PENDAHULUAN
Sebagaian besar paasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan. Resiko
penyandang batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relative kecil.
Walaupun demikian sekali batu empedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik
yang spesifik maka resiko untuk mengalami masalah dan penyulit akan terus
meningkat. 1
batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran empedu
menjadi batu saluran empedu dan disebut sebagai batu saluran empedu sekunder.
batu saluran empedu. Pada beberapa keadaan, batu saluran empedu dapat
terbentuk primer didalam saluran empedu intra atau ekstra- hepatic tanpa
barat. Perjalanan batu saluran empedu sekunder belum jelas benar tetap
komplikasi akan lebih sering dan berat dibandingkan batu kandung empedu
asimtomatis.
1
Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan
sehingga tidak bisa diterangkan hanya dengan satu mekanisme tunggal. Menurut
Jadi hipertensi bukanlah suatu penanda resiko (risk marker) tapi memang betul-
sehingga bila tekanan darah diatas kesepakatan normal tersebut, maka akan
dikatakan sebagai kejadian hipertensi ( tekanan darah tinggi ). Ada lebih dari
sepuluh guideline yang telah disosialisasikan di seluruh dunia, tiap negara akan
mempunyai guideline sendiri – sendiri sesuai bukti klinis atau berdasarkan suatu
analisis kesimpulan studi meta analisis. Maka hendaknya sebagai klinisi harus
menggunakan guedeline yang ada yang sudah ada bukti epidemiologis klinis secar
kuat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KOLELITIASIS
2.1.1. Definisi
yaitu 1,2 :
c. Batu pigmen hitam yang kaya akan residu hitam tak terekstraksi.
3
2.1.3. Patofisiologis Kolelitiasis
dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini yaitu bilirubinat,
karbonat, fosfat, atau asam lemak rantai panjang. Batu-batu ini cenderung
maupun batu kolesterol, majemuk, dan berwarna coklat tua. Batu empedu
batu kompisisi murni tidak terlihat. Ada tiga faktor penting yang berperan
4
3. Gangguan motilitas kandung empedu dan usus 3
unsure. 2
batu empedu. 2
kelompok:
5
3. Pasien dengan komplikasi batu empedu ( kolesistitis akut, ikterus,
empedu, yang dapat terjadi secara akut maupun kronis. Bentuk akut
ditandai dengan nyeri hebat mendadak pada perut atas berlangsung lebih
dari 30 menit kurang dari 12 jam, biasanya lokasi nyeri di perut atas atau
epigastrium tetapi juga bias di kiri dan perikordial. Nyeri dapat menyebar
yang akut tersebut biasanya sering disertai sumbatan batu dalam duktus
sistikus dan sering disebut kolik bilier.2 Gejala kolesistitis kronis mirip
dengan gejala akutnya, namun tanda dan beratnya nyeri kurang nyata.
lemak, nyeri ulu hati, atau flatulen yang berlangsung lama. 1,2
6
2.1.5. Penegakan Diagnosis
7
Endoscopic Ultrasonography (EUS) 1
sebesar 75% untuk CT. Dalam studi ini EUS juga lebih sensitive
8
prediktif negative maupun positif. Secara keseluruhan, akurasi EUS dan
bermakna.
terjadi bila ada striktur pada saluran cerna bagian atas atau pasca reseksi
gaster. Sayngnya teknik pencitraan ini belum banyak diikuti oleh praktik
menggunakan zat kontras, instrument, dan radiasi ion. Pada MRCP saluran
sinyal tinggi, sehingga metode ini cocok untuk mendiagnosis batu saluran
empedu.
dan nilai prediktif positif antara 93 % sampai dengan 100 % pada keadaan
9
membuat tekhnik ini semakin sering dikerjakan untuk diagnosis atas
a. Kolelitiasis
b. Pankreatitis
c. Gastritis
d. Ulkus Duodenum
e. Apendicitis
2.1.7. Komplikasi
10
ditemukan nyeri tekan pada perut kanan atas dan sering teraba kandung
sistikus oleh batu terjepit. Kemudian terjadi hidrops dari kandung empedu.
superinfeksi bakteri.
11
nanti timbul keluhan umumnya ringan sehingga penanganan dapat elektif.
masa pemulihan yang cepat, masa rawat jalan pendek dan luka perut yang
diikuti oleh senter senter lain. Dewasa ini di beberaoa rumah sakit,
pasien dengan teknik ini meliputi luka operasi kecil ( 2 – 10 mm) sehingga
12
nyeri pasca operasi minimal, selain itu, dari segi kosmetik luka perut yang
pasien. Komplikasi cedera saluran empedu dari teknik ini yang umumnya
terjadi pada tahap belajar dapat diatasi pada sebagian besar kasus dengan
dilakukan tahun 1974. Sejak saat itu teknik ini telah berkembang pesat dan
meenjadi standart baku terapi non bedah untuk batu empedu. Selanjutnya
balon- ekstraksi melalui muara yang sudah besar tersebut menuju lumen
13
2.2. Hipertensi
epodemiologi studi meta analisis. Sebab bila tekanan darah lebih tinggi
dari angka normal yang disepakati, maka resiko morbiditas dan mortalitas
tekanan darah harus persistens diatas atau sama dengan 140/90 mmHg.4
(ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3
14
grafik 1, terlihat prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran
persen pada tahun 2007 menjadi 25,8 persen tahun 2013. Dalam laporan
karena (i) perbedaan alat ukur yang digunakan tahun 2007 tidak
diproduksi lagi pada tahun 2013, (ii) kesadaran masyarakat akan kesehatan
yang makin membaik pada tahun 2013. Asumsi (ii) terlihat pada grafik 2
ventrikel kiri, gagal jantung) otak , (stroke), ginjal (gagal ginjal), mata
organ tersebut bergantung pada tingginya tekanan darah pasien dan berapa
lama tekanan darah tinggi tersebut tidak terkontrol dan tidak diobati.7
obervasional prospektif pada 1 juta pasien, yang setara dengan 12,7 juta
15
penting untuk menurunkan kejadian kardiovaskuler pada pasien
hipertensi.8
mmHg
mmHg
mmHg mmHg
Cabang 1l,40-149/90-94
perbatasan mmHg
16
Hipertensi sistolik >140/<90 mmHg >180/<90
terisolasi mmHg
Cabang 140-149/<90
perbatasan mmHg
Pre-hipertensi 120-139/80-89
mmHg
Tahap 1 140-159/90-99
mmHg
Obat-obatan:
17
- Estrogen : biasanya kontrasepsi oral
hipertensi :4
(CO) atau curah jantung (CJ) dan TPR (total peripheral resistance,
18
tahanan total perifer) yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Volume
maka ginjal akan merespons agar ekskresi garam keluar bersama urine
ini juga akan meningkat. Tetapi bila upaya mengeksresi NaCl ini
sistem saraf simpatis, yang mana saraf ini yang akan menstimulasi
19
Ada beberapa reseptor adrenergik yang berada di jantung, ginjal, otak
serta dinding vaskular pembuluh darah ialah reseptor α1, α2, β1 dan
stres kejiwaan, rokok dan sebagainya, akan terjadi aktivasi sistem saraf
sebagainya. 4
terhadap jantung, sebab di jantung ada reseptor α1, α2, β1 yang akan
20
progresif. Selanjutnya bila NE kadarnya tidak pernah normal maka
Bila tekanan darah menurun maka hal ini akan memicu fefleks
mengikuti kaskade seperti yang tampak pada gambar dibawah ini yang
AT1, AT2, AT3, AT4. Faktor resiko yang tidak dikelola akan memicu
21
kuat. Setiap intervensi klinik pada tahap – tahap ateriosklerosis
memahami kaskade sistem RAA ini maka titik tangkap berbagai obat
bagian dari salah satu gejala sebuah sindroma penyakit yang akan kita
22
Progresuvitas sindrom aterosklerotik ini dimulai dengan faktor
kejadian kardiovaskular. 4
bila bergabung dengan faktor faktor lokal atau yang lain serta faktor
erosi. Dikenal pula faktor resiko baru selain angiotensin II, ialah Ox-
ada lagi yang lain. Kesimpulannya faktor resiko yang banyak ini harus
23
hipertensi (7,1 juta kematian). Hipertensi sudah diakui sebagai
sebuah sindroma yang akan lebih sesuai bila disebut sebagai sindroma
resiko. Tetapi bila faktor faktor resiko ini tidak diobati maka akan
1. Keluhan nyari kepala ( umumnya pagi hari dan terlokalisir pada regio
24
2.2.7. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi
6. Kalium serum
7. Hemoglobin
8. Hematokrit
10. Elektrocardiogram
berat).4
25
2.2.8. Diagnosis Banding Hipertensi 8
1. Hipertensi Stage 1
2. Hipertensi Stage II
3. Krisis Hipertensi
1. Anamnesis hipertensi
(feokromositoma)
26
c. faktor-faktor resiko :
keluarga
- Riwayat hiperlipidemia
- Kebiasaan merokok
- pola makan
- Kegemukan
f. faktor keluarga
27
- jantung : pemeriksaan fisik, foto polos dada,
elektrokardiografi, ekokardiografi.
fungsi endotel.
- Ekokardiografi.
- Funduskopi retina
- Fungsi ginjal
28
2.2.10. Penatalaksanaan Hipertensi 4,8,9
sama dengan 100 MEQ/L/hari (2,4 gram natrium atau 6 gram natrium
kejadian kardiovaskuler.
pola makan dan pergaulan. Selain itu juga dilakukan terapi dengan
29
yang terjadi pada dirinya untuk nantinya segera dapat melakukan
2. Pengobatan farmakologis
antagonist/blocker (ARB).
30
Algoritma penatalaksanaan hipertensi berdasarkan JNC VII 4
Optimalisasikan dosis atau berikan obat tambahan hingga tekanan darah target
tercapai, pertimbangkan konsultasi dengan dokter spesialis hipertensi.
31
Tekanan darah yang harus dicapai pada hipertensi yaitu 4 :
Tabel 3
2003)
(TDS ≤ 150
tua )
WHO-ISH 2003 TDS < 140 mmHg <130/80 mmHg <130/80 mmHg
32
Tabel 4
kontraindikasinya 4, 8
frekuensi perhari
id ) Dislipidemia,
hipokalemi.
disfungsi Dislipidemia,
sistolik. Gout,
Spironolakton
ejeksi rendah,
nefropati
33
Agonis Losartan 25 – 100 mg (1-2) GJK dengan Gagal ginjal,
yang hiperkalemi.
disebabkan oleh
ACE-I
antagonis diabetik
kalsium 30 – 60 mg ( 1)
dihidropirin Nevedipin
(kerja lama )
takikardi ke 3
supraventrikular
(kerja lama)
takikardi
34
2.2.11. Komplikasi Hipertensi
meningkat dua kali pada setiap kenaikan takanan darah sebesar 20/10
mmHg) didapatkan kejadian kardiovaskular 2,5 pada wanita dan 1,6 kali
pada pria bila dibandingkan dengan tekanan darah normal. Sedang untuk
lebih erat kaitannya dengan insidens penyakit ginjal tahap akhir bila
1. Pada jantung : hipertrifi ventrikel kiri, angina atau infark miokard dan
3. Retinopati1
35
2.2.12. Pencegahan Hipertensi
yang harus ditaati menurut CHEP 2011 : untuk menurunkan asupan garam
sampai dibawah 1500 mg/hari. Diet yang sehat ialah bilaman dalam
makanan yang kaya serat, protein yang berasal dari tanaman dan olahraga
pada kisaran BMI 18,5 – 24,9 kg/m2, mengusahakan lingkar perut pada
kisaran laki-laki <102 (asia <90 cm), wanita <88 cm (asia <80). 4
target organ (TOD. Berawal dari tekanan darah 115/75 mmHg, setiap
36
25% semua kematian prematur (mati muda), serta menjadi penyebab
tersering untuk terjadinya penyakit ginjal kronis dan penyebab gagal ginjal
terminal. 4,9
Pada banyak uji klinis, pemberian obat anti hipertensi akan diikuti
penurunan insiden stroke 35% -40% ; infark miokard 20%-25%; dan lebih
(TDS, 140-159 mmHg dan/atau TTD, 90-99 mmHg) dengan faktor resiko
satu kematian dari setiap 11 penderita yang telah diobati. Namun belum
ada studi terhadap hasil terapi pada penderita pre hipertensi (120-139/80-
37
DAFTAR PUSTAKA
3. Sudoyo, A.W. dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV. Jakarta: Fakultas
4. Ilmu Penyakit Dalam jilid III. Ed. VI. 2014. Jakatra : internapublishing :
2255 – 2299.
Treatment of High Blood Pressure (JNC). The Seventh Report of the JNC
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesda
s2013.PDF
8. Kamal Yudisianil, Soekamto SA, Suseno LS. Ed. Sudoyo AW. Penyusun :
38
compendium. Yayasan penerbit ikatan dokter indonesia (YP IDI). Jakarta.
2015.hal :51-56.
9. Syarif Amir, Hamzah Arie, Rowi AS,dkk. Ed.Zainuddin AA, Faqih DM,
10. Prasetyorini HT. Jurnal Stres Pada Penyakit Terhadap Kejadian Komplikasi
39