Anda di halaman 1dari 37

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3

2.1 Definisi .................................................................................................................. 3

2.2 Faktor Resiko ........................................................................................................ 4

2.3 Manifestasi Klinis Kanker Ginekologi ................................................................. 4

2.4 Tumor Jinak Alat Genitalia .................................................................................. 5

2.5 Tumor Ganas Alat Genitalia ............................................................................... 10

2.6 Penyebaran Tumor Ganas ................................................................................... 15

2.7 Diagnosis ............................................................................................................ 16

2.8 Penanganan Tumor Ganas .................................................................................. 16

BAB III KESIMPULAN ................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 20


2

BAB I

PENDAHULUAN

Tumor (dalam bahasa Latin artinya pembengkakan) menunjuk masa jaringan


yang tidak normal, tetapi dapat berupa “ganas” (bersifat kanker) atau “jinak” (tidak
bersifat kanker).Hanya tumor ganas yang mampu menyerang jaringan lainnya
ataupun bermetastasis.
Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk hasil proses
pembelahan sel yang berlebihan dan tidak terkoordinasi. Dalam bahasa medisnya,
tumor dikenal sebagai neoplasia. Neo berarti baru, plasia berarti
pertumbuhan/pembelahan, jadi neoplasia mengacu pada pertumbuhan sel-sel
disekitarnya yang normal.
Dari pengertian tumor di atas, tumor dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu
tumor jinak (benign) dan tumor ganas (malignant) atau yang popular disebut kanker.
Terdapat perbedaan sifat yang nyata diantara dua jenis tumor ini dan memang
membedakannya merupakan tuntutan wajib bagi praktisi medis. Perbedaan utama
diantara keduanya adalah bahwa tumor ganas lebih berbahaya dan fatal sesuai dengan
kata “ganas” itu sendiri. Tumor ganas biasanya merupakan kelanjutan dari tumor
jinak yang tidak ditangani secara tepat.
Tumor ganas pada alat reproduksi wanita dijumpai pada semua umur (18–
80tahun) dengan rata-rata puncaknya pada usia 50 tahun. Kejadian paling sering pada
kelompok umur 30–40 tahun.
Faktor pemicu munculnya tumor banyak sekali, antara lain pencemaran
lingkungan hidup, termasuk udara akibat debu dan asap pembakaran kendaraan atau
pabrik. Asap kendaraan misalnya, mengandung dioksin yang dapat memperlemah
daya tahan tubuh, termasuk daya tahan seluruh selnya. Selain itu ikut juga berperan
faktor makanan yang berlemak tinggi, dalam hal ini adalah zat hormone atau mirip-
hormon abnormal yang terkandung didalamnya, khususnya steroid seks (misalnya
3

estrogen). Itu terjadi karena adanya zat-zat lemak dalam makanan tersebut yang tidak
dipecah dalam proses metabolisme tubuh sehingga menaikkan produksi hormon
testosterone.
Normalnya, wanita memiliki hormon estrogen dan progesterone, serta sedikit
testosteron. Bilamana kadar testosteron meningkat akibat adanya ketidakseimbangan
asupan lemak, maka hormon ini akan dipecah menjadi sumber hormon yang
tidak normal bagi hormon estrogen asing.
Kepala Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Profesor
Soeharti Gondhowiardjo mengatakan, jumlah penderita kanker di Indonesia kian
meningkat. Dari data Kementrian Kesehatan (KemenKes) tahun 2012 menyebutkan,
prevalensi kanker mencapai 4,3 banding 1000 orang. Padahal data sebelumnya
menyebutkan prevalensi 1 banding 1000 orang. Salah satu tumor ganas yang menjadi
penyebab kematian tersering pada wanita adalah carcinoma serviks (kanker leher
rahim).
Carcinoma serviks merupakan kanker yang paling banyak ditemukan pada
wanita di Indonesia (diantara jenis kanker lainnya). Frekuensi relatif di Indonesia
adalah 27 % berdasarkan data patologik atau 16% berdasarkan data rumah sakit. Insiden
puncak pada usia 40–50 tahun. Kanker ini banyak menyebabkan kematian karena
terlambat dideteksi dan diobati.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Tumor adalah terbentuknya neoplasma yang disebabkan oleh pertumbuhan
atau regenerasi sel tubuh yang tidak wajar. Tumor adalah sekumpulan sel yang
membelah diri dengan sangat cepat sehingga tumbuh dan jumlahnya menjadi semakin
banyak dan tidak terkendali. Untuk beberapa jenis tumor tertentu, kumpulan sel yang
tumbuh dengan sangat cepat ini terlihat sebagai benjolan jika sudah mencapai tahap
yang cukup lanjut. Namun demikian, tidak semua kanker harus terlihat sebagai
benjolan apalagi pada stadium awal. Dalam keadaan normal, pembelahan sel selalu
terkendali. Di dalam tubuh kita terdapat sistem yang mengatur kapan sel membelah
dan seberapa cepat sel-sel tersebut harus memperbanyak diri. Jika sistem pengaturan
ini terganggu maka sel-sel yang secara rutin mengalami kematian serta untuk
menambah jumlah sel tubuh pada masa pertumbuhan. Sel akan mati jika sudah
mencapai masa tertentu.

Gambar Anatomi Reproduksi Wanita


5

Kanker ginekologi adalah sekelompok penyakit yang berkembang di


organ reproduksi wanita, seperti vulva, vagina, leher rahim, rahim, ovarium, dan
tuba fallopi, yang semuanya terletak di dalam panggul. Kanker ginekologi
dinamai setelah organ di mana sel-sel kanker itu terbentuk.

2.2 FAKTOR RESIKO


1. Faktor Genetik
2. Faktor Karsinogen, di antaranya yaitu zat kimia, radiasi, virus, hormon, dan
iritasi kronis
3. Faktor Perilaku/Gaya Hidup, diantaranya yaitu merokok, pola makan yang
tidak sehat, konsumsi alkohol, dan kurang aktivitas fisik.

2.3 MANIFESTASI KLINIS KANKER GINEKOLOGI


Banyak dari bentuk kanker ginekologi yang tidak menunjukkan tanda atau
gejala awal. Beberapa gejalanya adalah:
 Keputihan abnormal
 Pendarahan di luar periode bulanan atau setelah menopause
 Sakit punggung atau sakit perut yang mencurigakan
 Kembung abnormal di daerah perut bagian bawah
 Perubahan yang signifikan dalam kebiasaan mandi
 Nyeri atau perdarahan selama hubungan seksual
 Nyeri atau tekanan di daerah panggul yang tak bisa dijelaskan
 Benjolan di daerah panggul
 Perubahan kulit vulva, termasuk perubahan warna dan pertumbuhan bisul,
kutil, atau ruam
6

2.4 TUMOR JINAK PADA ALAT GENETALIA


A. Tumor Jinak Vulva
Tumor jinak di daerah vulva yang banyak dijumpai adalah kista kelenjar
bartholini dan fibrorma vulva.
A.1 Kista kelenjar Bartholini
Kista kelenjar bartholini merupakan bentuk radang menahun kelejar
bartholini. Abses kelenjar bartholni diserap isinya, sehingga tinggal kantung yang
mengandung cairan yang disebut kista bartholini. Pengobatan kista bartholini adalah
dengan mengangkat seluruh kista dan marsviaalisasi. Operasi memerlukan keahlian
sehingga perlu dilakukan dirumah sakit.

A.2 Firbroma Vulva


Merupakan tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat vulva, bertangkai dan
berlokalisasi seringkali di bibir besar. Diameternya dapat beberapa sentimeter, sampai
mempunyai berat beberapa kilogram. Pengobatan fibroma vulva adalah dengan jalan
memotong tangkainya serta menjahit kembali sehingga tidak terjadi perdarahan.

B. Tumor Jinak Rahim


Tumor jinak rahim yang akan dibicarakan adalah mioma uteri, adenomiosis,
dan endometriosis.
B.1. Mioma uteri
Merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya, sehingga dapat
dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak karena otot rahimnya
dominan. Kejadiaan mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri
memberikan keluhan dan memerlukan tindaka operasi. Sebagian penderita mioma
uteri tidak memberikan keluhan apapun dan ditemukan secara kebetulan saat
pemeriksaan. Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi, karena
adanya rangsangan estrogen. Dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum
datang haid dan akan mengalami pengecilan setelah mati haid.
7

Bila pada masa menopause tumor yang berasal dari mioma uteri masih tetap
besar atau bertambah besar, kemungkinan degenerasi ganas menjadi sarskoma uteri.
Bila dijumpai pembesaran abdomen sebelum menarche, hal itu pasti bukan mioma
uteri tetapi kista ovarium dan kemungkinan besar menjadi ganas.
Gejala klinik uteri:
1. Perdarahan tidak normal:
- Hipermenora perdarahan banyak saat menstruasi,
- Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
- Gangguan kontraksi otot rahim
2. Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran mio uteri dapat terjadi :
- Terasa berat di abdomen bagian bawah
- Sukar miksi atau defekasi
- Terasa nyeri karena tertekannya urat saraf
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses
saling mempengaruhi:
- Kehamilan dapat mengalami keguguran
- Persalinan prematuritas
- Gangguan saat proses persalinan
- Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan inferlitas
- Kala ketiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan

B.2. Adenomiosis uteri


Adenomiosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang
merupakan lapisan bagian dalam rahim, ada dan tumbuh di dalam dinding otot rahim.
Gejala Klinis adenomiosis:
1. Menoragia : perdarahan banyak saat menstruasi
2. Dismenorea sekunder : rasa sakit saat menstruasi
8

3. Dispareunia : rasa sakit saat hubungan seksual.

B.3. Endomiotriosis
Gejala klinis Endomiotriosis, terjadi karena pengaruh hormonal estrogen dan
progesterone sehingga terjadi siklus menstruasi. Rasa nyeri terjadi karena
vaskularisasi yang meningkat dan deskuamasi struma dan sel jaringan endometrium.
Gejala klinis endometriosis dalam bentuk :
1. Dismenorea : nyeri abdomen sesuai dengan waktu menstruasi.
2. Dispareunia : nyeri saat berhubungan seksual
3. Nyeri saat defekasi :pada endometriosis dinding restosigmoid
4. Perubahan menstruasi dalam bentuk polimenorea atau hipermenorea
5. Infertilitas : gangguan saluran tuba fallopii sehingga tidak berfungsi sebagai
saluran ovum spermatozoa dan tempat konsepsi dan gangguan mobilitas tuba
saat penangkapan ovum karena perlekatan.

C. Tumor jinak Ovarium


Ovarium mempunyai kemungkinan untuk berkembang menjadi tumor jinak
maupun tumor ganas, pembagian tumor ovarium secara praktis adalah sebagai berikut
:
C.1. Tumor jinak kistik
- kistoma ovarii simpleks
- kistoma ovarii serosum
- kistoma ovarii musinosum
- kistoma dermoid

C.2. Tumor jinak padat


- fibroma ovarii
- tumor Brener
- tumor sisa adrenal
9

Gambaran klinik tumor Ovarium:


1. Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberikan gejala karena besarnya,
terdapat perubahan hormonal atau penyulit yang terjadi.
2. Tumor jinak ovarium yang diameternya kecil sering ditemukan secara
kebetulan dan tidak memberikan gejala klinik yang berarti.

Gejala akibat tumor ovarium dapat dijabarkan sebagai berikut :


1. Gejala akibat pertumbuhan
- Menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah
- Mengganggu miksi atau defekasi
- Tekanan tumor dapat menimbulkan obstipasi atau edema pada
tungkai bawah.
2. Gejala akibat perubahan hormonal
Ovarium merupakan sumber hormone utama wanita, sehingga bila menjadi
tumor menimbulkan gangguan terhadap patrun mentruasi. Tumor sel
granulose dapat menimbulkan hipermenorea, sedang tumor arhenoblastoma
menimbulkan amenorea.
3. Gejala klinik akibat komplikasi yang terjadi pada tumor
a. Perdarahan intra-tumor
Perdarahan, menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan
memerlukan tindakan yang cepat.
b. Perputaran tangkai
Tumor bertangkai sering terjadi perputaran tungkai, secara perlahan sehingga
banyak menimbulkan rasa nyeri abdomen. Perputaran tangkai mendadak
menimbulkan nyeri abdomen mendadak dan segera memerlukan tindakan
medis.
c. Terjadi infeksi pada tumor
10

Karena suatu hal terjadi infeksi kista ovarium sehingga meninmbulkan


gejala infeksi, yaitu badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu
aktivitas sehari-hari
d. Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai kista ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi
kista tumpah ke dalam ruangan abdomen
e. Degenerasi ganas kista ovarium
Keganasan kista ovarium: Kista pada usia sebelum menarche dan kista
pada usia diatas 45 tahun.
4. Sindrom meigs
Sindroma yang ditemukan oleh meigs menyebutkan terdapat fibroma
ovarii, asites, dan hidrotoraks. Dengan tindakan operasi fibroma ovarii,
maka sindrom akan menghilang dengan sendirinya.

Diagnosis Kista ovarium


Pembesaran pada abdomen bagian bawah merupakan salah satu keluhan yang
mendorong wanita untuk melakukan pemerikasaan. Tumor ovarium dapat dibedakan
saat melakukan pemeriksaan dalam. Menghadapi tumor jinak ovarium perlu
dilakukan pemeriksaan tentang konsistensi, besar permukaanya dan sebagainya.
Di samping itu perlu dilakukan diagnosis banding
1. Kehamilan.
- Terlambat bulan
- Gejala hamil muda
- Terasa gerakan janin atau balotemen
- Hasil pemeriksaan laboratorium mandukung kehamilan

2. Subserosa mioma uteri bertangkai


- Sulit dibedakan dengan tumor padat ovarium
11

- Dengan alat canggih ultrasonografi, diagnosis banding antara kista ovarium,


kehamilan atau subserosa mioma uteri dapat dibedakan dengan jelas.

2.5 TUMOR GANAS PADA ALAT GENETALIA


A. Penyakit Trofoblas
Penyakit trofoblas merupakan sekelompok penyakit yang berasal dari jaringan
trofoblas karena penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan pada kehamilan.
Bagaimana terjadinya penyakit trofoblas belum diketahui dengan pasti.
Pembagian penyakit trofoblas di Indonesia:
A.1 Penyakit trofoblas jinak

- Mola hidatidosa

- Mola hidatidosa parsial

A.2 Penyakit trofoblas ganas

- Korio karsinoma vilosum

- Korio karsinoma non vilosum

- Korio karsinoma klinis

Kejadian penyakit trofoblas: Acosta Sison menggambarkan bahwa penyebab


terjadinya penyakit trofoblas bersumber dari kekurangan protein, dengan kejadian
meningkat pada Negara berkembang termasuk Indonesia. Kejadian mola hidatidosa
di Indonesia bekisar antara 1 : 50 sampai 1 : 145 persalinan. Sedangkan korio
karsinoma antara 1 : 300 sampai 1: 1.035 kehamilan. Perlu diperhatikan bahwa
kejadian penyakit trofoblas makin meningkat pada keadaan social ekonomi rendah,
paritas makin tinggi, umur hamil di bawah 20 th atau di atas 35 th. Dengan demikian
upaya untuk menurunkan kejadian penyakit trofoblas tidak dapat hanya memberikan
12

pengobatan klinis, tetapi harus diikuti dengan perbaikan social ekonomi masyarakat,
serta menerima program KB.

1. Mola hidatidosa
Mola hidatidosa merupakan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
kehamilan yang tidak di sertai janin dan seluruh vili korealis mengalami perubahan
hidrpoik. Karena mengalami perubahan hidropik disertai pengeluaran hormone
gonadotropin, mola hidatidosa dapat menimbulkan gejala klinis bervariasi. Di
samping itu infiltrasi sel trofoblas dapat merusak pembuluh darah yang menimbulkan
perdarahan, menyebabkan kedatangan untuk memeriksakan diri.
Gejala klinis mola hidatidosa
- mual
- muntah
- pusing

Diagnosis mola hidatidosa


Kedatangan penderita dengan perdarahan banyak, keadaan umum buruk, dan
disertai pengeluaran gelembung mola ( hamil anggur ) maka diagnosis mola
hidatidosa dengan mudah di tegakkan. Kecurigaan mola hidatidosa dapat didasarkan
atas gejala klinis, yaitu dengan pemeriksaan terdapat keterlambatan datang bulan,
terjadi perdarahan, rahim lebih besar dari umur kehamila, disertai dengan gejala
hamil yang berlebihan.
Dugaan penyakit mola hidatidosa dapat dipastikan dengan melakukan pemeriksaan
kadar hormone korionik gonadotropin dalam darah maupun dalam urin. Penigkatan
kadarnya sekitar hari ke 100 sangat besar kemungkina mola hidatidosa.
Dengan menggunakan alat canggih ultrasonografi, atau foto abdomen, mola
hidatidosa pada kehamilan yang masih kecil sudah dapat ditegakkan.
13

Pengobatan mola hidatidosa


Yang lebih di utamakan adalah menegakkan diagnosis mola hidatidosa
sebelum gelembung mola dikeluarkan, sehingga perdarahan yang timbul pada waktu
mengeluarkan mola dapat dikendalikan.
Langkah pengobatan mola hidatidosa terdiri atas 4 tahapan :
1 . Perbaikan keadaan umum
Pengeluaran gelembung mola yang disertai perdarahan memerlukan transfuse,
sehingga penderita tidak jatuh dalam keadaan syok dan dapat menjadi penyebab
kematian. Di samping itu setiap evakuasi jaringan mola dapat diikuti perdarahan
sehingga persiapan darah, menjadi program vital terapi hidatidosa. Pada waktu
mengeluarkan mola dengan kueretage didahului pemsangan infuse dan uteronika,
sehingga pengecilan rahim dapat mengurangi perdarhan.
2 . Pengeluaran jaringan mola hidatidosa
Menghadapi kasus mola hidatidosa terdapat beberapa pertimbangan berkaitan
dengan umur penderita dan paritas. Pada mola hidatidosa dengan umur muda dan
jumlah anak sedikit maka rahim perlu diselamatkan dengan melakukan tindakan :
a. Evakuasi jaringan mola hidatidosa, dilakukan dengan kuretage atau
dengan vakum kuretage, yaitu alat penghisap listrik yang kuat sehingga
dapat menghisap jaringan mola dengan cepat.
b. Histerektomi, dengan petimbangan umur relative di atas 35 th paritas
diatas 3 maka pada penderita mola hidatidosa dilakukan tindakan radikal
histerektomi.
3. Pengobatan profolikasis dengan sitotika (kemo terapi)
Untuk menghindari terjadinya degenerasi ganas, penderita mola
hidatidosa diberikan profilaksis dengan kemo terapi Methoraxate (MTX) atau
Actinomycin D. pengobatan ini perlu perawatan dan pengawasan di rumah sakit.
4 . Pengawasan lanjutan
Degenerasi korio karsinoma memerlukan waktu sehingga kesembuhan penakit
mola hidatidosa memerlukan pengawasan. Di samping itu rekuren mola hidatidosa
14

mempercepat kejadian korio karsinoma sehingga setelah penanganan mola perlu


meunda kehamilan paling sedikit 1 thn. Metude KB yang dianjurkan adalah pil KB,
pantang berkala, kondom atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).

Pemeriksaan yang dilakukan pada pengawasan post mola hidatidosa adalah :


a. Melakukan pemeriksaan dalam dengan pedoman “Trias Acosta Sison : HBSL,
“ yaitu :
History : - Post mola hidatidosa
- Post abortus
- Post partum
Bleeding : terjadi perdarahan berelanjutan
Softness : perlunakan rahim
Enlagement : pembesaran Rahim
Dengan evaluasi Berdasarkan Trias Acosta Sison kemungkinan degenerasi
ganas secara klinis dapat ditegakkan.
b. Pemeriksaan hormon
Sebelum dapat ditetapkan dengan pemeriksaan canggih, mola ditetapkan
dengan melakukan pemeriksaan Galli Mainini.
c. Pemeriksaan foto toraks
Pemeriksaan ini dilakukan karena kemungkina metastase ke paru dengan
gejala batuk-batuk disertai dahak berdarah, dapat terjadi timbunan cairan dalam
pleural.
d. Mencari metastase
Degenerasi ganas mola bila dijumpai metastase bintik kebiruan pada vagina
yang merupakan tanda khas korio karsinoma.
15

Prognosa Mola Hidatidosa.


Penyebab kematian akibat mola hidatidosa adalah karena perdarahan, payah
jantung bersamaan dengan tirotoksikosis, infeksi sampai sepsis, pre-eklampsia dan
degenearasi ganas.

B. Keganasan Pada Vulva


Pembangunan berhasil meningkatkan kesehatan, sehingga dapat mencapai
usia lanjut dengan kemungkinan untuk mendapat keganasan semakin besar, terutama
bagi golongan social ekonomi rendah. Daerah vulva yang sering terkena karsinoma
adalah bibir besar dan klitoris.Pada kasus sudah lanjut terdapat metastase tumor ganas
berbentuk ulkus dengan pinggir agak padat, tumbuh eksofisik seperti bunga kol dan
kerusakan jaringan nekrosis dan berbau.

C. Keganasan Pada Vagina


Keganasan vagina mempunyai gejala klinik yang bervariasi , yaitu tanpa gejala
hanya ditemukan secara kebetulan : mengeluarkan cairan encer, dapat bercampur
darah, terjadi perdarahan setelah hubungan seksual dan keganasan stadium lanjut
berbau khas jaringan nekrosis. Keganasan vagina bisa dalam bentuk perlukan dengan
tepi padat dan menonjol, ulkus mudah berdarah, bentuk bunga kol dan tampak cairan
yang bercampur darah.

D. Keganasan Mulut Rahim


Keganasan mulut rahim merupakan keganasan wanita yang paling banyak.
Perkembangan keganasan mulut rahim berjalan sangat lambat, tetapi ironisnya,
sebagian besar kedatangan penderita sudah dalam stadium lanjut, sehingga
pengobatnnya tidak memuaskan. Umur keganasan mulut rahim antara umur 30
sampai 60 bahkan cenderung makin muda.
16

Beberapa faktor predissposisi keganasan mulut rahim :


1. Kawin pada usia muda, banyak dijumpai di daerah pedesaan.
2. Multipartner, kawin usia muda cenderung bercerai dan selanjutnya kawin
kembali.
3. Infeksi mulut rahim : virus herspes tipe 2, perlukaan mulut rahim
menahun, infeksi trikomonas
4. Keadaan social ekonomi yang rendah, memudahkan terjadinya infeksi.

E. Keganasan Korpus Uteri


Keganasan korpus uteri pada usia lanjut, setelah melewati mati haid.
Kejadiannya makin meningkat sejalan dengan banyaknya wanita yang mencapai usia
lanjut.
Tumor ganas korpus uterus dianggap primer jika berasal dari endometrium
atau miometrium. Jika terdapat proses di endometrium dan endoserviks dan tidak
dapat dipastikan dari mana asalnya maka tumor ganas tersebut dianggap sebagai
tumor ganas serviks uterus bila hasil histologi menunjukkan jenis epidermoid.
Dianggap sebagai tumor ganas endometrium bila histologi berjenis adenokarsinoma
atau adenokantoma. Frekuensi tumor ganas endometrium akhir-akhir ini meningkat
karena usia wanita meningkat, disamping faktor-faktor lain yang memberi
predisposisi hingga mempuyai resiko tinggi, seperti ; penderita DM, hipertensi
essensial / menahun,wanita dengan tumor ovarium yang memproduksi ekstrogen
(tumor sel granula).

2.6 Penyebaran Tumor Ganas


Penyebaran Adenokarsinoma endometrium biasanya lambat, kecuali pada G3
tumor dengan diferensiasi sel-sel yang tidak baik cenderung menyebar kepermukaan
cavum uterus dan endoserviks. Jika telah sampai ke endoserviks, penyebaran
selanjutnya seperti pada karsinoma serviks uterus. Jika miometrium telah ditembus,
penyebaran selanjutnya akan cepat dan umumnya melalui pembuluh getah bening sel
17

tumor akan sampai kepada kelenjar regional, terutama kelenjar iliak luar dan kelenjar
iliak dalam/ hipogastrika lewat kelenjar ligamentum rotundum akan sampai dikelenjar
limfa inguinal dan femoral. Penyebaran retrograd dapat ditemukan dibagian distal
vagina. Penyebaran hematogen berjarak jauh tidak umum miometrium merupakan
barier solid yang dapat menahan kelanjutan proses untuk waktu yang cukup lama.

2.7 Diagnosis
Setiap wanita dalam masa menopause yang mengalami pendarahan abnormal
dari rahim, harus dicurigai akan adanya karisnoma endometrium. Cara yang
dibenarkan adalah mendapatkan bukti histologi ada atau tidak adanya keganasan
dengan mengerjakan kuretase seluruh rongga rahim. Hasil lerokan seluruhnya dikirim
ke laboratorium patologi anatomi untuk dimintakan konfirmasi setelah dikonservasi
oleh mereka yang benar-benar ahli.

2.8 Penanganan Tumor Ganas


Untuk penanganan kanker endometrium dalam garis besar adalah sebagai berikut
: TAH ( total Abbominal Hysterectomy) + BSO (bilateral salpingo Oopborectomy).
Tindakan ini merupakan pilihan utama untuk kasus tingkat klinis T-1. Kombinasi
pembedahan dengan radioterapi sebelum/sesudah pembedahan dilakukan pada tingkat
klinik T1, T2, dan kasus T3 yang dinilai masih operabel. Penyinaran sebelum operasi
akan mengurangi resiko terjadinya rekurest lokal dan metastasis. Jenis penyinaran,
apakah akan diberi aplikasi radium intrakaviter atau penyinaran luar dengana cobalt-
60, ditentukan oleh ginekolog dan radioterapis berdasarkan tingkat klinik
penyakitnya, hasil pemeriksaan histologik dan besarnya uterus. Operasi dilakukan 2-6
minggu sesudah penyinaran yang diberikan. Jika yang dipilih aplikasi radium
intrakaviter dan ternyata pada pemeriksaan histologik spesimen operasi sel tumor
telah mengadakan infiltrasi melebihi 1/3 tebal miometrium maka penyinaran
eksternal harus ditambahkan. Pada tingkat klinis T3 yang dinilai in-operabel, hanya
dilakukan penyinaran dan pengobatan hormonal dengan pemberian preparat
18

progestatif dosis tinggi, sedangkan pada T4 untuk tujuan palitatif hanya diberikan
terapi hormonal dengan progrestatif dosis tinggi. Untuk ini dapat dipakai Medroxy
progesterom Accetat (MPA)/provera tablet 2-4 tablet @ 100 mg/hari. Sekarang
banyak digunakan Megesterol acetat (Megace) dengan dosis 160-320 mg(4-8) tablet
@ 40 mg/hari. Juga Tamozxifen dapat digunakan dengan dosis 1-2 film coated tablets
(filcotabs) tiap pagi dan sore. Pengobatan hormonal dapat menahan penyebaran sel
ganas yang jauh sampai 1-4 tahun dalam kontrol lanjutan (follow up kontrol ).
Oleh sebab itu pemberian pengobatan hormonal dengan progestatif dosis tinggi,
harus diteruskan selama pengobatan masih memberi respon. Sebelum pembedahan
(TAH+BSO) pada tingkat klinis apapun, bila sitologik cairan peritoneal positif
mengandung sel ganas, megace harus diberikan 160 mg/hari (4 ddtab I @ 40 mg)
selama minimal 1 tahun. Ada korelasi positif antara respon pengobatan dengan
+/_nya reseptor progesteron ,pada yang reseptor progesteron nya positif, respon
pengobatan dapat mencapai 77%.
19

BAB III

KESIMPULAN

Tumor Pada Alat Genitalia diantaranya terjadi pada vulva, vagina, uterus,
faloppi sekitar ovarium, dll. Tumor diangkat bila mengganggu aktifitas.
Tumor jinak di daerah vulva yang banyak dijumpai adalah kista kelenjar
bartholini dan fibrorma vulva. Macam Tumor jinak rahim adalah mioma uteri,
adenomiosis, dan endometriosis. Ovarium mempunyai kemungkinan
untuk berkembang menjadi tumor jinak maupun tumor ganas, pembagian tumor
ovarium secara praktis adalah sebagai berikut : 1. Tumor jinak kistik: kistoma ovarii
simpleks,kistoma ovarii serosum, kistoma ovarii musinosum, kistoma
dermoid. 2. Tumor jinak padat: fibroma ovarii, tumor Brener, tumor sisa adrenal
Tumor Jinak Kelainan fibrokistik ini disebut juga mastitis kronik kistik,
hiperplasia kistik, mastopatia kistik, displasia payudara, dan bbanyak nama lainya.
Istilah yang bermacam-macam ini menunjukkan proses epitalia jinak yang terjadi
amat beragam denagn gambaran histopatologik maupun klinis yang bermacam-
macam pula. Kelompok penyakit ini sering mengganggu ketentraman penderita
karena kecemasan akan keluhan nyerinya. Yang penting harus dipastikan bahwa
kelainanan tersebut bukan tumor ganas Bila ada keraguan, terutama bila pada massa
tersebut teraba yang pada bagian konsistennya berbeda, perlu dilakukan biopsi. Nyeri
yang hebat dan berulang atau penderita yan khawatir dapat menjadi indikasi eksisi
untuk meyakinkan penderita. Beberapa bentuk kelainan fibrokistik mengandung
risiko untuk menjadi karsinoma payudara, tetapi umumnya tidak demikian.
Tumor ganas korpus uterus dianggap primer jika berasal dari endometrium atau
miometrium. Jika terdapat proses di endometrium dan endoserviks dan tidak dapat
dipastikan dari mana asalnya maka tumor ganas tersebut dianggap sebagai tumor
ganas serviks uterus bila hasil histologi menunjukkan jenis epidermoid. Dianggap
sebagai tumor ganas endometrium bila histologi berjenis adenokarsinoma atau
20

adenokantoma. Frekuensi tumor ganas endometrium akhir-akhir ini meningkat karena


usia wanita meningkat, disamping faktor-faktor lain yang memberi predisposisi
hingga mempuyai resiko tinggi, seperti ; penderita DM, hipertensi essensial /
menahun,wanita dengan tumor ovarium yang memproduksi ekstrogen (tumor sel
granula ). 90 % tumor ganas endometrium/korpus uterus adalah adenokarsinoma.
Sisanya ialah karsinoma epidermoid, adenoakantoma, sarkoma, dan karsino-sarkoma.
21

DAFTAR PUSTAKA

Azmi, Arijal. Tumor Jinak dan Ganas pada Reproduksi. Diunduh dari
www.Scribd.com Februari 2018.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan
dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Paulsen, F and Waschke, J. 2012. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jilid 2 Ed 23.
Jakarta: EGC, hal 197.
Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2015. Stop Kanker.
Kementerian Kesehatan RI.
Rahardjo,S. Myoma Uteri di Rumah Sakit Dr. Soetomo 1972-1974. Skripsi. Surabaya:
Bagian Obstetri dan Ginekologi.
22

LAPORAN KASUS GINEKOLOGI


STATUS ORANG SAKIT

A. IdentitasPasien
Nama :Ny. LM

Umur : 48Tahun

Agama : Islam

Suku : Aceh

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA

Alamat : Jl. Jalak no.8, Percutseituan, Kenangan

TanggalMasuk: 16/01/2018

Pukul : 10.45 WIB

B. IdentitasSuami

Nama : Tn. SB

Umur : 50 Tahun

Agama : Islam

Suku : Banjar

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA
23

C. ANAMNESA
Ny. LM,48tahun, Islam, Aceh, SMA, IRT, i/d Tn.SB,50 tahun, Islam,Banjar, SMA,
Wiraswasta.

KeluhanUtama :Benjolan di perut bagian bawah

Telaah : Benjolan di perut bagian bawah dikeluhkan os ± 3 bulan ini.


Awalnya terdapat benjolan kecil pada perut bawah riwayat campur suami istri
berdarah (-). Benjolan dirasakan os terus membesar. Os juga mengeluhkan keluar
darah dari kemaluan sejak ± 5hari ini. Awalnya os mengeluhkan hal yang sama 1
tahun yang lalu. Nyeri perut kanan bawah juga dikeluhkan os bersifat hilang timbul,
Nyeri saat haid (+), Riwayat bercampur darah (+), Riwayat penurunan berat badan (-
),Riwayat trauma (-), Riwayat perut dikusuk (+), Riwayat minum jamu-jamuan (+),
BAK dan BAB (+) normal. RPT (-), RPO (-).

RIWAYAT HAID :

• Menarche : 13 tahun

• Lama haid : ± 3-5 hari

• SiklusHaid : 28 hari

• Volume : 2-3x ganti duk (pembalut) /hari

• Dysmenorrhea : (+)

• Metrorrhagia : (-)

• Menorrhagia : (-)

• Spotting : (-)

• Darah beku : (-)


24

• Contact bleeding : (-)

• Climacterium : (-)

• Menopause : (-)

Kehamilan dan persalinan yang lalu :

P4A0

1. Laki-laki/2900 gr/psp/ Bidan/klinik/ 27th/ Sehat

Keputihan
- Jumlah : (-)
- Warna : (-)
- Bau : (-)
- Konsistensi : (-)
- Gatal (pruritus vulvae) : (-)
Seksual / Perkawinan :
Umur Kawin Istri : 28 tahun Suami : 30 tahun
Lama Kawin : 22 tahun
Kemandulan :-
Frigiditas / Vaginismus :-
Libido ;
Frekuensi koitus : jarang
Orgasmus :-
Dispareuni :-
Kelurga Berencana :-
25

Gizi dan Kebiasaan

• Nafsu makan : Baik

• Perubahan berat badan : (+), ± 5kg

• Merokok / Suntil : Tidak

• Alkohol : Tidak

• Kebiasaan makan obat : Tidak ada

• Obat-obat yang di masukan kedalam vagina : Tidak ada

Penyakit-penyakit yang pernah diderita :


Tuberculosis :(-) Penyakithati :(-)
Peny. Jantung / pemb. Darah : ( - ) Penyakitginjal : ( - )
Penyakit endokrin :(-) Peny. Kelamin : ( - )
Hipertensi :(-) Diabetes Melitus: ( - )

PengobatanPenyinaran :
Lokalisasi :-
Lama penyinaran :-
PEMERIKSAAN FISIK

a. Status present

Keadaan umum : Compos Mentis Dyspnoe :-


Keadaan Gizi : Baik Edema :-
Keadaan Penyakit : Cyanose :-
- Bisajalan sendiri √ Suhu : 36,70 C
- Bisa duduk sendiri Tekanan darah:130/70 mmhg
- Hanya berbaring saja Tinggi badan : 162 cm
26

Berat Badan : 61 kg Anemi :+


Habitus :- Icterus :-

b. Status Generalisata

• Kepala : Dalambatas normal


• Leher : Dalambatas normal
• Thorax :
– Cor : BunyiJantung normal, reguler, BunyiJantungTambahan (-)
– Pulmo : Suarapernapasanvesikuler, suaratambahan (-)
– Kelenjar – kelenjar supra / intra clavikula:tidakteraba
– Mamae : DBN
• Membesar :-
• Hiperpigmentasi :-
• Colostrum :-
• Secret :-
• Tumor-tumor :-
• Tegang :-

• Abdomen :
– Membesar : (+)
– Simetris / Asimetris : simetris
– Soepel : (+)
– Defense Musculare : (-)
– Hepar : TidakTeraba
– Lien : TidakTeraba
– Shifting Dullness : (-)
– Meteorismus : (-)
– Ascites : (-)
27

– PeristaltikUsus : (+) N
– Tumor :terabamassa(+)
– Besarnya : Pool atassetinggi 2 jari di ataspusat
– Batas-batasnya : tegas
– Konsistensi : padat
– Permukaan : rata
– Nyeritekan : (+)

c. Status Ginekologi
Pemeriksaan Dalam
Inspekulo :

Portio : licin
- Erosi :- - Polip :-
- Ectropion : - - Bungakol (exophytik) : -
- Laserasi :- - Leukoplakia : -
- Ovulanaboti : - - Schiller test : -
Vaginal Toucher

Uterus

– Posisi : Ante flexi

– Besarnya : kepala bayi

– Mobilitas : Mobile

– Konsistensi : padat

– Permukaan : rata

– Nyeritekan : (+)
28

Serviks

– Portio : Licin
– Contact bleeding : (+)
– OUE : (-)
– Sakit waktu di gerakkan :(-)

Parametrium Kanan / Kiri : Lemas / Lemas

Adnexa Kanan / Kiri : Tidak teraba massa / Tidak teraba massa

Cavum douglas

– Douglas crise : (-)


– Menonjol : (-)

Vagina

- Dinding : Normal
- tanda-tanda peradangan : (-)
- sekret : (-)
- massa : (-)

Pemeriksaan sekret vagina


Langsung : tidak dilakukan pemeriksaan
Kultur : tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan rectal toucher : spingter ani ketat, mukosa rectum licin (tidak teraba
massa, ampulla recti kosong

PAP’S SMEAR
Diambil tanggal : (-)
29

Hasil : (-)
Anjuran : (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Radiologi

• Thorax :Cor/ pulmo dalam batas normal

• Abdomen :Tidak dilakukan pemeriksaan

• BNO-IVP :Tidak dilakukan pemeriksaan

USG-TAS

- KK terisi baik
- Uterus AF : tampak gambaran hiperechoid intrauterine bentuk kumparan
dengan ukuran 15,5 x 12,23 cm.
- Adnexa kanan :Dalam batas normal
- Adnexa kiri : Dalam batas normal
- Cairan bebas :(-)
- Kesan : Mioma Uteri

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 17 februari 2017 jam 11.49

Hematologi
Darahrtin Nilai Nilai Rujukan satuan
Hemoglobin 13,1 11,7 – 15,5 g/dl
Hitung eritrosit 4,5 3,8 - 5,2 106/µl
Hitung leukosit 10.200 4,000- 11,000 /µl
Hematokrit 42,1 35-47 %
Hitung trombosit 280.000 150,000-450,000 /µl
30

Index eritrosit
MCV 90,15 80 – 100 fL
MCH 28,5 26 – 34 pg
MCHC 33 32 – 36 %

Hitung jenis leukosit


Eosinofil 1 1–3 %
Basofil 1 0–1 %
N.Stab 0 2– 6 %
N. Seg 70 53–75 %
Limfosit 25 20–45 %
Monosit 6 4–8 %
LajuEndapDarah 13 0-20 mm/jam

Kimia Klinik
GDS 74 <140 mg/dL

DIAGNOSA
Mioma Uteri

TERAPI

Lapor supervisor dr.H.Taufik Mahdi,Sp.OG

- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ketorolac 50 mg/8jam
- Inj. Asam Tranexamat 30 mg/8jam

Rencana operasi TAH-BSO tanggal 17 januari 2018 jam 09.00 wib


31

FOLLOW UP PRE-OP Tanggal 21 februari 2017


S : keluar darah dari kemaluan
O : sensorium : CM

TD : 120/80 mmHg

HR : 78x/i

RR : 20x/i

T : 36,5oC

A : Mioma uteri

P :IVFD RL 20 gtt/i

Inj.Asam Tranexamat 50 mg/8 jam

LAPORAN PEMBEDAHAN

Operator : dr. H.Taufik Mahdi, Sp.OG

Tanggal : 17 Januari 2018


Jenis Anestesi :RA-SAB
Jenis Operasi : TAH-BSO

Langkah-langkah operasi
1. Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infuse dan kateter terpasang baik
2. Dibawah spinal anastesi dilakukan tindakan antiseptic pada lapangan operasi
3. Kemudian ditutup doek steril kecuali lapangan operasi
4. Dilakukan insisi pada tepi atas dan tepi bawah bekas operasi lama kemudian
Jaringan dibuang
5. Dilakukan insisi pfanenstiel kutis, subkutis, peritoneum digunting kekiri dan
32

Kanan, otot dan peritoneum dikeluarkan secara tumpul


6. Identifikasi uterus dengan perlengketan, tidak ditemukan perlengketan. Tampak
uterus lebih besar dari biasa, sebesar kepala bayi.
7. Kemudian dilakukan tindakan hysterectomy dan control perdarahan, dan juga
lakukan fiksasi uterus dan kedua ligamentum dextra et sinistra diklem, digunting
lalu diikat. Dilakukan pembebasan plica vesica uterina, kemudian dipisahkan dari
tuba danovariumdenganelektrokauterdan control kembali perdarahan, ligamentum
infundibulo pelvikum kiri dan kanan diklem, digunting dan diikat.
8. Kedua arteri uterine dextra et sinistra diklem, digunting dan diikat. Evaluasi
perdarahan
9. Ligamentum cardinal kanan dan kiri diklem,digunting dan diikat.
10. Ligamentum sakrouterina dekstra et sinistra diklem, digunting dan diikat.
Evaluasi perderahan terkontrol puncak vagina diklem dan di insisi. Puncak
vagina dijahit dan dievaluasi perdarahan terkontrol.
11. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis.
12. Luka operasi ditutup supratul, kassa steril dan hypafix
13. Keadaan umum ibu post operasi stabil
14. Awasi vital sign dan perdarahan.

Terapi : IVFD RL 20 gtt/i


Inj.Ceftriaxone1 gr/12 jam
Inj.Ketorolac 30 mg/8 jam
Inj.Asam Tranexamat 30 mg/8 jam
Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam

Diagnosa post-operasi
Post TAH-BSO mioma uteri hari ke-1
33

Instruksi post-operasi
- Observasi vital sign dan tanda-tanda perdarahan
- Pemeriksaan darah rutin post-operasi
- Pemeriksaan histopatologi jaringan uterus

FOLLOW UP 2 jam post op 17 januari 2018


Kontraksi
Jam Nadi Tek.Darah Pernapasan Perdarahan
Uterus
130/70
10.00 86x/i 20 x/i Kuat (-)
mmhg
130/70
10.15 84x/i 20x/i Kuat (-)
mmhg
130/70
10.30 84x/i 20x/i Kuat (-)
mmhg
120/80
10.45 80x/i 20x/i Kuat (-)
mmhg
120/80
11.15 80x/i 20x/i Kuat (-)
mmhg
120/80
11.45 80x/i 20x/i Kuat (-)
mmhg

Follow UpTanggal 17 januari 2018 pukul 14:00

S : Nyeripadalukaoperasi
O :Sensorium : Compos Mentis
TD : 130/70 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5 ºC
34

A :PostTAH- BSO a/I mioma uteri harike 1


P :IVFD RL 20 gtt/i

Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam

Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam

Inj. AsamTranexamat 30mg/8 jam

Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam

Follow UpTanggal 18 januari 2018

S : Nyeri pada luka operasi


O :Sensorium : Compos Mentis
TD : 130/70 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5 ºC

A :Post TAH- BSO a/I mioma uteri NH2


P :IVFD RL 20 gtt/i

Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam

Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam

Inj. Asam Tranexamat 30mg/8 jam

Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam

Follow UpTanggal 19 januari 2018

S : Nyeri pada luka operasi


35

O :Sensorium : Compos Mentis


TD : 110/70 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5 ºC

A :PostTAH- BSO a/I mioma uteri NH2


P :IVFD RL 20 gtt/i

Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam

Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam

Inj. Asam Tranexamat 30mg/8 jam

Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam

Follow UpTanggal 20 januari 2018

S : Nyeri pada luka operasi


O :Sensorium : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,5 ºC

A :PostTAH- BSO a/I mioma uteri NH2


P :IVFD RL 20 gtt/i

Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam

Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam


36

Inj. Asam Tranexamat 30mg/8 jam

Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam

Follow UpTanggal 21 januari 2018

S : Nyeri pada luka operasi


O :Sensorium : Compos Mentis
TD : 110/80 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5 ºC

A :PostTAH- BSO a/I mioma uteri


P :IVFD RL 20 gtt/i

Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam

Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam

Inj. AsamTranexamat 30mg/8 jam

Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam

Follow UpTanggal 22 januari 2018

S : Nyeri pada luka operasi


O :Sensorium : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
37

T : 36,5 ºC

A :Post TAH- BSO a/I mioma uteri NH4


P :IVFD RL 20 gtt/i

Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam

Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam

Inj. Asam Tranexamat 30mg/8 jam

Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam

R/ :affinfus

Affkateter

TerapiOral

PBJ

Anda mungkin juga menyukai