GASTROPATI NSAID
Oleh:
Erick Latun S.Ked
17014101058
Supervisor Pembimbing
Dr. Jeanne Winarta, Sp. PD
Residen Pembimbing
dr. Jennifer
perdarahan subepitelial dan erosi. Salah satu penyebab dari gastropati adalah efek dari
Non steroidal anti inflammatory drugs (NSAID) serta beberapa faktor lain seperti
alkohol, stres, ataupun faktor kimiawi. Gastropati NSAID dapat memberikan keluhan
dan gambaran klinis yang bervariasi seperti dispepsia, ulkus, erosi, hingga perforasi.1,2
Helicobacter pylori dan penyebab kedua perdarahan saluran cerna bagian atas setelah
ruptur varises esofagus.1 Menurut data dari Moskow Ilmiah Lembaga Penelitian
100% kasus dalam satu minggu setelah awal pengobatan. Lesi erosif gastrointestinal
Para pasien dengan rheumatoid arthritis yang mendapat terapi NSAID secara
jangka panjang, komplikasi yang terkait dengan risiko perdarahan gastrointestinal dan
kematian diperkirakan 1,3-1,6% per tahun. Hal ini membuat kemungkinan untuk
gastrointestinal adalah salah satu komplikasi yang paling sering dari perawatan
penyakit.2
Berikut ini dilaporkan sebuah kasus seorang pasien laki-laki, berusia 46 tahun,
dengan diagnosis gastropati NSAID yang dirawat di Irina C2 RSUP Prof. R. D. Kandou
Manado.
1
BAB 2
LAPORAN KASUS
Kandou Manado pada 20 November 2018 dengan keluhan nyeri ulu hati . Nyeri ulu
hati sering hilang timbul sejak 1 tahun terakhir namun memberat 2 hari SMRS. Nyeri
biasa terasa setelah makan dan membaik beberapa saat kemudian rasa terbakar di
daerah dada disangkal. Tidak terdapat mual atau muntah. Pernah terdapat riwayat BAB
hitam kurang lebih 2 bulan SMRS dan tidak pernah lagi sejak itu. Demam dan
penurunan berat badan disangkal. Saat ini BAB dan BAK tidak ada kelainan.
tahun terakhir dan mengkonsumsi obat allupurinol sekali sehari serta asam mefenamat
500mg atau meloxicam 7,5mg untuk meredakan nyeri yang timbul. Penyakit
hipertensi, kolesterol dan diabetes disangkal oleh pasien. Di keluarga hanya pasien
yang sakit seperti ini. Tedapat riwayat merokok kurang lebih selama kurang lebih 25
tahun, 2 bungkus rokok setiap hari dan baru berhenti 1 tahun lalu. Pasien juga memiliki
dikonsumsi setengah hingga satu botol ukuran 600ml setiap minggu. Tidak ada riwayat
compos mentis, tekanan darah 120/80mmHg, Nadi 72 kali per menit, respirasi 20 kali
permenit, suhu tubuh 36,5 oC. Tinggi badan 168 cm, berat badan 70 kg dengan Indeks
2
Massa Tubuh 24,8 kg/m2. Pada pemeriksaan kepala didapatkan konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor, reflex cahaya ada dan normal, mukosa
mulut basah. Pada pemeriksaan leher, tekanan vena jugularis tidak meningkat, trakea
letak tengah dan tidak ada pembesaran limfe. Pada pemeriksaa dada, kulit tidak ada
kelainan, bentuk dada normal. Pada pemeriksaan paru, inspeksi tampak pergerakan
nafas simetris kiri dan kanan, palpasi taktil fremitus kiri sama dengan kanna, perkusi
dada sonor pada kedua lapang paru, auskultasi suara nafas vesikuler tanpa ronkhi dan
wheezing di seluruh lapang paru. Pemeriksaan jantung, iktus kordis tidak tampak dan
tidak teraba, batas-batas jentung dalam batas normal, auskultasi bunti jantung I dan II
reguler, tidak ada mumur dan gallop. Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi kulit
tampak normal, abdomen tidak cembung, terdapat nyeri tekan daerah epigastrik, tidak
ada pembesaran hepar maupun lien, perkusi timpani, tidak terdapat nyeri ketok
costovertebrae, tidak ditemukan ascites, terdapat suara bising usus dengan frekuensi 3-
5 kali per menit. Pada pemeriksaan ekstremitas, akral hangat tidak ada udem dan CRT
trombosit 297.000/ul; MCH 28,4 pg; MCHC 34,7g/dl; MCV 81,8 fl; gula darah
sewaktu 87mg/dl; klorida darah 100,3 mEq/L; natrium 136 mEq/L; dan kalium 3,63
mEq/L. pada pemeriksaan EKG 20 November 2018 didapatkan kesan sinus ritme 72
kali permenit.
yang telah dilakukan pada pasien maka ditegakkan diagnosis kerja gastropati NSAID
3
dengan diagnosa banding ulkus peptikum. Pasien diberikan lanzoprazol 30mg dua kali
sehari per oral dan sukralfat sirup 4x10ml per oral dan dipersiapkan untuk pemeriksaan
Pada perawatan hari ke-2 tanggal 21 November 2018 pasien mengeluhkan nyeri
ulu hati. Keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran compos mentis,
tekanan darah 120/80, nadi 72 kali per menit, respirasi 20 kali per menit, suhu 36,50C.
Pada pemeriksaan kepala didapatkan konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Pada pemeriksaan paru, inspeksi tampak pergerakan nafas simetris kiri dan kanan,
palpasi taktil fremitus kiri sama dengan kanna, perkusi dada sonor pada kedua lapang
paru, auskultasi suara nafas vesikuler tanpa ronkhi dan wheezing di seluruh lapang
paru. Pemeriksaan jantung, iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba, batas-batas
jentung dalam batas normal, auskultasi bunti jantung I dan II reguler, tidak ada mumur
dan gallop. Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi kulit tampak normal, abdomen tidak
cembung, terdapat nyeri tekan daerah epigastrik, tidak ada pembesaran hepar maupun
lien, perkusi timpani, tidak terdapat nyeri ketok cosovertebrae, tidak ditemukan ascites,
terdapat suara bising usus dengan frekuensi 3-5 kali per menit. Pada pemeriksaan
ekstremitas, akral hangat tidak ada udem dan CRT kurang dari 2 detik. Pasien
enema, Nifle 1 sach dan IVFD NaCl 0,9% : D5% 20 tetes per menit.
Pada perawatan hari ke-3 tanggal 22 November 2018 pasien mengeluhkan nyeri
ulu hati. Keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran compos mentis,
tekanan darah 110/80, nadi 85 kali per menit, respirasi 20 kali per menit, suhu 36,50C.
4
Pada pemeriksaan kepala didapatkan konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Pada pemeriksaan paru, inspeksi tampak pergerakan nafas simetris kiri dan kanan,
palpasi taktil fremitus kiri sama dengan kanan, perkusi dada sonor pada kedua lapang
paru, auskultasi suara nafas vesikuler tanpa ronkhi dan wheezing di seluruh lapang
paru. Pemeriksaan jantung, iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba, batas-batas
jentung dalam batas normal, auskultasi bunti jantung I dan II reguler, tidak ada mumur
dan gallop. Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi kulit tampak normal, abdomen tidak
cembung, terdapat nyeri tekan daerah epigastrik, tidak ada pembesaran hepar maupun
lien, perkusi timpani, tidak terdapat nyeri ketok cosovertebrae, tidak ditemukan ascites,
terdapat suara bising usus. Pada pemeriksaan ekstremitas, akral hangat tidak ada udem
dan CRT kurang dari 2 detik. Pasien diagnosa dengan gastropati NSAID. Pasien telah
diberikan IVFD NaCl 0,9% 20 tetes per menit, lansoprazole 2x30 mg per oral dan
Pada perawatan hari ke-4 tanggal 23 November 2018 pasien tidak ada keluhan.
Keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran compos mentis, tekanan darah
110/80, nadi 88 kali per menit, respirasi 20 kali per menit, suhu 36,50C. Pada
pemeriksaan kepala didapatkan konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Pada
pemeriksaan paru, inspeksi tampak pergerakan nafas simetris kiri dan kanan, palpasi
taktil fremitus kiri sama dengan kanna, perkusi dada sonor pada kedua lapang paru,
auskultasi suara nafas vesikuler tanpa ronkhi dan wheezing di seluruh lapang paru.
Pemeriksaan jantung, iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba, batas-batas jentung
dalam batas normal, auskultasi bunti jantung I dan II reguler, tidak ada mumur dan
5
gallop. Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi kulit tampak normal, abdomen tidak
cembung, terdapat nyeri tekan daerah epigastrik, tidak ada pembesaran hepar maupun
lien, perkusi timpani, tidak terdapat nyeri ketok cosovertebrae, tidak ditemukan ascites,
terdapat suara bising usus dengan frekuensi 3-5 kali per menit. Pada pemeriksaan
ekstremitas, akral hangat tidak ada udem dan CRT kurang dari 2 detik. Pasien
didagnosa dengan gastropati NSAID dan esofagitis dan direncanakan rawat jalan hari
ini. Pasien diberikan lansoprazole 2x30mg per oral dan sukralfat 4x10ml per oral.
Anjuran pulang untuk pasien untuk kontrol ke poli gastroenterologi pada tanggal 28
November 2018.
6
BAB 3
PEMBAHASAN
Non-Steroid Anti Inflammation Drug (NSAID) merupakan salah satu obat yang
paling sering diresepkan. Obat ini dianggap sebagai first line therapy untuk arthritis
dan digunakan secara luas pada kasus trauma, nyeri pasca pembedahan dan nyeri-nyeri
lainnya. Sebagian besar efek NSAID pada saluran cerna bersifat ringan dan reversible.
Hanya sebagian kecil yang menjadi berat yakni tukak peptic, perdarahan saluran cerna
dan perforasi.3
tergantung sosio-ekonomi, demografi dan dijumpai lebih banyak pada pria usia lanjut
dan kelompok social ekonomi rendah dengan puncak decade keenam. Di Amerika
Serikat diperkirakan 13 juta orang menggunakan NSAID secara teratur. Sekitar 70 juta
resep dituliskan setiap tahun dan 30 miliar NSAID dijual setiap tahun. Dengan
gastropati NSAID.2,4,5
Faktor resiko untuk efek samping NSAID adalah usia lanjut lebih dari 60 tahun,
riwayat pernah menderita tukak, digunakan bersama dengan steroid, penggunaan dosis
tinggi atau menggunakan 2 jenis NSAID, menderita penyakit sistemik berat, bersama-
sama dengan infeksi Helicobacter pylori, merokok dan meminum alkohol.3 Pada
pasien ini terdapat riwayat penggunaan 2 jenis NSAID dan riwayat merokok dan
konsumsi alkohol.
7
Efek samping NSAID pada saluran cerna tidak terbatas pada lambung. Efek
samping pada lambung memang paling sering terjadi. NSAID merusak mukosa
lambung melalui 2 mekanisme yaitu : lokal dan sistemik.3 Kerusakan mukosa secara
lokal terjadi karena NSAID bersifat asam dan lipofilik sehingga mempermudah
trapping ion hydrogen masuk ke mukosa dan menimbulkan kerusakan. Efek sistemik
NSAID tampaknya lebih penting yaitu kerusakan mukosa terjadi akibat produksi
bagi mukosa lambung. Efek sitoproteksi dilakukan dengan cara menjaga aliran darah
mukosa, meningkatkan sekresi mukosa dan ion bikarbonat. Aliran darah mukosa
mukosa menurun menimbulkan adhesi netrolit pada endotel pembuluh darah mukosa
dan memacu lebih jauh proses imunologis. Radikal bebas dan protease yang dilepaskan
endoskopi dan keluhan klinis. Pada pasien dengan berbagai gejala seperti rasa tidak
nyaman dan nyeri epigastrium, dispepsia dan muntah memiliki lesi minimal pada studi
endoskopi. Sementara pasien dengan tidak ada keluhan atau keluhan ringan memiliki
lesi erosi mukosa parah dan ulserasi.2 Pada pasien ini keluhan hanya terbatas pada rasa
tidak nyaman di daerah epigastrium tidak disertai mual atau muntal tetapi pada
dari 5 mm pada 1/3 bawah esofagus dan erosi mukosa lambung di daerah corpus dan
antrum.
Pasien yang menggunakan NSAID jangka panjang lebih dari 6 minggu, 30-
40% memiliki keluhan dispepsia yang tidak dalam korelasi dengan hasil studi
8
endoskopi. Hampir 40% dari pasien tanpa keluhan saluran cerna ditemukan adanya
luka pada hasil endoskopi. 50% dari pasien dengan keluhan saluran cerna memiliki
integritas mukosa normal.2 Gastropati NSAID dapat diungkapkan tidak hanya gejala
dyspepsia tetapi juga memiliki onset tersembunti dengan penyebab mematikan seperti
bervariasi mulai dari yang ringan hingga keluhan yang berat. Secara endoskopi akan
dijumpai kongesti mukosa, eriso kecil kadang disertai perdarahan kecil. Lesi seperti ini
akan sembuh sendiri karena proses adaptasi mukosa. Lesi yang lebih berat dapat berupa
erosi dan tukak multiple hingga perforasi saluran cerna.4 Untuk mengevaluasi
gangguan mukosa dapat menggunakan kriteria Modified Lanza Score (MLS) sebagai
berikut : Derajat 0 tidak ada erosi atau perdarahan; Derajat 1 terdapat erosi dan
perdarahan di satu wilayah atau jumlah lesi kurang dari sama dengan 2; Derajat 2
terdapat erosi dan perdarahan di dua daerah atau ada 3-5 lesi; Derajat 3 terdapat erosi
dan perdarahan di dua daerah atau 6-10 lesi; Derajat 4 terdapat erosi dan perdarahan
lebih dari tiga daerah atau lebih di dalam lambung; dan Derajat 5 sudah terdapat tukak
lambung.1 Pada pasien ini berdasarkan MLS tergolong derajat 2 karena pada hasil
endoskopi terdapat erosi mukosa dan hiperemis di daerah corpus dan antrum.
istirahat, diet dan jika memungkinkan penghentian obat NSAID. Secara umum pasien
dapat dianjurkan pengobatan rawat jalan, bila kurang berhasil atau ada komplikasi baru
dianjurkan rawat inap di rumah sakit.6 Antagonis reseptor H2 (ARH2) atau PPI dapat
9
mengatasi rasa sakit dengan baik. Penggunaan obat tukak seperti golongan sitoproteksi,
ARH2 dan PPI dapat diberikan dengan hasil yang baik. Pada pasien yang tidak
menggunakan PPI. Untuk pasien dengan faktor resiko komplikasi berat, sebaiknya
diberikan terapi pencegahan menggunakan PPI atau analog prostaglandin.3 Pada pasien
ini dipilih golongan PPI untuk menekan produksi dari asam lambung yang sudah
Supresi asam oleh PPI lebih efektif dibandingkan denga H2R2 dan sekarang
terapi standar untuk pengobatan tukak lambung dan Gastrioesophageal Reflux Disease
lambung yang kemungkinan turur berkontribusi terhadap sifat supresi asamnya. PPI
antara lain lanzoprazol, esomeprazole, rabeprazol dan pantoprazol.5,7 Pada pasien ini
diberikan lanzoprazol 2x30mg per oral dengan pertimbangan supresi asam lambung
Selain mengurangi paparan asam pada epitel yang rusak dan membentuk gel
pelindung dengan sukralfat atau dengan netralisasi asam lambung dengan antasida,
Dapat digunakan pada pencegahan tukak akibat stress meskipun kurang efektif. Efek
samping yang yang paling banyak terjadi yaitu konstipasi.5, 7 Pada pasien ini diberikan
Evaluasi sangat penting karena sebagian besar gastropati NSAID ringan dapat
sembuh sendiri walaupun obat NSAID tetap diteruskan.3 Pemberian obat PPI, analog
10
prostaglandin dan sitoprotektif seperti sukralfat dapat menekan factor agresif yang
berlebihan dan mengembalikan faktor defensif. Pada pasien ini, penghentian obat
NSAID atau mengontrol kadar asam urat darah agar penggunaan NSAID dapat
dihindari menjadi faktor penting dalam proses penyembuhan. Pada kasus ini prognosis
bonam.
11
BAB 4
KESIMPULAN
penunjang. Anamnesa didapatkan pasien mengeluh nyeri ulu hati hilang timbul 1 tahun
terakhir dan membrat 2 hari SMRS. Mual dan muntah disangkal. Terdapat riwayat
BAB hitam kurang lebih 2 bulan SMRS dan setelah itu tidak pernah muncl lagi.
Demam, pernurunan berat badan dan keluhan BAB serta BAK disangkal. Terdapat
riwayat asam urat sejak 2 tahun terakhir dan mengkonsumsi obat asam mefenamat dan
meloxicam yang dibeli di warung untuk meredakan nyeri. Tidak ada riwayat penyakit
hipertensi, kolesterol dan diabetes. Hanya pasien yang menderita sakit seperti ini
dikeluarga. Terdapat riwayat merokok dan konsumsi alcohol kurang lebih 25 tahun
terakhir.
compos mentos, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 72 kali per menit, respirasi 20 kali
per menit, suhu tubuh 36,50C, tinggi badan 168 cm, berat badan 70 kg dengan Indeks
Massa Tubuh 24,8 kg/m2. Pada pemeriksaan kepala hingga dada tidak ditemukan
hiperemis dan erosi mukosa pada daerah antrum dan corpus dengan kesan gastritis
erosiva. Pemeriksaan EKG tidak ditemukan adanya kelainan. Pasien diberikan obat
12
golongan PPI, lansoprazole 2x30 mg per oral dan sukralfat 4x10 ml per oral dan
dianjurkan untuk mengontrol kadar asam urat darah agar menghindari penggunaan obat
13
LAMPIRAN
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Suyata, Bustami E, Bardiman S, Bakry F. A comparison of efficacy between
rebamipide and omeprazole in the treatment of nsaids gastropathy. The
Indonesian Journal of Gastroenterology Hepatology and Digestive Endoscopy
Vol. 5, No. 3, December 2004; p.89-94.
2. Tugushi M. Nonsteroidal anti inflamatory drug (NSAID) associated
gastropathies [online]. World Medicine [cited december 2 2018]. Available
from:
http://www.worldmedicine.ge/?Lang=2&level1=5&event=publication&id=39
3. Hirlan. Gastritis. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S
(editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed.5 Jilid.I. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2009. p.337-9.
4. Hirlan. Gastritis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati
S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed.4 Jilid.I. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. p.335-7.
5. Scheiman JM. Nonsteroidal antiinflamatory drug (NSAID)-induced
gastropathy. In: Kim, Karen (editor). Acute gastrointestinal bleeding; diagnosis
and treatment. New Jersey: Humana Press Inc. 2004. p.75-93
6. Tarigan P. Tukak Gaster. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed.4 Jilid.I. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. p.338-48.
7. Becker JC, Domschke W, Pohie T. Current approaches to prevent NSAID-
induced gastropathy – COX selectivity and beyond. Br J Clin Pharmacol 58
:6.2004; p.587–600
15