DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
estrogen). Itu terjadi karena adanya zat-zat lemak dalam makanan tersebut yang tidak
dipecah dalam proses metabolisme tubuh sehingga menaikkan produksi hormon
testosterone.
Normalnya, wanita memiliki hormon estrogen dan progesterone, serta sedikit
testosteron. Bilamana kadar testosteron meningkat akibat adanya ketidakseimbangan
asupan lemak, maka hormon ini akan dipecah menjadi sumber hormon yang
tidak normal bagi hormon estrogen asing.
Kepala Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Profesor
Soeharti Gondhowiardjo mengatakan, jumlah penderita kanker di Indonesia kian
meningkat. Dari data Kementrian Kesehatan (KemenKes) tahun 2012 menyebutkan,
prevalensi kanker mencapai 4,3 banding 1000 orang. Padahal data sebelumnya
menyebutkan prevalensi 1 banding 1000 orang. Salah satu tumor ganas yang menjadi
penyebab kematian tersering pada wanita adalah carcinoma serviks (kanker leher
rahim).
Carcinoma serviks merupakan kanker yang paling banyak ditemukan pada
wanita di Indonesia (diantara jenis kanker lainnya). Frekuensi relatif di Indonesia
adalah 27 % berdasarkan data patologik atau 16% berdasarkan data rumah sakit. Insiden
puncak pada usia 40–50 tahun. Kanker ini banyak menyebabkan kematian karena
terlambat dideteksi dan diobati.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Tumor adalah terbentuknya neoplasma yang disebabkan oleh pertumbuhan
atau regenerasi sel tubuh yang tidak wajar. Tumor adalah sekumpulan sel yang
membelah diri dengan sangat cepat sehingga tumbuh dan jumlahnya menjadi semakin
banyak dan tidak terkendali. Untuk beberapa jenis tumor tertentu, kumpulan sel yang
tumbuh dengan sangat cepat ini terlihat sebagai benjolan jika sudah mencapai tahap
yang cukup lanjut. Namun demikian, tidak semua kanker harus terlihat sebagai
benjolan apalagi pada stadium awal. Dalam keadaan normal, pembelahan sel selalu
terkendali. Di dalam tubuh kita terdapat sistem yang mengatur kapan sel membelah
dan seberapa cepat sel-sel tersebut harus memperbanyak diri. Jika sistem pengaturan
ini terganggu maka sel-sel yang secara rutin mengalami kematian serta untuk
menambah jumlah sel tubuh pada masa pertumbuhan. Sel akan mati jika sudah
mencapai masa tertentu.
Bila pada masa menopause tumor yang berasal dari mioma uteri masih tetap
besar atau bertambah besar, kemungkinan degenerasi ganas menjadi sarskoma uteri.
Bila dijumpai pembesaran abdomen sebelum menarche, hal itu pasti bukan mioma
uteri tetapi kista ovarium dan kemungkinan besar menjadi ganas.
Gejala klinik uteri:
1. Perdarahan tidak normal:
- Hipermenora perdarahan banyak saat menstruasi,
- Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
- Gangguan kontraksi otot rahim
2. Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran mio uteri dapat terjadi :
- Terasa berat di abdomen bagian bawah
- Sukar miksi atau defekasi
- Terasa nyeri karena tertekannya urat saraf
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses
saling mempengaruhi:
- Kehamilan dapat mengalami keguguran
- Persalinan prematuritas
- Gangguan saat proses persalinan
- Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan inferlitas
- Kala ketiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan
B.3. Endomiotriosis
Gejala klinis Endomiotriosis, terjadi karena pengaruh hormonal estrogen dan
progesterone sehingga terjadi siklus menstruasi. Rasa nyeri terjadi karena
vaskularisasi yang meningkat dan deskuamasi struma dan sel jaringan endometrium.
Gejala klinis endometriosis dalam bentuk :
1. Dismenorea : nyeri abdomen sesuai dengan waktu menstruasi.
2. Dispareunia : nyeri saat berhubungan seksual
3. Nyeri saat defekasi :pada endometriosis dinding restosigmoid
4. Perubahan menstruasi dalam bentuk polimenorea atau hipermenorea
5. Infertilitas : gangguan saluran tuba fallopii sehingga tidak berfungsi sebagai
saluran ovum spermatozoa dan tempat konsepsi dan gangguan mobilitas tuba
saat penangkapan ovum karena perlekatan.
- Mola hidatidosa
pengobatan klinis, tetapi harus diikuti dengan perbaikan social ekonomi masyarakat,
serta menerima program KB.
1. Mola hidatidosa
Mola hidatidosa merupakan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
kehamilan yang tidak di sertai janin dan seluruh vili korealis mengalami perubahan
hidrpoik. Karena mengalami perubahan hidropik disertai pengeluaran hormone
gonadotropin, mola hidatidosa dapat menimbulkan gejala klinis bervariasi. Di
samping itu infiltrasi sel trofoblas dapat merusak pembuluh darah yang menimbulkan
perdarahan, menyebabkan kedatangan untuk memeriksakan diri.
Gejala klinis mola hidatidosa
- mual
- muntah
- pusing
tumor akan sampai kepada kelenjar regional, terutama kelenjar iliak luar dan kelenjar
iliak dalam/ hipogastrika lewat kelenjar ligamentum rotundum akan sampai dikelenjar
limfa inguinal dan femoral. Penyebaran retrograd dapat ditemukan dibagian distal
vagina. Penyebaran hematogen berjarak jauh tidak umum miometrium merupakan
barier solid yang dapat menahan kelanjutan proses untuk waktu yang cukup lama.
2.7 Diagnosis
Setiap wanita dalam masa menopause yang mengalami pendarahan abnormal
dari rahim, harus dicurigai akan adanya karisnoma endometrium. Cara yang
dibenarkan adalah mendapatkan bukti histologi ada atau tidak adanya keganasan
dengan mengerjakan kuretase seluruh rongga rahim. Hasil lerokan seluruhnya dikirim
ke laboratorium patologi anatomi untuk dimintakan konfirmasi setelah dikonservasi
oleh mereka yang benar-benar ahli.
progestatif dosis tinggi, sedangkan pada T4 untuk tujuan palitatif hanya diberikan
terapi hormonal dengan progrestatif dosis tinggi. Untuk ini dapat dipakai Medroxy
progesterom Accetat (MPA)/provera tablet 2-4 tablet @ 100 mg/hari. Sekarang
banyak digunakan Megesterol acetat (Megace) dengan dosis 160-320 mg(4-8) tablet
@ 40 mg/hari. Juga Tamozxifen dapat digunakan dengan dosis 1-2 film coated tablets
(filcotabs) tiap pagi dan sore. Pengobatan hormonal dapat menahan penyebaran sel
ganas yang jauh sampai 1-4 tahun dalam kontrol lanjutan (follow up kontrol ).
Oleh sebab itu pemberian pengobatan hormonal dengan progestatif dosis tinggi,
harus diteruskan selama pengobatan masih memberi respon. Sebelum pembedahan
(TAH+BSO) pada tingkat klinis apapun, bila sitologik cairan peritoneal positif
mengandung sel ganas, megace harus diberikan 160 mg/hari (4 ddtab I @ 40 mg)
selama minimal 1 tahun. Ada korelasi positif antara respon pengobatan dengan
+/_nya reseptor progesteron ,pada yang reseptor progesteron nya positif, respon
pengobatan dapat mencapai 77%.
19
BAB III
KESIMPULAN
Tumor Pada Alat Genitalia diantaranya terjadi pada vulva, vagina, uterus,
faloppi sekitar ovarium, dll. Tumor diangkat bila mengganggu aktifitas.
Tumor jinak di daerah vulva yang banyak dijumpai adalah kista kelenjar
bartholini dan fibrorma vulva. Macam Tumor jinak rahim adalah mioma uteri,
adenomiosis, dan endometriosis. Ovarium mempunyai kemungkinan
untuk berkembang menjadi tumor jinak maupun tumor ganas, pembagian tumor
ovarium secara praktis adalah sebagai berikut : 1. Tumor jinak kistik: kistoma ovarii
simpleks,kistoma ovarii serosum, kistoma ovarii musinosum, kistoma
dermoid. 2. Tumor jinak padat: fibroma ovarii, tumor Brener, tumor sisa adrenal
Tumor Jinak Kelainan fibrokistik ini disebut juga mastitis kronik kistik,
hiperplasia kistik, mastopatia kistik, displasia payudara, dan bbanyak nama lainya.
Istilah yang bermacam-macam ini menunjukkan proses epitalia jinak yang terjadi
amat beragam denagn gambaran histopatologik maupun klinis yang bermacam-
macam pula. Kelompok penyakit ini sering mengganggu ketentraman penderita
karena kecemasan akan keluhan nyerinya. Yang penting harus dipastikan bahwa
kelainanan tersebut bukan tumor ganas Bila ada keraguan, terutama bila pada massa
tersebut teraba yang pada bagian konsistennya berbeda, perlu dilakukan biopsi. Nyeri
yang hebat dan berulang atau penderita yan khawatir dapat menjadi indikasi eksisi
untuk meyakinkan penderita. Beberapa bentuk kelainan fibrokistik mengandung
risiko untuk menjadi karsinoma payudara, tetapi umumnya tidak demikian.
Tumor ganas korpus uterus dianggap primer jika berasal dari endometrium atau
miometrium. Jika terdapat proses di endometrium dan endoserviks dan tidak dapat
dipastikan dari mana asalnya maka tumor ganas tersebut dianggap sebagai tumor
ganas serviks uterus bila hasil histologi menunjukkan jenis epidermoid. Dianggap
sebagai tumor ganas endometrium bila histologi berjenis adenokarsinoma atau
20
DAFTAR PUSTAKA
Azmi, Arijal. Tumor Jinak dan Ganas pada Reproduksi. Diunduh dari
www.Scribd.com Februari 2018.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan
dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Paulsen, F and Waschke, J. 2012. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jilid 2 Ed 23.
Jakarta: EGC, hal 197.
Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2015. Stop Kanker.
Kementerian Kesehatan RI.
Rahardjo,S. Myoma Uteri di Rumah Sakit Dr. Soetomo 1972-1974. Skripsi. Surabaya:
Bagian Obstetri dan Ginekologi.
22
A. IdentitasPasien
Nama :Ny. LM
Umur : 48Tahun
Agama : Islam
Suku : Aceh
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
TanggalMasuk: 16/01/2018
B. IdentitasSuami
Nama : Tn. SB
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
23
C. ANAMNESA
Ny. LM,48tahun, Islam, Aceh, SMA, IRT, i/d Tn.SB,50 tahun, Islam,Banjar, SMA,
Wiraswasta.
RIWAYAT HAID :
• Menarche : 13 tahun
• SiklusHaid : 28 hari
• Dysmenorrhea : (+)
• Metrorrhagia : (-)
• Menorrhagia : (-)
• Spotting : (-)
• Climacterium : (-)
• Menopause : (-)
P4A0
Keputihan
- Jumlah : (-)
- Warna : (-)
- Bau : (-)
- Konsistensi : (-)
- Gatal (pruritus vulvae) : (-)
Seksual / Perkawinan :
Umur Kawin Istri : 28 tahun Suami : 30 tahun
Lama Kawin : 22 tahun
Kemandulan :-
Frigiditas / Vaginismus :-
Libido ;
Frekuensi koitus : jarang
Orgasmus :-
Dispareuni :-
Kelurga Berencana :-
25
• Alkohol : Tidak
PengobatanPenyinaran :
Lokalisasi :-
Lama penyinaran :-
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status present
b. Status Generalisata
• Abdomen :
– Membesar : (+)
– Simetris / Asimetris : simetris
– Soepel : (+)
– Defense Musculare : (-)
– Hepar : TidakTeraba
– Lien : TidakTeraba
– Shifting Dullness : (-)
– Meteorismus : (-)
– Ascites : (-)
27
– PeristaltikUsus : (+) N
– Tumor :terabamassa(+)
– Besarnya : Pool atassetinggi 2 jari di ataspusat
– Batas-batasnya : tegas
– Konsistensi : padat
– Permukaan : rata
– Nyeritekan : (+)
c. Status Ginekologi
Pemeriksaan Dalam
Inspekulo :
Portio : licin
- Erosi :- - Polip :-
- Ectropion : - - Bungakol (exophytik) : -
- Laserasi :- - Leukoplakia : -
- Ovulanaboti : - - Schiller test : -
Vaginal Toucher
Uterus
– Mobilitas : Mobile
– Konsistensi : padat
– Permukaan : rata
– Nyeritekan : (+)
28
Serviks
– Portio : Licin
– Contact bleeding : (+)
– OUE : (-)
– Sakit waktu di gerakkan :(-)
Cavum douglas
Vagina
- Dinding : Normal
- tanda-tanda peradangan : (-)
- sekret : (-)
- massa : (-)
Pemeriksaan rectal toucher : spingter ani ketat, mukosa rectum licin (tidak teraba
massa, ampulla recti kosong
PAP’S SMEAR
Diambil tanggal : (-)
29
Hasil : (-)
Anjuran : (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi
USG-TAS
- KK terisi baik
- Uterus AF : tampak gambaran hiperechoid intrauterine bentuk kumparan
dengan ukuran 15,5 x 12,23 cm.
- Adnexa kanan :Dalam batas normal
- Adnexa kiri : Dalam batas normal
- Cairan bebas :(-)
- Kesan : Mioma Uteri
Hematologi
Darahrtin Nilai Nilai Rujukan satuan
Hemoglobin 13,1 11,7 – 15,5 g/dl
Hitung eritrosit 4,5 3,8 - 5,2 106/µl
Hitung leukosit 10.200 4,000- 11,000 /µl
Hematokrit 42,1 35-47 %
Hitung trombosit 280.000 150,000-450,000 /µl
30
Index eritrosit
MCV 90,15 80 – 100 fL
MCH 28,5 26 – 34 pg
MCHC 33 32 – 36 %
Kimia Klinik
GDS 74 <140 mg/dL
DIAGNOSA
Mioma Uteri
TERAPI
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ketorolac 50 mg/8jam
- Inj. Asam Tranexamat 30 mg/8jam
TD : 120/80 mmHg
HR : 78x/i
RR : 20x/i
T : 36,5oC
A : Mioma uteri
P :IVFD RL 20 gtt/i
LAPORAN PEMBEDAHAN
Langkah-langkah operasi
1. Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infuse dan kateter terpasang baik
2. Dibawah spinal anastesi dilakukan tindakan antiseptic pada lapangan operasi
3. Kemudian ditutup doek steril kecuali lapangan operasi
4. Dilakukan insisi pada tepi atas dan tepi bawah bekas operasi lama kemudian
Jaringan dibuang
5. Dilakukan insisi pfanenstiel kutis, subkutis, peritoneum digunting kekiri dan
32
Diagnosa post-operasi
Post TAH-BSO mioma uteri hari ke-1
33
Instruksi post-operasi
- Observasi vital sign dan tanda-tanda perdarahan
- Pemeriksaan darah rutin post-operasi
- Pemeriksaan histopatologi jaringan uterus
S : Nyeripadalukaoperasi
O :Sensorium : Compos Mentis
TD : 130/70 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5 ºC
34
T : 36,5 ºC
R/ :affinfus
Affkateter
TerapiOral
PBJ