Anda di halaman 1dari 33

REFLEKSI KASUS

DYSPEPSIA

Yuliana Litha
N 111 16 089

Pembimbing
dr. Amsyar Praja, Sp.A
DEFINISI

Dispepsia adalah keluhan atau kumpulan gejala


(sindrom) yang terdiri dari rasa nyeri atau rasa tidak
nyaman di epigastrium atau perut bagian atas, mual,
muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh,
sendawa, regurgitasi, rasa panas yang menjalar di
dada serta banyak mengeluarkan gas masam dari
mulut.
Klasifikasi

Dispepsia organik dapat disebabkan adanya kelainan


organik atau penyakit dalam lumen saluran cerna,
penyakit pada hati, pankreas, sistim bilier, dan
penyakit sistemik.
Dispepsia fungsional, yaitu dispepsia yang terdapat
pada kasus yang tidak terbukti adanya kelainan atau
gangguan organik/struktural dan biokimia sebagai
penyebab.
Kriteria Diagnostik
Kriteria komite Rome III :
Nyeri yang persisten dan berulang atau
perasaan tidak Nyaman yang berasal dari perut
bagian atas.
Nyeri tidak berkurang dengan defekasi atau
tidak berhubungan dengan suatu perubahan
frekuensi buang air besar atau konsistensi
feses.
Tidak ada bukti adanya proses inflamasi,
kelainan anatomis, kelainan metabolic, atau
neoplasma.
Kriteria Mayor Kriteria Minor

1. Muntah berulang (paling kurang 1. Mual


3x/bulan). 2. Rasa kenyang diawal
2. Nyeri epigastrium 3. Kembung
4. Anoreksia
5. Rasa terbakar
6. Nyeri periumbilikal
7. Regurgitasi oral
8. Riwayat keluarga yang memiliki ulkus
pepticum
9. Rasa tidak nyaman pada perut.
Penatalaksanaan

Non Medikamentosa Medikamentosa


Menghindari makanan 1. Antasida
pencetus serangan 2. Antagonis Reseptor
H2
3. PPI
4. Sitoproteksi
5. Obat gol. Prokinetik
Prognosis

Prognosis dispepsia fungsional yang


ditegakkan setelah pemeriksaan klinis
dan penunjang yang akurat,
mempunyai prognosis yang baik.
REFLEKSI KASUS
Identitas Pasien

Nama : An. K
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 10 tahun
Tanggal masuk : 02 Juli 2017
Ruangan pemeriksaan : Catelia bawah
Anamnesis

Keluhan utama : Nyeri ulu hati

Riwayat penyakit sekarang:


An. K MRS dengan keluhan nyeri ulu hati
sejak kurang lebih 3 bulan terakhir dan
memberat sekitar 2 minggu yang lalu, nyeri yang
dirasakan bersifat hilang timbul, dan berkurang
jika pasien meminum obat antasida. Pasien juga
mengeluhkan adanya mual yang dirasakan sejak
nyeri ulu hati timbul, namun tidak muntah. Perut
kembung (+), batuk (+) sejak 3 hari terakhir,
demam (+) bersamaan dengan timbulnya nyeri
ulu hati, , sesak tidak ada, sakit menelan tidak
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien pernah dirawat di RSU
Anutapura dengan keluhan yang
sama.
Riwayat penyakit keluarga :
Dikeluarga tidak ada yang mengalami
penyakit yang sama.
Riwayat Kelahiran :
Cukup Bulan, Lahir normal/spontan,
BBL 2800, PBL tidak di ketahui.
Riwayat Ante Natal Care (ANC) :
Riwayat ANC lengkap, riwayat sakit waktu
hamil (-), riwayat hipertensi selama
kehamilan (-).
Riwayat Imunisasi :
Imunisasi dasar lengkap
Anamnesis Makanan Terperinci:
ASI diberikan sejak lahir hingga usia 6
bulan selanjutnya diberikan susu formula
hingga sekarang, bubur saring diberikan
sejak umur 11 bulan. Tidak ada riwayat
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sakit sedang
Tingkat kesadaran : Compos
Mentis
Status Gizi : BB 24 kg,
TB 125 cm, CDC 52% (Gizi Baik)
Tanda Vital
SB : 37,8C
HR : 87 x/menit
RR : 25 x/menit
Kulit
Warna : Sawo matang
Efloresensi : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
Turgor : < 2 detik
Kepala
Wajah : Simetris, edema
periorbital (-)
Deformitas : Tidak ada
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, lurus, sulit
dicabut
Mata
Konjungtiva : Anemis -/-
Sklera : Ikterik -/-
Pupil : Isokor, RCL+/+, RCTL+/+
Cekung : (+)
Mulut : Bibir kering (-) Lidah Kotor (-)
Stomatitis Angularis (-)
Tonsil T1/T1, Faring hiperemis (-)
Hidung : Rhinore (-)

Leher
Kelenjar GB : Limfadenopati (-)
Tiroid : Struma (-)
Kaku Kuduk : (-)
Massa lain : Tidak ada
Dada
Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dada
simetris kanan dan kiri, retraksi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa (-
)
Perkusi : Sonor di kedua lapang
paru
Auskultasi : Broncovesikuler +/+,
Suara tambahan Rh -/-, Wh -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak
nampak
Palpasi : Ictus cordis teraba ICS
V Linea Midklavikularis
Perkusi : Batas kanan, Linea
parasternalis dextra
Batas kiri, ICS V Linea
midklavikularis sinistra
Auskultasi : BJ I & II murni reguler,
Perut
Inspeksi : Bentuk abdomen cembung,
simetris, sikatrik (-),
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan
meningkat
Perkusi : Tympani seluruh regio abdomen,
Shifting dullness (-)
Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (+),
hepatomegali (-) Splenomegali (-)

Anggota gerak Atas : Akral hangat


(+), Edema (-), Sianosis (-)
Pemeriksaan Penunjang
Nama : An. K Tgl Pemeriksaan : 2 Juli 2017
Usia : 9 Tahun Jenis Spesimen : Darah

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN


WBC 8,2 4,8-10,0 103/ l
RBC 4,13 4,00-5,50 106/l
HGB 12,3 12-18 g/dl
HCT 35,9 30,0-47,0 %
MCV 87 75,0-118,0 fl
MCH 29,8 23,2-38,7 pg
MCHC 34,3 31,9-37,0 g/dl
PLT 427 150-450 103/l
Resume

An. K MRS dengan keluhan nyeri ulu hati sejak


kurang lebih 3 minggu yang lalu, nyeri yang
dirasakan bersifat hilang timbul. Pasien juga
mengeluhkan adanya mual yang dirasakan sejak
nyeri ulu hati timbul, namun tidak muntah. Perut
kembung (+), batuk (+) sejak 3 hari terakhir,
demam (+) bersamaan dengan timbulnya nyeri ulu
hati, Sejak sakit, pasien menjadi kurang nafsu
makan
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum tampak keadaan umum sakit sedang,
kesadaran compos mentis, dan didapatkan status
gizi baik. Pemeriksaan tanda vital didapatkan nadi
87x/menit, respirasi 25x/menit, suhu 37,8oC.
Pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan
DIAGNOSIS DISPEPSIA

NON-MEDIKAMENTOSA
Tirah Baring
Menghindari faktor pencetus

TERAPI MEDIKAMENTOSA
IVFD RL 24 tpm
PCT 4 x tab
Ambroxol 3 x tab
Ranitidin 2 x tab
FOLLOW UP
HARI 1 Tanggal 3/Juli/2017
S Nyeri ulu hati (+), mual (+), perut kembung (+), batuk (+), demam (-), bab
dan bak biasa, nafsu makan berkurang (+).
O Tanda vital
Suhu : 37,5 C
Nadi : 120 x/menit,
Pernapasan : 28 x/menit

Pemeriksaan Fisik
Perut kembung (+)
Nyeri tekan epigastrium (+)

A Dispepsia
P Non-Medikamentosa
Tirah baring

Medikamentosa
IVFD RL 24 tpm
PCT 4 x tab
Ambroxol 3 x tab
Ranitidin 2 x tab
HARI 2 Tanggal 4/Juli/2017
S Nyeri ulu hati (+), mual (+), perut kembung (-), batuk (+/-), demam (-)
bebas demam hari kedua, bab dan bak biasa, nafsu makan berkurang (+).
O Tanda vital
Nadi : 110 x/menit,
Suhu : 36,8 C
Pernapasan : 30 kali/menit

Pemeriksaan Fisik
Perut kembung (-)
Nyeri tekan epigastrium (+/-)

A Dispepsia
P Non-Medikamentosa
Tirah Baring

Medikamentosa
IVFD RL 24 tpm
Ambroxol 3 x tab
Ranitidin 2 x tab
HARI 3 Tanggal 5/Juli/2017
S Nyeri ulu hati (+/-), mual (-), perut kembung (-), batuk (+), demam (-)
bebas demam hari kedua, bab dan bak biasa, nafsu makan mulai
membaik
O Tanda vital
Nadi : 118 x/menit,
Suhu : 36,9 C
Respirasi : 29 kali/menit

Pemeriksaan Fisik
Perut kembung (-)
Nyeri tekan epigastrium (-/-)

A Dispepsia
P Non-Medikamentosa
Tirah Baring

Medikamentosa
IVFD RL 24 tpm
Ambroxol 3 x tab
Ranitidin 2 x tab
PEMBAHASAN KASUS
DISKUSI
Dari hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
disimpulkan bahwa D/ pada
kasus ini yaitu Dispepsia.
Pada kasus ini pasien mengalami keluhan
nyeri ulu hati disertai rasa mual, perut
kembung, dan pasien mengalami
penurunan nafsu makan.

Dispepsia : rasa tidak nyaman


yang berasal dari daerah abdomen
bagian atas. Rasa nyeri atau rasa tidak
nyaman tersebut dapat berupa salah
satu atau beberapa gejala berikut
yaitu nyeri epigastrium, rasa terbakar
di epigastrium, rasa penuh setelah
makan, cepat kenyang, rasa kembung,
mual, muntah, dan sendawa.
Dispepsia fungsional dapat didiagnosis dengan mengeksklusikan
penyakit organic lainnya.
Kriteria Mayor Kriteria Minor
1. Muntah berulang (paling kurang 1. Mual
3x/bulan). 2. Rasa kenyang diawal
2. Nyeri epigastrium 3. Kembung
4. Anoreksia
5. Rasa terbakar
6. Nyeri periumbilikal
7. Regurgitasi oral
8. Riwayat keluarga yang memiliki ulkus
pepticum
9. Rasa tidak nyaman pada perut.
Untuk penatalaksanaan, dibagi menjadi
medikamentosa dan non-medikamentosa.
Prinsip dasar manajemen dispepsia yaitu
menghindari makanan pencetus serangan
merupakan pegangan yang lebih
bermanfaat.
Untuk penatalaksanaan medikamentosa
dapat diberikan Ranitidin 2x1/2 tab,
dimana Ranitidin merupakan Antagonis
reseptor H2 yang bekerja menghambat
sekresi HCL.
Ambroxol 2x11/2 tab diberikan untuk
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai