Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN CHOLELITHIASIS

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH :

ACHMAD KHAIRUN NURFIQRI

NIM : 2114901110001

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Cholelithiasis
1.1. Definisi
Kolelitiasis disebut juga Sinonimnya adalah batu empedu, gallstones, biliary
calculus. Istilah kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam
kandung empedu. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa
unsur yang membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam
kandung empedu (Lesmana, 2000).

Kolelitiatis (kalkulus/kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk dalam


kantung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu.
Batu empedu memilki ukuran, bentuk, dan komposisi yang sangat bervariasi.
Batu empedu tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda tetapi
insidennya semakin sering pada individu berusia diatas 40 tahun. Sesudah
itu, insidens kolelitiasis semakin meningkat dan diperkirakan bahwa pada
usia 75 tahun satu dari 3 orang akan menderita batu empedu (Smeltzer &
Bare, 2003).

1.2. Etiologi
Batu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari pigmen-
pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin,
kalsium dan protein. Macam-macam batu yang terbentuk antara lain:

1.2.1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol


dan penurunan produksi empedu. Faktor lain yang berperan dalam
pembentukan batu:
1.2.1.1. Infeksi kandung empedu
1.2.1.2. Usia yang bertambah
1.2.1.3. Obesitas
1.2.1.4. Wanita
1.2.1.5. Kurang makan sayur
1.2.1.6. Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol
1.2.2. Batu pigmen empedu, ada dua macam:
1.2.2.1. Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu
dan disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi
1.2.2.2. Batu pigmen coklat  :  bentuk lebih besar , berlapis-lapis,
ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai
bendungan dan infeksi
1.2.3. Batu saluran empedu
Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri.
Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh
makanan akan menyebabkan obstruksi intermiten duktus koledokus
dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan
batu.

1.3. Tanda gejala


Penderita batu saluran empedu sering mempunyai gejala-gejala kronis dan
akut.
GEJALA AKUT GEJALA KRONIS

TANDA : TANDA:

1. Epigastrium kanan terasa 1. Biasanya tak tampak gambaran pada


nyeri dan spasme abdomen
2. Usaha inspirasi dalam 2. Kadang terdapat nyeri di kwadran
waktu diraba pada kanan atas
kwadran kanan atas
3. Kandung empedu
membesar  dan nyeri
4. Ikterus ringan

GEJALA: GEJALA:

1. Rasa nyeri (kolik empedu) 1. Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat:


yang Menetap abdomen bagian atas (mid
2. Mual dan epigastrium), Sifat : terpusat di
muntah                    epigastrium menyebar ke arah
3. Febris (38,5°°C) skapula kanan
2. Nausea dan muntah
3. Intoleransi dengan makanan
berlemak
4. Flatulensi
5. Eruktasi (bersendawa)

1.4. Patofisiologi
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang
pada saluran empedu lainnya.
Faktor predisposisi yang penting adalah:

- Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu

- Statis empedu

- Infeksi kandung empedu

Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling


penting  pada pembentukan batu empedu. Kolesterol yang berlebihan akan
mengendap dalam kandung empedu .
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi 
progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut.
Gangguan kontraksi kandung empedu dapat menyebabkan stasis. Faktor
hormonal khususnya selama kehamilan dapat dikaitkan dengan perlambatan
pengosongan kandung empedu dan merupakan insiden yang tinggi pada
kelompok ini.
Infeksi bakteri dalam  saluran empedu dapat memegang peranan
sebagian  pada pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler
dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler
sebagai pusat presipitasi. Infeksi lebih sering sebagai akibat pembentukan
batu empedu dibanding infeksi yang menyebabkan pembentukan batu.
Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang
terbentuk di dalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu,
lesitin dan fosfolipid membantu dalam menjaga solubilitas empedu. Bila
empedu menjadi bersaturasi tinggi (supersaturated) oleh substansi
berpengaruh (kolesterol, kalsium, bilirubin), akan berkristalisasi dan
membentuk nidus untuk pembentukan batu. Kristal yang yang terbentuk
dalam kandung empedu, kemudian lama-kelamaan kristal tersebut
bertambah ukuran, melebur dan membentuk batu. Faktor predisposisi
merupakan pembentukan batu empedu :
Batu kolesterol
Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3 faktor utama :

a.       Supersaturasi atau penumpukan kolesterol didalam kantung empedu

b.      Berkurangnya kemampuan kandung empedu

c.       Nukleasi atau pembentukan nidus cepat.

Khusus mengenai nukleasi cepat, sekarang telah terbukti bahwa


empedu pasien dengan kolelitiasis mempunyai zat yang mempercepat waktu
nukleasi kolesterol (promotor) sedangkan empedu orang normal
mengandung zat yang menghalangi terjadinya nukleasi.

1.5. Pemeriksaan Penunjang


1.5.1 Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu).
1.5.2 Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).
1.5.3 Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).
1.5.4 Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun
karena obstruksi  sehingga menyebabkan penurunan absorbsi
vitamin  K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt).
1.5.5 USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena
adanya batu empedu dan distensi saluran empedu  ( frekuensi sesuai
dengan prosedur diagnostik)
1.5.6 Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP),
bertujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang saluran
empedu melalui ductus duodenum.
1.5.7 PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan
kontras untuk menentukan adanya batu dan cairan pankreas.
1.5.8 Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya
batu di sistim billiar.
1.5.9 CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran
empedu, obstruksi/obstruksi joundice.
1.5.10 Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones,
pengapuran pada saluran atau pembesaran pada gallblader.

1.6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis :
1.6.1 Obstruksi duktus sistikus
1.6.2 Kolik bilier
1.6.3 Kolesistitis akut
1.6.4 Perikolesistitis
1.6.5 Peradangan pankreas (pankreatitis)-angga
1.6.6 Perforasi
1.6.7 Kolesistitis kronis
1.6.8 Hidrop kandung empedu
1.6.9 Empiema kandung empedu
1.6.10 Fistel kolesistoenterik
1.6.11 Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut
kembali dan batu empedu muncul lagi) angga
1.6.12 Ileus batu empedu (gallstone ileus)

1.7. Penatalaksanaan
1.7.1. Diet
1.7.1.1. Rendah lemak dalam usaha mencegah nyeri lebih lanjut.
1.7.1.2. Bila batu menyebabkan pembuntuan dari aliran empedu
dilakuakn penggantian vitamin yang larut lemak (ADEK)
dan pemberian garam empedu untuk membantu pencernaan
dan absorbst vitamin.
1.7.1.3. nfus cairan dan makanan bila ada masalah mual-mual dan
muntah .
1.7.2. Terapi Obat
1.7.2.1. Analgesik/narkotik (meperidine hydrochloric/Demerol)
1.7.2.2. Antispasme dan anti Colinergik (prophantheline bromide /
probanthine) untuk relaksasi otot polos dan menurunkan
tonus dan spasme saluran empedu.
1.7.2.3. Antimuntah lentik mengontrol mual dan muntah.
1.7.2.4. Terapi asam empedu untuk melarutkan batu empedu yang
kecil (chenodiol)
1.7.2.5. Cholesteramine untuk menurunkan gatal yang sangat karena
penumpukan berlebihan empedu pada kulit.

1.7.3. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotherapy)


1.7.4. Colecystectomy: Bedah pengambilan batu empedu
1.8. Pahtway
Proses degenerasi dan adanya penyakit hati

Penurunan fungsi hati

Penyakit gastrointestinal Gangguan metabolisme

Mal absorpsi garam empedu ¬ Penurunan sintesis (pembentukan) asam empedu

Peningkatan sintesis kolesterol

Berperan sebagai penunjang
iritan pada kandung empedu ¬ Supersaturasi (kejenuhan) getah empedu oleh
kolesterol

Peradangan dalam Peningkatan sekresi kolesterol
kandung empedu

Kemudian kolesterol keluar dari getah empedu

Penyakit kandung


empedu (kolesistitis)
Pengendapan kolesterol

Batu empedu
2. Asuham Keperawatan
2.1 Pengkajian
2.1.1. Aktifitas/ istirahat , gejala:  kelemahan . Tanda : gelisah
2.1.2. Sirkulasi, tanda : takikardia, berkeringat
2.1.3. Eliminasi, gejala: perubahan warna urine dan feses. Tanda: distensi
abdomen, teraba masa pada kuadran kanan atas, urine gelap,
pekat.Feses berwarna tanah liat, steatorea.
2.1.4. Makanan/ cairan, gejala: anoreksia, mual/ muntah. Tidak toleran
terhadap lemak dan makanan “pembentukan gas” regurgitasi
berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat makan, dispepsia. Tanda :
kegemukan, adanya penurunan berat badan.
2.1.5. Nyeri/ kenyamanan,  gejala: nyeri abdomen atas berat,
dapat menyebar kepunggung atau bahu kanan. Kolik epigastrium
tengah sehubungan dengan makan. Nyeri mulai tiba-tiba dan
biasanya memuncak dalam 30 menit. Tanda: nyeri
lepas, otot  tegang atau kaku biala kuadran kanan atas ditekan; tanda
murphy positif.
2.1.6. Pernapasan , tanda: peningkatan frekuensi pernapasan. Pernapasan
tertekan di tandai oleh napas pendek, dangkal.
2.1.7. Keamanan, tanda: demam, menggigil, ikterik, dengan kulit
berkeringat dan gatal (pruiritus). Kecenderungan perdarahan
(kekurangan vitamin k).

2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Pre Operasi
2.2.1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (obstruksi, proses
pembedahan)
2.2.2. Potensial Kekurangan cairan sehubungan dengan :
· Kehilangan cairan dari nasogastrik.
· Muntah.
· Pembatasan intake
· Gangguan koagulasi, contoh : protrombon menurun, waktu beku lama.
· Menanyakan kembali tentang imformasi.
· Mis Interpretasi imformasi.
· Belum/tidak kenal dengan sumber imformasi.
2.2.3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk ingesti dan absorbsi makanan
2.2.4. Kurangnya pengetahuan tentang prognosa dan kebutuhan pengobatan,
sehubugan dengan :
Ditandai : 
· Pernyataan yang salah.
· Permintaan terhadap informasi.
· Tidak mengikuti instruksi.
3. Intervensi

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi

1 Ketidakefektipan pola Setelah dilakukan tindakan 1.  Observasi


nafas berhubungan dengan keperawatan selama frekuensi/kedalaman
nyeri dan kerusaka otot pernapasan
Criteria hasil:
2.  Auskultasi bunyi nafas
Ventilasi/oksigenasi adekuat
untuk kebutuhan individu 3.  Tinggikan kepala tempat
tidur,pertahankan posisi
fowler rendah, ambulasi.

4.  Kolaborasi dengan tim


medis pemberian analgesik
sebelum pengobatan
pernapasan/ aktifitas terapi

2 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1.    Awasi tanda-tanda vital.


berhubungan dengan keperawatan selama Kaji membran mukosa,
kehilangan dari aspirasi turgor kulit , nadi perifeer,
Criteria hasil: menunjukan
ngt,muntah dan pengisian kapiler
keseimbangan cairan adekuat
dibuktikan dengan tanda-tanda 2.    Gunakan jarum kecil
vital stabil,membran mukosa untuk injeksi, dan lakukan
lembab, turgor kulit/pengisian penekanan lebih lama dari
kapiler baik, dan haluaran urine biasnya pada bekas suntikan
individu adekuat
3.    Anjurkan pasien
memiliki pembersihan dari
katun/spon dan pembersih
mulut untuk sikat gigi

4.    Kolaborasi dengan tim
medis pemberian cairan
iv.produk darah, sesuai
indikasi;elektrolit, vitamin k

3 Integritas kulit/jaringan, Setelah dilakukan tindakan 1.      Observasi warna dan


kerusakan berhubungan karakter drainase. Gunakan
dengan substansi kimia keperawatan selama 1x 24 jam kantong ostomi sekali pakai
(empedu) untuk menampung luka drein
Criteria hasil: pasien menunjukan
luka
perilaku untuk meningkatan
penyebuhan/mencegah kerusakan 2.      Benamkan selang
kulit drainase,biarkan selang bebas
bergerak, dan hindari lipatan
dan terpelintir

3.      Ganti balutan sesering


mungkin bila perlu.
Bersihkan kulit dengan sabun
dan air. Gunakan kassa
berminyak steril sengoksida
atau bedak karaya sekitar
insisi

4.      Kolaborasi dengan tim
medis pemberian antibiotik
sesuai indikasi.

4 Kurangnya pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1.    Kaji ulang proses


(kebutuhan belajartentang keperawatan selama penyakit ,prosedur bedah
kondissi, prognosis,dan prognosis
Criteria hasil: pasien menyatakan
kebutuhan pengobatans.
pemahanan proses penyakit/ 2.    Tunjukan perawatan
prognosis dan pengobatan insisis/balutan dan drein

3.    Kaji ulang pembatasan


aktitas tergantung pada
situasi individu
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Sylvia Price, 2005. Pathofisiologi Konsep Klinik Proses- proses


Penyakit, EGC, Jakarta.
Herdman, Heather, dkk. (2018). Nanda-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020, Edisi 11. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, et al. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika
Aesculapius FKUI, Jakarta.
Nurarif, Amin Huda. (2013). Asuhan Keperawatan Praktis. Jilid 1. Jogjakarta:
Mediaction.
Nurjannah, Intansari, dkk. (2018). Nursing Interventions Classification (NIC).
Jogyakarta: Mocomedia
Nurjannah, Intansari, dkk. (2018). Nursing Outcomes Classification (NOC).
Jogyakarta: Mocomedia
Smeltzer, Brunner, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC, Jakarta.
Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2005. 570-9
Sabiston David C. Jr.. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC.2010.115-128
Tjandra J. J. A.J. Gordon. Dkk. Textbook Of Surgery.Third Edition.New
Delhi:Blackwell Publishing.2006.

Banjarmasin, 15 November 2021


Preseptor Akademik, Ners Muda,

Zaqyyah Huzaifah. Ns.,M.Kep Achmad Khairun Nurfiqri. S.Kep

Anda mungkin juga menyukai