MAKALAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Klinik I
Disusun Oleh :
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lia Mar’atiningsih, S.Tr. Kes selaku
dosen pembimbing, kepada teman-teman mahasiswa, beserta narasumber yang telah
memberikan kontribusi secara langsung atau tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan di dalam makalah ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun
diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi yang membacanya serta dapat menjadi sumbangan pemikiran
untuk agama dan negara.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................................i
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
ii
2.7 Tujuan Pemeriksaan Batu Ginjal...............................................................................16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................18
3.2 Saran..........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya masa
keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air
kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih
kekurangan materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya produksi
air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi, 2007). Lokasi batu saluran
kemih dijumpai khas di kaliks atau pelvis (nefrolitiasis) dan bila akan keluar akan terhenti di
ureter atau di kandung kemih (vesikolitiasis) (Robbins, 2007).
Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria-wanita 4:1
dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher, 1997). Di Amerika
Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia rata-rata
terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga
penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat
(Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup bermakna,
baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada
laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat dari lima pasien adalah laki-laki,
sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai keempat.
Ginjal adalah organ vital yang mempunyai peran penting dalam mempertahankan
kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit,
dan asam-asam dengan cara filtrasi darah, reabsorbsi selektif air, elektrolit, dan non elektrolit,
serta mengekskresi kelebihannya sebagai urin. Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu
diantaranya oleh batu saluran kemih yang berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari
nefrolitiasis, ureterolitiasis, vesicolitiasis, batu prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih
terutama dapat merugikan karena obstruksi saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya
(de jong, 2004). Obstruksi dapat menyebabkan dilatasi pelvis renalis maupun kaliks yang
dikenal sebagai hidronefrosis. Batu dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi
ginjal karena menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan
mengalir balik kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan
1
2
menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal
(Depkes, 2007).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi batu ginjal.
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi batu ginjal.
3. Untuk mengetahui mekanisme pembentukkan batu ginjal.
4. Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium rutin pada batu ginjal.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium secara makroskopis dan kimia pada batu
ginjal.
6. Untuk mengetahui prinsip pemeriksaan batu ginjal.
7. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan makroskopis dan kimia pada batu ginjal.
8. Untuk mengetahui hasil normal pada pemeriksaan batu ginjal.
9. Untuk mengetahui Instrument dan reagen yang digunakan pada pemeriksaan batu
ginjal.
10. Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan batu ginjal.
11. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan batu ginjal.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Batu Ginjal
Batu saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi pada
ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran
perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal
yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai
pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai
beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala
rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine
berwarna keruh seperti teh atau merah. (Brunner and Suddarth, 2002).
Batu ginjal adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut
dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat
sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat
infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%) (Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006).
Batu Ginjal adalah kristal padat dari larutan mineral urine, biasa ditemukan di dalam
ginjal atau ureter. Penyakit ini dikenal juga dengan sebutan nephrolithiasis,
urolithiasis, atau renal calculi.
Nefrolitiasis atau batu ginjal atau renal calculi adalah batu yang terdapat di ginjal,
meskipun batu serupa dapat ditemukan juga sepanjang traktus urinarius.
Etiologi batu ginjal (nefrolitiasis) awalnya adalah rendahnya volume urin karena
pemasukan cairan yang rendah. Empat senyawa kimia yang dapat menjadi batu ginjal
adalah:
3
4
1. Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak dijumpai yaitu kurang lebih 70-80 % dari seluruh batu
ginjal. Kandunganya terdiri atas kalsium oksalat, kalsium phospat, maupun campuran dari
keduanya. Sebagian besar berpendapat bahwa batu kalsium oksalat awalnya terutama
dibentuk oleh agregasi dari kalsium phospat yang ada pada renal calyx epithelium.
Konkresi kalsium phospat mengikis urothelium dan kemudian terpapar pada urine dan
membentuk suatu nidus/inti batu untuk deposisi kalsium oxalat. Kemudian deposisi
kalsium oxalat tumbuh hingga batu tersebut cukup besar untuk menghancurkan urothelial
dan kemudian tersebar ke dalam ductus collecting.
Sitrat dan magnesium dapat berikatan dengan kalsium dan membentuk ikatan yang
mudah larut sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat. Sehingga keadaan
hipositraturia dan hipomagnesuria dapat menjadi faktor predisposisi terbentuknya batu
kalsium.
3. Batu Struvit
Disebabkan oleh infeksi dari organisme yang memproduksi urease yang mampu
merubah urin menjadi suasan basa seperti proteus mirabilis (paling banyak) diikuti
oleh Klebsiella, Enterobacter atau Pseudomonas. Suasana basa ini memudahkan
magnesium, amonium, fosfat, karbonat untuk membentuk batu magnesium fosfat dan
karbonat apatit.
4. Batu Cystine
Batu sistin dibentuk pada pasien dengan kelainan kongenital yaitu adanya defek pada
gen yang mentransport cystein atau gangguan asbsorbsi sistin pada mukosa usus.
Kristal kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk batu yang kemudian
mengadakan agregasi dan menarik bahan bahan lain hingga menjadi kristal yang lebih
besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh untuk menyebabkan
sumbatan. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih dan kemudian
dari sini terjadi pengendapan pada agregat untuk membentuk batu yang cukup besar
untuk menyebaban obstruksi.
Kondisi tetap terlarutnya kristal dalam urin (metastable) dipengaruhi oleh suhu, ph,
adanya koloid dalam urine, konsentrasi solute dalam urine , laju aliran urine atau adanya
corpus alienum dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan
batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa
nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu
yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi
struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul
hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
6
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-
organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu
melakukan fungsinya secara normal.
Analisa batu ginjal merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan batu ginjal,
yaitu suatu kondisi terdapat satu atau lebih batu di dalam saluran kencing. Batu ginjal
dapat terbentuk dari kalsium, fosfat atau kombinasi asam urat yang biasanya larut dalam
urin.
Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat
diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya kalsium,
magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat, dan sistin.
Tingkata
Pria Wanita
n
Norma
2.5–7.0 mg/dl 1.5–6.0 mg/dl
l
Jumlah : random
Ukuran : bervariasi (kecil-besar)
Warna : Kuning – Coklat
Bentuk : Membundar
Tampang permukaan : Halus
2. Batu Struvit (magnesium-amonium-fosfat)
Hasil normal batu struvit
Jumlah : random
Ukuran : cukup besar
Warna : putih seperti kapur
Bentuk : seperti tanduk
Tampang permukaan : Halus
8
Jumlah : random
Ukuran : cukup besar
Warna : hitam atau coklat
Bentuk : irregular dengan proyeksi tajam
Tampang permukaan : kasar dan bertonjolan kecil-kecil
4. Batu Sistin
Hasil normal batu sistin
Jumlah : random
Ukuran : cukup besar
Warna : kuning
Bentuk : lebih mirip seperti kristal
Tampang permukaan : kasar dan bertonjolan kecil-kecil
B. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan kimia digunakan untuk mengetahui komposisi kimia yang
terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih untuk mengetahui adanya kalsium,
magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat, oksalat, dan sistin.
9
Metode : kualitatif
Preparasi sampel :
1. Bersihkan sampel, kemudian keringkan (jangan dioven)
2. Timbang sampel
3. Haluskan sampel, tambahkan ± 10 cc aquadest
4. Cek pH sampel
5. Tambahkan 5 tetes sulfuric acid 95 – 97%
6. Aduk sampai homogen
7. Munculnya gas selama pencampuran menunjukkan adanya karbonat
8. Tambahkan aquadest sampai tanda 50 cc
a. Analisa Oksalat
Prinsip : Kompleks warna terbentuk oleh reaksi antara besi (III) dan asam
sulfosalisilic yang dilepaskan oleh oksalat.
Bahan:
Larutan buffer borat
Larutan FeCl3
Larutan Sulfosalycilic acid
Sampel yang sudah dipreparasi
Cara Kerja:
Ke dalam sampel yang sudah dipreparasi tambahkan 2 tetes larutan buffer
borat, 3 tetes larutan FeCl3, dan 3 tetes larutan Sulfosalycilic acid sambil
terus dikocok.
Diamkan selama 2 menit
Bandingkan warna yang terbentuk dengan tabel skala
Interpretasi Hasil:
b. Analisa Amonium
Prinsip: Dengan penambahan reagen Nessler, sampel yang mengandung
ammonium akan berubah warna dari kuning menjadi coklat.
10
Bahan:
Reagen Nessler
Larutan sodium hydroxide 27%
Sampel yang sudah dipreparasi
Cara Kerja:
Ke dalam sampel yang sudah dipreparasi tambahkan 3 tetes reagen nessler,
3 tetes larutan sodium hydroxide 27% sambil terus dikocok.
Bandingkan warna yang terbentuk dengan tabel skala
Estimasi nilai intermediet
Baca presentase kandungan ammonium dari tabel kalkulus
Interpretasi Hasil:
c. Analisa Calcium
Prinsip : Calcium dalam HCL dan disaring dengan larutan NaOH membentuk
presipitat putih bila sampel positif
Bahan :
HCL 10%
Larutan NaOH 20%
Sampel yang sudah dipreparasi
Cara Kerja :
Bahan:
Larutan ammonium molybdate
Larutan pereduksi (4-methyl-aminophenol sulfate, sodium disulfide)
Sampel yang sudah dipreparasi
Cara Kerja:
Ke dalam sampel yang sudah dipreparasi tambahkan 5 tetes larutan
ammonium molybdate, 5 tetes larutan pereduksi sambil terus dikocok.
Diamkan 5 menit
Bandingkan warna yang terbentuk dengan tabel skala
Estimasi nilai intermediet
Baca presentase kandungan fosfat dari tabel kalkulus
Interpretasi Hasil:
e. Analisa Magnesium
Prinsip: Larutan buffer magnesium bereaksi dengan reagen warna (magnesium)
membentuk kompleks berwarna merah.
Bahan:
Larutan buffer borate
Reagen pembentuk kompleks warna (Magnesium)
Sampel yang sudah dipreparasi
Cara Kerja:
Pipet 1 ml sampel yang sudah dipreparasi ke dalam tabung yang telah
disiapkan. Tambahkan aquadest sampai garis tanda. Tambahkan 10 tetes
larutan buffer borate dan 10 tetes reagen pembentuk kompleks warna
(magnesium) sambil terus dikocok.
Diamkan 1 menit
Bandingkan warna yang terbentuk dengan tabel skala
Estimasi nilai intermediet
Baca presentase kandungan magnesium dari tabel kalkulus
12
Interpretasi Hasil:
Interpretasi Hasil:
g. Analisa Sistin
Prinsip: Sistin direduksi menjadi sistein oleh sodium sulfit. Dalam lingkungan
alkali, sistein memberi warna merah dengan penambahan sodium nitroprusside.
Bahan:
13
Fungsi:
a. Menghaluskan dan mencampur zat padat/sampel .
b. Membuat emulsi dan suspensi;
14
Tabung reaksi digunakan untuk mereaksi dua atau bahkan lebih suatu zat.
3. Gelas Ukur
4. Pipet Tetes
Pipet ukur memiliki fungsi untuk mengukur volume yang berbeda pada cairan
tertentu sebelum dipindahkan ke wadah yang lain.
15
6. pH Meter
Fungsi dari neraca analitik adalah untuk mengukur massa suatu zat. Zat yang
bisa di ukur massanya bisa berupa zat padat maupun cair.
16
8. Corong
3.2 Saran
Pada saat melakukan pemeriksaan laboratorium pada batu ginjal terkadang terjadi
kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang salah juga. Maka dari itu sebaiknya pada
saat melakukan pemeriksaan lebih hati-hati dan teliti.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-IJCPML-12-3-03.pdf
http://www.makalah.my.id/2020/03/makalah-askep-pathway-batu-ginjal.html
https://meitequilla.blogspot.com/2015/01/laporan-pendahuluan-dan-asuhan_24.html
https://4.bp.blogspot.com/wJ6oNo4dgJg/U20I1JiLZAI/AAAAAAAAADE/dYbKRCFComE/
s1600/open-uri2013020321501-15jx1z6.jpeg
https://www.diseasefix.com/page/what-do-kidney-stones-look-like-shape-size/4569/
http://surgicaloperation.blogspot.com/2014/10/types-of-kidney-stones.html
https://academia.co.id/tabung-reaksi/
https://andarupm.co.id/pengertian-neraca-analitik/
http://www.alatlabor.com/article/detail/58/fungsi-dan-pengenalan-ph-meter
https://sentralalkes.com/blog/alat-laboratorium-dan-fungsinya/
https://ibs.co.id/id/perbedaan-pipet-ukur-dan-pipet-volume/
Gandasoebrata, R. 2011. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat
iii