANG DIBERI KEWENANGAN DALAM ANGGARAN DASAR YAYASAN
YANG BERSANGKUTAN.
        DALAM SABH ON LINE MELALUI MENU PENDIRIAN BARU YAYASAN.
        PERSYARATAN YANG HARUS DILENGKAPI SESUAI PASAL 13 AYAT (1) – (6)
PERATURAN MENTERI TERSEBUT DI ATAS, YAITU :
(1)     Pengisian Format Pendirian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) juga
dilengkapi dengan dokumen pendukung yang disampaikan secara elektronik.
(2)     Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa surat
pernyataan secara elektronik dari npemohon tentang dokumen untuk pendirian
Yayasan yang telah lengkap.
(3)     Selain menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemohon
juga harus mengunggah akta pendirian Yayasan.
(4)     Dokumen untuk pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disimpan Notaris, yang meliputi:
akta pendirian Yayasan;
b.   surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan yang
ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh Lurah/Kepala Desa
setempat atau dengan nama lainnya;
c.    bukti penyetoran atau keterangan bank atas nama Yayasan atau pernyataan
tertulis dari pendiri yang memuat keterangan nilai kekayaan yang dipisahkan
sebagai kekayaan awal untuk mendirikan Yayasan;
d.   surat pernyataan pendiri mengenai keabsahan kekayaan awal tersebut;
e.   bukti penyetoran biaya persetujuan pemakaian nama, pengesahan, dan
pengumuman Yayasan.
f.     surat pernyataan tidak sedang dalam sengketa kepengurusan atau dalam perkara
di pengadilan, dan
g.   surat kesanggupan dari pendiri untuk memperoleh kartu nomor pokok wajib
pajak dan laporan penerimaan surat pemberitahuan tahunan pajak.
(5)     Selain melengkapi dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bagi Yayasan yang pendirinya orang asing, orang asing bersama-sama dengan
orang Indonesia, atau badan hukum asing harus melampirkan surat rekomendasi
yang diterbitkan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang luar negeri atau instansi terkait.
(6)     Bagi Yayasan yang didirikan berdasarkan surat wasiat, selain melampirkan
dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemohon juga harus
melampirkan dokumen pendukung berupa akta wasiat yang terdaftar pada Pusat
Daftar Wasiat.

        PADA YAYASAN SEPERTI INI PADA PREMISSE AKTANYA


DIURAIKAN/DISEBUTKAN AKTA-AKTA SEBELUMNYA, KARENA BELUM
BERBADAN HUKUM, MAKA PADA YAYASAN SEPERTI INI PADA PREMISSE
AKTANYA DENGAN KALIMAT SEBAGAI BERIKUT :
Para Penghadap dalam kedudukannya sebagaimana tersebut di atas, dengan ini
menyatakan mendirikan Yayasan dengan anggaran dasar sebagai berikut :-------------
------------------------------ NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN -------------------------------
--------------------------------------------------- Pasal 1 -----------------------------------------------

3. YAYASAN YANG DIDIRIKAN SEBELUM BERLAKUNYA UNDANG-


UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN, DAN TELAH
MEMENUHI KETENTUAN PASAL 15 A PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 2 TAHUN 2013, SEKARANG YAYASAN TERSEBUT AKAN
DIURUS/DISELESAIKAN PENGESAHAN SEBAGAI BADAN
HUKUMNYA,

        MAKA HARUS DIBUAT AKTA PENDIRIAN (BARU) DAN YANG MENGHADAP
NOTARIS YAITU MEREKA YANG PERTAMA KALI MENDIRIKAN YAYASAN ATAU
(JIKA SUDAH TIDAK ADA) MEREKA YANG MEMPUNYAI KEWENANGAN
BERDASARKAN ANGGARAN DASAR (PENDIRIAN) YAYASAN YANG
BERSANGKUTAN.
        DALAM SABH ON LINE MELALUI MENU PENDIRIAN BARU YAYASAN (KLIK
PASAL 15 A).
        PERSYARATAN YANG HARUS DILENGKAPI SESUAI PASAL 13 AYAT (1) – (7)
PERATURAN MENTERI TERSEBUT DI ATAS, YAITU :
(1) Pengisian Format Pendirian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) juga
dilengkapi dengan dokumen pendukung yang disampaikan secara elektronik.
(2) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa surat
pernyataan secara elektronik dari pemohon tentang dokumen untuk pendirian
Yayasan yang telah lengkap.
(3) Selain menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemohon
juga harus mengunggah akta pendirian Yayasan.
(4) Dokumen untuk pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disimpan Notaris, yang meliputi:
a.   salinan akta pendirian Yayasan;
b.   surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan yang
ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh Lurah/Kepala Desa
setempat atau dengan nama lainnya;
c.   bukti penyetoran atau keterangan bank atas nama Yayasan atau pernyataan
tertulis dari pendiri yang memuat keterangan nilai kekayaan yang dipisahkan
sebagai kekayaan awal untuk mendirikan Yayasan;
d.   surat pernyataan pendiri mengenai keabsahan kekayaan awal tersebut;
e.   bukti penyetoran biaya persetujuan pemakaian nama, pengesahan, dan
pengumuman Yayasan.
f.     surat pernyataan tidak sedang dalam sengketa kepengurusan atau dalam perkara
di pengadilan, dan
g.   surat kesanggupan dari pendiri untuk memperoleh kartu nomor pokok wajib
pajak dan laporan penerimaan surat pemberitahuan tahunan pajak.
(5)     Selain melengkapi dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bagi Yayasan yang pendirinya orang asing, orang asing bersama-sama dengan
orang Indonesia, atau badan hukum asing harus melampirkan surat rekomendasi
yang diterbitkan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang luar negeri atau instansi terkait.
(6)     Bagi Yayasan yang didirikan berdasarkan surat wasiat, selain melampirkan
dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemohon juga harus
melampirkan dokumen pendukung berupa akta wasiat yang terdaftar pada Pusat
Daftar Wasiat.
(7)     Dalam hal permohonan pengesahan akta pendirian Yayasan yang kekayaan
awalnya berasal dari Yayasan yang sudah tidak dapat menggunakan kata
“Yayasan” di depan namanya, permohonan pengesahan selain melampirkan
dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga harus melampirkan :
a.        salinan akta pendirian Yayasan yang dalam premise aktanya menyebutkan
asal-usul pendirian Yayasan termasuk kekayaan Yayasan yang bersangkutan;
b.       laporan kegiatan Yayasan paling sedikit selama 5 (lima) tahun terakhir secara
berturut-turut yang ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh
instansi terkait;
c.        surat pernyataan Pengurus Yayasan bahwa Yayasan tidak pernah dibubarkan
secara sukarela atau berdasarkan putusan pengadilan;
d.        fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Yayasan yang telah dilegalisir oleh
notaris;
e.        surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan yang
ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh lurah atau kepala desa
setempat;
f.          pernyataan tertulis dari Pengurus Yayasan yang memuat keterangan nilai
kekayaan pada saat penyesuaian Anggaran Dasar;
g.        surat pernyataan Pengurus mengenai keabsahan kekayaan Yayasan; dan
h.       bukti penyetoran biaya pengesahan dan pengumuman Yayasan.

        PADA YAYASAN SEPERTI INI PADA PREMISSE AKTANYA DIURAIKAN SECARA
KRONOLOGIS DENGAN MEMENUHI (DAN MENULISKAN/ MENCANTUMKAN)
SEMUA PERSYARATAN YANG DIMINTA BERDASARKAN PASAL 15 A
TERSEBUT. SEBAGAI BERIKUT :
Para Penghadap dalam kedudukannya sebagaimana tersebut di atas, dengan ini
menyatakan mendirikan Yayasan dengan anggaran dasar sebagai berikut :--------
------------------------------ NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN -------------------------------
---------------------------------------------------- Pasal 1 -----------------------------------------------

        CATATAN :

PASAL 15 A PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 63 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG TENTANG
YAYASAN MENEGASKAN :
Dalam hal permohonan pengesahan akta pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (1) dan kekayaan awal Yayasan berasal dari Yayasan yang sudah
tidak dapat menggunakan kata “Yayasan” di depan namanya, permohonan pengesahan
dilampiri:
a.      salinan akta pendirian Yayasan yang dalam premise aktanya menyebutkan asal-usul
pendirian Yayasan termasuk kekayaan Yayasan yang bersangkutan;
b.      laporan kegiatan Yayasan paling sedikit selama 5 (lima) tahun terakhir secara berturut-
turut yang ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh instansi terkait;
c.      surat pernyataan Pengurus Yayasan bahwa Yayasan tidak pernah dibubarkan secara
sukarela atau berdasarkan putusan pengadilan;
d.      fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Yayasan yang telah dilegalisir oleh notaris;
e.      surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan yang
ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh lurah atau kepala desa
setempat;
f.        pernyataan tertulis dari Pengurus Yayasan yang memuat keterangan nilai kekayaan
pada saat penyesuaian Anggaran Dasar;
g.      surat pernyataan Pengurus mengenai keabsahan kekayaan Yayasan; dan
h.      bukti penyetoran biaya pengesahan dan pengumuman Yayasan.

4. YAYASAN YANG DIDIRIKAN SEBELUM BERLAKUNYA UNDANG-


UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN, DAN TELAH
MEMENUHI KETENTUAN PASAL 37 A PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 2 TAHUN 2013, SEKARANG YAYASAN TERSEBUT AKAN
DIURUS/DISELESAIKAN PENGESAHAN SEBAGAI BADAN
HUKUMNYA

        MAKA HARUS DIBUAT AKTA PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR YAYASAN,


DAN YANG MELAKUKAN PENYESUAIAN (MENGHADAP) NOTARIS YAITU
ORGAN YAYASAN YANG DIBERI KEWENANGAN PADA ANGGARAN DASAR
(PENDIRIAN) YAYASAN YANG BERSANGKUTAN – SEBAGAI PERUBAHAN
ANGGARAN DASAR (PASAL 24 AYAT (2) PERATURAN MENTERI TERSEBUT
YAITU “PERUBAHAN ANGGARAN DASAR YAYASAN BAGI YAYASAN YANG
SUDAH TIDAK DAPAT MENGGUNAKAN KATA “YAYASAN” DI DEPAN NAMANYA
CUKUP DIBERITAHUKAN OLEH PEMOHON KEPADA MENTERI”.
        PERSYARATAN YANG HARUS DILENGKAPI SESUAI PASAL 25 PERATURAN
MENTERI TERSEBUT DI ATAS, YAITU :
(1)     Pengisian Format Perubahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1)
dan ayat (2) harus dilengkapi dengan dokumen pendukung yang disampaikan
secara elektronik.
(2) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pernyataan
secara elektronik dari Pemohon mengenai dokumen perubahan anggaran dasar
yang telah lengkap.
(3) Selain menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemohon
juga harus mengunggah akta perubahan anggaran dasar Yayasan.
(4) Dokumen perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disimpan Notaris, yang meliputi :
a.   minuta akta perubahan anggaran dasar Yayasan.
b.   fotokopi kartu nomor pokok wajib pajak dan laporan penerimaan surat
pemberitahuan tahunan pajak Yayasan.
c.    bukti penyetoran biaya penerimaan pemberitahuan perubahan nanggaran dasar
dan pengumumannya; dan
d.   surat pernyataan tidak dalam sengketa dan pailit.
(5)     Ketentuan mengenai surat pemberitahuan tahunan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf b tidak berlaku bagi Yayasan yang melakukan
perubahan anggaran dasar di bawah 1 (satu) tahun setelah nomor pokok wajib
pajak diterbitkan.
(6)     Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Yayasan yang :
a.   mengubah tempat kedudukan harus melampirkan surat pernyataan tempat
kedudukan Yayasan yang ditandatangani oleh pengurus Yayasan dan diketahui
oleh lurah/kepala desa setempat atau dengan nnama lain; atau
b.   memperoleh bantuan Negara, bantuan luar negeri, dan/atau pihak lain sebesar
Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau dalam 1 (satu) tahun buku atau
nmempunyai kekayaan di luar harta wakaf sebesar Rp. 20.000.000.000,00 (dua
puluh miliar rupiah) atau lebih harus melampirkan pengumuman surat kabar yang
memuat ikhtisar laporan tahunan dan tembusan hasil audit laporan tahunan.
(7)     Dalam hal perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
ayat (2) harus melampirkan :
rnyataan dari pengurus :
1)  masih melakukan kegiatan sesuai anggaran dasarnya paling sedikit selama 5
(lima) tahun berturut-turut sebelum penyesuaian anggaran dasar dan tidak
pernah dibubarkan.
2)  Tidak dalam sengketa dan pailit.
b.   laporan keuangan yang dibuat dan ditandatangani oleh pengurus Yayasan
tersebut atau laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik bagi
Yayasan yang laporan keuangannya wajib diaudit sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang;
c.    data mengenai nama dari anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas yang
diangkat pada saat perubahan dalam rangka penyesuaian Anggaran Dasar
tersebut.
d.   minuta akta perubahan seluruh anggaran dasar yang dilakukan dalam rangka
penyesuaian dengan ketentuan Undang-undang.
e.   Tambahan Berita Negara Republik Indonesia yang memuat akta pendirian
Yayasan atau bukti pendaftaran akta pendirian di pengadilan negeri dan izin
melakukan kegiatan dari instansi terkait;
f.     laporan kegiatan Yayasan selama 5 (lima) tahun berturut-turut sebelum
penyesuaian Anggaran Dasar yang ditandatangani oleh Pengurus dan diketahui
oleh instansi terkait;
g.   fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Yayasan yang telah dilegalisir oleh notaris;
h.   surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan yang
ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh lurah atau kepala desa
setempat atau nama lainnya atau pengelola gedung;
i.      neraca Yayasan yang ditandatangani oleh semua anggota organ Yayasan atau
laporan akuntan publik mengenai kekayaan Yayasan pada saat penyesuaian;
j.      pengumuman surat kabar mengenai ikhtisar laporan tahunan bagi Yayasan yang
sebagian kekayaannya berasal dari bantuan negara, bantuan luar negeri, dan/atau
sumbangan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 Undang-Undang;
dan bukti penyetoran biaya pemberitahuan perubahan Anggaran Dasar Yayasan
dan pengumumannya, dan
k.   bukti penyetoran biaya pemberitahuan perubahan anggaran dasar Yayasan dan
pengumumannya.

        PADA YAYASAN SEPERTI INI PADA PREMISSE AKTANYA DIURAIKAN SECARA
KRONOLOGIS DENGAN MEMENUHI (DAN MENULISKAN/ MENCANTUMKAN)
SEMUA PERSYARATAN YANG DIMINTA BERDASARKAN PASAL 37 A
TERSEBUT. SEBAGAI BERIKUT :
Para Penghadap dalam kedudukannya sebagaimana tersebut di atas, dengan ini
menyatakan melakukan penyesuaian anggaran dasar Yayasan sebagai berikut :-------
------------------------------- NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN -------------------------------

        CATATAN 1 :

PASAL 37 A PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 63 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG TENTANG
YAYASAN MENEGASKAN :
(1) Dalam hal perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1)
dilakukan untuk Yayasan yang sudah tidak dapat menggunakan kata “Yayasan” di
depan namanya maka Yayasan tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. paling sedikit selama 5 (lima) tahun berturut-turut sebelum penyesuaian
Anggaran Dasar masih melakukan kegiatan sesuai Anggaran Dasarnya; dan
b. belum pernah dibubarkan.
(2) Perubahan Anggaran Dasar Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan cara mengubah seluruh Anggaran Dasar Yayasan dan mencantumkan:
a. seluruh kekayaan Yayasan yang dimiliki pada saat penyesuaian, yang dibuktikan
dengan:
1) laporan keuangan yang dibuat dan ditandatangani oleh Pengurus Yayasan
tersebut; atau
2) laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik bagi Yayasan yang
laporan keuangannya wajib diaudit sesuai dengan ketentuan Undang-Undang;
b. data mengenai nama dari anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas yang diangkat
pada saat perubahan dalam rangka penyesuaian Anggaran Dasar tersebut.
(3) Pemberitahuan perubahan Anggaran Dasar Yayasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) yang telah disesuaikan dengan Undang-Undang disampaikan kepada Menteri
oleh Pengurus Yayasan atau kuasanya melalui notaris yang membuat akta perubahan
Anggaran Dasar Yayasan.
(4) Pemberitahuan perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilampiri:
a.      salinan akta perubahan seluruh Anggaran Dasar yang dilakukan dalam rangka
penyesuaian dengan ketentuan Undang-Undang;
b.      Tambahan Berita Negara Republik Indonesia yang memuat akta pendirian Yayasan
atau bukti pendaftaran akta pendirian di pengadilan negeri dan izin melakukan kegiatan
dari instansi terkait;
c.      laporan kegiatan Yayasan selama 5 (lima) tahun berturut-turut sebelum penyesuaian
Anggaran Dasar yang ditandatangani oleh Pengurus dan diketahui oleh instansi terkait;
d.      surat pernyataan Pengurus Yayasan bahwa Yayasan tidak pernah dibubarkan secara
sukarela atau berdasarkan putusan pengadilan;
e.      fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Yayasan yang telah dilegalisir oleh notaris;
f.        surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan yang
ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh lurah atau kepala desa
setempat;
g.      neraca Yayasan yang ditandatangani oleh semua anggota organ Yayasan atau laporan
akuntan publik mengenai kekayaan Yayasan pada saat penyesuaian;
h.      pengumuman surat kabar mengenai ikhtisar laporan tahunan bagi Yayasan yang
sebagian kekayaannya berasal dari bantuan negara, bantuan luar negeri, dan/atau
sumbangan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 Undang-Undang; dan
bukti penyetoran biaya pemberitahuan perubahan Anggaran Dasar Yayasan dan
pengumumannya.

      CATATAN 2 :

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN
PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN HUKUM DAN PERSETUJUAN
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR SERTA PENYAMPAIAN PEMBERITAHUAN
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PERUBAHAN DATA YAYASAN

        DALAM PERATURAN MENTERI TERSEBUT ADA 3 (TIGA) BAGIAN YANG DIATUR,
YAITU :
1.   TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN HUKUM
YAYASAN..
2.   TATA CARA PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR YAYASAN.
3.   TATA CARA PENYAMPAIAN PEMBERITAHUAN PERUBAHAN DATA YAYASAN.

A.    PENGAJUAN PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN HUKUM YAYASAN.


      Pasal 2 – 17 untuk pendirian Yayasan :
a)     Pendirian baru (pertama kali) Yayasan berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 2001 –
UUY.
b)    Pendirian baru Yayasan yang didirikan berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 2001 –
UUY - yang tidak pernah/belum diselesaikan pengurusan badan hukumnya. Pada
akta pendiriannya (premise) disebutkan kronologisnya.
c)     Pendirian baru Yayasan yang didirikan sebelum berlakunya UU Nomor 16 Tahun
2001 – UUY dan telah memenuhi ketentuan Pasal 15 A PP Nomor 2 Tahun 2013 –
(akta pendiriannya tidak terdaftar di pengadilan negeri setempat)
(CATATAN : Pengajuan permohonan dengan 3 (tiga) alasan tersebut, semuanya
harus terlebih dahulu diajukan permohonan pemesanan nama Yayasan) – (Pasal
2 – 9).

B.     PERUBAHAN PERSETUJUAN ANGGARAN DASAR YAYASAN YANG HARUS


MEMPEROLEH PERSETUJUAN MENTERI :
      Persetujuan Anggaran Dasar Yayasan (tertentu) yang harus memperoleh
persetujuan Menteri meliputi : NAMA YAYASAN dan KEGIATAN YAYASAN (Pasal
18 ayat (2).
      Perubahan Nama Yayasan dilakukan setelah memperoleh pemakaian nama
Yayasan memperoleh Persetujuan Menteri (Pasal 21).
      Perubahan Kegiatan Yayasan berupa Penambahan atau Pengurangan Kegiatan
Yayasan yang sesuai dengan Maksud dan Tujuan Yayasan.

C.    PERUBAHAN YAYASAN YANG HARUS DISAMPAIKAN/DIBERITAHUKAN KE


MENTERI :
      Untuk Perubahan selain yang disebut dalam Pasal 18 ayat (2).
      Untuk Yayasan yang sudah tidak dapat menakan kata Yayasan didepan namanya
(Pasal 24 ayat (2) dan telah memenuhi ketentuan Pasal 37 A PP Nomor 2 Tahun
2013 – (akta pendiriannya terdaftar di pengadilan negeri setempat)
      Untuk Perubahan Data Yayasan (Pasal 27 ayat (3) meliputi :
a.      Perubahan Pembina.
b.     Perubahan atau pengangkatan kembali Pengurus dan/atau pengawas.
c.      Perubahan alamat lengkap.
      CATATAN : permohonan pengesahan badan hukum, permohonan perubahan
anggaran dasar, perubahan permohonan data Yayasan dilakukan secara
elektronik, secara manual boleh dilakukan dengan alasan tertentu (Pasal 31).

5. YAYASAN YANG DIDIRIKAN SEBELUM ATAU SESUDAH


BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG
YAYASAN. DAN TIDAK AKAN DISESUAIKAN ANGGARAN DASARNYA
SESUAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YAYASAN TAPI
INGIN DIBUBARKAN

(1)   BAHWA JIKA YAYASAN DIBUBARKAN ASSETNYA HARUS DISERAHKAN


KEPADA YAYASAN LAIN YANG MEMPUNYAI MAKSUD TUJUAN SAMA ATAU
DISERAHKAN KEPADA NEGARA YANG SELANJUTNYA AKAN DISERAHKAN
KEPADA YAYASAN YANG MEMPUNYAI MAKSUD DAN TUJUAN SAMA DENGAN
YAYASAN YANG BUBAR TERSEBUT (Pasal 68 UUY) DAN ASSETNYA TIDAK
INGIN DISERAHKAN KEPADA YAYASAN LAIN. MAKA DAPAT DIBUAT YAYASAN
BARU. DAN YAYASAN BARU TERSEBUT YANG AKAN MENAMPUNG ASSETNYA.
(2)   BUAT YAYASAN BARU DENGAN BIDANG KEGIATAN YANG MEMPUNYAI
MAKSUD DAN TUJUAN SAMA DENGAN YAYASAN YANG DIBUBARKAN
TERSEBUT. URUS DAN SELESAIKAN BADAN HUKUM YAYASAN TERSEBUT.
(3)   BERSAMAAN DENGAN PEMBUATAN YAYASAN BARU DI ATAS, ORGAN-ORGAN
YANG TERSEBUT DALAM AKTA YAYASAN (LAMA) DAN DIBERI KEWENANGAN
MENURUT ANGGARAN DASARNYA MELAKUKAN RAPAT DENGAN AGENDA :
(1)   AKAN MEMBUBARKAN YAYASAN DENGAN ALASAN YANG JELAS.
(2)   MEMBENTUK TIM LIKUIDASI/LIKUIDATOR (TIM LIKUIDATOR BISA MEREKA
YANG MENJABAT DALAM ORGAN-ORGAN YAYASAN ATAU ORANG LAIN YANG
DITUNJUK/DIANGKAT OLEH ORGAN-ORGAN TERSEBUT).
        TIM LIKUIDASI/LIKUIDATOR BERTUGAS UNTUK MENGIVENTARISIR SEMUA
DAN SEGALA ASSET YAYASAN DAN DOKUMEN-DOKUMEN PENDUKUNGNYA.
DAN AKAN MEYERAHKAN ASETNYA KEPADA YAYASAN YANG TELAH
DIDIRIKAN TERSEBUT.
        SETELAH YAYASAN YANG DIDIRIKAN TADI MEMPEROLEH STATUS SEBAGAI
BADAN HUKUM, KEMUDIAN TIM LIKUIDATOR BERSAMA-SAMA PENGURUS
YAYASAN TERSEBUT MENGHADAP NOTARIS UNTUK MEMBUAT AKTA BERITA
ACARA PENYERAHAN ASSET (DARI TIM LIKUIDATOR) DAN AKTA BERITA
ACARA PENERIMAAN (OLEH PENGURUS YAYASAN).
        SETELAH PENYERAHAN ASSET TADI, TIM LIKUIDATOR MELAPORKAN
KEPADA YAYASAN (DALAM LIKUIDASI). DAN YAYASAN AKAN MEMERIKSA
DAN MEVERIFIKASINYA DAN PEMBERESAN. ATAS LAPORAN TERSEBUT
YAYASAN (DALAM LIKUIDASI) AKAN RAPAT UNTUK MENERIMA HASIL TIM
LIKUIDASI DAN MEMBUAT AKTA BERITA ACARA PENERIMAAN TERSEBUT.
        SELANJUTNYA YAYASAN (DALAM LIKUIDASI) MELAKUKAN RAPAT DENGAN
AGENDA UNTUK MEMBUBARKAN YAYASAN. PEMBUBARAN DENGAN AKTA
NOTARIS.
        PEMBUBARAN TERSEBUT KEMUDIAN DIUMUMKAN DI SURAT KABAR. DAN
AKTA PEMBUBARAN KIRIM KE PERCETAKAN NEGARA AGAR DIMUAT DALAM
BERITA NEGARA / TAMBAHAN BERITA NEGARA REPUBLIK
INDONESIA.

6. YAYASAN YANG DIDIRIKAN BUKAN OLEH SUBJEK HUKUM


ORANG (MISALNYA OLEH PEMERINTAH DAERAH,
MILITER/TNI/KEPOLISIAN)

A.   DIDIRIKAN SEBELUM BERLAKUNYA UUY


DAN SUDAH BERBADAN HUKUM.

        JIKA AKAN DILAKUKAN PENYESUAIAN/PERUBAHAN ANGGARAN DASAR


DAPAT DILAKUKAN OLEH MEREKA (ORGAN) YANG DIBERI KEWENANGAN
UNTUK MELAKUKAN PENYESUAIAN/PERUBAHAN TERSEBUT.
        KARENA PENDIRINYA INSTITUSI MAKA JIKA AKAN DILAKUKAN PERUBAHAN
PEMBINA, PENGAWAS DAN PENGURUS MAKA HARUS ADA SURAT DARI
INSTUTUSI YANG BERSANGKUTAN.
        MESKIPUN PENDIRI AWALNYA (INSTITUSI) MAKA YANG MENJABAT PEMBINA,
PENGAWAS DAN PENGURUS HARUS ORANG-PERORANG, BUKAN KARENA
JABATAN DARI INSTITUSI YANG BERSANGKUTAN.

B.   DIDIRIKAN SEBELUM BERLAKUNYA UUY


DAN BELUM BERBADAN HUKUM

        JIKA AKAN DISESUAIKAN ANGGARAN DASARNYA HARUS DIPERHATIKAN


AGAR MEMENUHI KETENTUAN PASAL 15 A ATAU PASAL 37 A PP 2/2013.
        YANG MENGHADAP NOTARIS UNTUK MELAKUKAN PENYESUAIAN ADALAH
MEREKA YANG MASIH MENJABAT/MENGURUS DALAM ORGAN YAYASAN
MENURUT ANGGARAN DASAR (ANGGARAN DASAR PENDIRIAN PERTAMA
KALI). JIKA PENGURUS TERSEBUT SUDAH TIDAK ADA, MAKA INSTITUS YANG
MENDIRIKAN HARUS MEMBERIKAN SURAT MANDAT UNTUK MENGHADAP
NOTARIS.
        KARENA PENDIRINYA INSTITUSI MAKA TERLEBIH DAHULU HARUS ADA IZIN
TERTULIS DARI INSTITUSI YANG MENDIRIKAN YAYASAN TERSEBUT.
        MESKIPUN PENDIRI AWALNYA (INSTITUSI) MAKA YANG MENJABAT PEMBINA,
PENGAWAS DAN PENGURUS HARUS ORANG-PERORANG, BUKAN KARENA
JABATAN DARI INSTITUSI YANG BERSANGKUTAN.

C.   DIDIRIKAN SEBELUM/SESUDAH BERLAKUNYA UUY


DAN SUDAH/BELUM BERBADAN HUKUM TAPI INGIN
DIBUBARKAN

        TATA CARA PEMBUBARAN DILAKUKAN SEBAGAIMANA YANG DIATUR DALAM


UUY/UUY-P.
        DILAKUKAN OLEH ORGAN YANG MEMPUNYAI KEWENANGAN SEBAGAIMANA
DIATUR DALAM ANGGARAN DASAR YAYASAN YANG BERSANGKUTAN.
        HARUS ADA IZIN (ATAUPUN BENTUK LAINNYA) DARI INSTANSI PENDIRI
YAYASAN TERSEBUT DAN SUDAH DITENTUKAN YAYASAN YANG AKAN
MENERIMA HARTA KEKAYAAN YAYASAN (SISA LIKUIDASI).
        CATATAN :
        SEMUA BUKTI PENDIRIAN / PERUBAHAN/ PEMBUBARAN YAYASAN DISIMPAN
OLEH NOTARIS - PENGESAHANNYA/YAYASAN BARU DILAKUKAN SECARA ON
LINE VIA SABH.
        SEMUA BUKTI PENDUKUNG PENDIRIAN – PERUBAHAN – PEMBUBARAN
YAYASAN DISIMPAN OLEH NOTARIS DAN MENJADI TANGGUNGJAWAB NOTARIS
SEPENUHNYA.
        SECARA MANUAL :
        SK PENDIRIAN – BUKTI PELAPORAN / PEMBERITAHUAN DARI KEMENTERIAN
HUKUM DAN HAM RI – AKTA YANG BERSANGKUTAN DAN BIAYA BERITA
NEGARA REPUBLIK INDONESIA (BNRI) DAN TAMBAHAN BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA (TBNRI) DIKIRIM KE : PERUM PERCETAKAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA.
        PENGESAHAN YAYASAN DAN AKTA PENDIRIAN/PERUBAHAN YAYASAN DAN
BIAYA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (BNRI) DAN TAMBAHAN BERITA
NEGARA REPUBLIK INDONESIA (TBNRI) DIKIRIM KE :
        PERUM PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
JALAN PERCETAKAN NEGARA NO. 21 JAKARTA PUSAT.
TELP (021) – 4221701-05. FAX (021) – 4207251.
        NAMA BANK : BANK NEGARA INDONESIA
(BNI) CABANG JATINEGARA
        NO REKENING : 037.000466141.001
        ATAS NAMA: PERUM PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.
        CATATAN :

Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 45 Tahun 2014 Tentang Jenis dan Tarif
atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku di Kementerian Hukum dan
HAM RI, bahwa terhitung sejak tanggal 3 Juli 2014 (SK. Menteri Hukum dan Ham RI
tertanggal 3 Juli 2014) Pendaftaran dan Pencetakan Pengumuman Badan Hukum
dalam BN RI dan TBN RI disampaikan melalui e-mail (dalam format soft copy) dengan
penjelasan sebagai berikut :
1.      Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI (dalam format Pdf).
2.      Akta Badan Hukum (dalam format file words)
3.      Bukti Bayar Berita Negara Republik Indonesia (dalam format Pdf).
4.      Surat Pernyataan Notaris (berisi tentang Akta soft copy sesuai dengan akta
aslinya (hard copy).
Dokumen (soft copy) tersebut di atas disampaikan/dikirim ke alamat e-mail :
bntbn@pnri.co.id
Perum Percetakan Negara RI (PNRI)
Jalan Percetakan Negara No. 21 , Jakarta Pusat (10560)
Telp. 021 – 422 1707 – 05, ext. 129, 130 dan 131.www.beritanegara.co.id

7. APAKAH BOLEH YAYASAN MENJUAL ATAU BENTUK LAINNYA


ATAU MENJAMINKAN HARTA KEKAYAANNYA ?

        Yayasan sebagai badan hukum mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana
yang subjek hukum perdata, termasuk menjual atau mengalihkan (cara lainnya)
termasuk menjaminkan harta kekayaannya.
        Bahwa menurut Pasal 37 UUY, yaitu :
(1) Pengurus tidak berwenang:
a. mengikat Yayasan sebagai penjamin utang;
b. mengalihkan kekayaan Yayasan kecuali dengan persetujuan Pembina; dan
c. membebani kekayaan Yayasan untuk kepentingan pihak lain.
(2) Anggaran Dasar dapat membatasi kewenangan Pengurus dalam melakukan
perbuatan hukum untuk dan atas nama Yayasan.
        Bahwa Pengurus Yayasan tidak berwenang melakukan tindakkan hukum
tersebut. Dan agar tindakkan hukum tersebut sah harus ada Persetujuan dari
Pembina Yayasan.
        Bahwa tindakkan tersebut seperti menjaminkan atau mengalihkan hanya untuk
kepentingan Yayasan itu sendiri atau memberikan manfaat untuk mencapai
maksud dan tujuan Yayasan dan tidak dimaksudkan untuk kepentingan yang
lain. Dan hasil pengalihan tersebut tidak untuk dibagikan kepada Pembina,
Pengawas dan Pengurus.

8. BOLEHKAH DALAM PENDIRIAN YAYASAN MEMAKAI


MUKADIMAH ?
        Dalam praktek pendirian Yayasan tidak jarang pula para penghadap/pendiri meminta
agar dalam akta pendiriannya memakai Mukadimah sebagai kalimat pembuka yang
berisi niat atau alasan kenapa Yayasan tersebut didirikan. Apakah hal ini
diperbolehkan..?
        Dalam akta pendirian Yayasan telah mencantumkan yang wajib ada dalam anggaran
dasar Yayasan, sebagaiman ditentukan dalam Pasal 14 UUY, yaitu :
(1) Akta pendirian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain yang dianggap perlu.
(2) Anggaran Dasar Yayasan sekurang-kurangnya memuat:
a.      nama dan tempat kedudukan;
b.      maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut;
c. jangka waktu pendirian;
d.      jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri dalam bentuk
uangatau benda;
e.      cara memperoleh dan penggunaan kekayaan;
f.   tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian anggota Pembina,
Pengurus dan Pengawas;
g.      hak dan kewajiban anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas;
h. tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan;
i.   ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar;
j.   penggabungan dan pembubaran Yayasan; dan
k. Penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan Yayasan setelah
pembubaran.
(3) Keterangan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat sekurang-kurangnya
nama, alamat, pekerjaan, tempat dan tanggal lahir, serta kewarganegaraan Pendiri,
Pembina,Pengurus, dan Pengawas.
(4) Jumlah minimum harta kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi
Pendirisebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
        Jika para penghadap/pendiri menganggap perlu dan menginginkan adanya Mukadimah
tersebut dapat saja dilakukan, dengan alasan seperti tersebut dalam Pasal 14 ayat (1)
UUY sebagai keterangan lain yang dianggap perlu.
        Penempatan Mukadimah dalam akta tersebut tidak dalam Isi Akta, lebih baik
dicantumkan dalam Premisse dan sebelum Isi Akta, Contohnya :
Para Penghadap dalam kedudukannya sebagaimana tersebut di atas, dengan ini
menyatakan mendirikan Yayasan dengan MUKADIMAH sebagai berikut : ----------
------------------------------------------------- MUKADIMAH
----------------------------------------------------
-
-
-
-
-
-
-
dan anggaran dasar sebagai
berikut:--------------------------------------------------------------
------------------------------ NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN ------ ------------------------
---------------------------------------------- Pasal 1 -----------------------------------------------------

9. PEMBUKAAN CABANG YAYASAN

      Dalam setiap pendirian Yayasan, dalam aktanya selalu disertai dengan klausula (Pasal
1 ayat 2 AD Yayasan) yaitu “Yayasan dapat membuka kantor cabang tempat lain,
yang ditetapkan oleh Pengurus dengan persetujuan Pembina”. Meskipun UU
Yayasan tidak mengatur atau membolehkan atau melarang pendirian cabang
yayasan, tapi sebagai perbuatan yang diperkenankan karena para pendiri
menghendakinya, juga sebagai bentuk antisipasi untuk mengembangkan
kegiatan Yayasan yang bersangkutan.
      Sebelum dilakukan pembukaan cabang Yayasan, Pengurus harus rapat terlebih dahulu
dengan menentuan alasan, maksud dan tujuan pembukaan cabang tersebut, untuk
kemudian disampaikan ke Pembina. Setelah menerima permohonan dari Pengurus,
maka Pembina akan melakukan Rapat Pembina (Rapat Pembina bisa dilakukan
dengan Berita Acara Rapat Pembina yang dibuat oleh Notaris).
      Setelah Pembina memberikan persetujuan, Pengurus datang ke hadapan Notaris untuk
membuat akta Pembukaan Cabang Yayasan.
      Dan untuk Pengangkatan Pengurus dan Pengawas Cabang menjadi kewenangan
Pembina. Dengan demikan ada akta Pembukaan Cabang dengan penghadap
Pengurus, dan akta Pengangkatan Pengurus dan Pengawas Cabang yayasan dengan
penghadap Pembina Yayasan.
      Dalam pembukaan Cabang Yayasan tidak ada Pembina Cabang, karena hal tersebut
merupakan kewenangan Pembina yang tidak diberikan kepada Pengurus dan
Pengawas.

CATATAN :

Buka Cabang atau Perwakilan…?


Dalam kebiasaan masyarakat datang kepada Notaris untuk membuka Cabang atau
Perwakilan dari sebuah Perseroan ataupun Yayasan. Seakan-akan ada pengertian
bahwa Cabang dan Perwakilan adalah hal yang sama atau dua hal yang berbeda…?
Perbedaan antara kantor perwakilan dan kantor cabang adalah terletak pada otoritas
dari keduanya di mana kantor cabang memiliki kewenangan lebih luas dalam
mengoperasikan kantornya daripada kantor perwakilan. Kantor cabang dapat
melakukan kegiatan sesuai dengan maksud dan tujuan yang tertera dalam anggaran
dasar perusahaan, sedangkan kantor perwakilan hanyalah sebagai kantor yang
mengurusi administrasi saja, tidak melakukan main business dari kantor pusat.
Pendirian/pembentukan kantor cabang atau kantor perwakilan didasarkan pada
ketentuan anggaran dasar yang memperbolehkan perusahaan tersebut untuk
mendirikan kantor cabang atau kantor perwakilan. Pendirian kantor cabang atau kantor
perwakilan tidak harus dalam akta notaris namun untuk kebutuhan pengurusan izin-izin
biasanya pendirian/pembentukan dilakukan dalam akta notaris. Perizinannya
disyaratkan dari departemen yang mengeluarkan izin prinsip atau departemen-
departemen terkait.
CATATAN :

PENDIRIAN PENDIRIAN KANTOR PERWAKILAN YAYASAN


DARI LUAR NEGERI DI INDONESIA
(salinan/kutipan dari : (@irmadevita.com)
Artikel berikut sebenarnya merupakan comment yang diposting oleh rekan Adhie Kuncoro
(Coro) pada artikel saya sebelumnya. Namun demikian, menurut pendapat saya, informasi yang
bermanfaat ini sayang sekali jika hanya dicantumkan pada section comment, dan untuk lebih
memudahkan dalam pencarian bagi pengunjung, saya pikir lebih baik jika saya postingkan
ulang dalam bentuk artikel.
Berikut saya kutip persis uraian dari hasil penelitian rekan Coro: 
“berdasarkan hasil riset saya beberapa bulan yang lalu kedepartemen terkait saya mendapatkan
informasi bahwa untuk mendirikan kantor perwakilan yayasan dari luar negeri atau yayasan oleh
pihak asing memerlukan kerja sama dengan pihak dalam negeri. Berikut adalah penjabaran lebih
lanjut mengenai prosedur pendirian kantor perwakilan yayasan dari luar negeri di Indonesia
(maaf hanya membahas mengenai pendirian kantor perwakilan dan kantor cabang yayasan dari
luar negeri, karena riset ini yang pernah saya lakukan)
1.        permohonan diajukan oleh kantor pusat NGO diluar negeri kepada Departemen Luar Negeri
(diajukan kepada Direktorat Multilateral lokasi di depan gedung bioskop Megaria) Proposal
yang diajukan kurang lebih berisi:
a.       Tujuan NGO yang harus jelas.
b.      Lokasi dimana NGO akan menjalankan kegiatannya (domisi kegiatan).
c.       mitra kerja yang ada (dari dalam negeri)
d.      jangka waktu yang diinginkan (apabila hanya berupa kegiatan bantuan sementara).
2. mempunyai program kerja yang jelas di Indonesia (dibuktikan dengan adanya perjanjian kerja
sama “MOU” dengan pihak departemen terkait di Indonesia, departemen terkait tersebut di
tentukan oleh Departemen luar negeri setelah mempelajari Proposal yang telah diajukan);
3. proposal yang diajukan akan di pertimbangkan oleh Clearing House yang terdiri dari:
a. BIN
b. Bais Polri
c. Bais TNI
d. Departemen hukum dan Hak Asasi Manusia
e. Departemen Dalam Negeri
f. Departemen Tenaga Kerja
g. Kejaksaan Agung
4. apabila sudah dipertimbangkan dan ternyata tidak membahayakan dan tidak mengancam keamanan
maka rekomendasi akan dikeluarkan oleh departemen luar negeri.
5. Setelah kerja sama “MOU” dibuat maka ijin akan dikeluarkan oleh departemen luar negeri
dengan tembusan ke departemen Dalam Negeri.
Persyaratan pelaksanaan program/kegiatan NGO Asing di daerah terlebih dahulu harus memiliki:
a.       Surat Rekomendasi dari Departemen Luar Negeri.
b.      Perjanjian kerja sama “MOU” dengan Departemen/lembaga Pemerintah atau lembaga Non-
Departemen terkait sesuai dengan kegiatan yang dilakukan oleh NGO asing tersebut (Program
Kerja)
c.       Surat ijin melaksanakan kegiatan di Indonesia dari Departemen dalam negeri.
d.      Surat ijin melaksanakan kegiatan dari Gubernur cq. Kepala badan kesatuan politik Provinsi.
Kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh Perwakilan NGO Asing :
1.      Bermitra dengan LSM lokal yang telah terdaftar di Departemen Dalam Negeri
2.      Mempunyai kantor perwakilan di Ibukota Negara RI (di Jakarta)
3.      Melakukan pengelolaan keuangan berdasarkan mekanisme perbankkan nasional.
4.      Membuat laporan pertanggung jawaban dan disampaikan kepada pejabat yang berwenang.
Laporan pertanggung jawaban pemantauan dan pengawasan NGO asing ini disampaikan kepada
Bupati / Walikota dan kemudian oleh Bupati atau Walikota di sampaikan kepada Gubernur
setiap 6 bulan. Dan kemudian Gubernur akan melaporkan kepada Menteri Dalam Negeri setiap 6
bulan sekali.
Dan kemudian Gubernur akan melaporkan kepada Menteri Dalam Negeri setiap (akan dibuat
peraturan baru mengenai hal ini dikarenakan banyaknya yayasan/LSM dari luar negeri yang
masuk seenaknya ke Indonesia dengan tujuan dan kegiatan yang kurang dapat dipertanggung
jawabkan seperti LSM-LSM yang banyak bermunculan di Aceh pasca Sunami )
Berdasarkan keterangan bahwa sampai dengan saat ini baru ada dua NGO yang memiliki kantor
perwakilan di Indonesia yang lainnya hanyalah bantor cabang di Indonesia.
Kantor Cabang NGO
NGO Asing bisa juga membuat kantor cabang di Indonesia yaitu dengan membuat MOU kerja
sama dengan instansi terkait dengan kegiatan NGO tersebut tanpa adanya Rekomendasi dari
Departemen Luar Negeri hal seperti ini dinamakan dengan nama Kegiatan Bantuan.
Kegiatan bantuan ini hanyalah bersifat sementara tergantung dari kegiatan dan berapa lama
kegiatan NGO asing tersebut akan dilakukan di Indonesia ijin ini juga dapat diperpanjang apabila
diperlukan.
Kegiatan bantuan ini hanyalah bersifat sementara tergantung dari kegiatan dan berapa lama
kegiatan NGO asing tersebut akan dilakukan di Indonesia ijin ini juga dapat diperpanjang apabila
diperlukan.

10. MENGAWALI, MELANJUTKAN, MENGAKHIRI MASA MENJABAT


DALAM ORGAN YAYASAN

        PASAL 2 UUY MENEGASKAN BAHWA YAYASAN MEMPUNYAI ORGAN YANG


TERDIRI ATAS PEMBINA, PENGURUS, DAN PENGAWAS.
        UUY TIDAK MEMBERI PELUANG UNTUK LAHIRNYA ORGAN BARU DALAM
YAYASAN, MESKIPUN DALAM HAL INI UUY MENGENAL ISTILAH PENDIRI, YAITU
SEBAGAI SUBYEK HUKUM (ORANG ATAU BADAN HUKUM) YANG MENDIRIKAN
YAYASAN, TAPI PENDIRI INI BUKAN ORGAN YAYASAN, YANG MENURUT
PASAL 28 AYAT (3) UUY PENDIRI DAPAT DIBERI KEDUDUKAN SEBAGAI
PEMBINA YAYASAN.
        DUA DARI TIGA ORGAN TERSEBUT, YAITU PENGURUS DAN PENGAWAS
DITENTUKAN JANGKA WAKTU UNTUK MENJABATNYA, SEDANGKAN MASA
MENJABAT PEMBINA YANG BERASAL DARI PENDIRI TIDAK DAPAT
DITENTUKAN MASA JABATANNYA, KECUALI MENGUNDURKAN DIRI ATAU
MENINGGAL DUNIA.
        KETIKA PEMBINA YANG BERASAL DARI PENDIRI MENINGGAL DUNIA ATAU
MENGUNDURKAN DIRI TERSEBUT, SUDAH TENTU HARUS DIANGKAT PEMBINA
BARU YANG BUKAN DARI PENDIRI, DALAM KAITAN INI APAKAH PEMBINA
YANG BUKAN BERASAL DARI PENDIRI MEMPUNYAI MASA JABATAN
SEBAGAIMANA PEMBINA YANG BERASAL DARI PENDIRI ?
        DALAM UUY YANG MENGATUR MENGENAI PEMBINA TIDAK MENYEBUTKAN
BATAS WAKTU MENJABAT BAGI PEMBINA, SEHINGGA HAL INI DAPAT
DITAFSIRKAN PEMBINA YANG BERASAL DARI PENDIRI DAPAT MENJABAT
SEUMUR HIDUP ATAU KECUALI MENINGGAL DUNIA ATAU MENGUNDURKAN
DIRI.
        PEMBINA YANG BERASAL DARI PENDIRI DIBERI BATASAN MENJABAT TANPA
BATAS WAKTU MERUPAKAN PENGHARGAAN YANG DIBERIKAN UUY KEPADA
YANG BERSANGKUTAN, KARENA KETIKA YANG BERSANGKUTAN
MENDIRIKAN YAYASAN DENGAN MENYISIHKAN HARTA KEKAYAANNYA
SECARA EKONOMIS TIDAK AKAN MENDAPATKAN KEUNTUNGAN APA-APA
UNTUK DIRINYA SELAIN UNTUK KEMASLAHATAN MASYARAKAT. SEHINGGA
DALAM HAL INI PERLU ADA KAJIAN DAN TEROBOSAN, APAKAH BISA
PEMBINA YANG BUKAN BERASAL DARI PENDIRI MASA JABATANNYA DIBERI
BATASAN TERTENTU YANG DIATUR DALAM ANGGARAN DASAR YAYASAN
YANG BERSANGKUTAN.
        PADA SISI YANG LAIN BAHWA MASA JABATAN PENGAWAS DAN PENGURUS
DAN (JIKA) UNTUK PEMBINA YANG BUKAN BERASAL DARI PENDIRI DIBERI
BATASAN WAKTU, DALAM HAL INI YANG PERLU DIBERI KAJIAN YAITU JIKA
MEREKA YANG MENJABAT DALAM ORGAN-ORGAN TERSEBUT MASA
JABATAN BERHENTI DI TENGAH JALAN SEBELUM MASA JABATANNYA
BERAKHIR, MISALNYA JIKA ADA KETUA PEMBINA ATAU KETUA PENGURUS
ATAU KETUA PENGAWAS DIBERI MASA JABATAN 5 TAHUN, KETIKA MASIH
BERJALAN 2 TAHUN MENINGGAL DUNIA ATAU MENGUNDURKAN DIRI ATAU
BERHENTI DITENGAH JALAN DENGAN ALASAN APAPUN, JIKA KEMUDIAN
DIANGKAT KETUA PEMBINA ATAU KETUA PENGURUS ATAU KETUA
PENGAWAS YANG BARU, APAKAH MASA JABATAN KETUA PEMBINA ATAU
KETUA PENGURUS ATAU KETUA PENGAWAS TERSEBUT DIBERI MASA
JABATAN BARU 5 TAHUN LAGI ATAUKAH MELANJUTKAN MASA JABATAN
YANG TERSISA ? PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YAYASAN TIDAK
MENGATUR SEPERTI ITU. JIKA ADA KEJADIAN SEPERTI BISA DIATUR DALAM
ANGGARAN DASAR YAYASAN YANG BERSANGKUTAN.
        SEHINGGA PERSOALAN YANG HARUS DIKAJI, YAITU :
A.  PENGATURAN MASA JABATAN PEMBINA YANG BUKAN BERASAL DARI
PENDIRI.
B.  PENGATURAN MASA MENJABAT PEMBINA (YANG BUKAN BERASAL DARI
PENDIRI), PENGURUS DAN PENGAWAS YANG BERHENTI SEBELUM MASA
JABATAN BERAKHIR.
C.  PENENTUAN PERSYARATAN TERTENTU YANG BOLEH JADI PEMBINA.
        ORGAN YAYASAN - Pasal 2 UUY : Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas
PEMBINA, PENGURUS, dan PENGAWAS.
        Pasal 14 UUY :
(1)    Akta pendirian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain yang dianggap
perlu.
(2)    Anggaran Dasar Yayasan sekurang - kurangnya memuat antara lain : TATA
CARA PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANGGOTA
PEMBINA, PENGURUS, DAN PENGAWAS;
        BATASAN LAMANYA MENJABAT ORGAN YAYASAN UNTUK PEMBINA - Pasal
28 UUY - TIDAK MENGATUR/MENENTUKAN BATASAN WAKTU MENJABAT
UNTUK ORGAN YAYASAN - PEMBINA.
        Pasal 28 UUY :
(1)     Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak
diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas oleh Undang-undang ini atau
Anggaran Dasar.
(2)   Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
a.      pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota
Pengawas;
        Pasal 28 ayat (3) UUY :
Yang dapat diangkat menjadi anggota Pembina sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) adalah orang perseorangan sebagai pendiri Yayasan dan/atau mereka
yang berdasarkan keputusan rapat anggota Pembina dinilai mempunyai dedikasi
yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan.
        Pasal 32 UUY :
(1) Pengurus Yayasan diangkat oleh Pembina berdasarkan keputusan rapat Pembina
untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1
(satu) kali masa jabatan.
         Pasal 32 UUY :
(3)         Dalam hal Pengurus sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) selama menjalankan
tugas melakukan tindakan yang oleh Pembina dinilai merugikan Yayasan, maka
berdasarkan keputusan rapat Pembina, Pengurus tersebut dapat diberhentikan
sebelum masa kepengurusannya berakhir.
(4)         Ketentuan mengenai susunan dan tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan
penggantian Pengurus diatur dalam Anggaran Dasar.
        Pasal 41 :
(1) Pengawas Yayasan di-angkat dan sewaktu-waktu dapat diberhentikan
berdasarkan keputusan rapat Pembina.
         Pasal 44 UUY :
(1)   Pengawas Yayasan diangkat oleh Pembina berdasarkan keputusan rapat
Pembina untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali
untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
(2)   Ketentuan mengenai susunan, tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan
penggantian Pengawas diatur dalam Anggaran Dasar.

        KESIMPULAN :
   BATASAN MASA JABATAN PEMBINA TIDAK DIATUR DALAM UUY.
   BATASAN MULAI MENJABAT UNTUK PEMBINA – PENGAWAS – PENGURUS
TIDAK DITENTUKAN DALAM UUY (KECUALI UNTUK PENGANGKATAN PERTAMA
KALI - BERDASARKAN AKTA PENDIRIAN).
   BATASAN LAMANYA MENJABAT PENGAWAS – PENGURUS DITEGASKAN 5
TAHUN DAN DAPAT DIANGKAT UNTUK PERIODE BERIKUTNYA (UNTUK DUA
MASA JABATAN BERTURUT-TURUT).
        NOTARIS SANGAT PERLU UNTUK MENGETAHUI BATASAN BERAKHIRNYA
MASA JABATAN-JABATAN TERSEBUT (BAIK DALAM YAYASAN MAUPUN
DALAM PT – KOPERASI) KARENA AKAN BERKAITAN DENGAN KEWENANGAN
DARI JABATAN-JABATAN TERSEBUT.
        HUKUM (UU DAN AD YANG BERSANGKUTAN) AKAN MELINDUNGI TINDAKAN-
TINDAKAN JABATAN TERSEBUT JIKA MASIH DALAM BATASAN WAKTU
MENJABAT DAN KEWENANGAN JABATAN-JABATAN TERSEBUT.
        PROBLEMATIKA 1 :
      DALAM UUY, BAHWA PEMBINA YAYASAN YANG BERASAL DARI PENDIRI
YAYASAN DALAM MENJALANKAN JABATAN TIDAK DIKENAKAN BATAS
WAKTU MASA MENJABAT. DAN AKAN BERAKHIR KARENA MENGUNDURKAN
DIRI ATAU MENINGGAL DUNIA. APAKAH PEMBINA YAYASAN YANG BUKAN
DARI PENDIRI DAPAT DIBERI BATAS WAKTU MASA MENJABATNYA ?
      BAHWA MASA MENJABAT PEMBINA YANG BERASAL DARI PENDIRI TANPA
BATAS WAKTU UNTUK MENJABATNYA MERUPAKAN BENTUK
PENGHORMATAN DAN PENGHARGAAN DARI UUY YAYASAN KEPADA PENDIRI
YANG TELAH SUKARELA MENYISIHKAN HARTA KEKAYAAN SERTA
TINDAKKAN LAINNYA UNTUK MENDIRIKAN YAYASAN YANG SECARA
EKONOMIS DENGAN MENDIRIKAN YAYASAN TIDAK MEMPEROLEH IMBAL
BALIK PROFIT DARI YAYASAN TERSEBUT.
      JIKA PEMBINA YAYASAN YANG BERASAL DARI PENDIRI YAYASAN SUDAH
TIDAK ADA LAGI, MAKA PEMBINA AKAN DIISI/DIJABAT OLEH MEREKA YANG
BUKAN PENDIRI YAYASAN. JIKA DIISI/DIJABAT OLEH MEREKA YANG BUKAN
DARI PENDIRI YAYASAN, APAKAH MASIH PERLU DIATUR BAHWA MEREKA
JUGA MASA JABATANNYA TANPA BATAS WAKTU ?
     BAHWA PERLU ADA BATAS MASA JABATAN PEMBINA YAYASAN YANG
BUKAN DARI PENDIRI DENGAN ALASAN :

1. PEMBINA YAYASAN TERSEBUT TIDAK BERKAITAN DENGAN ASPEK


KESEJARAHAN DENGAN PENDIRIAN YAYASAN.
2. PENGHARGAAN DAN PENGHORMATAN OLEH UUY HANYA DIBERIKAN
KEPADA PEMBINA YANG BERASAL DARI PENDIRI.
3. SETELAH PEMBINA DARI PENDIRI TIDAK ADA LAGI, MAKA PEMBINA
YAYASAN DAPAT DIISI OLEH SIAPA SAJA YANG MEMPUNYAI DEDIKASI
TERHADAP YAYASAN.

     BERDASARKAN ALASAN TERSEBUT DAPAT SAJA DALAM ANGGARAN DASAR


YAYASAN DIBUAT PENGATURAN BAHWA UNTUK PEMBINA YANG BERASAL
DARI PENDIRI TANPA BATAS WAKTU UNTUK MENJABATNYA SAMPAI
BERAKHIR KARENA ALASAN TERTENTU, SEDANGKAN UNTUK PEMBINA YANG
BUKAN BERASAL DARI PENDIRI ADA BATAS WAKTU MASA MENJABATNYA.
SEHINGGA DALAM ANGGARAN DASAR YAYASAN DIATUR DITAMBAHKAN
ATURAN BARU SEBAGAI BERIKUT :
--------------------------------------------------- Pasal 8 -------------------------------------------------
(1)   Masa jabatan Pembina yang : -----------------------------------------------------------------
a. berasal dari Pendiri tanpa batas waktu.------------------------------------------------
b. berasal bukan dari Pendiri ditentukan lamanya 5 (lima) tahun.---------------
(2)   Keanggotaan Pembina berakhir karena :--------------------------------------------------
a. meninggal dunia;-------------------------------------------------------------------------------
b.
dan seterusnya….
        PROBLEMATIKA 2 :
      JIKA TERNYATA MASA JABATAN PENGURUS/PENGAWAS/PEMBINA (YANG
BUKAN BERASAL DARI PENDIRI) BERAKHIR SEBELUM MASA JABATANNYA
HABIS (MISALNYA MENINGGAL DUNIA, MENGUNDURKAN DIRI ATAU
DIBERHENTIKAN DENGAN HORMAT/TIDAK HORMAT) , KEMUDIAN DIANGKAT
ORANG BARU UNTUK MENGISI JABATAN-JABATAN TERSEBUT, APAKAH
MEREKA YANG DIANGKAT DALAM JABATAN TERSEBUT :
A.       Masa jabatannya dihitung baru (dari awal lagi). Misalnya jika
Pengurus/Pengawas/Pembina masa jabatannya 5 tahun, ternyata setelah tiga
tahun menjabat mereka berhenti dalam jabatannya (dengan alasan tertentu).
Sehingga jabatan mereka dihitung dari awal lagi.
Ataukah :
B. Masa jabatannya hanya melanjutkan dari mereka yang menjabat sebelumnya.
Misalnya jika Pengurus/Pengawas/Pembina masa jabatannya 5 tahun, ternyata
setelah tiga tahun menjabat mereka berhenti dalam jabatannya (dengan alasan
tertentu). Sehingga jabatan mereka tersisa 2 tahun. Jika diangkat Pejabat baru
dalam organ Yayasan tersebut, masa jabatannya hanya melanjutkan sisa
waktunya ?
      JIKA DITEMPUH CARA (B) PERLUKAH ADA BATASAN SISA MASA JABATAN
TERSEBUT AKAN DILANJUTKAN PEMBINA/ PENGAWAS/PENGURUS DAN
DINYATAKAN SEBAGAI TELAH SATU KALI MENJALANKAN MASA JABATAN ?.
CONTOHNYA : JIKA PEMBINA/PENGAWAS/PENGURUS PUNYA MASA JABATAN
5 (LIMA) TAHUN SEJAK TANGGAL AKTA PENGANGKATANNYA. TERNYATA
PADA TAHUN KEDUA MASA JABATANNYA PEMBINA/PENGAWAS/PENGURUS
TERSEBUT MENINGGAL DUNIA, SEHINGGA ADA MASA JABATAN 3 (TIGA)
TAHUN. JIKA DIANGKAT PEMBINA/PENGAWAS/PENGURUS BARU UNTUK
MELANJUTKAN SISA MASA JABATANNYA, APAKAH
PEMBINA/PENGAWAS/PENGURUS TERSEBUT AKAN DINYATAKAN TELAH
MENJALANKAN SATU KALI MASA JABATAN ? ATAUKAN AKAN
DINYATAKAKAN TELAH MENJALANKAN SATU KALI MASA JABATAN JIKA
MASIH TERSISA SETENGAH DARI MASA JABATAN TERSEBUT ?
      KEDUA HAL TERSEBUT (A DAN B) TIDAK DIATUR DALAM
UNDANG-UNDANG/PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YAYASAN.
      JIKA PENDIRI (ATAU PEMBINA) MENGINGINKAN SALAH SATU KETENTUAN
TERSEBUT (A ATAU B) DI ATUR DALAM ANGGARAN DASAR. APAKAH
DIPERBOLEHKAN ? - SELAMA TIDAK DIATUR DAN TIDAK MELANGGAR
UNDANG-UNDANG/PERATURAN PERUNDANG -UNDANGAN YAYASAN, DAN
DIINGINKAN OLEH PARA PIHAK SERTA MERUJUK KEPADA PASAL 1338
KUHPERDATA - MAKA SESUATU YANG TIDAK DILARANG UNTUK DIATUR
DALAM ANGGARAN DASAR YAYASAN YANG BERSANGKUTAN.
      JIKA AKAN DIATUR DALAM ANGGARAN DASAR YAYASAN, APAKAH CARA (A
ATAU B) YANG HARUS DIPILIH ?
      UNTUK MENENTUKAN (A ATAU B) YANG AKAN DIPILIH MAKA TERLEBIH
DAHULU HARUS DPAHAMI KONSEP JABATANDAN KEWENANGAN, KARENA
PENGURUS DAN PENGURUS ADA DALAM RUANG LINGKUP MENJALANKAN
SUATU KEWENANGAN ORGAN YANG TERSEBUT DALAM ANGGARAN
DASARNYA.
     JABATAN MERUPAKAN SUATU BIDANG PEKERJAAN ATAU TUGAS YANG
SENGAJA DIBUAT OLEH ATURAN HUKUM UNTUK KEPERLUAN DAN FUNGSI
TERTENTU SERTA BERSIFAT BERKESINAMBUNGAN SEBAGAI SUATU
LINGKUNGAN PEKERJAAN TETAP.
     JABATAN MERUPAKAN SUATU SUBJEK HUKUM, YAKNI PENDUKUNG
HAK DAN KEWAJIBAN.
     AGAR SUATU JABATAN DAPAT BERJALAN MAKA JABATAN TERSEBUT
DISANDANG OLEH SUBJEK HUKUM LAINNYA YAITU ORANG.
     ORANG YANG DIANGKAT UNTUK MELAKSANAKAN JABATAN DISEBUT
PEJABAT. SUATU JABATAN TANPA ADA PEJABATNYA, MAKA JABATAN
TERSEBUT TIDAK DAPAT BERJALAN.
     PEJABAT ADALAH YANG MENJALANKAN HAK DAN KEWAJIBAN JABATAN.
PEJABAT (YANG MENDUDUKI JABATAN) SELALU BERGANTI-GANTI,
SEDANGKAN JABATAN TERUS-MENERUS (CONTINUE), ARTINYA PEJABAT
BISA DIGANTIKAN OLEH SIAPAPUN, SEDANGKAN JABATAN AKAN TETAP ADA
SELAMA DIPERLUKAN DALAM SUATU STRUKTUR PEMERINTAH ATAU
ORGANISASI.
     HUBUNGAN ANTARA JABATAN DENGAN PENJABAT, BAGAIKAN 2 (DUA) SISI
MATA UANG, PADA SATU SISI BAHWA JABATAN BERSIFAT TETAP
(LINGKUNGAN PEKERJAAN TETAP). SISI YANG KEDUA BAHWA JABATAN
DAPAT BERJALAN OLEH MANUSIA SEBAGAI PENDUKUNG HAK DAN
KEWAJIBAN SEHINGGA YANG MENGISI ATAU MENJALANKAN JABATAN
DISEBUT PEJABAT ATAU PEJABAT ADALAH YANG MENJALANKAN HAK DAN
KEWAJIBAN JABATAN.
     OLEH KARENA ITU SUATU JABATAN TIDAK AKAN BERJALAN JIKA TIDAK ADA
PEJABAT YANG MENJALANKANNYA.
     KATA PEJABAT LEBIH MENUNJUK KEPADA ORANG YANG MEMANGKU SUATU
JABATAN. SEGALA TINDAKAN YANG DILAKUKAN OLEH PEJABAT YANG
SESUAI DENGAN KEWENANGANNYA MERUPAKAN IMPLEMENTASI DARI
JABATAN.
     KEWENANGAN (WEWENANG) :
     MERUPAKAN SUATU TINDAKKAN YANG DIBERIKAN KEPADA PEJABAT DALAM
SEBUAH ORGANISASI YANG TERCANTUM DALAM ANGGARAN DASAR
ORGANISASI YANG BERSANGKUTAN.
     PEJABAT YANG MENJALANKAN JABATAN TERSEBUT HARUS BERTINDAK
DALAM KORIDOR KEWENANGAN YANG DIATUR DALAM ANGGARAN DASAR
ORGANISASINYA.
     TINDAKKAN PEJABAT-PEJABAT DILUAR KEWENANGAN MEMPUNYAI
KONSEKUENSI HUKUM TERSENDIRI UNTUK MEREKA (PEJABAT) YANG
MENJALANKAN JABATAN TERSEBUT.
     JIKA MENEMPUH CARA (A) MAKA DALAM ANGGARAN DASAR HARUS
DILAKUKAN PERUBAHAN SEBAGAI BERIKUT : PEMBINA (YANG BUKAN
BERASAL DARI PENDIRI – PASAL 8 AD DITAMBAHKAN AYAT BARU, YAITU
AYAT (4) SEBAGAI BERIKUT :
---------------------------------------------------- Pasal 8 -------------------------------------------------
(1)   Masa jabatan Pembina yang : -----------------------------------------------------------------
a. berasal dari Pendiri tanpa batas waktu.-----------------------------------------------
b. berasal bukan dari Pendiri ditentukan lamanya 5 (lima) tahun.----------------
(2)   Keanggotaan Pembina berakhir karena :--------------------------------------------------
a. meninggal dunia;-------------------------------------------------------------------------------
b.
dan seterusnya….
(3)…
(4) Apabila masa jabatan Pembina sebagaimana tersebut dalam ayat (1) huruf b
pasal ini berakhir berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam ayat (2), maka
akan diangkat Pembina baru dengan masa jabatan untuk 5 (lima) sejak tanggal
akta pengangkatannya.------------------------------------------------------
     PENGURUS (PASAL 15 AD) :
-------------------------------------------------- Pasal 15 --------------------------------------------------
(1)   Jabatan anggota Pengurus berakhir apabila:--------------------------------------------
(a) meninggal dunia;-----------------------------------------------------------------------------
(b) mengundurkan diri;--------------------------------------------------------------------------
(c) bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang
diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;----
(d) diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina;-----------------------
(e) masa jabatan berakhir.---------------------------------------------------------------------
Catatan : ditambahkan ayat baru yaitu ayat (2) sebagai berikut :
(2)   Apabila Jabatan Anggota Pengurus berakhir selain yang tersebut dalam ayat
(1) huruf (e) pasal ini, maka akan diangkat Pengurus baru dengan masa jabatan
untuk 5 (lima) sejak tanggal akta pengangkatannya.---------------
     PENGAWAS (PASAL 26 AD) :
-------------------------------------------------- Pasal 26 --------------------------------------------------
(1)   Jabatan anggota Pengawas berakhir apabila:-------------------------------------------
(a) meninggal dunia;-----------------------------------------------------------------------------
(b) mengundurkan diri;--------------------------------------------------------------------------
(c) bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang
diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;----
(d) diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina;----------------------
(e) masa jabatan berakhir.---------------------------------------------------------------------
Catatan : ditambahkan ayat baru yaitu ayat (2) sebagai berikut :
(2) Apabila Jabatan Anggota Pengawas berakhir selain yang tersebut dalam ayat (1)
huruf (e) pasal ini, maka akan diangkat Pengawas baru dengan masa jabatan
dengan masa jabatan untuk 5 (lima) sejak tanggal akta
pengangkatannya.---------------------------------------------------------------------------------

     CATATAN :

         JIKA MENGGUNAKAN POLA (A) MAKA TIDAK AKAN ADA KESERAGAMAN
BERAKHIRNYA MASA JABATAN ORGAN-ORGAN YAYASAN TERSEBUT. HARUS
ADA KETERTIBAN AKTA-AKTA YANG BERKAITAN DENGAN MENGAWALI DAN
MENGAKHIRI MASA JABATAN TERSEBUT.
         PEJABAT DALAM ORGAN YAYASAN DENGAN MASA JABATAN YANG DIMULAI
DARI AWAL LAGI DAPAT MENGELIMINASI TINDAKKAN PEJABAT
SEBELUMNYA, KEMUNGKINAN BISA MEMBUAT KEBIJAKAN BARU YANG
TIDAK TERKAIT DENGAN YANG SEBELUMNYA. SEAKAN-AKAN TINDAKAN
SEBELUMNYA MERUPAKAN TANGGUNGJAWAB PEJABAT SEBELUMNYA.
         JIKA MENEMPUH CARA (B) MAKA DALAM ANGGARAN DASAR HARUS
DILAKUKAN PERUBAHAN SEBAGAI BERIKUT :
PEMBINA (YANG BUKAN BERASAL DARI PENDIRI – PASAL 8 AD
DITAMBAHKAN AYAT BARU, YAITU AYAT (4) DAN (5) SEBAGAI BERIKUT :
----------------------------------------------- Pasal 8 -------------------------------------------------
(1)   Masa jabatan Pembina yang : ------------------------------------------------------------
a. berasal dari Pendiri tanpa batas waktu.------------------------------------------
b. berasal bukan dari Pendiri ditentukan lamanya 5 (lima) tahun.---------
(2)   Keanggotaan Pembina berakhir karena :---------------------------------------------
a. meninggal dunia;--------------------------------------------------------------------------
b.
dan seterusnya….
(3) ….
(4) Apabila masa jabatan Pembina sebagaimana tersebut dalam ayat (1) huruf b
pasal ini berakhir berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam ayat (2), maka
akan diangkat Pembina baru dengan masa jabatan untuk masa jabatan
melanjutkan sisa masa jabatan Pembina sebelumnya.------
(5) Jabatan Pembina yang diangkat berdasarkan ketentuan ayat (4) tersebut
dinyatakan telah menjalankan satu kali masa jabatan.--------------------------
     ATAU KETENTUAN PASAL 8 AYAT (4) DAN (5) DIATUR SEBAGAI BERIKUT :
(4) Apabila masa jabatan Pembina sebagaimana tersebut dalam ayat (1) huruf b
pasal ini berakhir berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam ayat (2), maka
akan diangkat Pembina baru untuk melanjutkan sisa masa jabatan Pembina
sebelumnya.---------------------------------------------------
(5) Jabatan Pembina yang diangkat berdasarkan ketentuan ayat (4) tersebut
dinyatakan :------------------------------------------------------------------------
a. telah menjalankan satu kali masa jabatan apabila Pembina baru meneruskannya
lebih dari setengah sisa masa jabatan.-------------------
b. tidak dihitung menjalankan satu kali masa jabatan apabila Pembina baru
yang meneruskannya kurang dari setengah sisa masa
jabatan.---------------------------------------------------------------------------------------
   HAL INI BERLAKU PULA JIKA DIANGKAT ANGGOTA PEMBINA
(BARU/TAMBAHAN), MAKA PEMBINA (BARU/ TAMBAHAN) TERSEBUT
MEMPUNYAI MASA JABATAN YANG SAMA DENGAN MASA JABATAN PEMBINA
YANG SEDANG BERJALAN.
     PENGURUS (PASAL 15 AD) :
----------------------------------------------- Pasal 15 ----------------------------------------------------
(1)   Jabatan anggota Pengurus berakhir apabila:--------------------------------------------
(a)      meninggal dunia;----------------------------------------------------------------------------
(b)     mengundurkan diri;-------------------------------------------------------------------------
(c)      bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang
diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;--
(d)     diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina;----------------------
(e)      masa jabatan berakhir.---------------------------------------------------------------------
Catatan : ditambahkan ayat baru yaitu ayat (2) dan (3) sebagai berikut :
(2) Apabila Jabatan Anggota Pengurus berakhir selain yang tersebut dalam ayat (1)
huruf (e) pasal ini, maka akan diangkat Pengurus baru dengan masa jabatan
untuk melanjutkan sisa masa jabatan pengurus
sebelumnya.-----------------------------------------------------------------------------------------
(3) Jabatan Anggota Pengurus yang diangkat berdasarkan ketentuan ayat (2) tersebut
dinyatakan telah menjalankan satu kali masa jabatan.------------------
     ATAU KETENTUAN PASAL 15 AYAT (3) DAN (4) DIATUR SEBAGAI BERIKUT :
(3) Apabila masa jabatan Pengurus sebagaimana tersebut dalam ayat (2) huruf b
pasal ini berakhir berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam ayat (2),
makaakan diangkat Pengurus baru untuk melanjutkan sisa masa jabatan
Pengurus sebelumnya.--------------------------------------------------------------
(4) Jabatan Pengurus yang diangkat berdasarkan ketentuan ayat (4) tersebut
dinyatakan :----------------------------------------------------------------------------------------
a. telah menjalankan satu kali masa jabatan apabila Pengurus baru yang
meneruskannya lebih dari setengah sisa masa jabatan.----------------
b. tidak dihitung menjalankan satu kali masa jabatan apabila Pengurus baru yang
meneruskannya kurang dari setengah sisa masa jabatan.-----
        HAL INI BERLAKU PULA JIKA DIANGKAT ANGGOTA PENGURUS (BARU /
TAMBAHAN), MAKA PENGURUS (BARU / TAMBAHAN) TERSEBUT MEMPUNYAI
MASA JABATAN YANG SAMA DENGAN MASA JABATAN PENGURUS YANG
SEDANG BERJALAN.
        PENGAWAS (PASAL 26 AD) :
------------------------------------------------- Pasal 26 ---------------------------------------------------
(1)      Jabatan anggota Pengawas berakhir apabila:-------------------------------------------
(a)      meninggal dunia;-----------------------------------------------------------------------------
(b)     mengundurkan diri;--------------------------------------------------------------------------
(c)      bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang
diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;---
(d)     diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina;-----------------------
(e)      masa jabatan berakhir.---------------------------------------------------------------------
Catatan : ditambahkan ayat baru yaitu ayat (2) dan (3) sebagai berikut :
(2) Apabila Jabatan Anggota Pengawas berakhir selain yang tersebut dalam ayat (1)
huruf (e) pasal ini, maka akan diangkat Pengawas baru dengan masa jabatan
untuk melanjutkan sisa masa jabatan pengawas
sebelumnya.-----------------------------------------------------------------------------------------
(3) Jabatan Anggota Pengawas yang diangkat berdasarkan ketentuan ayat (2)
tersebut dinyatakan telah menjalankan satu kali masa jabatan.------------------
     ATAU KETENTUAN PASAL 26 AYAT (3) DAN (4) DIATUR SEBAGAI BERIKUT :
(3) Apabila masa jabatan Pengawas sebagaimana tersebut dalam ayat (2) huruf b
pasal ini berakhir berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam ayat (2), maka
akan diangkat Pengawas baru untuk melanjutkan sisa masa jabatan Pengawas
sebelumnya.--------------------------------------------------------------
(4) Jabatan Pengawas yang diangkat berdasarkan ketentuan ayat (4) tersebut
dinyatakan :-----------------------------------------------------------------------------
a. telah menjalankan satu kali masa jabatan apabila Pengawas baru yang
meneruskannya lebih dari setengah sisa masa jabatan.-----------------------
b. tidak dihitung menjalankan satu kali masa jabatan apabila Pengawas baru yang
meneruskannya kurang dari setengah sisa masa jabatan.-----
   HAL INI BERLAKU PULA JIKA DIANGKAT ANGGOTA PENGAWAS
(BARU/TAMBAHAN), MAKA PENGAWAS (BARU/ TAMBAHAN) TERSEBUT
MEMPUNYAI MASA JABATAN YANG SAMA DENGAN MASA JABATAN
PENGAWAS YANG SEDANG BERJALAN.

     CATATAN :

 JIKA MENGGUNAKAN POLA (B) MAKA AKAN ADA KESERAGAMAN


BERAKHIRNYA MASA JABATAN ORGAN-ORGAN YAYASAN TERSEBUT.
ADA KETERTIBAN AKTA-AKTA YANG BERKAITAN DENGAN MENGAWALI
DAN MENGAKHIRI MASA JABATAN TERSEBUT.
 PEJABAT DALAM ORGAN YAYASAN DENGAN MASA JABATAN YANG
MELANJUTKAN MASA JABATAN PEJABAT YANG SEBELUMNYA, MAKA
AKAN ADA KESINAMBUNGAN JABATAN DAN TINDAKKAN SERTA
PERTANGGUNGJABAWABAN.

     PROBLEMATIKA 3 :
        DALAM MASYARAKAT SERING DIDIRIKAN YAYASAN OLEH KELUARGA ATAU
OLEH KELOMPOK ORANG/MASYARAKAT TERTENTU. DAN SELALU MENJADI
PERTANYAAN JIKA PENDIRI SEBAGAI PEMBINA YANG MASA JABATAN TANPA
BATAS WAKTU. SEHINGGA APAKAH YANG MENGISI JABATAN PEMBINA TIDAK
INGIN ORANG LAIN MASUK DAN MENJABAT SEBAGAI PEMBINA, TAPI AHLI
WARIS DARI PENDIRI ? DALAM HAL INI UUY DAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YAYASAN TIDAK MENGATURNYA. JIKA ANGGARAN DASAR
YAYASAN SEBAGAI BENTUK DARI IMPLEMENTASI PASAL 1338 KUHPERDATA
– YANG AKAN MENGIKAT PARA MEREKA YANG MENDIRIKAN DAN
SEPANJANG TIDAK BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YAYASAN, MAKA BOLEH SAJA DIATUR DALAM ANGGARAN
DASAR BAHWA PEMBINA YAYASAN BOLEH DIJABAT OLEH PARA AHLI WARIS
DARI PENDIRI. SEHINGGA PASAL 8 ANGGARAN DASAR TENTANG PEMBINA
BISA DIATUR SEBAGAI BERIKUT :
---------------------------------------------- Pasal 8 --------------------------------------------------
(1)   Masa jabatan Pembina yang : ------------------------------------------------------------
a. berasal dari Pendiri tanpa batas waktu.------------------------------------------
b. berasal bukan dari Pendiri ditentukan lamanya 5 (lima) tahun.---------
(2)       Keanggotaan Pembina hanya dapat diisi oleh Pendiri atau para ahli waris dari
Pendiri.-------------------------------------------------------------------------
(3)       Keanggotaan Pembina berakhir karena :--------------------------------------------
a. meninggal dunia;-------------------------------------------------------------------------
b.
dan seterusnya….
     PROBLEMATIKA 4 :
          ADAKAH AKIBAT HUKUMNYA (TANGGUNGJAWAB HUKUM) JIKA
JABATAN-JABATAN TERSEBUT TELAH BERTINDAK DALAM BATAS
WAKTU YANG TELAH HABIS (EXPIRED) ATAU BERTINDAK TANPA
KEWENANGAN ?
          AKIBAT HUKUM TSB DAPAT DITUJUKAN KEPADA MEREKA YANG
“MENGAKU” MASIH MENJABAT DAN KEPADA NOTARIS YANG
MEMBUAT AKTANYA, DAN BAGAIMANA DENGAN AKTANYA ?
          BAGAIMANAKAH TANGGUNGJAWAB HUKUM DARI PEMBINA,
PENGAWAS DAN PENGURUS ATAU ORGAN-ORGAN TERSEBUT
          UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN TSB, ADA 3 (TIGA) PENDAPAT,
YAITU :
1)       DENGAN DOKTRIN ULTRA VIRES/EXTRA VIRES.
2)      PERWAKILAN SUKARELA (ZAAKWAARNEMING : PASAL 1354 – 1358
KUHPERDATA)
3)     PERBUATAN MELAWAN HUKUM.(PASAL 1365 KUHPERDATA)
    -DOKTRIN INTRA VIRES - TINDAKKAN KEPENGURUSAN TSB (DALAM BADAN
HUKUM) OLEH ORGAN-ORGAN YANG BERSANGKUTAN SESUAI ATAU
BERDASARKAN DAN TIDAK MELEBIHI KEWENANGAN YANG DIATUR ATAU
DICANTUMKAN DALAM ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGANYA
(AUTHORIZED).
    -DOKTRIN ULTRA VIRES /EXTRA VIRES - TINDAKKAN KEPENGURUSAN
TERSEBUT (DALAM BADAN HUKUM YANG BERSANGKUTAN) OLEH ORGAN-
ORGAN YANG BERSANGKUTAN TIDAK SESUAI ATAU TIDAK BERDASARKAN
ATAU MELEBIHI KEWENANGAN YANG DIATUR ATAU TIDAK DICANTUMKAN
DALAM ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGANYA(UNAUTHORITY).
    TINDAKKAN ORGAN-ORGAN YAYASAN TANPA KEWENANGAN - ULTRA
VIRES/EXTRA VIRES - TANGGUNGJAWAB PRIBADI YANG BERSANGKUTAN.
    PERWAKILAN SUKARELA (ZAAKWAARNEMING) - DILAKUKAN OLEH ORGAN-
ORGAN YAYASAN TANPA KEWENANGAN - SEMATA-MATA DILAKUKAN DEMI
KEPENTINGAN BADAN HUKUM/YAYASAN YANG BERSANGKUTAN.
  DENGAN DEMIKIAN TINDAKKAN ORGAN-ORGAN DALAM PERWAKILAN TANPA
KEWENANGAN MERUPAKAN TINDAKKAN PRIBADI, TINDAKKAN YANG
DILAKUKAN HARUS DILAKUKAN SAMPAI SELESAI, SEBELUM DIAMBIL ALIH
(DITEGASKAN DITERIMA) OLEH PEMBINA.
  SEBAGAI PERBUATAN MELAWAN HUKUM DARI ORGAN-ORGAN YANG
BERTINDAK TANPA KEWENANGAN TERSEBUT, DAN DAPAT DIAJUKAN
GUGATAN KE PENGADILAN UMUM SEBAGAI PERBUATAN MELAWAN HUKUM
OLEH PARA PIHAK YANG MERASA DIRUGIKAN.
    TERHADAP NOTARIS YANG MEMBUAT AKTANYA DAPAT DIAJUKAN
GUGATAN (SEBAGAI PERBUATAN MELAWAN) HUKUM JIKA DAPAT
DIBUKTIKAN SECARA MATERIL/IMMATERIL ATAS TINDAKKAN TERSEBUT
MERUGIKAN YANG BERSANGKUTAN.
    TERHADAP AKTANYA TETAP BERKEDUDUKAN SEBAGAI AKTA OTENTIK
YANG MEMENUHI UNSUR LAHIRIAH-MATERIL-FORMAL (KECUALI DAPAT
DIBUKTIKAN SEBALIKNYA (BATAL DEMI HUKUM/MEMPUNYAI KEKUATAN
PEMBUKTIAN SEBAGAI AKTA DI BAWAH TANGAN).

   CATATAN :

      JIKA ADA PEMBINA/PENGAWAS/PENGURUS YANG MEMINTA NOTARIS UNTUK


MEMBUAT BERITA ACARA RAPAT TERSEBUT (ATAU PERNYATAAN
KEPUTUSAN RAPAT YANG DINOTARILKAN), MAKA TERLEBIH DAHULU
APAKAH PEMBINA/PENGAWAS/PENGURUS MASA JABATAN BELUM HABIS
WAKTUNYA BERDASARKAN AKTA YANG TERAKHIR TENTANG
PENGANGKATAN PEMBINA / PENGAWAS/ PENGURUS ?
      JIKA BELUM/TIDAK ADA MAKA BERIKAN INFORMASI/PENJELASAN DAN
UNTUK DIBENAHI ATAS HAL TERSEBUT DENGAN SEGALA KONSEKUENSI
HUKUMNYA.
      JIKA NOTARIS MEMENUHI PERMINTAAN MEREKA TANPA DILAKUKAN
PENELITIAN SECARA SEKSAMA, MAKA TARUHAN BAGI NOTARIS
JABATANNYA SENDIRI.

   CATATAN :

    CARA MENGAWALI, MELANJUTKAN, MENGAKHIRI JABATAN SEBAGAIMANA


TERSEBUT DI ATAS DAPAT PULA DITERAPKAN PADA PERSEROAN TERBATAS
/ PERKUMPULAN/KOPERASI.

11. JIKA PEMBINA HANYA SATU ORANG APAKAH MEMBUAT


BERITA ACARA RAPAT PEMBINA ATAU MEMBUAT PUTUSAN
PEMBINA ?

      Pasal 2 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001


TENTANG YAYASAN menegaskan bahwa : Yayasan mempunyai organ yang terdiri
atas PEMBINA, PENGURUS, DAN PENGAWAS.
     Bahwa dengan demikian berdasarkan Pasal 2 tersebut, kepada para pendiri Yayasan
tidak diperkenakan untuk menambah organ baru dalam Yayasan selain 3 (tiga) organ
tersebut. Hal ini sebagai bentuk untuk menyeragamkan organ-organ dalam Yayasan
dengan kewenangan masing-masing.
     Dalam pengisian jabatan dalam organ-organ tersebut tidak disebutkan jumlah,
setidaknya ada 1 (satu) orang yang akan menjabat sebagai Ketua Pembina, dan 1
(satu) orang yang akan menjabat sebagai Ketua Pengawas Yayasan serta Pengurus
Yayasan paling sedikit ada 3 (orang) orang untuk mengisi jabatan sebagai Ketua,
Sekretaris dan Bendahara Yayasan (Pasal 32 ayat (2) UUY). Sehingga jumlah
semuanya menjadi 5 (lima) orang.
     Dalam Pasal 28 ayat (1) dan (2) UUY ditegaskan bahwa
(1)     Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak
diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas oleh Undang-undang ini atau
Anggaran Dasar.
(2)     Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a.   keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar;
b.  pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota Pengawas;
c.   penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan;
d.   pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan; dan
e.   penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan.
     Jika Pembina hanya 1 (satu) orang saja, maka kewenangan tersebut dijalankan oleh 1
(satu) orang Pembina Yayasan.
     Untuk melaksanakan kewenangan tersebut jika Pembina Yayasan hanya 1 (satu) orang
saja, maka Pembina tersebut tidak perlu melakukan rapat dengan siapapun, keputusan
dapat diambil oleh Pembina sendiri. Artinya Pembina tidak perlu rapat, karena hanya 1
(satu) orang, dan tidak perlu Kuorum, sehingga Pembina dapat mengambil Keputusan
sendiri.
     Dengan demikian jika Pembina Yayasan 1 (satu) orang saja untuk melaksanakan
kewenangannya tersebut cukup membuat Akta Putusan Pembina. Akan membuat
Berita Acara Rapat Pembina jika Pembina Yayasan lebih dari 1 (satu) orang.

12. MASA JABATAN PENGURUS YAYASAN YANG TELAH BERAKHIR,


TAPI TETAP MELAKUKAN KEGIATAN PENGURUSAN.

     Pasal 31 ayat (1) UUY menegaskan bahwa : Pengurus adalah organ Yayasan yang
melaksanakan kepengurusan Yayasan.
     Bahwa uraian lebih lanjut tentang tugas/wewenang Pengurus dijabarkan dalam
Anggaran Dasar Yayasan, antara lain :
------------------------------ TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS ---------------------------
------------------------------------------------ Pasal 16 ---------------------------------------------------
(1)   Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan
Yayasan.------------------------------------------------------------------------------
(2)   Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan
untuk disahkan Pembina.-------------------------------------------------------------
(3)   Pengurus wajib memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan oleh
Pengawas.---------------------------------------------------------------------------------------------
(4)   Setiap anggota Pengurus wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.------------------------------------------------------------------------------------------
(5)   Pengurus berhak mewakili Yayasan di dalam dan di luar pengadilan tentang segala hal
dan dalamsegala kejadian, dengan pembatasan terhadap hal-hal sebagai
berikut:--------------------------------------------------------------------------------------
a.   meminjam atau meminjamkan uang atas nama Yayasan (tidak termasuk mengambil
uang Yayasan di Bank).---------------------------------------------------------
b.   mendirikan suatu usaha baru atau melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk
usaha baik di dalam maupun di luar negeri.-------------------------------------
c.   memberi atau menerima pengalihan atas harta tetap;----------------------------------
d.   membeli atau dengan cara lain mendapatkan/ memperoleh harta tetap atas nama
Yayasan;-----------------------------------------------------------------------------------
e.   menjual atau dengan cara lain melepaskan kekayaan Yayasan serta mengagunkan /
membebani kekayaan Yayasan;----------------------------------------
f.     mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina,
Pengurus dan atau Pengawas Yayasan atau seorang yang bekerja pada Yayasan,
yang perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan
Yayasan.-----------------------------------------------------------------------------
(6) Perbuatan Pengurus sebagaimana diatur dalam ayat (5) huruf a, b, c, d, e, dan f harus
mendapat persetujuan dari Pembina.--------------------------------------------------
---------------------------------------------- Pasal 17 -----------------------------------------------
Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan dalam hal:-------------------------------------
(1)   mengikat Yayasan sebagai penjamin utang;-------------------------------------------------
(2)   membebani kekayaan Yayasan untuk kepentingan pihak lain;--------------------------
(3)   mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina,
Pengurus dan atau Pengawas Yayasan atau seseorang yang bekerja pada Yayasan,
yang perjanjian tersebut tidak ada hubungannya bagi tercapainya maksud dan tujuan
Yayasan.---------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------ Pasal 18 --------------------------------------------------
(1)   Ketua Umum bersama-sama dengan salah seorang anggota Pengurus lainnya
berwenang bertindak untuk dan atas nama pengurus serta mewakili Yayasan.----
(2)   Dalam hal Ketua Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga, hal
tersebut tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka seorang Ketua lainnya
bersama-sama dengan Sekretaris Umum atau apabila Sekretaris Umum tidak hadir
atau berhalangan karena sebab apapun juga, hal tersebut tidak perlu dibuktikan kepada
pihak ketiga, seorang Ketua lainnya bersama-sama dengan seorang Sekretaris lainnya
berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili
Yayasan.---------------------------------------------------------------------------
(3)   Dalam hal hanya ada seorang Ketua, maka segala tugas dan wewenang yang
diberikan kepada Ketua Umum berlaku juga baginya.-------------------------------------
(4)   Sekretaris Umum bertugas mengelola administrasi Yayasan, dalam hal hanya ada
seorang Sekretaris, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada
Sekretaris Umum berlaku juga baginya.--------------------------------------------
(5)   Bendahara Umum bertugas mengelola keuangan Yayasan, dalam hal hanya ada
seorang Bendahara, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada
Bendahara Umum berlaku juga baginya.------------------------------------------------------
(6)   Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Pengurus ditetapkan oleh Pembina
melalui Rapat Pembina.---------------------------------------------------------------
(7)   Pengurus untuk perbuatan tertentu berhak mengangkat seorang atau lebih wakil atau
kuasanya berdasarkan surat kuasa.-----------------------------------------------------
------------------------------------- PELAKSANA KEGIATAN --------------------------------------
------------------------------------------------- Pasal 19 -------------------------------------------------
(1)   Pengurus berwenang mengangkat dan memberhentikan Pelaksana Kegiatan Yayasan
berdasarkan keputusan Rapat Pengurus.----------------------------------------
(2)   Yang dapat diangkat sebagai Pelaksana Kegiatan Yayasan adalah orang
perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan
pailit atau dipidana karena melakukan tindakan yang merugikan Yayasan, masyarakat,
atau negara berdasarkan keputusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum
tetap.-------------------------------------------------------------------------
(3)   Pelaksanaan Kegiatan Yayasan diangkat oleh Pengurus berdasarkan keputusan Rapat
Pengurus untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali dengan tidak
mengurangi keputusan Rapat Pengurus untuk memberhentikan sewaktu-
waktu.---------------------------------------------------------------------------------------------------
(4)   Pelaksanaan Kegiatan Yayasan bertanggung jawab kepada Pengurus.-------------
(5)   Pelaksanaan Kegiatan Yayasan menerima gaji, upah, atau honorarium yang jumlahnya
ditentukan berdasarkan keputusan Rapat Pengurus.------------------------
------------------------------------------------- Pasal 20 -------------------------------------------------
(1)   Dalam hal terjadi perkara di pengadilan antara Yayasan dengan anggota Pengurus
atau apabila kepentingan pribadi seorang anggota Pengurus bertentangan dengan
Yayasan, maka anggota Pengurus yang bersangkutan tidak berwenang bertindak untuk
dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan, maka anggota Pengurus lainnya
bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili
Yayasan.--------------------------------------------------------------
(2)   Dalam hal Yayasan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan
seluruh Pengurus, maka Yayasan diwakili oleh Pengawas.-------------
     Bahwa tugas dan wewenang pengurus tersebut dapat dijalankan/dilakukan oleh
Pengurus yang masih mempunyai jangka waktu untuk menjabatnya, yaitu selama 5
(lima) tahun. Karena dilakukan/dijalankan dalam masa jabatan yang sah maka segala
pelaksaan tugas dan kewenangannya sah dan mengikat Yayasan dan pihak lainnya.
     Bahwa bisa juga terjadi, masa jabatan Pengurus tersebut lupa untuk diperpanjang (jika
bias dua kali masa jabatan) atau lupa untuk mengangkat Pengurus baru. Jika hal ini
terjadi menjadi kewajiban Pengurus untuk mengingatkan Pembina atau Pembina untuk
memberitahu Pengurus bahwa masa jabatannya habis atau hampir berakhir. Karena
lupa untuk memperpanjang masa jabatan Pengurus atau lupa mengangkat Pengurus
baru, sehingga Pengurus lama meskipun telah expired tetap menjalankan tugas dan
wewenang Pengurus.
     Masa jabatan Pengurus yang telah expired tersebut tapi masih menjalankan tugas dan
wewenang Yayasan, maka tindakkan bisa dikualifikasikan sebagai tindakkan tanpa
wewenang, jika merugikan Yayasan menjadi tanggungjawab pribadi pengurus.
     Bahwa untuk mengatasi hal tersebut menjadi kewenangan Pembina untuk segera
memperpanjang masa jabatan Pengurus atau mengangkat Pengurus baru. Jika
Pembina memperpanjang atau mengangkat Pengurus baru, maka Pembina dalam
Putusan Pembina atau Berita Acara Rapat (BAR) Pembina harus ditegaskan bahwa
segala tindakkan Pengurus yang sudah expired tapi untuk dan kepentingan Yayasan
dinyatakan sebagai tindakkan yang sah dari Yayasan.

13. KEKOSONGAN PEMBINA YAYASAN.

   Pembina Yayasan boleh saja 1 (satu) orang atau lebih dari 1 (satu) orang. Dalam
keadaan tertentu bisa Yayasan tanpa ada Pembina, misalnya karena meninggal dunia,
mengundurkan diri atau alasan lainnya. Dalam Pasal 28 ayat (4) UUY bahwa : Dalam
hal Yayasan karena sebab apapun tidak lagi mempunyai Pembina, paling lambat
dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal kekosongan, anggota
Pengurus dan anggota Pengawas wajib mengadakan rapat gabungan untuk
mengangkat Pembina dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3).
   Berdasarkan ketentuan tersebut jika Yayasan tidak mempunyai Pembina dengan
alasan apapun, maka Pengurus dan Pengawas wajib mengadakan Rapat Gabungan
khusus untuk mengangkat Pembina baru.
   Bahwa Rapat Gabungan tersebut bias dilakukan jika ada Pengurus dan Pengawas
yang masih berwenang, dalam keadaan tertentu bisa juga terjadi tidak ada Pengurus
atau Pengawas atau salah satu unsur tidak ada sehingga Rapat Gabungan tidak dapat
dilakukan atau bisa juga terjadi salah satu unsur tersebut (Pengurus atau Pengawas)
sudah expired karena masa jabatannya habis. Jika hal tersebut terjadi apa yang harus
dilakukan oleh Yayasan ?
   UUY tidak memberikan jalan keluar jika salah satu unsur untuk melakukan Rapat
Gabungan tidak terpenuhi. Jalan keluar yang dapat dilakukan/ditempuh yaitu pihak-
pihak yang berkepentingan dengan/terhadap Yayasan, agar operasional Yayasan tidak
terganggu, dapat mengajukan Permohonan Penetapan ke pengadilan negeri, agar
diizinkan untuk mengangkat Pembina baru dan menghadap Notaris.

14. PENGGANTIAN/PERUBAHAN PEMBINA, PENGURUS DAN


PENGAWAS YAYASAN YANG TIDAK PERNAH
DILAPORKAN/DIBERITAHUKAN KE KEMENTERIAN HUKUM DAN
HAM REPUBLIK INDONESIA.

     Pembina, Pengurus dan Pengawas Yayasan bisa saja berubah (bertambah, berkurang
atau berganti), bahwa semua perubahan tersebut wajib dilaporkan ke Kementerian
Hukum dan HAM RI.
     Pasal 33 UUY menegaskan bahwa :
(1)   Dalam hal terdapat penggantian Pengurus Yayasan, Pembina wajib menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri dan kepada instansi terkait.
(2)   Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib disampaikan paling
lambat 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pengurus
Yayasan.
   Ketentuan Pasal 33 UUY tersebut diubah dalam UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-
UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN (UUY – P) :
9. Ketentuan Pasal 33 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
"Pasal 33
(1)   Dalam hal terjadi penggantian Pengurus, Pengurus yang menggantikan
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri.
(2)   Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib disampaikan dalam jangka
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal penggantian Pengurus
Yayasan."
   Pasal 45 UUY menegaskan bahwa :
(1)   Dalam hal terdapat penggantian Pengawas Yayasan, Pembina wajib menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri dan kepada instansi terkait.
(2)   Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib disampaikan paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pengawas
Yayasan.
   Ketentuan Pasal 45 UUY tersebut diubah dalam UUY – P, yaitu :
"Pasal 45
(1)   Dalam hal terjadi penggantian Pengawas, Pengurus menyampaikan pemberitahuan
secara tertulis kepada Menteri.
(2)   Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib disampaikan dalam jangka
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal penggantian Pengawas
Yayasan."
   Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut semua Perubahan Pengurus, Pengawas wajib
dilaporkan kepada Menteri Hukum dan HAM RI oleh Pengurus.
   Jika terjadi Perubahan Pembina siapa yang harus melaporkan kepada Menteri Hukum
dan HAM RI ?
   PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN
PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN HUKUM DAN PERSETUJUAN
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR SERTA PENYAMPAIAN PEMBERITAHUAN
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PERUBAHAN DATA YAYASAN bahwa
perubahan Pembina, Pengawas dan Pengurus sebagai PERUBAHAN YAYASAN
YANG HARUS DISAMPAIKAN/DIBERITAHUKAN KE MENTERI yaitu :
      Untuk Perubahan Data Yayasan (Pasal 27 ayat (3) meliputi :
a. Perubahan Pembina.
b.Perubahan atau pengangkatan kembali Pengurus dan/atau pengawas.
c. Perubahan alamat lengkap.
   Bahwa dalam Permenkumham tersebut semua yang berkaitan dengan Yayasan
yaitu :
     DALAM PERATURAN MENTERI TERSEBUT ADA 3 (TIGA) BAGIAN YANG DIATUR,
YAITU :
1.   TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN HUKUM
YAYASAN.
2.   TATA CARA PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR YAYASAN.
3.   TATA CARA PENYAMPAIAN PEMBERITAHUAN PERUBAHAN DATA YAYASAN.
semuanya dilakukan oleh Notaris sebagai PEMOHON sebagai Kuasa (Pasal 1 angka 3
Permenkumham Yayasan tersebut). Sehingga perubahan Pembina, Pengawas dan
Pengurus dapat dilakukan oleh Notaris sebagai Pemohon sebagai Kuasa dari
Pengurus.
   Dalam praktek Yayasan tidak jarang perubahan Pembina, Pengawas dan Pengurus
oleh mereka sendiri dibuat dibawah tangan dan tidak dilaporkan ke Menteri Hukum dan
HAM RI. Jika ini dilakukan maka menjadi tanggungjawab mereka sendiri.
   Bahwa dengan tidak diberitahukan perubahan-perubahan tersebut ke Menteri Hukum
dan HAM RI maka yang akan tercatat di database Yayasan di Kementerian Hukum dan
HAM RI adalah yang terakhir, dengan kata lain perubahan-perubahan Pembina,
Pengawas dan Pengurus) yang tidak diberitahukan tidak akan tercatat sama sekali.
   Jika suatu saat Pembina (yang tidak pernah dilaporkan tersebut) akan mengadakan
perubahan Pembina, Pengawas dan Pengurus, maka tetap harus diperiksa (input ke
SABH) berdasarkan Surat Keputusan atau Pemberitahuan yang terakhir
dilaporkan/diberitahukan.
   Bagaimana tanggungjawab hukum dari Pembina, Pengawas dan Pengurus yang tidak
dilaporkan tersebut ?
   Bahwa kekuasaan tertinggi dalam Yayasan ada pada Pembina (meskipun jika Pembina
yang akan melakukan rapat atau mengambil keputusan tidak pernah diberitahukan)
maka tetap Pembina harus memutuskan bahwa semua tindakkan Pembina (sendiri),
Pengawas dan Pengurus merupakan tindakkan hukum yang sah untuk Yayasan.
   Sehingga dalam BAR Pembina tersebut, juga harus dinyatakan/ditegaskan bahwa
segala/semua tindakkan Pembina, Pengawas dan Pengurus yang dilakukan oleh
Pembina, Pengawas dan Pengurus yang tidak diberitahukan/dilaporkan ke Kementerian
Hukum dan HAM RI sebagai tindakkan hukum yang sah yang mengikat Yayasan dan
pihak lainnya.

15. PENDIRIAN YAYASAN INDONESIA OLEH SUBJEK HUKUM


(ORANG) ASING (WARGA NEGARA ASING)
DAN BADAN HUKUM ASING

     Pasal 9 UUY menegaskan :


(1)     Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian
harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal.
(2)     Pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia.
(3)     Yayasan dapat didirikan berdasarkan surat wasiat.
(4)     Biaya pembuatan akta notaris sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(5)     Dalam hal Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didirikan oleh
orang asing atau bersama-sama orang asing, mengenai syarat dan tata
cara pendirian Yayasan tersebut diatur dengan Peraturan Pemerintah.
     Berdasarkan ketentuan tersebut bahwa Yayasan (di Indonesia) bisa didirikan oleh
subjek hukum (orang) Warga Negara Indonesia atau Warga Negara Asing, dengan
dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan
awal.
     Pendirian Yayasan oleh orang asing (WNA) atau bersama-sama orang asing
(WNA), mengenai syarat dan tata cara pendirian Yayasan tersebut diatur dengan
Peraturan Pemerintah. Jadi Yayasan bisa didirikan oleh WNA saja atau
bersama-sama dengan WNI.
     Dalam Pasal 10 – 14 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
63 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG TENTANG
YAYASAN yang mengatur pendirian Yayasan oleh WNA atau bersama-sama
WNI, yaitu :
Pasal 10 :
(1)  Orang Asing atau Orang Asing bersama Orang Indonesia dapat mendirikan
Yayasan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah ini.
(2)  Yayasan yang didirikan oleh Orang Asing atau Orang Asing bersama Orang
Indonesia selain berlaku Peraturan Pemerintah ini berlaku juga ketentuan
peraturan perundang-undangan lain.
Pasal 11 :
(1) Yayasan yang didirikan oleh orang perseorangan asing harus memenuhi
persyaratan dokumen sebagai berikut:
a. identitas pendiri yang dibuktikan dengan paspor yang sah;
b. pemisahan sebagian harta kekayaan pribadi pendiri yang dijadikan kekayaan awal
Yayasan paling sedikit senilai Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang
dibuktikan dengan surat pernyataan pendiri mengenai keabsahan harta kekayaan
tersebut; dan
c. surat pernyataan pendiri bahwa kegiatan Yayasan yang didirikan tidak merugikan
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.
(2)  Yayasan yang didirikan oleh badan hukum asing harus memenuhi persyaratan
dokumen sebagai berikut:
a. identitas badan hukum asing pendiri Yayasan yang dibuktikan dengan
keabsahan badan hukum pendiri Yayasan tersebut;
b. pemisahan sebagian harta kekayaan pendiri yang dijadikan kekayaan awal
Yayasan paling sedikit senilai Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang
dibuktikan dengan surat pernyataan pengurus badan hokum pendiri mengenai
keabsahan harta kekayaan tersebut; dan
c. surat pernyataan dari pengurus badan hukum yang bersangkutan bahwa kegiatan
Yayasan yang didirikan tidak merugikan masyarakat, bangsa, dan negara
Indonesia.
Pasal 12 :
(1)     Yayasan yang didirikan oleh Orang Asing atau Orang Asing bersama Orang
Indonesia, salah satu anggota Pengurus yang menjabat sebagai ketua, sekretaris,
atau bendahara wajib dijabat oleh warga negara Indonesia.
(2)     Anggota Pengurus Yayasan yang didirikan oleh Orang Asing atau Orang Asing
bersama Orang Indonesia wajib bertempat tinggal di Indonesia.
(3)     Anggota Pengurus Yayasan yang berkewarganegaraan asing harus pemegang
izin melakukan kegiatan atau usaha di wilayah negara Republik Indonesia dan
pemegang Kartu Izin Tinggal Sementara.
(4)     Anggota Pengurus Yayasan yang berkewarganegaraan asing yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), karena hokum
berhenti dari jabatannya.
(5)      Dalam hal terjadi kekosongan anggota Pengurus yang menjabat sebagai ketua,
sekretaris, atau bendahara dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal terjadinya lowongan jabatan tersebut harus sudah diangkat
penggantinya.
Pasal 13 :
(1) Anggota Pembina dan anggota Pengawas Yayasan yang berkewarganegaraan
asing, jika bertempat tinggal di Indonesia harus pemegang izin melakukan
kegiatan atau usaha di wilayah negara Republik Indonesia dan pemegang Kartu
Izin Tinggal Sementara.
(2) Anggota Pembina dan anggota Pengawas Yayasan yang berkewarganegaraan
asing yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
karena hukum harus meninggalkan wilayah negara Republik Indonesia.
Pasal 14 :
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) dan Pasal 13 ayat (1)
tidak berlaku bagi pejabat korps diplomatik beserta keluarganya yang
ditempatkan di Indonesia
        Bahwa meskipun dalam Pasal 9 UUY dan Penjelasannya yang dimaksud Orang dalam
pasal tersebut berarti Orang Perseorangan dan Badan Hukum (Perdata dan Publik).
Khusus untuk pendirian Yayasan oleh WNA atau bersama-sama WNI, harus WNA
dalam pengertian Subjek Hukum Orang (bukan dalam arti Badan Hukum Perdata
Asing), hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 10 PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN
UNDANG-UNDANG TENTANG YAYASAN dengan menyebutnya Orang Asing yang
berarti Orang Perseorangan Warga Negara Asing. Tapi ketentuan/aturan hukum
Badan Hukum Asing dapat menjadi pendiri Yayasan disebutkan dalam Pasal 43 ayat
(2) huruf c UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013
TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.
        Ketentuan laian yang harus diperhatikan dalam pendirian Yayasan yang didirikan oleh
WNA atau bersama-sama WNI, antara lain:
a.      SETORAN KEKAYAAN AWAL PENDIRIAN YAYASAN.
  Dalam pendirian Yayasan hanya mengenal Setoran Awal Kekayaan Yayasan, jadi
bukan Modal Dasar Yayasan, karena Yayasan bukan institusi bisnis, sehingga setoran
awal tersebut tidak dapat ditarik lagi dengan cara dan bentuk apapun.
  Yayasan yang didirikan WNA atau bersama-sama WNI para pendirinya harus
menyisihkan harta kekayaan pribadinya yang merupakan kekayaan awal Yayasan
paling sedikit Rp. 100.000.000.- (seratus juta rupiah).
  Bahwa uang yang disetorkan tersebut harus dapat dibuktikan dengan setoran ke
rekening Yayasan atau dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pendiri untuk
menyetorkan kekayaan awal Yayasan tersebut.
  Jika penyisihan harta kekayaan tersebut berasal dari harta bersama dalam perkawinan,
diperlukan juga Surat Persetujuan dari pasangan kawinnya mengenai penyetoran harta
kekayaan awal Yayasan tersebut.
EMBINA DAN PENGAWAS YAYASAN.
  Bahwa dalam Yayasan yang didirikan oleh WNA saja atau bersama-sama dengan WNI,
maka semua organ dalam Yayasan (Pengurus, Pembina dan Pengawas Yayasan)
dapat dijabat atau diisi oleh WNA, dengan memenuhi persyaratan tertentu, yaitu :
  PENGURUS : salah satu Pengurus harus diisi/dijabat oleh WNI. Bisa sebagai Ketua,
Sekretaris atau Bendahara.
  Seluruh Pengurus tersebut, baik yang WNA atau WNI harus bertempat tinggal (domisili)
di Indonesia.
  Jika pengurusnya ada yang WNA yang bersangkutan harus mempunyai artu Ijin Tinggal
Terbatas (KITAS) dan ijin untuk melakukan kegiatan atau usaha di Indonesia.
  Jika pengurus tidak memiliki ijin-ijin dimaksud, maka Pengurus tersebut demi hukum
harus berhenti dari jabatannya.
  Kewajiban untuk memiliki ijin dimaksud tidak berlaku bagi pejabat korps Diplomatik
beserta keluarganya yang ditempatkan di Indonesia.
  Jika Pembina atau Pengawas Yayasan diisi atau dijabat oleh WNA mempunya
persyaratan yang sama dengan Pengurus, yaitu memiliki KITAS dan ijin untuk
melakukan kegiatan atau usaha di Indonesia.
  Bahwa WNA bisa menjabat dalam organ Yayasan, khusus untuk Yayasan yang
didirikan oleh WNA atau bersama-sama dengan WNI. Jadi WNA tidak boleh menjadi
Pengurus, Pengawas dan Pembina yang didirkan oleh WNI saja.
c.      Dalam pendirian Yayasan oleh WNA saja atau bersama-sama WNI, sangat dianjurkan
agar Notaris meminta syarat tambahan atau dokumen lain dari WNAnya untuk
kepentingan Notaris sendiri, antara lain : paspor, Surat Pernyataan mengenai maksud
dan tujuan Yayasan harus tetap memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat
Indonesia.
d.      Jika Yayasan tersebut akan memperkerjakan WNA maka harus memerhatikan
mengenai Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2015 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Permen 16/2015).
e.      Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 20015 tentang Tata cara
Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Regulasi yang merupakan pelaksanaan dari Pasal 42
ayat (1), Pasal 43 ayat (4), Pasal 44 ayat (2) UU Nomor 13 Tahun 2003 ini merupakan
amandemen regulasi sebelumnya, yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 12 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Asing,
karena sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ketenagakerjaan. Pemberi kerja
TKA meliputi Instansi Pemerintah, Badan-badan Internasional, perwakilan negara
asing, Organisasi Internasional, Kantor Perwakilan Dagang Asing, kantor perwakilan
berita asing, perusahaan swasta asing, badan usaha asing yang terdaftar di instansi
yang berwenang, badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dalam
bentuk perseroaan terbatas atau yayasan, lembaga sosial, keagamaan, pendidikan dan
kebudayaan dan usaha impresariat.

CATATAN :

        Jika ada Organisasi Kemasyarakatan berdasarkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI
KEMASYARAKATAN yang mengambil bentuk hukum Yayasan seperti tersebut dalam
Pasal 10 dan 11 bahwa :
Pasal 10 :
(1)  Ormas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dapat berbentuk:
a. badan hukum; atau
b. tidak berbadan hukum.
(2) Ormas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat:
a. berbasis anggota; atau
b. tidak berbasis anggota.
Pasal 11 :
(1) Ormas berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a
dapat berbentuk:
a. perkumpulan; atau
b. yayasan.
(2) Ormas berbadan hukum perkumpulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a didirikan dengan berbasis anggota.
(3) Ormas berbadan hukum yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
didirikan dengan tidak berbasis anggota.
Maka harus mengikuti ketentuan yang disebutkan dalam Pasal 43 – 46 UNDANG-
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI
KEMASYARAKATAN. Yaitu :
Pasal 43 :
(1) Ormas yang didirikan oleh warga negara asing dapat melakukan kegiatan di
wilayah Indonesia.
(2) Ormas yang didirikan oleh warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas:
a. badan hukum yayasan asing atau sebutan lain;
b. badan hukum yayasan yang didirikan oleh warga negara asing atau warga negara
asing bersama warga negara Indonesia; atau
c. badan hukum yayasan yang didirikan oleh badan hukum asing.
Pasal 44 :
(1) Ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43 ayat (2) huruf a wajib memiliki izin Pemerintah.
(2) Izin Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. izin prinsip; dan
b. izin operasional.
(3) Izin prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diberikan oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang luar negeri setelah
memperoleh pertimbangan tim perizinan.
(4) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diberikan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 45 :
(1) Untuk memperoleh izin prinsip, ormas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43
ayat (2) huruf a harus memenuhi persyaratan paling sedikit:
a. ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain dari negara yang memiliki
hubungan diplomatik dengan Indonesia;
b. memiliki asas, tujuan, dan kegiatan organisasi yang bersifat nirlaba.
(2) Izin prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk jangka waktu
paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang.
(3) Perpanjangan izin prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan paling
lambat 3 (tiga) bulan sebelum izin prinsip berakhir.
Pasal 46 :
(1) Izin operasional bagi ormas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf
a hanya dapat diberikan setelah ormas mendapatkan izin prinsip.
(2) Untuk memperoleh izin operasional, ormas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
43 ayat (2) huruf a harus memiliki perjanjian tertulis dengan Pemerintah sesuai
dengan bidang kegiatannya.
(3) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan tidak melebihi
jangka waktu izin prinsip dan dapat diperpanjang.
(4) Perpanjangan izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan
paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum izin operasional tersebut berakhir.
Pasal 47 :
(1) Badan hukum ormas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf b dan
huruf c disahkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang hukum dan hak asasi manusia setelah mendapatkan pertimbangan tim
perizinan.
(2) Selain harus memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
yayasan, pengesahan badan hukum yayasan yang didirikan oleh warga negara
asing atau warga negara asing bersama warga negara Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf b wajib memenuhi persyaratan paling
sedikit:
a.      warga negara asing yang mendirikan ormas tersebut telah tinggal di Indonesia
selama 5 (lima) tahun berturut-turut;
b.     pemegang izin tinggal tetap;
c.      jumlah kekayaan awal yayasan yang didirikan oleh warga negara asing atau
warga negara asing bersama warga negara Indonesia, yang berasal dari
pemisahan harta kekayaan pribadi pendiri paling sedikit senilai
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) yang dibuktikan dengan surat pernyataan
pengurus badan hukum pendiri mengenai keabsahan harta kekayaan tersebut;
d.      salah satu jabatan ketua, sekretaris, atau bendahara dijabat oleh warga negara
Indonesia; dan
e.      surat pernyataan pendiri bahwa kegiatan ormas berbadan hukum yayasan yang
didirikan tidak merugikan masyarakat, bangsa, dan/atau negara Indonesia.
(3) Selain harus memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan di bidang
yayasan, pengesahan badan hukum yayasan yang didirikan oleh badan hukum
asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf c, wajib memenuhi
persyaratan paling sedikit:
a.      badan hukum asing yang mendirikan yayasan tersebut telah beroperasi di
Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut;
b.     jumlah kekayaan awal yayasan yang didirikan badan hukum asing yang berasal
dari pemisahan sebagian harta kekayaan pendiri yang dijadikan kekayaan awal
yayasan paling sedikit senilai Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) yang
dibuktikan dengan surat pernyataan pengurus badan hukum pendiri mengenai
keabsahan harta kekayaan tersebut;
c.      salah satu jabatan ketua, sekretaris, atau bendahara dijabat oleh warga negara
Indonesia; dan
d.      surat pernyataan pendiri bahwa kegiatan ormas berbadan hukum yayasan yang
didirikan tidak merugikan masyarakat, bangsa, dan/atau negara Indonesia.

16. PRINSIP HUKUM YAYASAN

Beberapa prinsip yang dapat ditarik dari UUY dan UUY-P, antara lain:
1. Yayasan sebagai lembaga yang nirlaba.
2. Pendirian Yayasan secara deklaratif.
3. Secara formal pendirian Yayasan harus dengan akta Notaris (Pasal 9 ayat (2)
UUY).
4. Yayasan sebagai Badan Hukum (Pasal 1 UUY) setelah memperoleh
pengesahan dari Menteri (Pasal 11 UUY-P).
5. Perbuatan hukum yang dilakukan Pengurus atas nama Yayasan sebelum
Yayasan memperoleh status Badan Hukum menjadi tanggungjawab Pengurus secara
tanggung renteng (Pasal 13 A UUY-P).
6. Yayasan dapat mendirikan atau turut serta melakukan kegiatan usaha guna
mencapai maksud dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku, penyertaan tersebut
paling banyak 25 % dari seluruh nilai kekayaan Yayasan (Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 7
ayat (1) dan (2) serta Pasal 8 UUY).
7. Kekayaan Yayasan dilarang dialihkan atau dibagikan kepada Organ Yayasan,
karyawan atau pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap Yayasan baik
langsung maupun tidak langsung atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang
(Pasal 5 UUY-P)
8. Pengurus Yayasan menerima gaji, upah atau honorarium yang ditetapkan oleh
Pembina sesuai dengan kemampuan kekayaan Yayasan (Pasal 5 ayat (2) YYU-P),
dengan batasan:
a. Pengurus yang bersangkutan bukan pendiri Yayasan dan tidak terafiliasi dengan
organ Yayasan.
b. Melaksanakan kepengurusan Yayasan secara langsung dan penuh.
9. Maksud dan tujuan Yayasan tidak dapat diubah (Pasal 17 UUY).
10. Anggaran dasar Yayasan dapat diubah berdasarkan keputusan Rapat Pembina
apabila dihadiri oleh 2/3 dari jumlah anggota Pembina (Pasal 18 ayat (2) UUY).
11. Tidak diperkenankan adanya rangkap jabatan dalam organ Yayasan.
12. Jabatan dalam Yayasan (sebagai Pembina, Pengawas, Pengurus) secara
pribadi/perorangan) atau tidak dalam kapasitas jabatan tertentu (ex officio).
13. Bila terjadi ultra vires atau perbuatan melawan hukum, maka anggota pengurus
Yayasan bertanggungjawab secara pribadi atas kerugian tersebut, baik terhadap
Yayasan maupun pihak ketiga (Pasal 35 ayat (5) UUY).
14. Jika Yayasan dilikuidasi, maka sisa hasil likuidasi diserahkan kepada Yayasan
lain yang mempunyai maksud dan tujuan sama dengan Yayasan yang bubar apabila
hal tersebut diatur dalam undang-undang mengenai badan hukum tersebut (Pasal 68
ayat (1) UUY dan Pasal 68 ayat (1) dan (2) UUY-P), jika tidak dilakukan seperti itu,
maka sisa kekayaan tersebut diserahkan kepada negara dan penggunaannya dilakukan
sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan tersebut (Pasal 68 ayat (2) UUY dan Pasal
68 ayat (3) UUY-P).
15. Setiap organ Yayasan yang melakukan pengalihan atau membagikan secara
langsung atau tidak langsung kekayaan Yayasan kepada organ Yayasan, karyawan
atau pihak lain yang mempunyai kepentingan Yayasan dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan pidana tambahan berupa kewajiban mengembalikan
uang, barang atau kekayaan Yayasan yang dialihkan atau dibagikan tersebut (Pasal 70
ayat (1) dan (2) UUY).
16. Yayasan tidak dapat dialihkan (diwariskan/jual beli/hibah).

17. KEWENANGAN BERTINDAK DARI ORGAN-ORGAN DALAM


SUBJEK HUKUM/BADAN HUKUM PERDATA - SETIAP ORGAN
DALAM BADAN HUKUM PERDATA SELALU MEMPUNYAI BATAS
WAKTU MENJALANKAN KEWENANGAN DAN TINDAKKAN HUKUM
BERDASARKAN KEWENANGAN YANG DIMILIKINYA.

        Setiap organ dalam badan hukum perdata (Perseroan Terbatas, Yayasan,
Perkumpulan, Koperasi) selalu mempunyai batas waktu dalam menjalankan
jabatannya (kecuali Pembina yang berasal Pendiri tanpa batas waktu) yang disebutkan
dalam akta terkahir yang mengaturnya.
        Jika masa jabatan organ-organ tersebut habis masa jabatannya, lebih baik untuk
diperpanjang terlebih dahulu sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang
bersangkutan.
        Jika yang akan bertindak tersebut berdasarkan kuasa dari organ-organ dari badan
hukum tersebut, tetap harus dilihat apakah organ-organ badan hukum tersebut pada
saat tindakkan hukum akan dilakukan apakah masih menjabat ?
        Bahwa setiap organ-organ dalam badan hukum tersebut selalu mempunyai
kewenangan yang disebutkan dalam anggaran dasar badan hukum yang
bersangkutan. Tindakkan hukum tersebut harus dalam koridor kewenangan jabatan
organ-organ yang bersangkutan.
        Jika tindakkan hukum organ-organ tersebut wajib meminta persetujuan dari organ yang
lainnya (berdasarkan anggaran dasar/anggaran rumah tangga) organ yang
bersangkutan, misalnya Direktur wajib meminta persetujuan dari Komisaris atau
Pengurus Yayasan dari Pembina Yayasan, maka hal tersebut harus dilakukan terlebih
dahulu.
        Jika organ-organ tersebut melakukan tindakkan hukum diluar batas waktu masa
jabatannya atau diluar kewenangannnya, maka tindakkan hukum tersebut batal demi
hukum. Dan organ yang bersangkutan wajib mempertanggungjawabkannya secara
pribadi, kecuali organ yang lebih tinggi dalam rapat yang dilakukan untuk itu
menyatakan menerima semua tindakkan organ-organ tersebut meskipun lewat batas
waktu dan tidak ada kewenangannya.
        Akta Notaris yang menyebutkan tindakkan hukum seperti itu batal demi hukum, dan
kepada Notarisnya dapat dituntut ganti rugi oleh yang merasa dirugikan karena Notaris
telah bertindak tanpa melihat batas waktu dan atau kewenangan organ-organ tersebut.
        Jika Notaris/PPAT menerima kuasa (misalnya dari kantor pusat perseroan ke kantor
cabang atau dari direksi kepada pihak lainnya untuk urusan tertentu), bahwa kuasa
tersebut sudah tentu diberikan ketika Direksi/Direktur masih punya masih menjabat, dan
dapat Notaris/PPAT gunakan ketika jabatan tersebut masih ada/melekat pada yang
bersangkutan, tapi ketika yang bersangkutan sudah tidak menjabat lagi sebagai
Direksi/Direktur dan akan digunakan pada saat sudah tidak menjabat lagi, lebih baik
Notaris/PPAT tolak atau tidak mempergunakan kuasa tersebut, dengan alasan (1)
masa jabatannya sudah habis (expired), (2) sudah tidak punya kewenangan lagi. Untuk
mengatasi hal tersebut Notaris harus melihat akta terakhir yang mengangkat yang
bersangkutan sebagai Direksi/Direktur – (INDONESIA NOTARY COMMUNITY/INC).

B. PERKUMPULAN :
PENDIRIAN PERKUMPULAN BARU DAN PENYESUAIAN
PERKUMPULAN LAMA YANG BELUM BERBADAN HUKUM
BERDASARKAN : PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG
TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN
HUKUM DAN PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
PERKUMPULAN.

        DALAM PERATURAN MENTERI TERSEBUT ADA 2 (DUA) BAGIAN YANG DIATUR,
YAITU :
1.   TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN HUKUM
PERKUMPULAN.
2.   TATA CARA PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERKUMPULAN.

A.    PENGAJUAN PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN HUKUM PERKUMPULAN :


      Untuk pendirian baru (pertama kali) Perkumpulan (Pasal 2 – 16).
      Untuk Perkumpulan yang telah lama berdiri tapi belum memperoleh pengesahan
sebagai badan hukum – pada premisenya diuraikan kronologis Perkumpulan
yang bersangkutan berdasarkan data atau dokumen yang ada.
(CATATAN : Pengajuan permohonan pengesahan dengan 2 (dua) alasan tersebut,
semuanya harus terlebih dahulu diajukan permohonan pemesanan nama
Perkumpulan – (Pasal 2 – 8).

B.     PERUBAHAN PERSETUJUAN ANGGARAN DASAR PERKUMPULAN YANG


HARUS MEMPEROLEH PERSETUJUAN MENTERI (Pasal 17) meliputi :
a.         Nama Perkumpulan,
b.        Kegiatan Perkumpulan,
c.         Organ Perkumpulan,
d.         Kedudukan dan/atau alamat perkumpulan,
e.         Data lainnya yang tercantum dalam anggaran dasar perkumpulan.
(Jika dalam perubahan anggaran dasar ada perubahan nama Perkumpulan, maka
terlebih dahulu perubahan nama perkumpulan harus mendapat persetujuan
Menteri (Pasal 20).
      CATATAN : permohonan pengesahan badan hukum, permohonan perubahan
anggaran dasar, perubahan permohonan data perkumpulan dilakukan secara
elektronik, secara manual boleh dilakukan dengan alasan tertentu (Pasal 31).

        DASAR HUKUM :


-         STAATSBLAD 1870 NO.64 TENTANG PERKUMPULAN-PERKUMPULAN
BERBADAN HUKUM.
-         STAATSBLAD 1937 NO. 573.
-         STAATSBLAD 1938 NO. 276.
-         PASAL 1653 – 1665 KUHPERDATA
-         PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN
PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN HUKUM DAN PERSETUJUAN
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERKUMPULAN.
        PERKUMPULAN PERHIMPUNAN MANUSIA DALAM SUATU BADAN HUKUM
ATAU WADAH YANG DIDIRIKAN UNTUK SUATU MAKSUD TERTENTU YANG
TIDAK BERTENTANGAN DENGAN UNDANG-UNDANG.
        PERKUMPULAN DAPAT PULA DIDIRIKAN OLEH PERKUMPULAN YANG
SEJENIS.
        PERKUMPULAN NAMA UMUM (GENUS).
        NAMA SPESIFIK PERKUMPULAN (NAMA PERKUMPULAN)/IKATAN/ HIMPUNAN /
PERHIMPUNAN/ ASOSIASI / FEDERASI / PERSATUAN / PAGUYUBAN.
        DALAM ATURAN HUKUM TENTANG PERKUMPULAN DISEBUTKAN ADANYA :
1. Keputusan Raja 28 Maret 1870, S. 1870 – 64 tentang PERKUMPULAN-
PERKUMPULAN BERBADAN HUKUM (Rechtspersoonlijkheid van Vereenigingen) -
PENGAKUAN/DIAKUI (erkenning/erkend).
2. Keputusan Raja 29 Juni 1925 No. 80) S. 1927 – 156 tentang PERATURAN
KEDUDUKAN HUKUM PERKUMPULAN GEREJA (Regeling van de
rechtspositiederkerkgenootschappen)- SURAT KETERANGAN (verklaring).
        SECARA UMUM : Ada 2 (dua) bentuk Perkumpulan, yaitu :
1. Perkumpulan pada umumnya (bukan Gereja), dan
2. Perkumpulan Gereja (Badan Hukum Gereja).
        PASAL 1653 KUHPERDATA : Selainnya perseroan yang sejati oleh undang-undang
diakui pula perhimpunan-perhimpunan orang sebagai perkumpulan-perkumpulan, baik
perkumpulan-perkumpulan itu diadakan atau diakui sebagai demikian oleh kekuasaan
umum, maupun perkumpulan-perkumpulan itu diterima diperbolehkan atau didirikan
untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau
kesusilaan.
        PASAL 1654 KUHPERDATA : Semua perkumpulan yang sah adalah seperti halnya
dengan orang-orang, berkuasa melakukan tindakkan-tindakkan perdata, dengan tidak
mengurangi peraturan-peraturan umum, dalam mana kekuasaan itu telah diubah,
dibatasi atau tunduk pada acara-acara tertentu.
        MAKSUD DAN TUJUAN PERKUMPULAN :
      SOSIAL
      KULTURAL
      IDIIL / KEAGAMAAN.
      (KESAMAAN MINAT/ HOBBY/PROFESI/ASAL DAERAH/DLL)
        SYARAT SUBSTANSIAL PERKUMPULAN :
      DIDIRIKAN OLEH BEBERAPA (LEBIH DARI 2 ORANG JIKA DIDIRIKAN SUBJEK
HUKUM ORANG) ATAU OLEH DARI 2 PERKUMPULAN JIKA DIDIRIKAN OLEH
PERKUMPULAN YANG SEJENIS).
      MEMPUNYAI ANGGOTA.
      KEKAYAAN AWAL DIPISAHKAN DARI KEKAYAAN PENDIRI.
      KEKAYAAN AWAL TIDAK DITENTUKAN.
        DALAM PENDIRIAN PERKUMPULAN PADA BAGIAN PREMISSE DITULISKAN
PENDIRIAN DIDASARKAN ATAS SUATU KEPUTUSAN RAPAT PENDIRI YANG
DITUANGKAN DALAM SUATU NOTULA RAPAT YANG MEMUAT ANGGARAN
DASAR.
        STATUS BADAN HUKUM PERKUMPULAN DIPEROLEH SETELAH ANGGARAN
DASAR PERKUMPULAN DISAHKAN OLEH MENTERI HUKUM DAN HAM RI
(ARTIKEL 1 DAN 2 STB. 1870 – 64).
        PEMBUBARAN PERKUMPULAN : SISA HASIL LIKUIDASI PERKUMPULAN
DIBAGIKAN KEPADA ANGGOTA PERKUMPULAN YANG MASIH ADA ATAU
MEREKA YANG BERHAK SEIMBANG DENGAN PARTISIPASINYA.
        ORGAN PERKUMPULAN :
      PENGURUS
      PENGAWAS
      RAPAT ANGGOTA

A.      PENDIRIAN BARU PERKUMPULAN.


        TERLEBIH DAHULU WAJIB DILAKUKAN PEMESANAN NAMA SECARA
ELEKTRONIK.
        PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN
PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN HUKUM DAN PERSETUJUAN
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERKUMPULAN DALAM PASAL 12 :
(1)     Pengisian Format Pendirian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 juga
dilengkapi dengan dokumen pendukung yang disampaikan secara elektronik.
(2)     Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pernyataan
secara elektronik dari Pemohon mengenai dokumen untuk pendirian yang telah
lengkap.
(3)     Selain menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemohon
juga harus mengunggah akta perkumpulan.
(4)     Dokumen untuk npendirian Perkumpulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disimpan Notaris, yang meliputi :
a. salinan akta pendirian perkumpulan atau salinan akta perubahan pendirian
Perkumpulan yang diketahui oleh Notaris sesuai dengan aslinya.
e.   surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Perkumpulan yang
ditandatangani pengurus Perkumpulan dan diketahui oleh lurah/kepala desa
setempat atau dengan nama lainnya;
f.     sumber pendanaan Perkumpulan.
g.   program kerja perkumpulan.
h.   surat pernyataan tidak sedang dalam sengketa kepengurusan atau dalam perkara
di pengadilan;
i.      notulen rapat pendirian Perkumpulan; dan
j.      surat pernyataan kesanggupan dari pendiri untuk memperoleh kartu nomor
pokok wajib pajak.
B.    PERKUMPULAN YANG TELAH BERDIRI/BERJALAN DAN BELUM MENDAPAT
PENGESAHAN SEBAGAI BADAN HUKUM DARI MENTERI HUKUM DAN HAM RI -
DAPAT DIAJUKAN PENGESAHANNYA SEBAGAI BADAN HUKUM DENGAN CARA
- MELAKUKAN PENDIRIAN PERKUMPULAN.
(1) MAKA HARUS DIBUAT AKTA PENDIRIAN (BARU) YANG MENGHADAP NOTARIS
YAITU :
o       MEREKA YANG DIBERI KUASA OLEH RAPAT ANGGOTA MENDIRIKAN
PEMKUMPULAN BARU YANG DIDASRKAN PADA PERKUMPULAN YANG SUDAH
BERJALAN.
(2)   WAJIB DILAKUKAN PEMESANAN NAMA KEMBALI , AGAR NAMA
PERKUMPULAN MASUK KE DATA BASE PERKUMPULAN DI KEMENTERIAN
HUKUM HUKUM DAN HAM RI.
(3)   JIKA NAMA TERSEBUT SUDAH DIPAKAI PERKUMUPULAN LAIN, MAKA
PENOLAKAN NAMA TERSEBUT (DARI LAYAR MONITOR) DICETAK (PRINT)
SEBAGAI BUKTI NAMA PERKUMPULAN SUDAH DIPAKAI PERKUMPULAN LAIN
YANG AKAN DIBERIKAN KEPADA PARA PENGHADAP, DAN PENGHADAP
WAJIB MENANDATANGANI/ BERMETERAI HASIL CETAKAN, SERTA MINTA
UNTUK MEMBUAT PERNYATAAN UNTUK MEMBUAT/MEMOHON NAMA
PERKUMPULAN YANG BARU.
(4)   BAHWA SURAT YANG TERSEBUT DALAM ANGKA (3) WAJIB DIURAIKAN
DALAM PREMISSE AKTA YANG BERSANGKUTAN.
(5)   DALAM SABH ON LINE MELALUI MENU PENDIRIAN BARU PERKUMPLAN.
(6)   PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN
PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN HUKUM DAN PERSETUJUAN
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERKUMPULAN DALAM PASAL 12 :
(1)     Pengisian Format Pendirian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 juga
dilengkapi dengan dokumen pendukung yang disampaikan secara elektronik.
(2)     Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pernyataan
secara elektronik dari Pemohon mengenai dokumen untuk pendirian yang telah
lengkap.
(3)     Selain menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemohon
juga harus mengunggah akta perkumpulan.
(4)     Dokumen untuk npendirian Perkumpulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disimpan Notaris, yang meliputi :
a.      salinan akta pendirian perkumpulan atau salinan akta perubahan pendirian
Perkumpulan yang diketahui oleh Notaris sesuai dengan aslinya.
b.     surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Perkumpulan yang
ditandatangani pengurus Perkumpulan dan diketahui oleh lurah/kepala desa
setempat atau dengan nama lainnya;
c.      sumber pendanaan Perkumpulan.
d.      program kerja perkumpulan.
e.      surat pernyataan tidak sedang dalam sengketa kepengurusan atau dalam perkara
di pengadilan;
f.        notulen rapat pendirian Perkumpulan; dan
g.      surat pernyataan kesanggupan dari pendiri untuk memperoleh kartu nomor
pokok wajib pajak.

       CATATAN - YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENDIRIAN


PERKUMPULAN :
      PERKUMPULAN MELAKUKAN RAPAT ANGGOTA DENGAN AGENDA KHUSUS
UNTUK MELAKUKAN PENGESAHAN ANGGARAN DASAR PERKUMPULAN DAN
RAPAT ANGGOTA MEMBERI KUASA KEPADA PENGURUS UNTUK MENGHADAP
NOTARIS.
      DALAM PREMISSE AKTA CANTUMKAN SEMUA AKTA NOTARIS/ DIBAWAH
TANGAN YANG BERKAITAN DENGAN PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG
TERJADI DENGAN PERKUMPULAN.
      DALAM PREMISSE CANTUMKAN PULA SEMUA PERNYATAAN YANG
TERSEBUT DI ATAS.
      JIKA NAMA PERKUMPULAN TELAH DIPAKAI OLEH PERKUMPULAN LAIN
(YANG SUDAH BERBADAN HUKUM) - GUNAKAN NAMA YANG SAMA DAN
TAMBAHKAN PEMBEDA, MISALNYA : NAMA KELURAHAN / KECAMATAN
SESUAI DOMISILI PERKUMPULAN.
      MAKSUD DAN TUJUAN PERKUMPULAN - KEGIATAN PERKUMPULAN -
HARUS SESUAI DENGAN SURAT PERNYATAAN YANG TELAH DIBUAT
SEBELUMNYA.
      DOMISILI PERKUMPULAN - HARUS SESUAI DENGAN SURAT
PERNYATAAN DOMISILI DAN TELAH DIKETAHUI OLEH KELURAHAN /KEPALA
DESA SETEMPAT.
      PENCANTUMAN KEKAYAAN AWAL PER-KUMPULAN - HARUS SAMA DENGAN
PERNYATAAN/ LAPORAN HARTA KEKAYAAN PERKUMPULAN YANG TELAH
ADA.
        SEMUA BUKTI PENDUKUNG PENDIRIAN – PERUBAHAN – PEMBUBARAN
PERKUMPULAN DISIMPAN OLEH NOTARIS DAN MENJADI TANGGUNGJAWAB
NOTARIS SEPENUHNYA.
        SEMUA BUKTI PENDIRIAN/PERUBAHAN/PEMBUBARAN PERKUMPULAN
DISIMPAN OLEH NOTARIS - PENGESAHANNYA DILAKUKAN SECARA ON LINE
VIA SABH.
        Dalam Pendirian Perkumpulan pada Pasal 1 dapat saja disebutkan : Perkumpulan ini
bernama ”______________________” atau disebut juga “Asosiasi/Perhimpunan/
Himpunan/Komunitas (tuliskan sesuai keperluannya) _______________________”--

C.    PERUBAHAN PERSETUJUAN ANGGARAN DASAR PERKUMPULAN YANG


HARUS MEMPEROLEH PERSETUJUAN MENTERI (Pasal 17) meliputi :

mpulan,
anggaran dasar perkumpulan.
(Jika dalam perubahan anggaran dasar ada perubahan nama Perkumpulan, maka
terlebih dahulu perubahan nama perkumpulan harus mendapat persetujuan
Menteri (Pasal 20).

      CATATAN :

permohonan pengesahan badan hukum, permohonan perubahan anggaran dasar,


perubahan permohonan data perkumpulan dilakukan secara elektronik, secara
manual boleh dilakukan dengan alasan tertentu (Pasal 31).

      CATATAN :

Ketika PT, Yayasan atau Koperasi memperoleh pengesahan dari instansi yang
berwenang, apakah telah sah sebagai Badan Hukum (BH)..? Bisa dikatakan Ya.
Bagaimana dengan Berita Negara Republik Indonesia (BNRI) dan Tambahan
Berita Negara Republik Indonesia (TNBRI) ? Untuk PT, Yayasan atau Koperasi
bukan syarat telah sah sebagai Badan Hukum tapi sebagai Syarat Publisitas. Tapi
berbeda dengan Perkumpulan, disamping ada Surat Keputusan Pengesahan dari
Kementerian Hukum dan HAM RI, untuk Perkumpulan ternyata Berita Negara
Republik Indonesia (BNRI) dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
(TNBRI) merupakan syarat agar Perkumpulan menjadi Badan Hukum yang
sempurna. Hal ini bisa dilihat dalam Staatsblad 1870 Nomor 64 PERKUMPULAN-
PERKUMPULAN BERBADAN HUKUM, hal ini berdasarkan Pasal 5 Staatsblad
tersebut BAHWA STATUTA YANG DISETUJUI, PERUBAHAN ATAU PERGANTIAN
DIUMUMKAN DALAM SURAT KABAR RESMI. Bahwa SURAT KABAR RESMI
(istilah pada waktu itu) harus dibaca sebagai Berita Negara Republik Indonesia
(BNRI) dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia (TNBRI).

      CATATAN :
Untuk perkumpulan yang memiliki badan hukum, dasar hukumnya dapat merujuk
pada:
1. Staatsblad 1870-64, yaitu perkumpulan menjadi badan hukum setelah mendapat
pengesahan dari penguasa. Pengesahan itu dilakukan dengan menyetujui
anggaran dasar perkumpulan yang berisi tujuan, dasar-dasar, lingkungan kerja
dan ketentuan lain mengenai perkumpulan tersebut.
2.        Staatsblad 1939 No. 570 mengenai Perkumpulan Indonesia (Inlandsche
Vereniging) ("Stb. 1939-570") yang pada awalnya hanya berlaku untuk daerah
Jawa Madura saja. Kemudian berdasarkan Staatsblad 1942 No. 13 jo No. 14 ("Stb.
1942-13 jo 14") ketentuan Staatsblad 1939 No. 570 diberlakukan untuk seluruh
wilayah Indonesia. Untuk memperoleh status sebagai badan hukum,
Perkumpulan Indonesia harus mengajukan permohonan terlebih dahulu baik
lisan atau tertulis kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat di mana
perkumpulan itu berada. Kedudukan badan hukum diperoleh setelah diadakan
pendaftaran penandatanganan anggaran dasar (pasal 16 Stb. 1942-13 jo 14) dan
setelah anggaran dasar memenuhi prosedur yang disyaratkan dalam pasal 13-14,
pasal 16 Stb. 1942-13 jo 14.
Perkumpulan Indonesia yang sudah berbadan hukum harus didaftarkan dalam
suatu register khusus pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan diumumkan
dalam Berita Negara (pasal 18-19 Stb. 1942-13 jo 14). Pengakuan sebagai badan
hukum ditolak jika ternyata tujuannya bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan atau Undang-Undang (pasal 8 ayat [6] Stb. 1942-13 jo 14).
Jadi, untuk sebuah perkumpulan menjadi berbadan hukum, harus mendapatkan
pengesahan dari pejabat yang berwenang terlebih dahulu. Pada saat ini,
pengesahan perkumpulan berbadan hukum diberikan oleh Menteri Hukum dan
HAM. Setelah mendapat pengesahan Menteri Hukum dan HAM, maka dilakukan
pengumuman di Berita Negara Republik Indonesia (BNRI).

        SECARA MANUAL :


SK Pengesahan Perkumpulan dan Akta Pendirian/PerubahanPerkumpulan dan Biaya
Berita Negara Republik Indonesia (BNRI) dan Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia (TBNRI) dikirim ke :
      Perum Percetakan Negara Republik Indonesia
      Jalan Percetakan Negara No. 21 Jakarta Pusat.
      Telp (021) – 4221701-05.
      Fax (021) – 4207251.
      Nama Bank : Bank Negara Indonesia ( BNI ) Cabang Jatinegara
      No Rekening : 037.000466141.001
      Atas Nama : PERUM PERCETAKAN NEGARA RI .

        CATATAN :

Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 45 Tahun 2014 Tentang Jenis dan Tarif
atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku di Kementerian Hukum dan
HAM RI, bahwa terhitung sejak tanggal 3 Juli 2014 (SK. Menteri Hukum dan Ham RI
tertanggal 3 Juli 2014) Pendaftaran dan Pencetakan Pengumunan Badan Hukum dalam
BN RI dan TBN RI disampaikan melalui e-mail (dalam format soft copy) dengan
penjelasan sebagai berikut :
1.      Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI (dalam format Pdf).
2.      Akta Badan Hukum (dalam format file words)
3.      Bukti Bayar Berita Negara Republik Indonesia (dalam format Pdf).
4.      Surat Pernyataan Notaris (berisi tentang Akta soft copy sesuai dengan akta aslinya
(hard copy).
Dokumen (soft copy) tersebut di atas disampaikan/dikirim ke alamat e-mail :
bntbn@pnri.co.id
Perum Percetakan Negara RI (PNRI)
Jalan Percetakan Negara No. 21 , Jakarta Pusat (10560)
Telp. 021 – 422 1707 – 05, ext. 129, 130 dan 131.
www.beritanegara.co.id
        CATATAN :

      UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG


PEMERINTAHAN DAERAH dalam Pasal 298 menegaskan bahwa :
                                    ii.      Belanja Daerah diprioritaskan untuk mendanai Urusan Pemerintahan Wajib yang
terkait Pelayanan Dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan minimal.
                                  iii.      Belanja Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada standar
teknis dan standar harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
                                   iv.      Belanja Daerah untuk pendanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada analisis
standar belanja dan standar harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
                                     v.      Belanja hibah dan bantuan sosial dianggarkan dalam APBD sesuai dengan
kemampuan keuangan Daerah setelah memprioritaskan pemenuhan belanja Urusan
Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
                                   vi.      Belanja hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diberikan kepada:
a. Pemerintah Pusat;
b. Pemerintah Daerah lain;
c. badan usaha milik negara atau BUMD; dan/atau
d. BADAN, LEMBAGA, DAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG BERBADAN
HUKUM INDONESIA.
                                 vii.      Belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja untuk Desa dianggarkan dalam
APBD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
                               viii.      Belanja DAK diprioritaskan untuk mendanai kegiatan fisik dan dapat digunakan
untuk kegiatan nonfisik.
      Dengan demikian Bantuan Sosial (Bansos) hanya bisa diberikan kepada badan, lembaga, dan
organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia.
      Berdasarkan Pasal 11 - UU NO. 17/2013 TENTANG ORGANISASI
KEMASYARAKATAN) PENGERTIAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN
(ORMAS), yaitu :
(2)   Ormas berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a
dapat berbentuk:
a.      perkumpulan; atau
b.     yayasan.
(2) Ormas berbadan hukum PERKUMPULAN sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a didirikan dengan berbasis anggota.
(3) Ormas berbadan hukum YAYASAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
didirikan dengan tidak berbasis anggota.

C. ORGANISASI MASYARAKAT (ORMAS) : AKTA NOTARIS UNTUK


ORGANISASI KEMASYARAKATAN (ORMAS)

        UU NO. 17/2013TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN) PENGERTIAN


ORGANISASI KEMASYARAKATAN (ORMAS) – Pasal 1 : Organisasi
Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Ormas adalah organisasi yang didirikan dan
dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak,
kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan
demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila.
        PENDIRIAN :
      Pasal 9 : Ormas didirikan oleh 3 (tiga) orang warga negara Indonesia atau lebih,
kecuali Ormas yang berbadan hukum yayasan.
      Pasal 10 :
(4)   Ormas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dapat berbentuk:
a.      badan hukum; atau
b.      tidak berbadan hukum.
(2) Ormas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat:
a.      berbasis anggota; atau
b.      tidak berbasis anggota.
      Pasal 11 :
(3)   Ormas berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a
dapat berbentuk:
c.      perkumpulan; atau
d.      yayasan.
(2) Ormas berbadan hukum perkumpulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
didirikan dengan berbasis anggota.
(3) Ormas berbadan hukum yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b didirikan
dengan tidak berbasis anggota.
        ORMAS BERBADAN HUKUM PERKUMPULAN - BERBASIS ANGGOTA
(MEMPUNYAI ANGGOTA).
        ORMAS BERBADAN HUKUM YAYASAN - TIDAK BERBASIS ANGGOTA (TIDAK
MEMPUNYAI ANGGOTA)
        ORMAS BERBADAN HUKUM ATAU TIDAK BERBADAN HUKUM DIDIRIKAN
DENGAN AKTA NOTARIS.
      BERBADAN HUKUM :
     PERKUMPULAN (PASAL 12 AYAT (1) HURUF a.
     YAYASAN (PASAL 13)
           TIDAK BERBADAN HUKUM :
    PERSERIKATAN/PERSEKUTUAN (PASAL 16 AYAT (2) HURUF a.

D. BADAN, LEMBAGA, DAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN


PENERIMA BANTUAN SOSIAL (BANSOS) WAJIB YANG BERBADAN
HUKUM INDONESIA.

      UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG


PEMERINTAHAN DAERAH dalam Pasal 298 menegaskan bahwa :
(1)      Belanja Daerah diprioritaskan untuk mendanai Urusan Pemerintahan Wajib yang terkait
Pelayanan Dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan minimal.
(2)      Belanja Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada standar teknis dan
standar harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(3)      Belanja Daerah untuk pendanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada analisis standar belanja dan standar harga
satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4)      Belanja hibah dan bantuan sosial dianggarkan dalam APBD sesuai dengan kemampuan
keuangan Daerah setelah memprioritaskan pemenuhan belanja Urusan Pemerintahan Wajib dan
Urusan Pemerintahan Pilihan, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(5)      Belanja hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diberikan kepada:
a. Pemerintah Pusat;
b. Pemerintah Daerah lain;
c. badan usaha milik negara atau BUMD; dan/atau
d. BADAN, LEMBAGA, DAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG BERBADAN
HUKUM INDONESIA.
(6)      Belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja untuk Desa dianggarkan dalam APBD sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7)      Belanja DAK diprioritaskan untuk mendanai kegiatan fisik dan dapat digunakan untuk kegiatan
nonfisik.
      Dengan demikian Bantuan Sosial (Bansos) hanya bisa diberikan kepada badan, lembaga, dan
organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia.
      Berdasarkan Pasal 11 - UU NO. 17/2013 TENTANG ORGANISASI
KEMASYARAKATAN) PENGERTIAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN
(ORMAS), yaitu :
(1)   Ormas berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a
dapat berbentuk:
a.    perkumpulan; atau
b.    yayasan.
(2) Ormas berbadan hukum PERKUMPULAN sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a didirikan dengan berbasis anggota.
(3) Ormas berbadan hukum YAYASAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
didirikan dengan tidak berbasis anggota.
ALWESIUS

STATUS HUKUM YAYASAN YANG BELUM MENYESUAIKAN


ANGGARAN DASARNYA DENGAN UU YAYASAN

   Pendahuluan

Dalam praktek kita masih banyak menemukan Yayasan yang didirikian sebelum berlakunya UU No. 16
tahun  2001 tentang Yayasan juncto UU No. 28 tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 16 tahun
2001 tentang Yayasan ("UU Yayasan"), yang belum melakukan penyesuaian anggaran dasar sesuai yang
dikehendaki oleh UU Yayaasan.

Yang menjadi permasalahan dalam praktek adalah apakah yayasan tersebut secara yuridis masih tetap
diakui keberadaannya dan apa yang harus dilakukan para pengurus berkaitan dengan status Yayasan
tersebut?

b.  Kewajiban untuk melakukan penyesuaian Anggaran Dasar sesuai UU Yayasan

Dengan berlakunya UU Yayasan maka semua Yayasan yang telah didirikan sebelum berlakunya UU
Yayasan  diwajibkan untuk menyesuaikan anggaran dasarnya. Untuk Yayasan yang telah berstatus
sebagai badan hukum kewajiban tersebut harus dipenuhi dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak
berlakunya UU Yayasan , sedangkan untuk Yayasan yang belum berstatus sebagai badan hukum
kewajiban tersebut harus dipenuhi dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak berlakunya UU Yayasan. Hal
tersebut berarti jangka waktu yang diberikan oleh UU Yayasan tersebut saat ini telah berakhir. 

Kewajiban tersebut dituangkan dalam Pasal 71 ayat (1)  dan ayat (2) yang selengkapnya berbumyi
sebagai berikut:

"(1)Pada saat Undang-undang ni mulai berlaku, Yayasan yang:


a.     telah  didaftarkan  di  Pengadilan  Negeri  dan  diumumkan  dalam  Tambahan  Berita   Negara Republik
Indonesia; atau
b.    telah didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan  kegiatan dari instansi terkait;
tetap  diakui  sebagai  badan  hukum dengan ketentuan  dalam jangka  waktu  paling  lambat  3  (tiga)
tahun   terhitung   sejak   tanggal   Undang-undang   ini   mulai   berlaku,   Yayasan   tersebut   wajib 
menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan ketentuan Undang-undang ini.
(2) Yayasan yang telah didirikan dan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),        
dapat memperoleh status badan hukum dengan cara menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan
ketentuan Undang-   undang ini, dan mengajukan permohonan kepada Menteri dalam jangka  waktu
paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal Undang-undang ini mulai berlaku.

Selanjutnya setelah dilakukan melakukan penyuasaian Anggaran Dasar tersebut maka wajib
diberitahukan kjepada Menteri dalam jangka waktu 1 (satu) tahun terhitrung sejak dilakukannya
penyesuaian tersebut dan b agi yang berstatus badan hokum jangka waktu yang sama berlaku untuk
mengajukan permohonan status sebagai badan hukum.

c.   Status hukum Yayasan yang tidak  melakukan penyesuian Anggaran Dasar 


Jika dalam jangka waktu yang telah ditentukan tersebut Yayasan yang bersangkutan tidak melakukan
penyesuaian anggaran dasar sesuai dengan UU Yayasan, pasal 71 ayat 4 UU Yayasan menentukan
yayasan yang bersangkutan tidak dapat
menggunakan  kata  ‘Yayasan”  di  depan  namanya  dan  dapat  dibubarkan  berdasarkan  putusan Penga
dilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.

Selengkapnya Pasal 71 ayat 4 UU Yayasan menentukan:

"Yayasan  yang  tidak  menyesuaikan  Anggaran  Dasarnya  dalam  jangka  waktu  sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak dapat
menggunakan  kata  ‘Yayasan”  di  depan  namanya  dan  dapat  dibubarkan  berdasarkan
putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.”
Dengan melihat akibat hukum yang ditentukan dalam pasal 71 ayat 4 UU Yayasan berarti suatu Yayasan
yang telah didirikan sebelum berlakunya UU Yayasan yaitu Yayasan yang telah didaftarkan di Pengadilan
Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia atau Yayasan yang telah
didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan dari instansi terkait tetap
sebagai sebuah "Yayasan" karena UU Yayasan dalam Pasal 71 ayat 4 tetap menyebuttnya sewbagai
"Yayasan" dan karenanya tetap sebagai suatu badan hukum sampai adanya putusan pengadilan yang
membubarkan Yayasan yang bersangkutan berdasarkan permohonan kejaksaan atau pihak yang
berkepentingan, walaupun dalam kegiatannya tidak boleh menggunakan kata “Yayasan” di depan
namanya.

Sanksi yang diatur dalam Pasal 71 ayat 4 UU Yayasan tersebut lebih merupakan sansksi "administraf".

Sedangkan terhadap Yayasan yang belum berstatus badan hukum tentunya kedudukannya tetap sama
seperti semula, yang hanya berlaku sebagai perkumpulan biasa.    

d.   Yayasan lama yang tidak menyesuaikan anggaran dasarnya harus dibubarkan 

Di dalam praktek ternyata Yayasan yang belum melakukan penyesuaian Anggaran Dasar (“Yayasan
Lama”) banyak mengalami kesulitan dalam pelaksanaan kegiatannya, sementara Yayasan yang
bersangkutan terus berjalan dan telah memiliki kedgiatan usaha yang tetap berjalan dan memiliki  asset
baik berupa harta tidak bergerak maupun harta bergerak.

Yang menjadi pertanyaan dapatkah yayasan lama tersebut tetap berjalan atau harus dibubarkan?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut  mari kita lihat ketentuan yang diatur dalam Pasal 39 PP
No. 63 tahun 2008, yang mennetukan "yayasan yang belum memberitahukan kepada Menteri
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimakusd dalam Pasal 71 ayat 3 Undang-undang tidak
dapat menggunakan kata "Yayasan" didepan namanya ssebagaimana dimaksud dalam Pasal 71
ayat 4 dan harus melikuidasi kekayaannya serta menyerahkan sisa hasil likuidasi sesuai
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 Undang-undang."  .

Pasal 68 UU Yayasan menentukan:" 


  
(1)       Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada Yayasan lain yang mempunyai maksud dan tujuan
yang sama dengan Yayasan yang bubar.
(2)       Dalam hal sisa hasil likuidasi tidak diserahkan kepada Yayasan lain yang mempunyai maksud dan
tujuan   yang   sama   sebagaimana   dimaksud   dalam   ayat   (1),   sisa   kekayaan   tersebut diserahkan
kepada  Negara dan penggunaannya  dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan tersebut.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut jelas bahwa yayasan lama yang telah diakui sebagai
badan hukum berdasarkan ketentuan Pasal 71 ayat 1 UU Yayasan, jika tidak menyesuaikan
anggaran dasarnya dalam waktu yang ditentukan dalam UU Yayasan wajib melikuidasi
kekayaannya. Hal tersebut sama saja artinya bahwa yayasan tersebut wajib dibubarkan dan
selanjutnya dilakukan likuidasi.

Dalam hal terdapat sisa kekayaan hasil likuidasai maka sisa kekayaan tersebut diserahkan kepada
YAYASAN LAIN yang mempunyai makusd dan tujuan yang sama dengan yayasan lama
tersebut yang dibubarkan tersebut, dan jika inin tidak dilakukan maka sisa kekayaan tersebut
diserahkan kepada negara.
Apabila yayasan tersebut tidak dibubarkan secara sukarela maka berdasarkan ketentuan Pasal 71
ayat 4 UU Yayasan, yayasan tersebut dapat dibubarkan secara paksa berdasarkan putusan
pengadilan.

e.   Pendirian Yayasan baru dengan nama dan maksud dan tujuan yang sama

Oleh karena yayasan yang lama yang tidak menyesuaikan anggaran dasarnya dengan UU
Yayasan tidak lagi dapat menyesuaikan anggaran dasarnya maka di dalam praktek banyak
dilakukan pendirian yayasan baru dengan menggunakan nama dan maksud dan tujuan yang sama
dengan yayasan yang lama.Hal ini dilakukan agar yayasan yang baru dapat "menggantikan"
yayasan yang lama.

Yang menjadi masalah bagaimana caranya melakukan pendirian yayasan yang baru tersebut agar
yayasan baru dapat "mengganti" yayasan lama tanpa suatu kendala apapun juga dan menghindari
permasalahan yang timbul dikemudian hari.

Berkaitan dengan hal tersebut menurut penulis harus dibedakan cara yang akan ditempuh dalam pendirian
yayasan baru untuk yayasan lama yang telah berstatus badan hukum dan yayasan yang belum berstatus
badan hukum.

Untuk yayasan lama yang telah berstatus badan hukum, dengan berpedoman pada ketentuan yang diatur
dalam UU Yayasan serta peraturan pelaksanaannya sebagaimana telah disebutkan di atas yang telah
berstatus badan hukum tentunya cara pengalihan hak dan kewajibannya dilakukan dengan melakukan
pembubaran yayasan yang lama (dilakukan likuidasi)  kemudian segala hak dan kewajibannya (sisa hasil
likuidasi) dialihkan kepada yayasan yang baru (tentunya setelah yayasan yang baru memperoleh status
badan hukum). Pendirian yayasan yang baru dalam kasus ini dalam praktek biasanya disebut dengan
“Pendirian Murni” artinya dalam premise akta pendirian yayasan tersebut tidak disebutkan riwayat
pendirian yayasan yang lama dalam kaitannya dengan yayasan yang baru.

Jadi untuk yayasan yang lama terdapat tindakan-tindakan sebagai berikut:

1.    Pendirian yayasan yang baru dan proses pengesahannya sebagai badan hukum
2.    Pembubaran yayasan yang lama dan proses likuidasi
3.    Pengalihan kekayaan sisa hasil likuidasai yayasan yang lama kepada yayasan baru

Memang ada pihak-pihak atau juga notaris yang menyatakan bahwa dalam hal ini tidak perlu dilakukan
pembubaran terhadap yayasan yang lama dan didalam yayasan yang baru disebutkan bahwa kekayaan
yayasan yang baru berasal dari kekayaan yayasan yang lama dan peralihan tersebut terjadi demi hukum.

Menurut penulis pendapat ini kurang tepat  jika kita melihat ketentuan tersebut di atas dan disamping itu
yayasan yang lama maupun yayasan yang baru adalah merupakan badan hukum yang berdiri sendiri, jadi
tidak bisa terjadi peralihan hak kekayaan yayasan yang lama kepada yayasan yang baru tanpa ada
perbuatan hukum peralihan hak.Peralihan hak demi hukum atas kekayaan badan hukum yang satu ke
badan hukum yang lain hanya dapat terjadi dalam hal dilakukannya merger atau konsolidasi tanpa
likuidasai.
Terhadap yayasan yang belum berstatus badan hukum, pendirian yayasan yang baru dapat dilakukan
untuk melanjutkan keberadaan yayasan yang lama.Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam premise
yayasan yang baru dapat disebutkan riwayat pendirian yayasan yang bersangkutan sampai dengan
dilakukannya pendirian yayasan yang baru dan selanjutnya yayasan tersebut akan disahkan sebagai badan
hokum. Dalam hal ini hanya ada satu yayasan, sehingga semua kekayaan yayasan yang lama juga adalah
merupakan kekayaan yayasan yang baru.

Salam, semoga bermanfaat


Alwesius,SH, MKn
08158825748

Anda mungkin juga menyukai