Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


OBSTRUKTIF SALURAN KEMIH

(BATU SALURAN KEMIH)

Oleh:

AMALYA DELA AVISSYAH

(14.401.20.005)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA

KRIKILAN–GLENMORE–BANYUWANGI

DIII KEPERAWATAN

2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat allah SWT karena hanya denga taufik dan
hidayah Nya, sehingga dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini dengan judul”ASUHAN
KEPERAWATAN BATU SALURAN KEMIH” dapat saya selesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan ASKEPini masih jauh dari sempurna , untuk itu
kritik dan saran demi perbaikan sangat penulis harapkan. Dan semoga askep ini bermanfaat
khususnya bagi penulis dan pembaca serta perkembangan kesehatan ilmu keperawatan
umumnya.

Patrang, 15 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang
B. Batasan masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
2. Etiologi
3. Manifestasi Klinis
4. Patofisiologi Error! Bookmark not defined.
5. Klasifikasi
6. Komplikasi
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Batu saluran kemih (BSK) pada studi epidemologi diamerika serikat 5-10%
penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan diseluruh dunia rata-rata terdapat 1-12%
penduduk yang menderita batu saluran kemih. Ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktoryang
utamamerupakan lifestyle yang tidak sehat, dan memicu pembentukan batu, baik bersifat
primer, sekunder maupun tersier. Penduduk daerah dengan geografis yang memiliki kandungan
mineral tinggi menjadikan tingkat prevalensi meningkat sehingga sering disebut sebagai
daerah(sabuk batu)(Prabowo & Pranata , 2014, hal.111).
Berdasarakan tipe batu, proses pebentukan batu melalui kristalisasi. Ada tiga factor yang
mendukung proses ini yaitu saluran urine, defisiensi inhibitor,dan produksi matriks protein.
Proses pembentukan dari agregasi menjadi partikel yang lebih besar, diantara partikel ini ada
yang yang bergerak ke bawah melalui saluran kencing hingg pada lumen yang sempit dan
berkembang membentuk batu (Suharyanto & Majid, 2013, hal.152).
Ada beberapa upayah untuk mengatasi batu saluran kemih yaitu simptomatik maka perlu
dilakukan tindakan pemebedahan, bahkan bisa menggunakan tindakan Extracorpreal Shock
Wafe Litotripsy(ESWL) yaitu memecahkan batu dengan batu dengan cara memancarkan
gelombang yang penghantarnya berada dalam genangan air (Suharyanto & Majid , 2013, hal.
156 ).

B. Batasan masalah
Batasan masalah pada batu saluran kemih adalah mulai dari definisi hingga sampai asuhan
keperawatan pada pasien batu saluran kemih.

C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari batu saluran kemih ?
2. Apa etiologi batu saluran kemih ?
3. Apa manifestasi klinis batu saluran kemih ?
4. Bagaimana patofisiologi dari batu saluran kemih ?
5. Apa saja klasifikasibatu saluran kemih ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan dengan pasien batu saluran kemih ?

1
D. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengartikan dan menjeaskan tentang penyakit urotiliasis, serta dapat
mengetahui cara pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose urotilisasi dan
memperoleh pengakaman nyata dalam merawat pasien dengan penyakit batusalurankemih
serta dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
2. Tujuan khusus
Diharapkan mahasiswa mampu:
a. Untuk mengetahui definisi batu saluran kemih.
b. Untuk mengetahu etiologi batu saluran kemih.
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala batu saluran kemih.
d. Untuk mengtahui patofisiologi pada batusaluran kemih.
e. Untuk mengetahui klasifikasi batu saluran kemih.
f. Untuk mengetahui komplikasi pada batu saluran kemih.
g. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada batu saluran kemih.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit
1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan merupakan sistem ekskresi utama dan terdiri atas 2 ginjal (untuk
menyekresi urine), 2 ureter (mengalirkan urine dari ginjal ke kandung kemih), kandung
kemih (tempat urine dikumpulkan dan disimpan sementara), dan uretra (mengalirkan
urine dari kandung kemih ke luar tubuh (Nurachmah & Angriani, 2011). Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan Sumber: Azizahslideshare, 2010 1. Ginjal Ginjal
terletak secara retroperitoneal, pada bagian posterior abdomen, pada kedua sisi kolumna
vertebra. Mereka terletak antara vertebra torakal keduabelas dan lumbal ketiga. Ginjal kiri
biasanya terletak sedikit lebih tinggi dari ginjal kanan karena letak hati. Ginjal orang
dewasa secara rata – rata memiliki panjang 11 cm, lebar 5 – 7,5 cm, dan ketebalan 2,5 cm.
a. Ginjal
Ginjal terletak secara retroperitoneal, pada bagian posterior abdomen, pada kedua
sisi kolumna vertebra. Mereka terletak antara vertebra torakal keduabelas dan lumbal
ketiga. Ginjal kiri biasanya terletak sedikit lebih tinggi dari ginjal kanan karena letak
hati. Ginjal orang dewasa secara rata – rata memiliki panjang 11 cm, lebar 5 – 7,5 cm,
dan ketebalan 2,5 cm
b. Ureter
Ureter membentuk cekungan di medial pelvis renalis pada hilus ginjal. Biasanya
sepanjang 25 – 35 cm di orang dewasa, ureter terletak di jaringan penghubung
ekstraperitoneal dan memanjang secara vertikal sepanjang otot psoas menuju ke
pelvis. Setelah masuk ke rongga pelvis, ureter memanjang ke anterior untuk
bergabung dengan kandung kemih di bagian posterolateral. Pada setiap sudut
ureterovesika, ureter terletak secara oblik melalui dinding kandung kemih sepanjang
1,5 – 2 cm sebelum masuk ke ruangan kandung kemih (Black & Hawks, 2014).

2. Definisi
Uropati obstruktif didefinisikan sebagai sumbatan aliran urin yang dapat
mengenai satu atau kedua ginjal, tergantung dari level obstruksinya. Apabila hanya
satu ginjal yang terlibat, output urin tidak berubah dan kreatitin serum dapat normal.
Apabila fungsi ginjal terganggu, hal ini didefinisikan sebagai nefropati obstruktif.

3
Urolitasi adalah terbentuknya batu saluran kemih (kalkulus) dimana saja
pada system penyalur urine, tetapi batu umumnya terbentuk ginjal. Batu mungkin
terbentuk tanpa menimbulkan gejala atau kerusakan ginjal yang bermakna , hal ini
terutama terjadi pada batu besar yang tersangkut di pelvis ginjal. Makna klinis batu
terletak pada kapasitasnya menghambat aliran urine atau obtruksi aliran urine atau
menimbulkan trauma yang menyebabkan ulserasi dan perdarahan pada kedua kasus
ini terjadi peningkatan prediposisi infeksi bakteri (Wijaya & Putri,2013, hal. 249).
Batu saluran kemih (urolitiasis) merupakan obtruksi benda padat pada
saluran kencing yang berbentuk karena factor presipitasi endapan dan senyawa
tertentu. Batu tersebut bisa terbentuk dari berbagai senyawa,misalnya kalsium
oksalat(60%), fosfat (30%), asam urat (5%), dan sistin ( 1%) .pada zaman dahulu
batu pada saluran kemih hanya berasal dari endapan mineral kemih hanya berasal
dari endapan mineral pada air, sehingga faktor presipitasi lainnya sering
dikesampingkan. Namun, saat ini sumber presipitasi dari batu lebih sering asam urat
dan infeksi yang menjadi komplikasi dari penyakit, sehngga makna dari penyakit,
sehingga makna dari urolitiasis bukan hanya bat yang bersifat mineral (Prabowo
&Pranata, 2014, hal. 111).
Jadi , urolitisis merupakan penyakit yang salah satu gejalanya adalah
pembentukan batu didalam saluran kemih. Batu saluran kemih dapat terjadi pada
pelvis ginjal , ureter,kandungkemih, prostat dan uretra yang menimbulkan atau
memperlihatkan gejala yang agak berbeda. Serta juga dapat mengakibatkan
kelainan patologik yanh akut,kronik,atau sama sekali tidak ada keluhan dan
symptom.

3. Etiologi

Etiologi urolitiasis adalah kondisi-kondisi yang mendukung terbentuknya batu yaitu


matrik protein dan inflamasi bakteri , peningkatan konsentrasi urine sebagai
pencetus percepatan pembentukan Kristal seperti kalsium ,asam urat dan posfat.
Selain itu level keassaman yang abnormal (alkali) juga mempercepat pembentukan
Kristal. Selain itu statis urine juga sebagai prediposisi pembentukan batu.
Faktor-faktor yang berperan pada pembentukan batu saluran kemih, dibagi menjadi
2 golongan yaitu:
a. Faktor endogen yaitu faktor genetic misalnya hipersistinuria ,hiperkalsiuria
primer , dan hiperrioksaluria primer.
4
b. Faktor eksogen yaitu faktor lingkungan, makanan, infeksim dan kejenuhan
lingkungan, mineral didalam air minum (Suharyanti & Madjid, 2013,hal. 151).
4. Patofisiologi
Urotiliasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius. Batu
terbentuk ketika konsentrasi supstansi seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat dan
asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika difisiensi supstarts tertentu.
Layaknya sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine dan status
cairan pasien.
Infesksi, statis urine, serta drainase renal yang lambatdan perubahan metabolic
kalsium, hiperparatiroid, malignansi, penyakit granulo matosa (sarkoldosis,
tuberculosis), masukan vitamin D berlebih merupakan penyebab dari hiperkalsemia
dan mendasari pembentukan batu kalsium. Batu asam urat dapat dijumpai pada
penyakit gout.

Batu struvit mengacu pada batu infeksi, terbentuk dalam urine kaya amoniak
alkalin persisten akibat uti kronik. Batu urinarius dapat terjadi pada inflamasi usus
atau ileostomy. Batu sistin terjadi pada pasien yang mengalami penurunan efek
absorbs sistin (asam ammonia) turunan,

Penyakit gagal ginjal kronis merupakan salah satu penyebab terseringnya


penurunan GFR akan menyebabkan kerusakan di ginjal yang mengakibatkan
Gangguan hormonesekresi aldosterone sehingga mengakibatkan fase kontriksi dan
terjadi hipertens. Kerusakan ginjal secara langsung akan menyebaabkan salah satu
fungsi ginjal yang menyaring tidak stabil dan akhirnya zat sisa metabolism tidak
tersaring secara maksimal sehingga tetap menghendap didalam tubuh sehingga
mengakibatkan ureum naik didalam tubuh sehingga terjadi keracunan ureum

5
PATHWAY UROLITHIASIS

Urolithiasis

Ureter Blader Therapi Pelvic Renal

Iritasi Obstruksi Iritasi Discontin Resti


Lumen Meningkatkan
Mukosa uitas pengulangan
uretra tekanan darah
blader jaringan episode
Oliguria/ hidrostatik
lokal urolithiasis
Anuria
Hematuria Kerusakan
s
Pembuluh
c Defisit
Gangguan darah Risiko
pengetahuan
eliminasi Infeksi
urin
Hematuria
Nyeri
Meningkatkan Iskemia
akumulasi
cairan
interstisial Menurunnya
fungsi ginjal

Distensi
Gagal
ginjal
Reflek
renointerstinal
+ proximili
anatomik

Resiko Mual,
kekurangan muntah
volume cairan

Defisit Nutrisi

6
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala urotiliasis sangat ditentukan oleh letaknya, besarnya, dan
morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini memiliki tanda dan gejala yaitu ;
hematuria dan bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan
endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lainnya.
a. Batu pelvis ginjal
Batu pada pelfis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala
berat, umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran
kemih dan infeksi. Tanda dan gejala yang ditemui antara lain ;
1. Nyeri di daerah pinggang (sisi atau sudut kostebral) ; dapat dalam bentuk
pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus dan hebat karena adanya
pionefrosis.
2. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai
mungkin terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.
3. Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta pada sisi
ginjal yang terkena.
4. Batu Nampak pada pemeriksaan pencitraan
5. Gangguan fungsi ginjal
6. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing
b. Batu ureter
1. Kolik, yaitu nyeri yang hilang timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa
muntah.

2. Nyeri alih yang khas ke region inguinal.

3. Perut kembung (ileus paralitik)


4. Hematuria
5. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing
6. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan
c. Batu kandung kemih
1. Karena batu menghalangi saluran kemih akibat penutupan leher kandung
kemih, maka aliran yang awalnya lancar secara tiba-tiba akan terhenti dan
menetes, disertai dengan rasa nyeri.
2. Pada anak, menyebabkan anak yang bersangkutan menariknya penisnya
waktu BAK sehingga tidak jarang dilihat penis yang agak panajang.

7
3. Bila terjadi infeksi sekunder, maka selain nyeri sewaktu miksi juga akan
terdapat nyeri yang menetap suprapubik.
4. Hematuria
5. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing
6. Batu Nampak pada pemeriksaan pencitraan
d. Batu prostat
Pada umunya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara retrograd
terdorong kedalam saluran prostat dan mengendap yang akhirnya berupa batu
yang kecil. Umumnya batu ini tidak menimbulkan gejala sama sekali karena tidak
menyebabkan gangguan pasase air kemih.

6. Klasifikasi
Urolitiasis merupakan kumpualn batu slauran kemih, namun secara rinci ada
beberapa penyebutannya.Berikut ini adalah istilah penyakit batu berdasarkan letak
batu:
a. Nefrolitisis (batu saluran ginjal )

b. Ureterolitiasi (batu saluran ureter)

c. Vesikolitiais (batu saluran pada vesika urinaria)


8
9
d. Uretrolitiasi (batu pada uretra )(Prabowo &Pranata,2014, hal 112)

7. Komplikasi
a. Kerusakan tubular dan iskemik partial
Kerusakan struktular pada tubulas ginjal merupakan proses yang
mendasari terjadi kerusakan sel sehingga terjadi penurunan laju filtrasi
glomelurus hal yangdikarenakan hipoperfungsi serta cats dan debris dari
sel mati yang mengobtruksilomen tubulus.
b. Perdarahan
Perdarahan ada didalam tubuh karena batu ginjal saat urine lebih
mengandung zat pembentuk kristal urine. Pembentukan batu ginjal juga
dapat saat tubuh kekurangan zat. Yang dapat menempel pada tubuh
c. Infeksi
Merupakan penyakit saluran kemih yaitu, uretra, kandung kemih dan
ureter. Biasanya wanita yang sering mengidap penyakit ini. Dikarenakan
saluran kemih wanita lebih pendek dibandingkan wanita yang lebih
cenderung pada menahanbuang air, hal ini mampu memgalami infeksi
saluran kemih secra berulang- ulang kadang-kadang selama bertahun-
tahu
d. Ekstravasasi
Mengacu pada kondisi dimana uretra. Memnyebabkan penumpulan
urinedi rongga lain, seperti stktum/ penis pada pria ini dapat dikaitkan
dengan kalkulus.
8. Penatalaksaan Medis
Tujuan dasar penatalaksaan adalah untuk mneghilangkan batu,
menentukan jenis batu,mencegah kerusakan neuron,mengedalikan
infeksi, daan mengurangiobtruksi yang terjadi:
1) Pengurangan nyeri
10
tujuan segar dari penanganan kolik renal uretra adalah untuk
mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan.
a) Pemberian morfin atau memperidien untuk mencegah
syok dansinkop akibat nyeri.
b) Mandi air panas atau air hangat di aarea panggul.
c) Pemberian cairean kecuali pada pasien gagal jantung kognitif
yang memerlukan pembatas cairan. Pemberian cairan dapat
meningkatkan tekana hydrostatikk pada ruang dibelakang batu
sehingga mendorong pesase batu kebawah. Masukan cairan
sepanjang hari mengurangi konsetrasi kritaloid urine,
mengecerkan urine ,dan menjamin keluarnyaurine yang besar.
2) Pengangkatan batu
Pemeriksaan sistoskopi dan pasase cateter uretral
untukmenghilangkan batu yang menyebabkan obtruksi,ketika batu
ditemukan, dilakukan analisis kimiawi untuk mengumpulkan
komposisinya dan membuktikan indikasi mengenai penyakit yang
mendasari.
3) Terapi nutrisi
Batu ginjaal terutama mengndung kalsium,fosfor dana tau oksaalat.
Makana yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
a) Makanan yang kaya vitamin D, karena vitamin D meningkatkan
reabsorsi kalsium.

b) Garam meja dam amakan tinggi natrium, karena Na bersaing denga


Cadalam reabssorsinya di ginjal.

c) Daftar makanan yang dihindari:

a) Produk susu: semua keju,susu dan produk susu(lebih dari


setengahcangkir sehari), krim asam( yogurt).
b) Daging,ikan,unggas: otak,jantung,hati,ginjal,sardine,sweat-
bread,telurikan, kelinci rusa.
c) Sayur:lobak,bayam,buncis,kedelai,seledri.
d) Buah:kismis,semua jenis beri,anggur.
e) Roti,sereal:roti murni,roti gandum,cetmel,beras merah,jagung
giling,sereal.
f) Minuaman: the,coklat,minuman yang berkarbonat,bir,semua
11
minumanyang terbuat dari susu atau produk susu.
g) Lain-lain:kacang,cokelat,sup yang dicampur dengan
susu,makanan pencuci mulut yang dicampursusu atau produk
susu seperti kue basah,kue kering atau pie.
4) Lithostripsis gelombang kejut ekstrakorporeal(ektracoporeal shock
wafe lithotripsi =EWSL)
EWSL adalah noninvasive yang digunakan untuk
menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu pecah menjadi
bagian yang kecil-kecil seperti pasir , maka sisa batu tersebut
dikeluarkan secara spontan. Kebutuhan anesthesia pada prosedur ini
tergantung pada tipe litostripsi yang digunakan, ditentukan oleh
jumlah dan intensitas gelombang kejut yang disalurkan. Rata-rata
penanganan adalah antara 1000-3000 gelombang kejut.(1)
5) Metode Endurologi pengangkatan batu
Metode endurologi pengangkatan batu batu ginjal tanpa
pembedahan mayor.Nefrostomi perkutan dan nefrokop dimasukan
kedalamtraktus perkutan yang sudah dilebarkan kedalam parenkim
ginjal.Batu dapat diangkat dengan forket atau jaringan tergantung
ukurannya .selain itu,alat ultrasound dapat dimasukan melalui selang
nefrostomi disertai pemakaian gelombang ultrasonic untuk
menghancurkan batu serpihan batudiirigasi dan dihisap keluar dari
duktus kolektivus.Batu yang besar selanjutnya dapat dikurangi
dengan disentegrasi ultrasonic daan diangkat dengan forket atau
jaringan.Setelah batu diambil, selang nefrostomi perkutan dibiarkan
ditempatnya untuk menjamin bahwa ureter tidak mengalami obtruksi
oleh edema atau pembekuan darah.
6) Ureteroskopi
mencakupp visualisasi dan akses ureter dengan memasukan
alta ureteroskop melalui sistoko. Batu dapat dihancurkan dengan
menggunakanlaser,litotripsi-hydraulic, atau ultrasound kemudian di
angkat. Suatu set dapat diamsukan dan dibiarkan selama 48 jam atau
lebih setelah prosedur menjaga kepatenan ureter.
7) Pelarutan batu
Infuse cairan kemolitik, misalnya agent pembuat asam

12
basa(ankylatik)dan pembuat asam (acidyfing) untuk melarutkan batu
dapaat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien
kurang beresiko terhadap terapi lain dan menolak metode lain atau
mereka memiliki batu yang mudah larut (strufit). Nefrostomi
perkuatan dilakukan dan cairan irigasi dimasukan ke duktus
kolectivus melalui ureter atau selangnefrostomi.
8) Pembedahan
Sebelum adanya lithostripsy, pengangkatan ginjal dengan
pembedahan merupakan terapi utama. Namun,saat ini pembedahan
dilakukan hanya pada 1% - 2% pasien. Pembedahan di indikasikan
jika batutersebut tidak berespon terhadap penanganan lain. Jika batu
terletaak didalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan
nefrolototomi( insisi pada ginjal untuk mengangkat batu) atau
nerektomi jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau
hydronefrosis. Batu didalam piala ginjsl diamgkat dengan
pielolitotomi, sedangkan batu pada ureter diangkat dengan
ureterolitotomi dan batu pada kandungan kemih diangkat dengan
sistotomi( Suhanyanti& Madjid, 2013, pp.156-161)
9. Pemeriksaan Penunjang
1) foto polos abdomen
Mendeteksi adanya batu ginjal pada system
pellvicalysess,klasifikasiparenkim ginjal,batu
uereter,klasifikasi,dan batu kandung kemih.
2) urografi intravena
Dengan pemasukan zat kontreas 50-100 maka baatu ginjal bisa
bisa terindetifikasi. Hal ini akan mmemperlihatkan
pelvicalyses,yreter,daanvesika urinaria

3) Pielografi antegrad

Kontras langsung dissuntikan kepada sytemm pelvicalyses, sehingga


akan terggambarkan batu
4) Urinalis
Sering ditemukan adanya hematuria pada urine. Hal ini terjadi lesi
padamukosa pada slauran kemih karena iritasi dari batu

13
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Secara otomatis tidak ada faktor jenis kelamin dan usia yang signikasi
dalam proses pembentukan batu. Namun , angka kejadian urolitiasi
dilapangan seringkali terjadi pad alai-lai dan pada usia dewasa. Hal ini
dimungkinkan karena pola

hidup, dimungkinkan Karen pola hidup,aktifitas dan kondisi geografis.


(Prabowo & Prananta,2014,hal.121)
b. Status kesehatan pada saat ini
1) Keluhan utama
Keluhan utaman yang sering ditemukan pada pasien dengan
urolitiasis adalah nyeri (pada punggung, panggul,abdominal, lipat
paha, genetalia) mual muntah, kesulitan dalam kencing. (Prabowo
&Pranata, 2014, hal. 121)
2) Alasan masuk rumah sakit
Pada observasi sering ditemukan adanya hematuria(baik secara
mikrokopismaupun gross), oligura. Kondisi kolik (ginjal/ureter)
Biasanya timbul secra tiba-tiba (mendadak) dengan pemicu yang
beragam (aktifitas rendah, input cairan rendah,pengaruh gravitasi
yang tinggi, imobiltasi). Dengan serangan ini biasanya mebuat
pasien untuk segara mendapat pelayanan kesehatan(Prabowo &
Pranata, 2014,hal.121)
c. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Riwayat penyakit sebelumnya
Riwayat ida IKS kronis, obtruksi sebelumnya, riwayat colic
ginjal/bleddertanpa batu yang keluar, riwayat trauma saluran kemih
(Wijaya & Putri, 2013, hal. 225)
14
2) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya ISK kronis dan penyakit ginjal lainnya (Wijaya&Putri
,2013, hal 225)
3) Riwayat pengobatan
Adanya riwayatanya penggunaan obat-obatan tinggi
kalsium,antibiotic,opioda,antithipertensi,natrium
bika
rbonat, alupurional,fosfat,tiazad,pemasukan berlebihan kalsium dan
vitamin (Suharyanto &Majid , 2013,p.160)

d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Pemeriksaan fisik pada pasien BSK dapat berfariasi mulai tanpa
kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit dan tergantung pada batu
penyulit yang ditimbulkan. Terjadi nyeri atau kolik renal klien
juga dapat mengalami gangguan gastrointestinal dan perubahan.

b) Tanda-tanda vital
c) Kesadaran composmentis, penampilan tampak obesitas tekanan darah
110/80 mmHg, frekuensinafas 20X /menit, suhu 36,3 C, dan indeks
masa tubuh (IMT)29,3 Kg, (Prabowo &Pranata ,2014 hal. 122)
2) Body system
Dimana hasil dari sebuah penelitian tentang batu saluran kemih itu
berkenaan dengan fungsi dan sistem tubuh manusia. Untuk
penjelasanyaadapat dilihat berikut ini :
a) Sistem penafasan
 Inspeksi :dada klien sismetris, irama normal
 Palpasi :tidak ditemukan benjolan, tidak ada nyeri
tekan yangdirasakan.
 Perkusi : tidak ditemukan penumpuakn secret, cairan atau
darah diparu
 Auskultasi :suara napas terdengar suara jantung (
Suhayanto &Majid, 2013, p,164
b) Sistem kardiovaskuler
 Inpeksi:ictus cordis teraba pada ICS II
15
 Perkusi : kana atas :SIC II linea para strenalis dektra
 Kana bawah : SIC IV linea para strenalis dextra
 Kiri atas :SIC II linea medio clavicularis sisnistra
 Auskultrasi :S1 dan S2 tunggal ( Suharyanto &Madjid ,
2013, hal167)
c) Sistem perkemihan
 Inspeksi: adanya oliguria dysuria,gross hematuria, menjadi
ciri khas batu saluran kemih
 Palpasi;palpasi area CVA terhadap adanya nyeri tekan dan
pembesaran ginjal
 Perkusi:perkusi area CVA terhadapaadanya nyeri ketok
yang menjalar ke abdomen bagina depan dank e area
gentalia(Suharyanto & Majid, 2013, p.163)
d) Sistem pencernaan
 Inspeksi: kaji leadaan umum
 Abdomen pada region perkusi timpani
 Palpasi: terdapat nyeri tekan terhadap abdomen pada region
perkusi: timpani
 Auskutrasi; terdengar isng usus akan terdengar tidak tertaur
spereti orang berkumpur dengan frekuensi 5-35 permenit
(Suharyanto &Majid,2013,p.163)
e) Sistem integument
Pasien mengalami kulit pucat dan mengalami kulit turgor kulit
menurun(Suharyanto & Majid,2013,p.164)
f) Sistem muskuluskeletal
Pasien mengalami nyeri (Suharyanto & Majid,2013,p.164)
g) Sistem endokrin
Adanya penurunan hormone reproduksi(Prabowo & Prananta ,2014,
p
.204)
h) Sistem reproduksi
Pasien penderita BSK biasanya merasakan nyeri pada testis
(laki-laki)dan nyeri pada labia mayora ( perempuan)(Prabowo &
Pranata, 2014, p.114)
i) Sistem penginderaan
16
Tidak ada gangguan pada sistem pengidraan. (Suharyanto&
Majid,2913.p.164)
j) Sitem imun
Tidak ditemukan gangguan imun pada pasien(Suharyanto &
Majid,2013,p.164

e. Pemeriksaan Penunjang

1) Foto polos abdomen


Mendeteksi adanya batu ginjal pada system
pellvicalysess,klasifikasiparenkim ginjal,batu
uereter,klasifikasi,dan batu kandung kemih.
2) Urografi intravena
Dengan pemasukan zat kontreas 50-100 maka baatu ginjal
bisa bisa terindetifikasi. Hal ini akan memperlihatkan
pelvicalyses,ureter,danvesika urinaria
3) Pielografi antegrad

Kontras langsung dissuntikan kepada sytemm pelvicalyses, sehingga


akan terggambarkan batu
a. Urinalis
Sering ditemukan adanya hematuria pada urine. Hal ini terjadi lesi
padamukosa pada slauran kemih karena iritasi dari batu
2. Diagnosa keperawatan
Menurut standar diagnosis keperawatan Indonesia 2016 yang muncul antara lain:
a. Defisit Nutrisi ( PPNI T. P ., 2016, p.81)
Definisi :beresiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhikebutuhan metabolisme.
FactorResiko :ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan
mengabsorsi nutria, peningkatan kebutuhan metabolisme, factor ekonomi
( mis.Financial tidak mencukupi), factor psikologis (mis.Stress
keengganan untuk makan).
Kondisi Klinis Terkait : stroke ,Parkison, mobius syndrome, celebral
palsy, cleft lip, cleft palate, amytropic lateral sclerosis, kerusakan
neuromuscular, luka bakar, kanker, infeksi, AID, penyakit cron’s,
enterrokolitis,, fibros kistik.

17
b. Resiko Ketidakseimbangan cairan ( PPNI,2016.p.87)
Definisi : beresiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan
perpindahan cairan dari intravaskuler , interstisial atau intraselular.
FactorResiko :prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan,luka
bakar, apheresis, asites, obtruksi intestinal, peradangan pancreas,
penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal.
Kondisi Klinis Terkait :prosedur pembedahan mayor, penyakit ginjal
dan kelenjar, perdarahan, luka bakar.
c. Gangguan Eliminasi Urin (PPNI. T. P 2016, p. 96 )
Definisi : disfungsi eliminasi urin
Penyebab :penurunan kapasitas kandung kemih,iiritasi kandung kemih,
penurunan kemampuan tanda-tanda gangguan kandung kemih,, efek
tindakan medis dan diagonistik ( mis. Operasi ginjal, operasi saluran
kemih anastesi, dan obat-obatan) , kelemahan otot pelvis,
ketidakmampuan mengakses toilet (mis. Imobilisasi), hambatan
lingkungan, ketidakmampuan menkomunikasi kebutuhan eliminasi,
outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. Anomali saluran kemih
congenital), imaturitas ( pada anak usia <3 tahun )(4)

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif :Desakan Berkemih (urgensi), urin menetes( dribbling) , sering
buangair kecil, nokturia , mengompol, enuresis.
Objektif :ditensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas (hesistency) ,
volumeresidu urin meningkat.
Gejala dan Tanda
MinorSubjektif :
tidak tersedia
Objektif :tidak
tersedia
Kondisi Klinis Terkait :infeksi ginjal dan saluran kemih , hiperglikemia,
trauma, kanker, cedera/tumor/infeksi medulla spinalis, neuropati
alkaholik, stroke, Parkinson, skeloris multiple, obta, alpha adrenergic.

d. Nyeri Akut (PPNI,2016,p. 172 )

18
Definisi :pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakanjaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat danberintensitas ringan atau berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan.
Penyebab :agen pencendera fissiologis ( mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma ),agen pencedera kimiawi ( mis. Terbakar bahan kimia iritan
), agen pencedera fisik ( mis. Abses amputasi , terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prsedur operasi, trauma , latihan fisik berlebihan)(5)
Gejala dan Tanda
MayorSubjektif
:mengeluh nyeri
Objektif : tampak meringis , bersikap protektif( mis. Waspada, posisi
menghindari nyeri ), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur
Gejala dan Tanda
MinorSubjektif
:tidak tersedia
Objektif :tekanan darah meningkat, pola napas berubah ,nafsu makan,
prosesberfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri
sendiri,diaphoresis Kondisi Klinis Terkait
Kondisi pembedahan, cedera traumatis, infeksi, sindrom coroner akut,
glaucoma.
e. Resiko infeksi (PPNI, 2016,p.304 )

Definisi: beresiko mengalami peningkatan terserang organism


patogenik Factor Resiko :ketidakkuatan pertahanan tubuh primer :
gangguan peristaltic, kerusakan integritas kulit, perubahan sekresi pH,
penurunan kerja sililaris, ketuban pecah lama, ketuban pecah belum
waktunya , merokok, statis cairantubuh. Ketidakkuatan pertahanan tubuh
sekunder : penurunan hemoglobin, imunosuprei, leucopenia, supresi
respon inflamasi, vaksinasi tidak adekuat Kondisi Klinik Terkait :
AIDS, luka bakar, penyakit paru, obstruktif kronis, diabetes miletus,
tindakan invasive, kondisi penggunaan obat, ketuban pecah sebelum
waktunya(KPSW), kanker,gagal ginjal, imunosupresi, lymphedema,
leukositopenia ,leukositopenia, gangguan fungsi hati.

19
3. Intervensi
Berikut ini adalah intervensi yang dirumuskan untuk mengatasi masalah
keperawatan pada klien:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera ( biologis, fisik dan psikologis
Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi
1. Identifikasi skala nyeri
2. Factor yang memperberat dan meringankan nyeri

Terapeutik
1. Control lingkungan yang memperberatrasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode,dan pemicunyeri


2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik

b. Gangguan eliminasi urin: BAB/BAK dalam Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI) diberi kode (I.11349).

Dukungan Perawatan Diri: BAB/BAK adalah intervensi yang dilakukan oleh


perawat untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan buang air kecil (BAK) dan buang
air besar (BAB) kepada pasien.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan perawatan diri: BAB/BAK


berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

1) Identifikasi kebiasaan BAB/BAK sesuai usia

2) Monitor integritas kulit pasien

Terapeutik

20
1) Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi

2) Dukung penggunaan toilet/commode/pispot/urinal secara konsisten

3) Jaga privasi selama eliminasi

4) Ganti pakaian pasien setelah eliminasi, jika perlu

5) Bersihkan alat bantu BAK/BAB setelah digunakan

6) Latih BAK/BAB sesuai jadwal, jika perlu

7) Sediakan alat bantu (mis. kateter eksternal, urinal), jika perlu

Edukasi

1) Anjurkan BAK/BAB secara rutin

2) Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu

c. Defisit Nutrisi

Intervensi manajemen nutrisi dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI) diberi kode (I.03119).

Manajemen nutrisi adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk


mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen nutrisi berdasarkan SIKI,


antara lain:

Observasi

1) Identifikasi status nutrisi

2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

3) Identifikasi makanan yang disukai

4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien

5) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

6) Monitor asupan makanan

7) Monitor berat badan

8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

21
Terapeutik

1) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

2) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)

3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

4) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

5) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

6) Berikan suplemen makanan, jika perlu

7) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan oral dapat
ditoleransi

Edukasi

1) Ajarkan posisi duduk, jika mampu

2) Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri, antiemetik),


jika perlu

2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu

d. Intervensi Defisit Pengetahuan: edukasi kesehatan dalam Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.12383).

Edukasi kesehatan adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengajarkan
pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih serta sehat.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi edukasi kesehatan berdasarkan SIKI, antara
lain:

Observasi

1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi


perilaku hidup bersih dan sehat

22
Terapeutik

1) Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan

2) Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan

3) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

1) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan

2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup


bersih dan sehat

e. Intervensi pencegahan infeksi dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI) diberi kode (I.14539).

Pencegahan infeksi adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk


mengidentifikasi dan menurunkan risiko terserang organisme patogenik.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi pencegahan infeksi berdasarkan SIKI,


antara lain:

Observasi

1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

Terapeutik

1) Batasi jumlah pengunjung

2) Berikan perawatan kulit pada area edema

3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien

4) Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi

Edukasi

1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

3) Ajarkan etika batuk

4) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi


23
5) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

6) Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Uropati obstruktif didefinisikan sebagai sumbatan aliran urin yang dapat mengenai
satu atau kedua ginjal, tergantung dari level obstruksinya. Apabila hanya satu ginjal yang
terlibat, output urin tidak berubah dan kreatitin serum dapat normal. Apabila fungsi ginjal
terganggu, hal ini didefinisikan sebagai nefropati obstruktif.

Urolitasi adalah terbentuknya batu saluran kemih (kalkulus) dimana saja pada system
penyalur urine, tetapi batu umumnya terbentuk ginjal. Batu mungkin terbentuk tanpa
menimbulkan gejala atau kerusakan ginjal yang bermakna , hal ini terutama terjadi pada batu
besar yang tersangkut di pelvis ginjal. Makna klinis batu terletak pada kapasitasnya
menghambat aliran urine atau obtruksi aliran urine atau menimbulkan trauma yang
menyebabkan ulserasi dan perdarahan pada kedua kasus ini terjadi peningkatan prediposisi
infeksi bakteri (Wijaya & Putri,2013, hal. 249).

B. Saran
Adapun saran penulis untuk masyarakat pada umumnya adalah sebagai berikut :
1. Sangat dianjurkan bagi masyarakat yang beresiko tinggi agar cepat-cepat
melakukan tindakan pencegahan.
2. Bagi masyarakat umum agar rajin untuk minum air putih terutama bila
setelah melakukan aktivitas yang banyak mengeluarkan keringat.
3. Diet tinggi potasium dan magnesium.
4. Diet rendah oksalat dan asam urat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo. asuhan keperwatan sistem perkemihan. yogyakarta : nuha medika, 2014.


Bibliography 1. eko prabowo, andi eka pranata. buku ajar asuhan keperawatan sistem
perkemihan. yogyakarta : nuha medika, 2014.
Prabowo.asuhan keperwatan sistem perkemihan. yogyakarta : nuha medika, 2014.
Suahryanto, madjid.asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan siste
mperkemihan . jakarta : CV. TRANS INFO MEDIA, 2014.
Wiajaya, putri.keperawatan medikal bedah. yogyakarta : nuha medika,
2013. wilkinson.diagnosis keperawatan. jakarta : katalok dalam
terbitan, 2016.

26
27

Anda mungkin juga menyukai