Anda di halaman 1dari 23

PEMERIKSAAN BATU GINJAL

MAKALAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Klinik I

Dosen Pengampu : Ibu Lia Mar’atiningsih, S.Tr. Kes

Disusun Oleh :

Syifa Udiniah (KHGE 19032)

Topik Riyanto (KHGE 19033)

Vidia M. Julianti (KHGE 19035)

Wanda Handayani (KHGE 19036)

Wulan Komala (KHGE 19037)

Yovan Januar P (KHGE 19038)

Yuni kania (KHGE 19039)

Kelas : 2A D-III Analis Kesehatan

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN

STIKES KARSA HUSADA GARUT

TAHUN AJARAN 2020-2021


KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunianyalah kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pemeriksaan Batu Ginjal“.
Adapun maksud dan tujuan kami membuat makalah ini untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Kima Klinik I.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lia Mar’atiningsih, S.Tr. Kes selaku
dosen pembimbing, kepada teman-teman mahasiswa, beserta narasumber yang telah
memberikan kontribusi secara langsung atau tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan di dalam makalah ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun
diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi yang membacanya serta dapat menjadi sumbangan pemikiran
untuk agama dan negara.

Garut, 5 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan...........................................................................................................................i

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1 Definisi Batu Ginjal.....................................................................................................3

2.2 Anatomi Fisiologis Batu Ginjal...................................................................................3

2.3 Mekanisme Pembentukkan Batu Ginjal......................................................................5

2.4 Pemeriksaan Laboratorium Rutin Batu Ginjal............................................................6

2.5 Macam-macam Pemeriksaan, Prinsip Pemeriksaan, Prosedur Pemeriksaan, dan


Hasil Normal Pemeriksaan Batu Ginjal.......................................................................6

2.6 Instrument dan Reagen Pemeriksaan Batu Ginjal.....................................................13

ii
2.7 Tujuan Pemeriksaan Batu Ginjal...............................................................................16

2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Batu Ginjal...................................17

BAB III PENUTUP................................................................................................................18

3.1 Kesimpulan................................................................................................................18

3.2 Saran..........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya masa
keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air
kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih
kekurangan materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya produksi
air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi, 2007). Lokasi batu saluran
kemih dijumpai khas di kaliks atau pelvis (nefrolitiasis) dan bila akan keluar akan terhenti di
ureter atau di kandung kemih (vesikolitiasis) (Robbins, 2007).

Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria-wanita 4:1
dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher, 1997). Di Amerika
Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia rata-rata
terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga
penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat
(Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup bermakna,
baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada
laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat dari lima pasien adalah laki-laki,
sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai keempat.

Ginjal adalah organ vital yang mempunyai peran penting dalam mempertahankan
kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit,
dan asam-asam dengan cara filtrasi darah, reabsorbsi selektif air, elektrolit, dan non elektrolit,
serta mengekskresi kelebihannya sebagai urin. Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu
diantaranya oleh batu saluran kemih yang berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari
nefrolitiasis, ureterolitiasis, vesicolitiasis, batu prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih
terutama dapat merugikan karena obstruksi saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya
(de jong, 2004). Obstruksi dapat menyebabkan dilatasi pelvis renalis maupun kaliks yang
dikenal sebagai hidronefrosis. Batu dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi
ginjal karena menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan
mengalir balik kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan

1
2

menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal
(Depkes, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi terjadinya batu ginjal ?
2. Bagaimana anatomi fisiologi batu ginjal ?
3. Bagaimana mekanisme pembentukkan batu ginjal?
4. Bagaimana pemeriksaan laboratorium rutin pada batu ginjal ?
5. Bagaimana pemeriksaan laboratorium secara makroskopis dan kimia pada batu
ginjal?
6. Bagaimana prinsip pemeriksaan batu ginjal?
7. Bagaimana prosedur pemeriksaan makroskopis dan kimia pada batu ginjal ?
8. Bagaimana hasil normal pada pemeriksaan batu ginjal ?
9. Apakah Instrument dan reagen yang digunakan pada pemeriksaan batu ginjal?
10. Apakah tujuan dari pemeriksaan batu ginjal?
11. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan batu ginjal ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi batu ginjal.
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi batu ginjal.
3. Untuk mengetahui mekanisme pembentukkan batu ginjal.
4. Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium rutin pada batu ginjal.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium secara makroskopis dan kimia pada batu
ginjal.
6. Untuk mengetahui prinsip pemeriksaan batu ginjal.
7. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan makroskopis dan kimia pada batu ginjal.
8. Untuk mengetahui hasil normal pada pemeriksaan batu ginjal.
9. Untuk mengetahui Instrument dan reagen yang digunakan pada pemeriksaan batu
ginjal.
10. Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan batu ginjal.
11. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan batu ginjal.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Batu Ginjal
Batu saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi pada
ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran
perkemihan.  Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal
yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai
pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai
beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala
rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine
berwarna keruh seperti teh atau merah. (Brunner and Suddarth, 2002).

Batu ginjal  adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut
dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat
sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat
infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%) (Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006).
Batu Ginjal adalah kristal padat dari larutan mineral urine, biasa ditemukan di dalam
ginjal atau ureter. Penyakit ini dikenal juga dengan sebutan nephrolithiasis,
urolithiasis, atau renal calculi.

.2 Anatomi Fisiologis Batu Ginjal

Nefrolitiasis atau batu ginjal atau renal calculi adalah batu yang terdapat di ginjal,
meskipun batu serupa dapat ditemukan juga sepanjang traktus urinarius.

Etiologi batu ginjal (nefrolitiasis) awalnya adalah rendahnya volume urin karena
pemasukan cairan yang rendah. Empat senyawa kimia yang dapat menjadi batu ginjal
adalah:

3
4

1. Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak dijumpai yaitu kurang lebih 70-80 % dari seluruh batu
ginjal. Kandunganya terdiri atas kalsium oksalat, kalsium phospat, maupun campuran dari
keduanya. Sebagian besar berpendapat bahwa batu kalsium oksalat awalnya terutama
dibentuk oleh agregasi dari kalsium phospat yang ada pada renal calyx epithelium.
Konkresi kalsium phospat mengikis urothelium dan kemudian terpapar pada urine dan
membentuk suatu nidus/inti batu untuk deposisi kalsium oxalat. Kemudian deposisi
kalsium oxalat tumbuh hingga batu tersebut cukup besar untuk menghancurkan urothelial
dan kemudian tersebar ke dalam ductus collecting.

Faktor faktor yang mempengaruhi tebentuknya batu kalsium adalah  hiperkalsiuri


yaitu kadar kalsium di dalam urine lebih besar dari 250-300 mg/24 jam. Selain itu
hiperoksaluri dimana eksresi oksalat lebih dari 45 gr per hari. Keadaan ini banyak
dijumpai pada pasien yang banyak mengkonsumsi makanan kaya oksalat seperti soft
drink, arbei, jeruk sitrun, teh, kopi, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam. Kadar
asam urat melebihi 850 mg/24 jam juga merupakan faktor predisposisi terbentuknya batu,
karena asam urat ini akan berperan sebagai nidus untuk terbentuknya batu kalsium
oksalat.

Sitrat dan magnesium dapat berikatan dengan kalsium dan membentuk ikatan yang
mudah larut sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat. Sehingga keadaan
hipositraturia dan hipomagnesuria dapat menjadi faktor predisposisi terbentuknya batu
kalsium.

2. Batu Asam Urat


Asam urat adalah hasil metabolisme dari purin. Asam urat 100x lebih larut dalam pH
> 6 dibanding pada pH<5,5. Faktor predisposisi terutama adalah suasana asam yang
berlebihan dalam tubuh (asidosis) pH< 6, dehidrasi dimana urine < 2 liter/hari. Hasil
metabolisme purin ini akan mengalami presipitasi pada tubulus renalis dan menyebabkan
batu asam urat. Batu asam urat menempati persentasi sekitar 5-10% dari keseluruhan batu
saluran kemih. 75-80 % adalah asam urat murni sisanya adalah campuran dengan kalsium
oksalat. Pada pemeriksaan PIV batu ini bersifat radiolusen sehingga tampak sebagai
bayangan filling defect dan harus dibedakan dengan bekuan darah dsb.
5

3. Batu Struvit
Disebabkan oleh infeksi dari organisme yang memproduksi urease yang mampu
merubah urin menjadi suasan basa seperti proteus mirabilis (paling banyak) diikuti
oleh Klebsiella, Enterobacter atau Pseudomonas. Suasana basa ini memudahkan
magnesium, amonium, fosfat, karbonat untuk membentuk batu magnesium fosfat dan
karbonat apatit.

4. Batu Cystine
Batu sistin dibentuk pada pasien dengan kelainan kongenital yaitu adanya defek pada
gen yang mentransport cystein atau gangguan asbsorbsi sistin pada mukosa usus.

2.3 Mekanisme Pembentukkan Batu Ginjal


Batu ginjal terbentuk pada tempat dimana sering mengalami hambatan aliran urine.
Batu ginjal terdiri dari kristal kristal yang tersusun oleh bahan bahan organik maupun
anorganik yang terlarut dalam urine. Kristal kristal tersebut tetap dalam keadaan terlarut
dalam urine jika tidak ada keadaan keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya
presipitasi kristal.

Kristal kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk batu yang kemudian
mengadakan agregasi dan menarik bahan bahan lain hingga menjadi kristal yang lebih
besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh untuk menyebabkan
sumbatan. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih dan kemudian
dari sini terjadi pengendapan pada agregat untuk membentuk batu yang cukup besar
untuk menyebaban obstruksi.

Kondisi tetap terlarutnya kristal dalam urin (metastable) dipengaruhi oleh suhu, ph,
adanya koloid dalam urine, konsentrasi solute dalam urine , laju aliran urine atau adanya
corpus alienum dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.

Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan
batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa
nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu
yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi
struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul
hidronefrosis karena dilatasi ginjal. 
6

Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-
organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu
melakukan fungsinya secara normal.

2.4 Pemeriksaan Laboratorium Rutin Batu Ginjal

Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi:


a. Sedimen urin / tes dipstik untuk mengetahui sel eritrosit, lekosit, bakteri (nitrit),
dan pH urin.
b. Kreatinin serum untuk mengetahui fungsi ginjal.
c. C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada
keadaan demam.
d. Natrium dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah.
e. Kadar kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko
metabolik.

Analisa batu ginjal merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan batu ginjal,
yaitu suatu kondisi terdapat satu atau lebih batu di dalam saluran kencing. Batu ginjal
dapat terbentuk dari kalsium, fosfat atau kombinasi asam urat yang biasanya larut dalam
urin.

Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat
diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya kalsium,
magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat, dan sistin.

2.5 Macam-macam Pemeriksaan, Prinsip Pemeriksaan, Prosedur Pemeriksaan, dan


Hasil Normal Pemeriksaan Pada Batu Ginjal
A. Pemeriksaan Makroskopi
 Prosedur : Ambil sample batu ginjal yang sudah dikeluarkan dan amati jumlah,
ukuran, warna, bentuk dan tampang permukaannya.
1. Batu Asam Urat
Nilai normal asam urat

Tingkata
Pria Wanita
n

Rendah Dibawah 2.5 mg/dl Dibawah 1.5 mg/dl


7

Norma
2.5–7.0 mg/dl 1.5–6.0 mg/dl
l

Tinggi Diatas 7.0 mg/dl Diatas 6.0 mg/dl

Hasil normal batu asam urat

 Jumlah : random
 Ukuran : bervariasi (kecil-besar)
 Warna : Kuning – Coklat
 Bentuk : Membundar
 Tampang permukaan : Halus
2. Batu Struvit (magnesium-amonium-fosfat)
Hasil normal batu struvit

 Jumlah : random
 Ukuran : cukup besar
 Warna : putih seperti kapur
 Bentuk : seperti tanduk
 Tampang permukaan : Halus
8

3. Batu Kalsium Oksalat


Hasil normal batu kalsium oksalat

 Jumlah : random
 Ukuran : cukup besar
 Warna : hitam atau coklat
 Bentuk : irregular dengan proyeksi tajam
 Tampang permukaan : kasar dan bertonjolan kecil-kecil
4. Batu Sistin
Hasil normal batu sistin

 Jumlah : random
 Ukuran : cukup besar
 Warna : kuning
 Bentuk : lebih mirip seperti kristal
 Tampang permukaan : kasar dan bertonjolan kecil-kecil
B. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan kimia digunakan untuk mengetahui komposisi kimia yang
terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih untuk mengetahui adanya kalsium,
magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat, oksalat, dan sistin.
9

Metode : kualitatif
Preparasi sampel :
1. Bersihkan sampel, kemudian keringkan (jangan dioven)
2. Timbang sampel
3. Haluskan sampel, tambahkan ± 10 cc aquadest
4. Cek pH sampel
5. Tambahkan 5 tetes sulfuric acid 95 – 97%
6. Aduk sampai homogen
7. Munculnya gas selama pencampuran menunjukkan adanya karbonat
8. Tambahkan aquadest sampai tanda 50 cc
a. Analisa Oksalat
Prinsip : Kompleks warna terbentuk oleh reaksi antara besi (III) dan asam
sulfosalisilic yang dilepaskan oleh oksalat.
Bahan:
 Larutan buffer borat
 Larutan FeCl3
 Larutan Sulfosalycilic acid
 Sampel yang sudah dipreparasi
Cara Kerja:
 Ke dalam sampel yang sudah dipreparasi tambahkan 2 tetes larutan buffer
borat, 3 tetes larutan FeCl3, dan 3 tetes larutan Sulfosalycilic acid sambil
terus dikocok.
 Diamkan selama 2 menit
 Bandingkan warna yang terbentuk dengan tabel skala
Interpretasi Hasil:

b. Analisa Amonium
Prinsip: Dengan penambahan reagen Nessler, sampel yang mengandung
ammonium akan berubah warna dari kuning menjadi coklat.
10

Bahan:
 Reagen Nessler
 Larutan sodium hydroxide 27%
 Sampel yang sudah dipreparasi
Cara Kerja:
 Ke dalam sampel yang sudah dipreparasi tambahkan 3 tetes reagen nessler,
3 tetes larutan sodium hydroxide 27% sambil terus dikocok.
 Bandingkan warna yang terbentuk dengan tabel skala
 Estimasi nilai intermediet
 Baca presentase kandungan ammonium dari tabel kalkulus
Interpretasi Hasil:

c. Analisa Calcium
Prinsip : Calcium dalam HCL dan disaring dengan larutan NaOH membentuk
presipitat putih bila sampel positif
Bahan :
 HCL 10%
 Larutan NaOH 20%
 Sampel yang sudah dipreparasi

Cara Kerja :

 Siapkan sampel yang sudah dipreparasi


 Dibuat ekstrak dari gerusan batu dalam HCL 10% dan disaring dengan
kapas sehingga didapat filtrat
 Tambahkan larutan NaOH 20%
 Amati adanya presipitat putih bila sampel positif
d. Analisa Fosfat
Prinsip: Penambahan ammonium molybdate pada sampel menyebabkan
terbentuknya asam molybdatophosphoric. Dengan penambahan reducing agents,
asam molybdatophosphoric berubah menjadi molybdenum blue.
11

Bahan:
 Larutan ammonium molybdate
 Larutan pereduksi (4-methyl-aminophenol sulfate, sodium disulfide)
 Sampel yang sudah dipreparasi
Cara Kerja:
 Ke dalam sampel yang sudah dipreparasi tambahkan 5 tetes larutan
ammonium molybdate, 5 tetes larutan pereduksi sambil terus dikocok.
 Diamkan 5 menit
 Bandingkan warna yang terbentuk dengan tabel skala
 Estimasi nilai intermediet
 Baca presentase kandungan fosfat dari tabel kalkulus
Interpretasi Hasil:

e. Analisa Magnesium
Prinsip: Larutan buffer magnesium bereaksi dengan reagen warna (magnesium)
membentuk kompleks berwarna merah.
Bahan:
 Larutan buffer borate
 Reagen pembentuk kompleks warna (Magnesium)
 Sampel yang sudah dipreparasi
Cara Kerja:
 Pipet 1 ml sampel yang sudah dipreparasi ke dalam tabung yang telah
disiapkan. Tambahkan aquadest sampai garis tanda. Tambahkan 10 tetes
larutan buffer borate dan 10 tetes reagen pembentuk kompleks warna
(magnesium) sambil terus dikocok.
 Diamkan 1 menit
 Bandingkan warna yang terbentuk dengan tabel skala
 Estimasi nilai intermediet
 Baca presentase kandungan magnesium dari tabel kalkulus
12

Interpretasi Hasil:

f. Analisa Asam Urat


Prinsip : Bila bereaksi dengan natrium karbonat dan reagen asam urat
(fosfowolframat) akan membentuk senyawa berwarna biru
Bahan:
 Larutan Na2CO3 20 %
 Reagen asam urat (fosfowolframat)
 Sampel yang sudah dipreparasi
Cara Kerja:
 Gerusan batu dalam tabung kecil diberi 1 tetes larutan Na2CO3 20 % dan 2
tetes reagen asam urat. Reagen ini berisi fosfowolframat dan susunannya
sama dengan reagen asam urat yang dipakai untuk penetepan asam urat
dalam serum.
 Amati perubahan warna
 Apabila muncul warna biru menandakan reaksi positif.

Interpretasi Hasil:

g. Analisa Sistin
Prinsip: Sistin direduksi menjadi sistein oleh sodium sulfit. Dalam lingkungan
alkali, sistein memberi warna merah dengan penambahan sodium nitroprusside.
Bahan:
13

 Larutan ammonia 9.5%


 Reagen pereduksi (sodium sulfit)
 Sodium nitroprusside
 Sampel yang sudah dipreparasi
Cara Kerja:
 Tambahkan 10 tetes larutan ammonia 9.5% ke dalam larutan sampel yang
telah dipreparasi
 Tambahkan 1 sendok reagen pereduksi (sodium sulfit), aduk sampai terlarut
 Setelah 1 menit, tambahkan 1 sendok sodium nitroprusside, aduk sampai
terlarut
 Bandingkan warna yang terbentuk dengan tabel skala. Lakukan
perbandingan warna dalam 30 detik setelah penambahan sodium
nitroprusside
 Estimasi nilai intermediet
 Baca presentase kandungan sistin dari tabel kalkulus
Interpretasi Hasil:

2.6 Instrument dan Reagen Pemeriksaan Batu Ginjal


A. Instrument Pemeriksaan Batu Ginjal
1. Lumpang dan Alu

Fungsi:
a. Menghaluskan dan mencampur zat padat/sampel .
b. Membuat emulsi dan suspensi; 
14

c. Melarutkan bahan-bahan yang memerlukan penggerusan terlebih dahulu.


2. Tabung Reaksi

Tabung reaksi digunakan untuk mereaksi dua atau bahkan lebih suatu zat.
3. Gelas Ukur

Gelas ukur digunakan untuk mengukur pelarut/ volume Larutan.

4. Pipet Tetes

Pipet tetes digunakan untuk memindahkan/mengambil cairan dalam satuan


tetes/dalam jumlah kecil.

5. Pipet Ukur dan Bulb

Pipet ukur memiliki fungsi untuk mengukur volume yang berbeda pada cairan
tertentu sebelum dipindahkan ke wadah yang lain.
15

Bulb terdapat tiga saluran. Dimana masing-masing saluran tersebut tersedia


sebuah katup. Dimana katup pertama disebut aspirate fungsinya adalah untuk
mengeluarkan udara dari gelembung yang terbentuk. Selanjutnya ada katup s
atau Suction dimana katup ini berfungsi untuk mengeluarkan cairan dari ujung
pipet apabila di tekan, cairan ini keluar akan tersedot ke bagian atas. Satunya
lagi ada katup E atau Exhaust dimana katup ini fungsinya adalah untuk
mengeluarkan cairan dari pipet.

6. pH Meter

pH meter adalah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH


(keasaman atau alkalinitas) dari cairan.
7. Neraca Analitik

Fungsi dari neraca analitik adalah untuk mengukur massa suatu zat. Zat yang
bisa di ukur massanya bisa berupa zat padat maupun cair.
16

8. Corong

Corong digunakan untuk membantu menuang cairan kedalam botol, atau


untuk membantu proses penyaringan dengan menggunakan kertas saring.

B. Reagen Pemeriksaan Batu Ginjal


1. Na2CO3 20%
2. Reagen asam urat
3. Ammonium molybdate
4. Asam clorida 10%
5. NH4OH
6. Na nitroprusid
7. Natrium hidroksida 20%
8. Reagen magnesium
9. Reagen nessler
10. Reagen pereduksi (sodium sulfit)

2.7 Tujuan Pemeriksaan Batu Ginjal


1. Penunjang diagnosis dokter
2. Untuk mengetahui keberadaan batu ginjal
3. Untuk mengetahui komposisi dari batu ginjal
4. Untuk membantu dalam pengobatan dan memberi informasi yang bisa
mencegah terbentuknya batu lebih banyak.
5. Membantu mengidentifikasi faktor risiko terjadinya batu ginjal
17

2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Batu Ginjal


1. Reagen Pemeriksaan
Reagen yang tidak bereaksi dengan baik dikarenakan kesalahan dalam
pemberian reagen atau tidak sesuai dengan jenis pemeriksaannya.
2. Prosedur Pemeriksaan
Prosedur yang memungkinkan salah sehingga dapat menyebabkan hasil
analisa salah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan merupakan salah satu penyakit ginjal, yaitu
ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan matriks organik.
Nefrolitiasis berdasarkan komposisinya terbagi menjadi batu kalsium, batu struvit, batu
asam urat, batu sistin, batu xanthine, batu triamteren, dan batu silikat. Penderita
nefrolitiasis sering mendapatkan keluhan rasa nyeri pada pinggang ke arah bawah dan
depan. Nyeri dapat bersifat kolik atau non kolik. Nyeri dapat menetap dan terasa sangat
hebat. Mual dan muntah sering hadir, namun demam jarang di jumpai pada penderita.
Dapat juga muncul adanya bruto atau mikrohematuria. Selain dari keluhan khas yang
didapatkan pada penderita nefrolitiasis, ada beberapa hal yang harus dievaluasi untuk
menegakkan diagnosis.
Analisa Batu Ginjal terdapat pemeriksaan laboratorium rutin, pemeriksaan
makroskopis yang terdiri dari warna, jumlah, ukuran, bentuk dan tampang permukaan
batu ginjal yang dilihat secara langsung. Ada pula Pemeriksaan kimia digunakan untuk
mengetahui komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih untuk
mengetahui adanya kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat, oksalat,
dan sistin.

3.2 Saran
Pada saat melakukan pemeriksaan laboratorium pada batu ginjal terkadang terjadi
kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang salah juga. Maka dari itu sebaiknya pada
saat melakukan pemeriksaan lebih hati-hati dan teliti.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-IJCPML-12-3-03.pdf
http://www.makalah.my.id/2020/03/makalah-askep-pathway-batu-ginjal.html
https://meitequilla.blogspot.com/2015/01/laporan-pendahuluan-dan-asuhan_24.html
https://4.bp.blogspot.com/wJ6oNo4dgJg/U20I1JiLZAI/AAAAAAAAADE/dYbKRCFComE/
s1600/open-uri2013020321501-15jx1z6.jpeg
https://www.diseasefix.com/page/what-do-kidney-stones-look-like-shape-size/4569/
http://surgicaloperation.blogspot.com/2014/10/types-of-kidney-stones.html
https://academia.co.id/tabung-reaksi/
https://andarupm.co.id/pengertian-neraca-analitik/
http://www.alatlabor.com/article/detail/58/fungsi-dan-pengenalan-ph-meter
https://sentralalkes.com/blog/alat-laboratorium-dan-fungsinya/
https://ibs.co.id/id/perbedaan-pipet-ukur-dan-pipet-volume/
Gandasoebrata, R. 2011. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat

iii

Anda mungkin juga menyukai