HEMODIALISA
OLEH :
FENNY NOORHAYATI WAHYUNI
NPM. 1914901110025
Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat terang dan
medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap. Korteks ginjal
mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari
glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa
triangular disebut piramida ginjal dengan basis menghadap korteks dan bagian
apeks yang menonjol ke medial. Piramida ginjal berguna untuk mengumpulkan
hasil ekskresi yang kemudian disalurkan ke tubulus kolektivus menuju pelvis
ginjal (Tortora, 2011).
2. FISIOLOGI
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi
kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut
dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah
melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam
jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air
di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urin (Price
dan Wilson, 2012).
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian
akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang diambil dari
darah pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke
ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu di kandung kemih.
Bila orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan keadaan
memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung kemih akan di
keluarkan lewat uretra (Sherwood, 2011).
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah
besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula
Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi secara
bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula bowman
hampir sama dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh
kapiler glomerulus tetapi tidak difiltrasi, kemudian di reabsorpsi parsial,
reabsorpsi lengkap dan kemudian akan dieksresi (Sherwood, 2011)
B. DEFINISI
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi ginjal untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia
seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui
membran semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan
dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Kusuma & Nurarif, 2012).
Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah, dan dialisis = pemisahan atau filtrasi.
Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialis yang digunakan untuk mengeluarkan
cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut ataupun secara progresif
ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Tetapi ini dilakukan dengan
menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran penyaring semipermeabel
(ginjal buatan). Hemodialisis dapat dilakukan pada saar toksin atau zat beracun harus
segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian
(Mutaqin & Sari, 2011).
C. TUJUAN
Tujuan dari hemodialisis adalah untuk memindahkan produk-produk limbah
terakumulasi dalam sirkulasi klien dan dikeluarkan ke dalam mesin dialisis. Pada klien
gagal ginjal kronik, tindakan hemodialisis dapat menurunkan risiko kerusakan organ-
organ vital lainnya akibat akumulasi zat toksik dalam sirkulasi, tetapi tindakan
hemodialisis tidak menyembuhkan atau mengembalikan fungsi ginjal secara permanen.
Klien GGK biasanya harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya (biasanya tiga
kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam perkali terapi) atau sampai mendapat
ginjal baru melalui transplantasi ginjal (Mutaqin & Sari, 2011).
D. INDIKASI
Indikasi HD dibedakan menjadi HD emergency atau HD segera dan HD kronik.
1) Hemodialis segera
Hemodialisis segera adalah HD yang harus segera dilakukan, Indikasi hemodialisis
segera antara lain (Duaurgirdas et al., 2007):
a) Kegawatan ginjal
1. Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi
2. Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)
3. Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)
4. Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya K >6,5 mmol/l)
5. Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)
6. Uremia ( BUN >150 mg/dL)
7. Ensefalopati uremikum
8. Neuropati/miopati uremikum
9. Perikarditis uremikum
10. Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L
11. Hipertermia
b) Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran dialisis.
E. PRINSIP
Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu: difusi, osmosis, dan
ultrafiltrasi.
1) Proses difusi adalah proses berpindahnya zat karena adanya perbedaan kadar di
dalam darah, makin banyak yang berpindah ke dialisat.
2) Proses osmosis adalah proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi yaitu
perbedaan osmolalitas dan dialisat.
3) Proses Ultrafiltrasi adalah proses berpindahnya zat dan air karena perbedaan
hidrostatik didalam darah dan dialisat. Luas permukaan membran dan daya saring
membran mempengaruhi jumlah zat dan air yang berpindah.
Pada saat dialisis, pasien, dialiser dan rendaman dialisat memerlukan pemantauan yang
konstan untuk mendeteksi berbagai komplikasi yang dapat terjadi, misalnya: emboli
udara, ultrafiltrasi yang tidak adekuat atau berlebihan (hipotensi, kram, muntah)
perembesan darah, kontaminasi, dan komplikasi terbentuknya pirau atau fistula (Mutaqin
& Sari, 2011)
F. ALAT HEMODIALISA
1. Arterial – Venouse Blood Line (AVBL)
Adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi dan inti dari alat hemodialysis terdiri
dari 2 ruang atau kompartemen,yaitu:
- Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
- Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat
Proses ini berfungsi menggantikan cairan dalam darah yang sudah terbuang /
tersaring oleh membrane dialyzer. Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran
semipermiabel. Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk
darah dan dua samping untuk keluar masuk dialisat. Dializer ini berfungsi menyaring
racun racun / sisa sisa metabolism dalam tubuh dalam darah kita dan akan di
strelirkan kembali sebelum masuk ke dalam tubuh pasien. Dializer ini memiliki
Membrane-membrane kecil yang digunakan untuk menyaring, Biasa nya 500mmHg
tergantung spesifikasi.
4. Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu.
Dipasaran beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate.
Dialisat asetat menurut komposisinya ada beberapa macam yaitu : jenis standart, free
potassium, low calsium dan lain-lain. Bentuk bicarbonate ada yang powder, sehingga
sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam air murni/air water treatment sebanyak 9,5
liter dan ada yang bentuk cair (siap pakai). Larutan pengganti dalam darah ini harus
di panaskan antara 34 - 39°C sebelum di alirkan didalam dialyzer
4.1 Dialisat asetat
Dialisat asetat telah dipakai secara luas sebagai dialisat standar untuk mengoreksi
asidosis uremikum dan untuk mengimbangi kehilangan bikarbonat secara difusi
selama proses hemodialisis. Dialisat asetat tersedia dalam bentuk konsentrat yang
cair dan relatif stabil.Dibandingkan dengan dialisat bikarbonat, maka dialisat
asetat harganya lebih murah tetapi efek sampingnya lebih banyak. Efek samping
yang sering muncul seperti mual, muntah, kepala sakit, otot kejang, hipotensi,
gangguan hemodinamik, hipoksemia, koreksi asidosis menjadi terganggu,
intoleransi glukosa, meningkatkan pelepasan sitokin. Adapun komposisi dialisat
asetat dan bikarbonat adalah sebagai berikut
4.2 Dialisat Bikarbonat
Dialisat bikarbonat terdiri dari 2 komponen konsentrat yaitu larutan asam dan
larutan bikarbonat. Kalsium dan magnesium tidak termasuk dalam konsentrat
bikarbonat karena konsentrasi yang tinggi dari kalsium, magnesium dan
bikarbonat dapat membentuk kalsium dan magnesium karbonat. Larutan
bikarbonat sangat mudah terkontaminasi mikroba karena konsentratnya
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Kontaminasi ini dapat
diminimalisir dengan waktu penyimpanan yang singkat. Konsentrasi bikarbonat
yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya hipoksemia dan alkalosis metabolik
yang akut. Namun dialisat bikarbonat bersifat lebih fisiologis walaupun relatif
tidak stabil. Biaya untuk sekali hemodialisis bila menggunakan dialisat
bikarbonat relatif lebih mahal dibandingkan dengan dialisat asetat.
5. Mesin Haemodialisis
6. Infus Set
Selang infus ini fungsinya untuk jalan masuk cairan. sesuai namanya infus set
digunakan untuk khusus cairan infus kalau transet gunanya untuk tranfusi. infus set
tidak bisa digunakan untuk transet dan transet bisa digunakan untuk infus set,
perbedaanya di saringnya kalau transet ada saringanya kalau infus set tidak ada.
gambar disamping adalah infus set.
7. AV Fistula
AV fistula adalah koneksi, yang dibuat oleh seorang ahli bedah vaskular, dari arteri
ke vena. Arteri membawa darah dari jantung ke tubuh, sementara vena membawa
darah dari tubuh kembali ke jantung. Ahli bedah vaskular mengkhususkan diri dalam
bedah pembuluh darah. Dokter bedah biasanya menempatkan fistula AV di lengan
atau lengan atas. AV fistula menyebabkan tekanan ekstra dan darah ekstra mengalir
ke dalam vena, sehingga tumbuh besar dan kuat. Vena yang lebih besar menyediakan
akses yang mudah sehingga dapat diandalkan untuk pembuluh darah. Tanpa akses
semacam ini, sesi hemodialisis reguler tidak akan mungkin dilakukan. Vena yang
tidak diatur tidak dapat menahan insersi jarum berulang kali. Vena akan rusak seperti
sedotan yang rusak karena daya hisap yang kuat.
G. CARA KERJA
Pada proses hemodialisa, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam ginjal
buatan (dialyzer). Darah yang telah disaring kemudian dialirkan kembali ke dalam tubuh.
Rata – rata manusia mempunyai sekitar 5,6 s/d 6,8 liter darah, dan selama proses
hemodialisa hanya sekitar 0,5 liter yang berada di luar tubuh. Untuk proses hemodialisa
dibutuhkan pintu masuk atau akses agar darah dari tubuh dapat keluar dan disaring oleh
dialyzer kemudian kembali ke dalam tubuh. Terdapat 3 jenis akses yaitu arteriovenous
(AV) fistula, AV graft dan central venous catheter.
AV fistula adalah akses vaskular yang paling direkomendasikan karena cenderung lebih
aman dan juga nyaman untuk pasien. Sebelum melakukan proses hemodialisa (HD),
perawat akan memeriksa tanda – tanda vital pasien untuk memastikan apakah pasien
layak untuk menjalani Hemodialysis. Selain itu pasien melakukan timbang badan untuk
menentukan jumlah cairan didalam tubuh yang harus dibuang pada saat terapi.
Mesin HD sendiri merupakan perpaduan dari komputer dan pompa, dimana mesin HD
mempunyai fungsi untuk mengatur dan memonitor aliran darah, tekanan darah, dan
memberikan informasi jumlah cairan yang dikeluarkan serta informasi vital lainnya.
Mesin HD juga mengatur cairan dialisat yang masuk ke dialyzer, dimana cairan tersebut
membantu mengumpulkan racun – racun dari darah. Pompa yang ada dalam mesin HD
berfungsi untuk mengalirkan darah dari tubuh ke dialyzer dan mengembalikan kembali
ke dalam tubuh.
Berikut ini adalah cara kerjanya ginjal sehat dibandingkan dengan proses Hemodialisis:
Darah mengalir ke ginjal Darah dikeluarkan dari tubuh melalui selang darah
menggunakan mesin dialisis kemudian bersirkulasi ke
Ginjal buatan (Dializer)
Filter kecil yang disebut Sebuah dialyzer menarik limbah melalui filter ke dialisat
‘nephrons’ menarik keluar
limbah
Darah bersih akan mengalir Darah yang sudah bersih setelah melalui proses dialisis
keluar dari ginjal akan dipompa oleh mesin dialisis untuk kembali ke dalam
tubuh.
Cairan dan limbah keluar Cairan dan Limbah hasil dari proses dialisis akan melalui
dari tubuh melalui air proses pembuangan yang sudah diprogram oleh mesin
kencing dialisis
Proses pembersihan darah Proses pembersihan darah biasanya hanya terjadi saat
Terjadi 24 jam per hari proses dialisis dilakukan di unit dialisis (selama 4 jam
dengan frekuensi 3 kali seminggu)
Keuntungan Kerugian
I. KOMPLIKASI
Komplikasi HD dapat dibedakan menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronik
(Daurgirdas et al., 2007).
1) Komplikasi akut adalah komplikasi yang terjadi selama hemodialisis berlangsung.
Komplikasi yang sering terjadi adalah: hipotensi, kram otot, mual muntah, sakit
kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan menggigil (Daurgirdas et
al., 2007; Bieber dan Himmelfarb, 2013).
Komplikasi yang cukup sering terjadi adalah gangguan hemodinamik, baik hipotensi
maupun hipertensi saat HD atau HID. Komplikasi yang jarang terjadi adalah sindrom
disekuilibrium, reaksi dialiser, aritmia, tamponade jantung, perdarahan intrakranial,
kejang, hemolisis, emboli udara, neutropenia, aktivasi komplemen, hipoksemia
(Daurgirdas et al., 2007).
2) komplikasi Kronik adalah komplikasi yang terjadi pada pasien dengan hemodialisis
kronik. Komplikasi kronik yang sering terjadi antara lain:
a) Penyakit jantung
b) Malnutrisi
c) Hipertensi / volume excess
d) Anemia
e) Renal osteodystrophy
f) Neurophaty
g) Disfungsi reproduksi
h) Komplikasi pada akses
i) Gangguan perdarahan
j) Infeksi
k) Amiloidosis
l) Acquired cystic kidney disease (Bieber dan Himmelfarb, 2013).
J. PERAWATAN
Catatan:
- Cairan pendorong/ pembilas NaCl sesuai dengan kebutuhan kalau perlu
didorong dengan udara (harus hati-hati)
- Penekanan bekas punksi dengan 3 jari sekitar 10 menit
- Bekas punksi femoral lebih lama, setelah peredarahn berhenti, ditekan
kembali dengan bantal pasir
- Bekas punksi arteri penekanan harus tepat, lebih lama
- Memakai teknik aseptik dan antiseptik
c. Scribner:
- Pakai sarung tangan
- Sebelum ABL & VBL dilepas dari kanula maka kanula arteri & kanula vena
harus diklem lebih dulu
- Kanula arteri & vena dibilas dengan Nacl yang diberi 250 U – 300 U heparin
inj
- Kedua sisi kanula dihubungkan kembali dengan konektor
- Lepas klem pada kedua kanula
- Fiksasi
- Pasang balutan dengan sedikit kanula bisa dilihat dari luar untuk mengetahui
ada bekuan atau tidak
- Bila perdarahan pada pungsi sudah berhenti, bubuhi bekas punksi inlet &
outlet dengan antibiotik powder, lalu tutup dengan kain kassa/band aid lalu
pasang verband
- Ukur TTV: TD, N, S, P
- Timbang BB
- Isi Formulir
Catatan:
- Cairan pendorong atau pembilas Nacl sesuai dengan kebutuhan. Kalau perlu
didorong dengan udar
- Penekanan bekas punksi dengan 3 jari sekitar 10 menit
- Bekas pungsi femoral lebih lama, setelah perdaragan berhenti, ditekan
kembali dengan bantal pasir
- Memakai teknik aseptik dan antiseptik.
K. PENGKAJIAN
Pedoman dalam melakukan pengkajian keperawatan praprosedur hemodialisa.
1) Pengkajian Anamnesis
a. Kaji identitas klien. Rasional: memudahkan kelengkapan asuhan
b. Kaji adanya progam dokter tentang pelaksanaan hemodilasi. Rasional: Sebagai
peran kolaboratif untuk melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan
progam dokter
c. Kaji kondisi psikologis, mekanisme koping, dan adanya kecemasan praprosedur.
Rasional: mekanisme koping maladktif terutama pada pasein yang pertama kali
divonis untuk cuci darah dapat memepengaruhi pelaksanaan. Peran perawat
sangat penting untuk membantu pasien dalam mencari mekanisme koping yang
positif. Prosedu kecemasan merupakan hal yang paling sering dialami pasien
yang pertama kali dilakukan hemodilalisis. Peran perawat memberikan dukungan
dan penjelasan yang ringkas dan mudah dimengerti agar bisa menurunkan
kecemasan pasien.
d. Kaji pengetahuan pasien tentang prosedur hemodialisis. Rasional: untuk
menentukan tingkat koorperatif dan sebaga materi dasar untuk memberikan
penjelasan prosedur hemodialisis sesuai dengan tingkat pengetahuannya.
e. Beri penjelasan prosedur pemasangan dan lakukan penandatangan informed
consent. Rasional: hemodialisis dapat menimbulkan komplikasi. Klien perlu
diberi penjelasan dan menyatakan persetujuannya melalui surat pesetujuan
tindakan.
f. Kaji adanya riwayat dilakukan hemodialisis sebelumnya. Rasional: untuk
memantau reaksi pasca hemodialisis
g. Kaji pemakaian obat-obatan sebelumnya. Rasional: klien yang meminum obat-
obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia, antihipertensi) harus
dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat ini dalam darah dan
jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksis. Beberapa
obat akan dikeluarkan dari darah pada saat dialisis, oleh karena itu penyesuaian
dosis oleh dokter mungkin diperlukan. Obat-obat yang terikat dengan protein
tidak akan dikeluarkan selama dialisis. Pengeluaran metabolit obat yang lain
bergantung pada berat dan ukuran molekulnya. Apabila seorang pasien menjalani
dialisis, semua jenis obat dan dosisinya harus dievaluasi dengan cermat. Terapi
antihipertensi yang sering merupakan bagian dari susunan terapi dialisis
meruapakan salah satu contih dimana komunikasi, pendidikan dan evalusasi
dapat memberikan hasil yang berbeda. Pasien harus mengetahui kapan minum
obat dan kapan menundanya. Sebagai contoh, jika obat antihipertensi diminum
pada pagi hari yang sama dengan saat menjalani hemodialisis, efek hipotensi
dapat terjadi selama hemodialisis dan menyebabkan tekanan darah rendah yang
berbahaya.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Timbang berat badan pasien. Rasional: sebagai pengukuran standar sebelum
dilaksanakan hemodialisis. Berat badan akan menurun pada saat prosedur selesai
dilaksanakan.
b. Periksa Tanda-tanda vital. Rasional: Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis.
Denyut nadi dan tekanan darah biasanya diatas rentang normal. Kondisi ini harus
diukur pada saat selesai prosedur dengan membandingkan hasil pra dan sesudah
prosedur.
c. Kaji adanya akses vakuler. Rasional: Pengkajian akses vaskular diperlukan dalam
pengkajian praprosedur
- Subklavia dan femoralis. Rasional: akses segera kedalam sirkulasi darah
pasien pada hemodialisis darurat dicapai melalui katerisasi subklavia untuk
pemakaian sementara. Kateter dwi lumen atau multi lumen dimasukkan ke
dalam vena subklavia. Meskipun metode akses vaskular ini memiliki risiko
misalnya dapat menyebabkan cedera vaskuler seperti hematom,
pneumothoraks, infeksi, trombosis vena subklavia, dan aliran darah yang
tidak adekuar. Namun metode tersebut biasanya dapat digunakan selama
beberapa minggu. Kateter femoralis dapat dimasukan ke dalam pembuluh
darah femoralis untuk pemakaian segera dan sementara. Kateter tersebut
dikeluarkan jika sudah tidak diperlukan karena kondisi pasein telah membaik,
atau terdapat cara akses lain. Oleh karena mayoritas pasien hemodialisis
jangka panjang yang harus dirawat dirumah sakit merupakan pasien dengan
kegagalan akses sirkulasi yang permanen, maka salah satu prioritas dalam
perawatan pasien hemodilasis adalah perlindungan terhadap akses sirkulasi
tersebut.
- Fistula arteri vena. Rasional: Fistula yang lebih permanen dibuat melalui
pembedahan yang biasanya dilakukan pada lengan bawah dengan cara
menghubungkan atau menyambung pembuluh arteri dengan vena secara
dihubungkan antar sisi atau dihubungkan antara ujung dan sisi pembuluh
darah. Fistula tersebutkan memerlukan waktu 4 hingga 6 minggu untuk
menjadi matang sebelum siap digunakan. Waktu ini diperlukan untuk
memberikan kesempatan agar fistula pulih dn segmen vena fistula berdilatasi
dengan baik sehingga dapat menerima jarum berlumen besar dengan ukuran –
14 sampai – 16. Jarum ditusukan ke dalam pembuluh darah agar cukup aliran
darah yang akan mengalir melalui dialiser. Segmen arteri fistula digunakan
untuk aliran darah arteri dan segmen vena digunakan untuk memasukan
kembali reinfus darah yang sudah didialisis. Untuk menampung aliran darah
ini, segmen arteri vena fistula tersebut harus lebih besar daripada pembuluh
darah normal. Pasien dianjurkan untuk melakukan latihan guna meningkatkan
ukuran pembuluh darah yaitu dengan meremas remas bola karet untuk
melatih fistula yang dibuar dilengan bawah sehingga pembuluh darah yang
sudah lebar dapat menerima jarum berukuran besar yang digunakand alam
proses hemodialisis.
- Shunt/ Tandur. Rasional: dalam menyediakan lumen sebagai tempat
penusukan jarum dialisis, sebuah tandur dapat dibuat dengan cara menjahit
sepotong pembuluh arteri atau vena dari sapi, materia; gore tex (heterografi)
atau tandur vena safena dari pasien sendiri. Biasanya tandur tersebut dibuat
bila pembuluh darah pasien tidak cocok untuk dijadikan fistula. Tandur
biasanya dipasang pada lengan bawah, lengan atas atau paha bagian atas.
Pasien dengan sistem vaskular yang terganggu seperti pasien diabetes,
biasanya memerlukan pemasangan tandur sebelum menjalani hemodialisis.
Oleh karena tandur tersebut merupakan pembuluh darah artifisial, risiko
infkesi akan meningkat.
3) Pengkajian Penunjang
a) Kaji pemeriksaan laboratorium. Rasional: pemeriksaan lab menjadi parameter
untuk dilakukan hemodialisis, meliputi Hb, Hematokrit, kadar albumin, BUN,
Kreatinin dan elektrolit.
b) Konfirmasi pemeriksaan HbSag dan status HIV. Rasional: Preventif perawat
dalam menjaga atau mempertahankan universa; precaution dan mencegahan
menular
c) Kaji adanya peningkatan kadar SGOT/PT. Rasional: Menilai keterlibatan hati
dengan melihat peningkatan enzim serum hati
L. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1) Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan cairan, kelebihan asupan natrium,
gangguan mekanisme regulasi
2) Resiko ketidakseimbangan volume cairan b.d program pengobatan, pakreatitis, asites,
obstruksi intestinal
3) Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d disfungsi ginjal, program pengobatan
4) Risiko infeksi b.d penyakit kronis, prosedur invasif
5) Nyeri akut b.d agen cedera biologis, agen cedera fisik, agen cedera kimiawi
DAFTAR PUSTAKA
Beiber, S.D. dan Himmelfarb, J. 2013. Hemodialysis. In: Schrier’s Disease of the Kidney. 9th
edition. Coffman, T.M., Falk, R.J., Molitoris, B.A., Neilson, E.C., Schrier, R.W. editors.
Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia:2473-505.
Daugirdas, J.T., Blake, P.G., Ing, T.S. 2007. Handbook of Dialysis. 4th ed. Phildelphia. Lipincott
William & Wilkins.
Nanda.2018-2020. NANDA-I Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta: EGC
Mutaqqin, Arif & Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.
Kusuma, Hardhi & Amin, Huda Nurarif. (2012). Handbook for Health Student. Yogyakarta:
Mediaction Publishing.