Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMODIALISA

OLEH :
FENNY NOORHAYATI WAHYUNI
NPM. 1914901110025

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS
BANJARMASIN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. ANATOMI FISIOLOGI GINJAL


1. ANATOMI

Gambar 1.1 Ginjal

Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada dinding


abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 hingga L3.
Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena besarnya lobus hepar.
Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan yang terdalam adalah kapsula
renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa, dan jaringan terluar adalah
fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini berfungsi sebagai pelindung dari trauma dan
memfiksasi ginjal (Tortora, 2011).

Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat terang dan
medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap. Korteks ginjal
mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari
glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa
triangular disebut piramida ginjal dengan basis menghadap korteks dan bagian
apeks yang menonjol ke medial. Piramida ginjal berguna untuk mengumpulkan
hasil ekskresi yang kemudian disalurkan ke tubulus kolektivus menuju pelvis
ginjal (Tortora, 2011).

2. FISIOLOGI
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi
kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut
dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah
melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam
jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air
di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urin (Price
dan Wilson, 2012).

Menurut Sherwood (2011), ginjal memiliki fungsi yaitu:


a) Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
b) Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam
pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri.
c) Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
d) Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
e) Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.

Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian
akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang diambil dari
darah pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke
ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu di kandung kemih.
Bila orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan keadaan
memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung kemih akan di
keluarkan lewat uretra (Sherwood, 2011).

Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah
besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula
Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi secara
bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula bowman
hampir sama dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh
kapiler glomerulus tetapi tidak difiltrasi, kemudian di reabsorpsi parsial,
reabsorpsi lengkap dan kemudian akan dieksresi (Sherwood, 2011)

B. DEFINISI
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi ginjal untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia
seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui
membran semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan
dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Kusuma & Nurarif, 2012).

Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah, dan dialisis = pemisahan atau filtrasi.
Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialis yang digunakan untuk mengeluarkan
cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut ataupun secara progresif
ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Tetapi ini dilakukan dengan
menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran penyaring semipermeabel
(ginjal buatan). Hemodialisis dapat dilakukan pada saar toksin atau zat beracun harus
segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian
(Mutaqin & Sari, 2011).

C. TUJUAN
Tujuan dari hemodialisis adalah untuk memindahkan produk-produk limbah
terakumulasi dalam sirkulasi klien dan dikeluarkan ke dalam mesin dialisis. Pada klien
gagal ginjal kronik, tindakan hemodialisis dapat menurunkan risiko kerusakan organ-
organ vital lainnya akibat akumulasi zat toksik dalam sirkulasi, tetapi tindakan
hemodialisis tidak menyembuhkan atau mengembalikan fungsi ginjal secara permanen.
Klien GGK biasanya harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya (biasanya tiga
kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam perkali terapi) atau sampai mendapat
ginjal baru melalui transplantasi ginjal (Mutaqin & Sari, 2011).

D. INDIKASI
Indikasi HD dibedakan menjadi HD emergency atau HD segera dan HD kronik.
1) Hemodialis segera
Hemodialisis segera adalah HD yang harus segera dilakukan, Indikasi hemodialisis
segera antara lain (Duaurgirdas et al., 2007):
a) Kegawatan ginjal
1. Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi
2. Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)
3. Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)
4. Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya K >6,5 mmol/l)
5. Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)
6. Uremia ( BUN >150 mg/dL)
7. Ensefalopati uremikum
8. Neuropati/miopati uremikum
9. Perikarditis uremikum
10. Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L
11. Hipertermia
b) Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran dialisis.

2) Indikasi Hemodialisis Kronik


Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dikerjakan berkelanjutan seumur
hidup penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis. Dialisis dimulai jika GFR
<15 ml/mnt. Keadaan pasien yang mempunyai GFR <15ml/menit tidak selalu sama,
sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai jika dijumpai salah satu dari hal
tersebut di bawah ini (Daurgirdas et al., 2007):
a) GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis
b) Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan muntah.
c) adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.
d) Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.
e) Komplikasi metabolik yang refrakter.

E. PRINSIP
Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu: difusi, osmosis, dan
ultrafiltrasi.
1) Proses difusi adalah proses berpindahnya zat karena adanya perbedaan kadar di
dalam darah, makin banyak yang berpindah ke dialisat.
2) Proses osmosis adalah proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi yaitu
perbedaan osmolalitas dan dialisat.
3) Proses Ultrafiltrasi adalah proses berpindahnya zat dan air karena perbedaan
hidrostatik didalam darah dan dialisat. Luas permukaan membran dan daya saring
membran mempengaruhi jumlah zat dan air yang berpindah.

Pada saat dialisis, pasien, dialiser dan rendaman dialisat memerlukan pemantauan yang
konstan untuk mendeteksi berbagai komplikasi yang dapat terjadi, misalnya: emboli
udara, ultrafiltrasi yang tidak adekuat atau berlebihan (hipotensi, kram, muntah)
perembesan darah, kontaminasi, dan komplikasi terbentuknya pirau atau fistula (Mutaqin
& Sari, 2011)

F. ALAT HEMODIALISA
1. Arterial – Venouse Blood Line (AVBL)

AVBL terdiri dari :


a) Arterial Blood Line (ABL)
Adalah tubing tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari tubing akses
vaskular tubuh pasien menuju dialiser, disebut Inlet ditandai dengan warna
merah.
b) Venouse Blood Line
Adalah tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari dialiser dengan
tubing akses vascular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai dengan warna
biru. Priming volume AVBL antara 100-500 ml. Priming volume adalah volume
cairan yang diisikan pertama kali pada AVBL dan kompartemen dialiser.

Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah konektor, ujung


runcing,segmen pump,tubing arterial/venouse pressure,tubing udara,bubble
trap,tubing infuse/transfuse set, port biru obat ,port darah/merah herah
heparin,tubing heparin dan ujung tumpul.

2. Dializer /ginjal buatan (artificial kidney)

Adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi dan inti dari alat hemodialysis terdiri
dari 2 ruang atau kompartemen,yaitu:
- Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
- Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat

Proses ini berfungsi menggantikan cairan dalam darah yang sudah terbuang /
tersaring oleh membrane dialyzer. Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran
semipermiabel. Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk
darah dan dua samping untuk keluar masuk dialisat. Dializer ini berfungsi menyaring
racun racun / sisa sisa metabolism dalam tubuh dalam darah kita dan akan di
strelirkan kembali sebelum masuk ke dalam tubuh pasien. Dializer ini memiliki
Membrane-membrane kecil yang digunakan untuk menyaring, Biasa nya 500mmHg
tergantung spesifikasi.

2.1 Cara kerja Dializer


2.2 Bagian Dializer
Dialyzer ini seharusnya setiap penggantian pasien harus diganti karena sudah
terdapat racun – racun yang telah di keluarkan oleh tubuh. Tetapi keadaan di
rumah sakit rumah sakit kecil dialyzer ini bisa di pakai untuk 6x penyaringan
pada setiap pasien, dengan syarat dialyzer ini tidak boleh di pakai kepada pasien
yang berbeda, biasanya tidakan seperti itu hanya dilakukan di rumah sakit/pasien
menengah kebawah karena harga dialyzer ini cukup mahal.

3. Air Water Treatment


Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai
pencampur dialisat peka (diasol). Air ini dapat
berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM
dan air sumur, yang harus dimurnikan dulu
dengan cara “water treatment” sehingga
memenuhi standar AAMI (Association for the
Advancement of Medical Instrument). Jumlah
air yang dibutuhkan untuk satu session
hemodilaisis seorang pasien adalah sekitar 120
Liter.

4. Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu.
Dipasaran beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate.
Dialisat asetat menurut komposisinya ada beberapa macam yaitu : jenis standart, free
potassium, low calsium dan lain-lain. Bentuk bicarbonate ada yang powder, sehingga
sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam air murni/air water treatment sebanyak 9,5
liter dan ada yang bentuk cair (siap pakai). Larutan pengganti dalam darah ini harus
di panaskan antara  34 - 39°C sebelum di alirkan didalam dialyzer
4.1 Dialisat asetat
Dialisat asetat telah dipakai secara luas sebagai dialisat standar untuk mengoreksi
asidosis uremikum dan untuk mengimbangi kehilangan bikarbonat secara difusi
selama proses hemodialisis. Dialisat asetat tersedia dalam bentuk konsentrat yang
cair dan relatif stabil.Dibandingkan dengan dialisat bikarbonat, maka dialisat
asetat harganya lebih murah tetapi efek sampingnya lebih banyak. Efek samping
yang sering muncul seperti mual, muntah, kepala sakit, otot kejang, hipotensi,
gangguan hemodinamik, hipoksemia, koreksi asidosis menjadi terganggu,
intoleransi glukosa, meningkatkan pelepasan sitokin. Adapun komposisi dialisat
asetat dan bikarbonat adalah sebagai berikut

Dialisat asetat Dialisat bikarbonat (mEq/l)


Komponen (mEq/l)
Lar. asam Lar. bikarbonat Lar. final
Natrium 143 80 60 140,0
Kalium 2,0 2,0 – 2,0
Kalsium 1,75 1,75 – 1,75
Magnesium 0,75 0,75 – 0,75
Klorida 112 87 25 117,0
Bikarbonat – – 35 31,0
Asetat 38 – – 4,0
Asam asetat – 4 – –
Glukosa – 8,33 – 8,33

4.2 Dialisat Bikarbonat
Dialisat bikarbonat terdiri dari 2 komponen konsentrat yaitu larutan asam dan
larutan bikarbonat. Kalsium dan magnesium tidak termasuk dalam konsentrat
bikarbonat karena konsentrasi yang tinggi dari kalsium, magnesium dan
bikarbonat dapat membentuk kalsium dan magnesium karbonat. Larutan
bikarbonat sangat mudah terkontaminasi mikroba karena konsentratnya
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Kontaminasi ini dapat
diminimalisir dengan waktu penyimpanan yang singkat. Konsentrasi bikarbonat
yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya hipoksemia dan alkalosis metabolik
yang akut. Namun dialisat bikarbonat bersifat lebih fisiologis walaupun relatif
tidak stabil. Biaya untuk sekali hemodialisis bila menggunakan dialisat
bikarbonat relatif lebih mahal dibandingkan  dengan dialisat asetat.

5. Mesin Haemodialisis

Ada bermacam-macam mesin haemodilisis sesuai dengan merek nya. Tetapi


prinsipnya sama yaitu blood pump, system pengaturan larutan dilisat, system
pemantauan mesin terdiri dari blood circuit dan dillisat circuit dan bebagai monitor
sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen tambahan seperti heparin pump,
tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi, kateter vena, blood
volume monitor, settingan  disesuaikan dengan kemampuan pasien biasanya diantara
300 – 400 ml/menit.

6. Infus Set

Selang infus ini fungsinya untuk jalan masuk cairan. sesuai namanya infus set
digunakan untuk khusus cairan infus kalau transet gunanya untuk tranfusi. infus set
tidak bisa digunakan untuk transet dan transet bisa digunakan untuk infus set,
perbedaanya di saringnya kalau transet ada saringanya kalau infus set tidak ada.
gambar disamping adalah infus set.

7. AV Fistula

AV fistula adalah koneksi, yang dibuat oleh seorang ahli bedah vaskular, dari arteri
ke vena. Arteri membawa darah dari jantung ke tubuh, sementara vena membawa
darah dari tubuh kembali ke jantung. Ahli bedah vaskular mengkhususkan diri dalam
bedah pembuluh darah. Dokter bedah biasanya menempatkan fistula AV di lengan
atau lengan atas. AV fistula menyebabkan tekanan ekstra dan darah ekstra mengalir
ke dalam vena, sehingga tumbuh besar dan kuat. Vena yang lebih besar menyediakan
akses yang mudah sehingga dapat diandalkan untuk pembuluh darah. Tanpa akses
semacam ini, sesi hemodialisis reguler tidak akan mungkin dilakukan. Vena yang
tidak diatur tidak dapat menahan insersi jarum berulang kali. Vena akan rusak seperti
sedotan yang rusak karena daya hisap yang kuat.

G. CARA KERJA
Pada proses hemodialisa, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam ginjal
buatan (dialyzer). Darah yang telah disaring kemudian dialirkan kembali ke dalam tubuh.
Rata – rata manusia mempunyai sekitar 5,6 s/d 6,8 liter darah, dan selama proses
hemodialisa hanya sekitar 0,5 liter yang berada di luar tubuh. Untuk proses hemodialisa
dibutuhkan pintu masuk atau akses agar darah dari tubuh dapat keluar dan disaring oleh
dialyzer kemudian kembali ke dalam tubuh. Terdapat 3 jenis akses yaitu arteriovenous
(AV) fistula, AV graft dan central venous catheter.

AV fistula adalah akses vaskular yang paling direkomendasikan karena cenderung lebih
aman dan juga nyaman untuk pasien. Sebelum melakukan proses hemodialisa (HD),
perawat akan memeriksa tanda – tanda vital pasien untuk memastikan apakah pasien
layak untuk menjalani Hemodialysis. Selain itu pasien melakukan timbang badan untuk
menentukan jumlah cairan didalam tubuh yang harus dibuang pada saat terapi.

Langkah berikutnya adalah menghubungkan pasien ke mesin cuci darah dengan


memasang blod line (selang darah) dan jarum ke akses vaskular pasien, yaitu akses untuk
jalan keluar darah ke dialyzer dan akses untuk jalan masuk darah ke dalam tubuh.
Setelah semua terpasang maka proses terapi hemodialisa dapat dimulai. Pada proses
hemodialisa, darah sebenarnya tidak mengalir melalui mesin HD, melainkan hanya
melalui selang darah dan dialyzer ( Ginjal Buatan ) dan darah akan dipisahkan dari sisa
sisa metabolisme / racun didalam darah melalui membrane dan cairan dalam darah akan
digantikan dengan cairan dialisat.

Mesin HD sendiri merupakan perpaduan dari komputer dan pompa, dimana mesin HD
mempunyai fungsi untuk mengatur dan memonitor aliran darah, tekanan darah, dan
memberikan informasi jumlah cairan yang dikeluarkan serta informasi vital lainnya.
Mesin HD juga mengatur cairan dialisat yang masuk ke dialyzer, dimana cairan tersebut
membantu mengumpulkan racun – racun dari darah. Pompa yang ada dalam mesin HD
berfungsi untuk mengalirkan darah dari tubuh ke dialyzer dan mengembalikan kembali
ke dalam tubuh.

Berikut ini adalah cara kerjanya ginjal sehat dibandingkan dengan proses Hemodialisis:

GINJAL SEHAT  HEMODIALYSIS

Darah mengalir ke ginjal Darah dikeluarkan dari tubuh melalui selang darah
menggunakan mesin dialisis kemudian bersirkulasi ke
Ginjal buatan (Dializer)

Filter kecil yang disebut Sebuah dialyzer menarik limbah melalui filter ke dialisat
‘nephrons’ menarik keluar
limbah

Darah bersih akan mengalir Darah yang sudah bersih setelah melalui proses dialisis
keluar dari ginjal akan dipompa oleh mesin dialisis untuk kembali ke dalam
tubuh.

Cairan dan limbah keluar Cairan dan Limbah hasil dari proses dialisis akan melalui
dari tubuh melalui air proses pembuangan yang sudah diprogram oleh mesin
kencing dialisis

Proses pembersihan darah Proses pembersihan darah biasanya hanya terjadi saat
Terjadi 24 jam per hari proses dialisis dilakukan di unit dialisis (selama 4 jam
dengan frekuensi 3 kali seminggu)

H. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN

Keuntungan Kerugian

- Tim kesehatan akan memantau dan - Harus mengikuti jadwal yang


mendampingi selama dalam menjalani ditentukan oleh unit dialisis.
perawatan dialisis dan menjawab semua - Harus pergi ke Unit Dialisis klinik
pertanyaan yang dibutuhkan untuk perawatan.
- Kesempatan untuk bertemu dan - Diet ketat dan pembatasan cairan
bersosialisasi dengan pasien lain - Mungkin membutuhkan istirahat
- Tidak setiap hari mengunjungi pusat untuk pulih setelah selesai perawatan
perawatan dialisis. dialysis
  - Ada Central Venous Catherer (CVC)
(Kateter Vena Sentral) dan Perawatan
Catheter Vena Sentral.

I. KOMPLIKASI
Komplikasi HD dapat dibedakan menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronik
(Daurgirdas et al., 2007).
1) Komplikasi akut adalah komplikasi yang terjadi selama hemodialisis berlangsung.
Komplikasi yang sering terjadi adalah: hipotensi, kram otot, mual muntah, sakit
kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan menggigil (Daurgirdas et
al., 2007; Bieber dan Himmelfarb, 2013).

Komplikasi yang cukup sering terjadi adalah gangguan hemodinamik, baik hipotensi
maupun hipertensi saat HD atau HID. Komplikasi yang jarang terjadi adalah sindrom
disekuilibrium, reaksi dialiser, aritmia, tamponade jantung, perdarahan intrakranial,
kejang, hemolisis, emboli udara, neutropenia, aktivasi komplemen, hipoksemia
(Daurgirdas et al., 2007).
2) komplikasi Kronik adalah komplikasi yang terjadi pada pasien dengan hemodialisis
kronik. Komplikasi kronik yang sering terjadi antara lain:
a) Penyakit jantung
b) Malnutrisi
c) Hipertensi / volume excess
d) Anemia
e) Renal osteodystrophy
f) Neurophaty
g) Disfungsi reproduksi
h) Komplikasi pada akses
i) Gangguan perdarahan
j) Infeksi
k) Amiloidosis
l) Acquired cystic kidney disease (Bieber dan Himmelfarb, 2013).

J. PERAWATAN

1) Perawatan sebelum hemodialisis (Pra HD)


a. Persiapan mesin :
- Listrik                                            - air (sudah melalui pengolahan)
- Saluran pembuangan                     - Dialyzer (ginjal buatan)
- AV Blood line                              - AV Fistula/ Abocath
- Infuse set                                      - Spuit 50cc, 5 cc
- Insulin, Heparin Injeksi                 - Xylocain (anestesi local)
- Nacl 0,90%                                   - Kain Kasa/ Gaas Steril
- Persiapan peralatan & obat2         - Duk steril
- Sarung tangan steril                      - Bak & mangkuk steril kecil
- Klem, Plester                                 - Desinfektan (alkohol, betadin)
- Gelas ukur                                     - Timbangan BB
- Formulir Hemodialisis                   - Sirkulasi darah
b. Langkah – langkah:
- Letakkan GB (ginjal buatan) pada holder dengan posisi merah diatas
- Hubungkan ujung putih pada ABL dengan GB ujung merah
- Hubungkan ujung putih VBL dengan GB ujung biru, ujung biru VBL
dihubungkan dengan alat penampung/ matkan
- Letakkan posisi GB terbalik yaitu yang tanda merah dibawah, biru diatas
- Gantungkan NaCl 0,9% (2-3 Kolf)
- Pasang infus set pada kolf NaCl
- Hubungkan ujung infus set dengan ujung merah ABL atau tempat khusus
- Tutup semua klem yang ada pada slang ABL, VBL, 9untuk hubungan
tekanan arteri, tekanan vena, pemberian obat-obatan)
- Buka klem ujung dari ABL, VBL dan infus set
- Jalankan Qb dengan kecepatan kurang lebih dari 100 ml/m
- Udara yang ada dalam GB harus hilang sampai bebas udara degan cara
menekan nekan VBL
- Air trap/ bubble trap disisi 2/3 – ¾ bagian
- Setiap kolf NaCl sesudah/ hendak mengganti kolf baru Qb dimatikan
- Setelah udara dalam GB habis, hubungkan ujung ABL dengan ujung VBL,
klem tetap dilepas
- Masukan heparin dalam sirkulasi darah sebanyak 1500-2000 U
- Ganti kolf NaCl dengan baru yang telah diberi heparin 500 U dan klem infus
dibuka
- Jalankan sirkulasi darah dan soaking (melembabkan GB) selama 10- 15 menit
sebelum dihubungkan dengan sirkulasi sistemik pasien
- Catatan Istilah dalam kegiatan Hemodialisa Persiapan Sirkulasi: Rinsing
(Membilas GB + VBL + ABL), Priming (Mengisi GB + VBL + ABL),
Soaking (Melembabkan GB). Cara melembabkan GB yaitu dengan
menghubungkan GB dengan sirkulasi dialisat. Bila mempergunakan dialyzer
reuse/ pemakaian GB ulang: Buang formalin dari kompartemen darah dan
kompartemen dialisat. Hubungkan dialyzer dengan selang dialisat biarkan
kurang lebih 15 menit pada posisi rinse.
- Test formalin dengan tablet clinitest: Tampung cairan yang keluar dari
dialyzer atau drain ambil 100 tts ( 1/ 2 cc) masukkan ke dalam tabung gelas,
masukan 1 cairan tablet clinitest ke dalam tabung gelas yang sudah berisi
cairan. Lihat reaksi: Warna biru : - / negatif, Warna hijau : + / positif, Warna
kuning : + / positif, Warna coklat : + / positif
- Selanjutnya mengisi GB sesuai dengan cara mengisi GB baru. Cara
menghitung volume priming (Volume priming: darah yang berada dalam
sirkulasi): (ABL + GB + VBL)
- NaCl yang dipakai membilas dikurangi jumlah Nacl yang ada didalam mat
kan (gelas tampung/ukur). Contoh: Nacl yang dipakai membilas 1000 cc.
Nacl yang ada didalam matkan : 750 cc. Jadi volume priming : 1000 cc – 750
cc = 250 cc
c. Persiapan pasien: Persiapan mental, izin hemodialisis, persiapan fisik (timbang
BB, Posisi, Observasi Ku dan ukur TTV)

2) Perawatan Selama Hemodialisis (Intra HD) Pasien


a. Sarana hubungan sirkulasi/ akses sirkulasi:
- Dengan internal A-V shunt / Fistula cimino
1. Pasien sebelumnya dianjurkan cuci lengan dan tangan
2. Teknik aseptic + antiseptic: Betadine + alcohol
3. Anestesi local (lidocain, procain inj)
4. Punksi vena. Dengan Av fistula no G. 14 s/d G. 16 abocath, fiksasi tutup
dengan kasa steril
5. Berikan bolus heparin inj (dosisi awal)
6. Punksi inlet (fistula), fiksasi, tutup dengan kassa steril
- Dengan eksternal A-V shunt, desifektan, klem kanula arteri dan vena
1. Bolus heparin inj (dosis awal)
2. Tanpa 1 & 2 (femora, dll), desinfektan anestesi lokal
3. Punksi outlet / vena salah satu vena yang besar biasanya dilengan
4. Bolus heparin inj (dosis awal), fiksasi dan tutup kassa steril
5. Punksi inlet (vena atau arteri femoralis), raba arteri femoralis, tekan arteri
femoralis 0,5 – 1 cm ke arah medial vena femoralis
6. Anestesi lokal (infiltrasi anestesi)
7. Vena femoralis dipunksi setelah anestesi lokal 3 – 5 menit dan fiksasi,
tutup kassa steril
b. Memulai Hemodilasis
- Ujung ABL line dihubungkan dengan punksi inlet
- Ujung VBL line dihubungkan dengan punksi outlet
- Semua klem dibuka, kecuali klem infus set 100 ml/m, sampai sirkulasi darah
terisi semua
- Jalankan pompa darah dengan Ob
- Pompa darah  (blood pump stop, sambungkan ujung dari VBL dengan punksi
outlet
- Fiksasi ABL dan VBL (sehingga pasien tidak sulit untuk bergerak)
- Cairan priming diampung digelas ukur dan jumlahnya dicatat (cairan
dikeluarkan sesuai kebutuhan)
- Jalankan pompa darah dengan Qb = 100 ml/m, setelah 15 menit bisa dinaikan
sampai 300 ml/ m (dilihat dari keadaan pasien)
- Hubungkan selang-selang untuk monitor : venous pressure, arteri pressure,
hidupkan air/ blood leak detector
- Pompa heparin dijalankan (dosis heparin sesuai keperluan). Heparin
dilarutkan dengan NaCl
- Ukur Td, Nadi setiap 1 jam. Bila keadaan pasien tidak baik/ lemah lakukan
megukur TD, nadi lebih sering
- Isi formulir HD antara lain: Nama, umur, BB, TD, N, S, P, Tipe GB, cairan
priming yang masuk, makan/ minum, keluhan selama HD, Masalah selama
HD.
- Cacatan:
1. Permulaan HD posisi dialyzer terbalik setelah dialyzer bebas udara posisi
kembalikan ke posisi sebenarnya
2. Pada waktu menghubungkan venous line dengan punksi outlet, udara
harus diamankan lebih dulu
3. Semua sambungkan dikencangkan
4. Tempat-tempat punksi harus sering dikontrol, untuk menghindari terjadi
perdarahan dari tempat punksi
c. Memprogam mesin hemodialisis:
- Qb: 200 – 300 ml/ m
- Qd : 300 – 500 ml/m
- Temperatur : 36 – 400 c
- TMP, UFR
- Heparinisasi
Dosis awal : 25 – 50 U/ kg BB
Dosis selanjutnya (maintance) = 500 – 1000 U/ kg BB
Cara memberikan:
1. Kontinus
2. Intermiten (biasa diberikan tiap 1 jam sampai 1 jam terakhir sebelum HD
selesai
d. Heparinisasi Minimal:
Syarat – syarat:
- Dialyzer Khusus (kalau ada)
- Qb tingi ( 250 – 300 ml/ m)
- Dosis Heparin : 500 U (pada sirkulasi darah)
- Bilas dengan NaCl yang masuk harus dhitung. Banyaknya Nacl yang masuk
harus dikeluarkan dari tubuh, bisa dimasukkan ke dalam progam ultrafiltarsi
e. Pengamatan Observasi, Monitor Selama Hemodialisa
- Pasien: Keadaan umum, TTV, Perdarahan, tempat punksi inlet, outlet,
keluhan / komplikasi hemodialisis
- Mesin & Peralatan: Qb & Qd, temperature, koduktiviti, Pressure/ tekanan
arterial & venous, dialysate, UFR, Air leak & blood leak, heparinisasi,
sirkulasi ekstra corporeal, sambungan-sambungan
- Catatan: Obat menaikkan TD (Tu. Pend hipotensi berat): Efedrin 1 ampul +
10 cc aquadest kmd disuntik 2 ml/ IV
3) Perawatan Sesudah Hemodialisis (Post HD)
a. Persiapan alat: Kain kassa, plester, verband gulung, alkohol/betadine, antibiotik
powder (Nebacetin/cicatrin), bantal pasir (1 – ½ kram): pada punksi femoral
b. Cara Bekerja:
- Menit sebelum hemodialisis berakhir Qb diturunkan sekitar 100cc/m UFR= 0
- Ukur TD, nadi
- Blood Pump Stop
- Ujung ABL diklem, jarum inlet dicabut, bekas punksi inlet ditekan dengan
kassa steril yang diberi betadine
- Hubungkan ujung ABL dengan infus set 50 – 100 cc, 100ml/m Nacl masuk
- Darah dimasukkan ke dalam tubuh dengan dorong dengan Nacl sambil Qb
dijalankan
- Setelah darah masuk ke tubuh blood pump stop, ujun VBL diklem
- Jarum outlet dicabut, bekas punksi inlet & outlet ditekan dengan kassa steril
yang diberi betadine
- Bila perdarahan pada punksi sudah berhenti, bubuhi bekas punksi inlet dan
outlet dengan antibiotik powder, lalu tutup dengan kain kassa/ band aid lalu
pasang verband
- Ukur TTV : TD, N, S, P
- Timbang BB (kalau memungkinkan)
- Isi Formulir Hemodialisis

Catatan:
- Cairan pendorong/ pembilas NaCl sesuai dengan kebutuhan kalau perlu
didorong dengan udara (harus hati-hati)
- Penekanan bekas punksi dengan 3 jari sekitar 10 menit
- Bekas punksi femoral lebih lama, setelah peredarahn berhenti, ditekan
kembali dengan bantal pasir
- Bekas punksi arteri penekanan harus tepat, lebih lama
- Memakai teknik aseptik dan antiseptik

c. Scribner:
- Pakai sarung tangan
- Sebelum ABL & VBL dilepas dari kanula maka kanula arteri & kanula vena
harus diklem lebih dulu
- Kanula arteri & vena dibilas dengan Nacl yang diberi 250 U – 300 U heparin
inj
- Kedua sisi kanula dihubungkan kembali dengan konektor
- Lepas klem pada kedua kanula
- Fiksasi
- Pasang balutan dengan sedikit kanula bisa dilihat dari luar untuk mengetahui
ada bekuan atau tidak
- Bila perdarahan pada pungsi sudah berhenti, bubuhi bekas punksi inlet &
outlet dengan antibiotik powder, lalu tutup dengan kain kassa/band aid lalu
pasang verband
- Ukur TTV: TD, N, S, P
- Timbang BB
- Isi Formulir

Catatan:
- Cairan pendorong atau pembilas Nacl sesuai dengan kebutuhan. Kalau perlu
didorong dengan udar
- Penekanan bekas punksi dengan 3 jari sekitar 10 menit
- Bekas pungsi femoral lebih lama, setelah perdaragan berhenti, ditekan
kembali dengan bantal pasir
- Memakai teknik aseptik dan antiseptik.

K. PENGKAJIAN
Pedoman dalam melakukan pengkajian keperawatan praprosedur hemodialisa.
1) Pengkajian Anamnesis
a. Kaji identitas klien. Rasional: memudahkan kelengkapan asuhan
b. Kaji adanya progam dokter tentang pelaksanaan hemodilasi. Rasional: Sebagai
peran kolaboratif untuk melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan
progam dokter
c. Kaji kondisi psikologis, mekanisme koping, dan adanya kecemasan praprosedur.
Rasional: mekanisme koping maladktif terutama pada pasein yang pertama kali
divonis untuk cuci darah dapat memepengaruhi pelaksanaan. Peran perawat
sangat penting untuk membantu pasien dalam mencari mekanisme koping yang
positif. Prosedu kecemasan merupakan hal yang paling sering dialami pasien
yang pertama kali dilakukan hemodilalisis. Peran perawat memberikan dukungan
dan penjelasan yang ringkas dan mudah dimengerti agar bisa menurunkan
kecemasan pasien.
d. Kaji pengetahuan pasien tentang prosedur hemodialisis. Rasional: untuk
menentukan tingkat koorperatif dan sebaga materi dasar untuk memberikan
penjelasan prosedur hemodialisis sesuai dengan tingkat pengetahuannya.
e. Beri penjelasan prosedur pemasangan dan lakukan penandatangan informed
consent. Rasional: hemodialisis dapat menimbulkan komplikasi. Klien perlu
diberi penjelasan dan menyatakan persetujuannya melalui surat pesetujuan
tindakan.
f. Kaji adanya riwayat dilakukan hemodialisis sebelumnya. Rasional: untuk
memantau reaksi pasca hemodialisis
g. Kaji pemakaian obat-obatan sebelumnya. Rasional: klien yang meminum obat-
obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia, antihipertensi) harus
dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat ini dalam darah dan
jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksis. Beberapa
obat akan dikeluarkan dari darah pada saat dialisis, oleh karena itu penyesuaian
dosis oleh dokter mungkin diperlukan. Obat-obat yang terikat dengan protein
tidak akan dikeluarkan selama dialisis. Pengeluaran metabolit obat yang lain
bergantung pada berat dan ukuran molekulnya. Apabila seorang pasien menjalani
dialisis, semua jenis obat dan dosisinya harus dievaluasi dengan cermat. Terapi
antihipertensi yang sering merupakan bagian dari susunan terapi dialisis
meruapakan salah satu contih dimana komunikasi, pendidikan dan evalusasi
dapat memberikan hasil yang berbeda. Pasien harus mengetahui kapan minum
obat dan kapan menundanya. Sebagai contoh, jika obat antihipertensi diminum
pada pagi hari yang sama dengan saat menjalani hemodialisis, efek hipotensi
dapat terjadi selama hemodialisis dan menyebabkan tekanan darah rendah yang
berbahaya.

2) Pemeriksaan Fisik
a. Timbang berat badan pasien. Rasional: sebagai pengukuran standar sebelum
dilaksanakan hemodialisis. Berat badan akan menurun pada saat prosedur selesai
dilaksanakan.
b. Periksa Tanda-tanda vital. Rasional: Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis.
Denyut nadi dan tekanan darah biasanya diatas rentang normal. Kondisi ini harus
diukur pada saat selesai prosedur dengan membandingkan hasil pra dan sesudah
prosedur.
c. Kaji adanya akses vakuler. Rasional: Pengkajian akses vaskular diperlukan dalam
pengkajian praprosedur
- Subklavia dan femoralis. Rasional: akses segera kedalam sirkulasi darah
pasien pada hemodialisis darurat dicapai melalui katerisasi subklavia untuk
pemakaian sementara. Kateter dwi lumen atau multi lumen dimasukkan ke
dalam vena subklavia. Meskipun metode akses vaskular ini memiliki risiko
misalnya dapat menyebabkan cedera vaskuler seperti hematom,
pneumothoraks, infeksi, trombosis vena subklavia, dan aliran darah yang
tidak adekuar. Namun metode tersebut biasanya dapat digunakan selama
beberapa minggu. Kateter femoralis dapat dimasukan ke dalam pembuluh
darah femoralis untuk pemakaian segera dan sementara. Kateter tersebut
dikeluarkan jika sudah tidak diperlukan karena kondisi pasein telah membaik,
atau terdapat cara akses lain. Oleh karena mayoritas pasien hemodialisis
jangka panjang yang harus dirawat dirumah sakit merupakan pasien dengan
kegagalan akses sirkulasi yang permanen, maka salah satu prioritas dalam
perawatan pasien hemodilasis adalah perlindungan terhadap akses sirkulasi
tersebut.
- Fistula arteri vena. Rasional: Fistula yang lebih permanen dibuat melalui
pembedahan yang biasanya dilakukan pada lengan bawah dengan cara
menghubungkan atau menyambung pembuluh arteri dengan vena secara
dihubungkan antar sisi atau dihubungkan antara ujung dan sisi pembuluh
darah. Fistula tersebutkan memerlukan waktu 4 hingga 6 minggu untuk
menjadi matang sebelum siap digunakan. Waktu ini diperlukan untuk
memberikan kesempatan agar fistula pulih dn segmen vena fistula berdilatasi
dengan baik sehingga dapat menerima jarum berlumen besar dengan ukuran –
14 sampai – 16. Jarum ditusukan ke dalam pembuluh darah agar cukup aliran
darah yang akan mengalir melalui dialiser. Segmen arteri fistula digunakan
untuk aliran darah arteri dan segmen vena digunakan untuk memasukan
kembali reinfus darah yang sudah didialisis. Untuk menampung aliran darah
ini, segmen arteri vena fistula tersebut harus lebih besar daripada pembuluh
darah normal. Pasien dianjurkan untuk melakukan latihan guna meningkatkan
ukuran pembuluh darah yaitu dengan meremas remas bola karet untuk
melatih fistula yang dibuar dilengan bawah sehingga pembuluh darah yang
sudah lebar dapat menerima jarum berukuran besar yang digunakand alam
proses hemodialisis.
- Shunt/ Tandur. Rasional:  dalam menyediakan lumen sebagai tempat
penusukan jarum dialisis, sebuah tandur dapat dibuat dengan cara menjahit
sepotong pembuluh arteri atau vena dari sapi, materia; gore tex (heterografi)
atau tandur vena safena dari pasien sendiri. Biasanya tandur tersebut dibuat
bila pembuluh darah pasien tidak cocok untuk dijadikan fistula. Tandur
biasanya dipasang pada lengan bawah, lengan atas atau paha bagian atas.
Pasien dengan sistem vaskular yang terganggu seperti pasien diabetes,
biasanya memerlukan pemasangan tandur sebelum menjalani hemodialisis.
Oleh karena tandur tersebut merupakan pembuluh darah artifisial, risiko
infkesi akan meningkat.
3) Pengkajian Penunjang
a) Kaji pemeriksaan laboratorium. Rasional: pemeriksaan lab menjadi parameter
untuk dilakukan hemodialisis, meliputi Hb, Hematokrit, kadar albumin, BUN,
Kreatinin dan elektrolit.
b) Konfirmasi pemeriksaan HbSag dan status HIV. Rasional: Preventif perawat
dalam menjaga atau mempertahankan universa; precaution dan mencegahan
menular
c) Kaji adanya peningkatan kadar SGOT/PT. Rasional: Menilai keterlibatan hati
dengan melihat peningkatan enzim serum hati

L. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1) Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan cairan, kelebihan asupan natrium,
gangguan mekanisme regulasi
2) Resiko ketidakseimbangan volume cairan b.d program pengobatan, pakreatitis, asites,
obstruksi intestinal
3) Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d disfungsi ginjal, program pengobatan
4) Risiko infeksi b.d penyakit kronis, prosedur invasif
5) Nyeri akut b.d agen cedera biologis, agen cedera fisik, agen cedera kimiawi
DAFTAR PUSTAKA

Beiber, S.D. dan Himmelfarb, J. 2013. Hemodialysis. In: Schrier’s Disease of the Kidney. 9th
edition. Coffman, T.M., Falk, R.J., Molitoris, B.A., Neilson, E.C., Schrier, R.W. editors.
Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia:2473-505.

Daugirdas, J.T., Blake, P.G., Ing, T.S. 2007. Handbook of Dialysis. 4th ed. Phildelphia. Lipincott
William & Wilkins.
Nanda.2018-2020. NANDA-I Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta: EGC

Mutaqqin, Arif & Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.
Kusuma, Hardhi & Amin, Huda Nurarif. (2012). Handbook for Health Student. Yogyakarta:
Mediaction Publishing.

Banjarmasin, 19 November 2019

Preseptor Klinik, Ners Muda

Norzainah, S.Kep., Ns Fenny Noorhayati Wahyuni, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Hiv
    LP Hiv
    Dokumen13 halaman
    LP Hiv
    Achmad Khairun Nur Fikri
    Belum ada peringkat
  • LP DM
    LP DM
    Dokumen15 halaman
    LP DM
    Achmad Khairun Nur Fikri
    Belum ada peringkat
  • LP Cholelithiasis CT
    LP Cholelithiasis CT
    Dokumen12 halaman
    LP Cholelithiasis CT
    Achmad Khairun Nur Fikri
    Belum ada peringkat
  • LP MDS
    LP MDS
    Dokumen15 halaman
    LP MDS
    Achmad Khairun Nur Fikri
    Belum ada peringkat