Oleh:
(14.401.20.005)
KRIKILAN–GLENMORE–BANYUWANGI
DIII KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat allah SWT karena hanya denga taufik dan
hidayah Nya, sehingga dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini dengan judul”ASUHAN
KEPERAWATAN BATU SALURAN KEMIH” dapat saya selesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan ASKEPini masih jauh dari sempurna , untuk itu
kritik dan saran demi perbaikan sangat penulis harapkan. Dan semoga askep ini bermanfaat
khususnya bagi penulis dan pembaca serta perkembangan kesehatan ilmu keperawatan
umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang
B. Batasan masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
2. Etiologi
3. Manifestasi Klinis
4. Patofisiologi Error! Bookmark not defined.
5. Klasifikasi
6. Komplikasi
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Batu saluran kemih (BSK) pada studi epidemologi diamerika serikat 5-10%
penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan diseluruh dunia rata-rata terdapat 1-12%
penduduk yang menderita batu saluran kemih. Ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktoryang
utamamerupakan lifestyle yang tidak sehat, dan memicu pembentukan batu, baik bersifat
primer, sekunder maupun tersier. Penduduk daerah dengan geografis yang memiliki kandungan
mineral tinggi menjadikan tingkat prevalensi meningkat sehingga sering disebut sebagai
daerah(sabuk batu)(Prabowo & Pranata , 2014, hal.111).
Berdasarakan tipe batu, proses pebentukan batu melalui kristalisasi. Ada tiga factor yang
mendukung proses ini yaitu saluran urine, defisiensi inhibitor,dan produksi matriks protein.
Proses pembentukan dari agregasi menjadi partikel yang lebih besar, diantara partikel ini ada
yang yang bergerak ke bawah melalui saluran kencing hingg pada lumen yang sempit dan
berkembang membentuk batu (Suharyanto & Majid, 2013, hal.152).
Ada beberapa upayah untuk mengatasi batu saluran kemih yaitu simptomatik maka perlu
dilakukan tindakan pemebedahan, bahkan bisa menggunakan tindakan Extracorpreal Shock
Wafe Litotripsy(ESWL) yaitu memecahkan batu dengan batu dengan cara memancarkan
gelombang yang penghantarnya berada dalam genangan air (Suharyanto & Majid , 2013, hal.
156 ).
B. Batasan masalah
Batasan masalah pada batu saluran kemih adalah mulai dari definisi hingga sampai asuhan
keperawatan pada pasien batu saluran kemih.
C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari batu saluran kemih ?
2. Apa etiologi batu saluran kemih ?
3. Apa manifestasi klinis batu saluran kemih ?
4. Bagaimana patofisiologi dari batu saluran kemih ?
5. Apa saja klasifikasibatu saluran kemih ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan dengan pasien batu saluran kemih ?
1
D. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengartikan dan menjeaskan tentang penyakit urotiliasis, serta dapat
mengetahui cara pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose urotilisasi dan
memperoleh pengakaman nyata dalam merawat pasien dengan penyakit batusalurankemih
serta dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
2. Tujuan khusus
Diharapkan mahasiswa mampu:
a. Untuk mengetahui definisi batu saluran kemih.
b. Untuk mengetahu etiologi batu saluran kemih.
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala batu saluran kemih.
d. Untuk mengtahui patofisiologi pada batusaluran kemih.
e. Untuk mengetahui klasifikasi batu saluran kemih.
f. Untuk mengetahui komplikasi pada batu saluran kemih.
g. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada batu saluran kemih.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan merupakan sistem ekskresi utama dan terdiri atas 2 ginjal (untuk
menyekresi urine), 2 ureter (mengalirkan urine dari ginjal ke kandung kemih), kandung
kemih (tempat urine dikumpulkan dan disimpan sementara), dan uretra (mengalirkan
urine dari kandung kemih ke luar tubuh (Nurachmah & Angriani, 2011). Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan Sumber: Azizahslideshare, 2010 1. Ginjal Ginjal
terletak secara retroperitoneal, pada bagian posterior abdomen, pada kedua sisi kolumna
vertebra. Mereka terletak antara vertebra torakal keduabelas dan lumbal ketiga. Ginjal kiri
biasanya terletak sedikit lebih tinggi dari ginjal kanan karena letak hati. Ginjal orang
dewasa secara rata – rata memiliki panjang 11 cm, lebar 5 – 7,5 cm, dan ketebalan 2,5 cm.
a. Ginjal
Ginjal terletak secara retroperitoneal, pada bagian posterior abdomen, pada kedua
sisi kolumna vertebra. Mereka terletak antara vertebra torakal keduabelas dan lumbal
ketiga. Ginjal kiri biasanya terletak sedikit lebih tinggi dari ginjal kanan karena letak
hati. Ginjal orang dewasa secara rata – rata memiliki panjang 11 cm, lebar 5 – 7,5 cm,
dan ketebalan 2,5 cm
b. Ureter
Ureter membentuk cekungan di medial pelvis renalis pada hilus ginjal. Biasanya
sepanjang 25 – 35 cm di orang dewasa, ureter terletak di jaringan penghubung
ekstraperitoneal dan memanjang secara vertikal sepanjang otot psoas menuju ke
pelvis. Setelah masuk ke rongga pelvis, ureter memanjang ke anterior untuk
bergabung dengan kandung kemih di bagian posterolateral. Pada setiap sudut
ureterovesika, ureter terletak secara oblik melalui dinding kandung kemih sepanjang
1,5 – 2 cm sebelum masuk ke ruangan kandung kemih (Black & Hawks, 2014).
2. Definisi
Uropati obstruktif didefinisikan sebagai sumbatan aliran urin yang dapat
mengenai satu atau kedua ginjal, tergantung dari level obstruksinya. Apabila hanya
satu ginjal yang terlibat, output urin tidak berubah dan kreatitin serum dapat normal.
Apabila fungsi ginjal terganggu, hal ini didefinisikan sebagai nefropati obstruktif.
3
Urolitasi adalah terbentuknya batu saluran kemih (kalkulus) dimana saja
pada system penyalur urine, tetapi batu umumnya terbentuk ginjal. Batu mungkin
terbentuk tanpa menimbulkan gejala atau kerusakan ginjal yang bermakna , hal ini
terutama terjadi pada batu besar yang tersangkut di pelvis ginjal. Makna klinis batu
terletak pada kapasitasnya menghambat aliran urine atau obtruksi aliran urine atau
menimbulkan trauma yang menyebabkan ulserasi dan perdarahan pada kedua kasus
ini terjadi peningkatan prediposisi infeksi bakteri (Wijaya & Putri,2013, hal. 249).
Batu saluran kemih (urolitiasis) merupakan obtruksi benda padat pada
saluran kencing yang berbentuk karena factor presipitasi endapan dan senyawa
tertentu. Batu tersebut bisa terbentuk dari berbagai senyawa,misalnya kalsium
oksalat(60%), fosfat (30%), asam urat (5%), dan sistin ( 1%) .pada zaman dahulu
batu pada saluran kemih hanya berasal dari endapan mineral kemih hanya berasal
dari endapan mineral pada air, sehingga faktor presipitasi lainnya sering
dikesampingkan. Namun, saat ini sumber presipitasi dari batu lebih sering asam urat
dan infeksi yang menjadi komplikasi dari penyakit, sehngga makna dari penyakit,
sehingga makna dari urolitiasis bukan hanya bat yang bersifat mineral (Prabowo
&Pranata, 2014, hal. 111).
Jadi , urolitisis merupakan penyakit yang salah satu gejalanya adalah
pembentukan batu didalam saluran kemih. Batu saluran kemih dapat terjadi pada
pelvis ginjal , ureter,kandungkemih, prostat dan uretra yang menimbulkan atau
memperlihatkan gejala yang agak berbeda. Serta juga dapat mengakibatkan
kelainan patologik yanh akut,kronik,atau sama sekali tidak ada keluhan dan
symptom.
3. Etiologi
Batu struvit mengacu pada batu infeksi, terbentuk dalam urine kaya amoniak
alkalin persisten akibat uti kronik. Batu urinarius dapat terjadi pada inflamasi usus
atau ileostomy. Batu sistin terjadi pada pasien yang mengalami penurunan efek
absorbs sistin (asam ammonia) turunan,
5
PATHWAY UROLITHIASIS
Urolithiasis
Distensi
Gagal
ginjal
Reflek
renointerstinal
+ proximili
anatomik
Resiko Mual,
kekurangan muntah
volume cairan
Defisit Nutrisi
6
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala urotiliasis sangat ditentukan oleh letaknya, besarnya, dan
morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini memiliki tanda dan gejala yaitu ;
hematuria dan bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan
endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lainnya.
a. Batu pelvis ginjal
Batu pada pelfis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala
berat, umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran
kemih dan infeksi. Tanda dan gejala yang ditemui antara lain ;
1. Nyeri di daerah pinggang (sisi atau sudut kostebral) ; dapat dalam bentuk
pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus dan hebat karena adanya
pionefrosis.
2. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai
mungkin terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.
3. Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta pada sisi
ginjal yang terkena.
4. Batu Nampak pada pemeriksaan pencitraan
5. Gangguan fungsi ginjal
6. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing
b. Batu ureter
1. Kolik, yaitu nyeri yang hilang timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa
muntah.
7
3. Bila terjadi infeksi sekunder, maka selain nyeri sewaktu miksi juga akan
terdapat nyeri yang menetap suprapubik.
4. Hematuria
5. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing
6. Batu Nampak pada pemeriksaan pencitraan
d. Batu prostat
Pada umunya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara retrograd
terdorong kedalam saluran prostat dan mengendap yang akhirnya berupa batu
yang kecil. Umumnya batu ini tidak menimbulkan gejala sama sekali karena tidak
menyebabkan gangguan pasase air kemih.
6. Klasifikasi
Urolitiasis merupakan kumpualn batu slauran kemih, namun secara rinci ada
beberapa penyebutannya.Berikut ini adalah istilah penyakit batu berdasarkan letak
batu:
a. Nefrolitisis (batu saluran ginjal )
7. Komplikasi
a. Kerusakan tubular dan iskemik partial
Kerusakan struktular pada tubulas ginjal merupakan proses yang
mendasari terjadi kerusakan sel sehingga terjadi penurunan laju filtrasi
glomelurus hal yangdikarenakan hipoperfungsi serta cats dan debris dari
sel mati yang mengobtruksilomen tubulus.
b. Perdarahan
Perdarahan ada didalam tubuh karena batu ginjal saat urine lebih
mengandung zat pembentuk kristal urine. Pembentukan batu ginjal juga
dapat saat tubuh kekurangan zat. Yang dapat menempel pada tubuh
c. Infeksi
Merupakan penyakit saluran kemih yaitu, uretra, kandung kemih dan
ureter. Biasanya wanita yang sering mengidap penyakit ini. Dikarenakan
saluran kemih wanita lebih pendek dibandingkan wanita yang lebih
cenderung pada menahanbuang air, hal ini mampu memgalami infeksi
saluran kemih secra berulang- ulang kadang-kadang selama bertahun-
tahu
d. Ekstravasasi
Mengacu pada kondisi dimana uretra. Memnyebabkan penumpulan
urinedi rongga lain, seperti stktum/ penis pada pria ini dapat dikaitkan
dengan kalkulus.
8. Penatalaksaan Medis
Tujuan dasar penatalaksaan adalah untuk mneghilangkan batu,
menentukan jenis batu,mencegah kerusakan neuron,mengedalikan
infeksi, daan mengurangiobtruksi yang terjadi:
1) Pengurangan nyeri
10
tujuan segar dari penanganan kolik renal uretra adalah untuk
mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan.
a) Pemberian morfin atau memperidien untuk mencegah
syok dansinkop akibat nyeri.
b) Mandi air panas atau air hangat di aarea panggul.
c) Pemberian cairean kecuali pada pasien gagal jantung kognitif
yang memerlukan pembatas cairan. Pemberian cairan dapat
meningkatkan tekana hydrostatikk pada ruang dibelakang batu
sehingga mendorong pesase batu kebawah. Masukan cairan
sepanjang hari mengurangi konsetrasi kritaloid urine,
mengecerkan urine ,dan menjamin keluarnyaurine yang besar.
2) Pengangkatan batu
Pemeriksaan sistoskopi dan pasase cateter uretral
untukmenghilangkan batu yang menyebabkan obtruksi,ketika batu
ditemukan, dilakukan analisis kimiawi untuk mengumpulkan
komposisinya dan membuktikan indikasi mengenai penyakit yang
mendasari.
3) Terapi nutrisi
Batu ginjaal terutama mengndung kalsium,fosfor dana tau oksaalat.
Makana yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
a) Makanan yang kaya vitamin D, karena vitamin D meningkatkan
reabsorsi kalsium.
12
basa(ankylatik)dan pembuat asam (acidyfing) untuk melarutkan batu
dapaat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien
kurang beresiko terhadap terapi lain dan menolak metode lain atau
mereka memiliki batu yang mudah larut (strufit). Nefrostomi
perkuatan dilakukan dan cairan irigasi dimasukan ke duktus
kolectivus melalui ureter atau selangnefrostomi.
8) Pembedahan
Sebelum adanya lithostripsy, pengangkatan ginjal dengan
pembedahan merupakan terapi utama. Namun,saat ini pembedahan
dilakukan hanya pada 1% - 2% pasien. Pembedahan di indikasikan
jika batutersebut tidak berespon terhadap penanganan lain. Jika batu
terletaak didalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan
nefrolototomi( insisi pada ginjal untuk mengangkat batu) atau
nerektomi jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau
hydronefrosis. Batu didalam piala ginjsl diamgkat dengan
pielolitotomi, sedangkan batu pada ureter diangkat dengan
ureterolitotomi dan batu pada kandungan kemih diangkat dengan
sistotomi( Suhanyanti& Madjid, 2013, pp.156-161)
9. Pemeriksaan Penunjang
1) foto polos abdomen
Mendeteksi adanya batu ginjal pada system
pellvicalysess,klasifikasiparenkim ginjal,batu
uereter,klasifikasi,dan batu kandung kemih.
2) urografi intravena
Dengan pemasukan zat kontreas 50-100 maka baatu ginjal bisa
bisa terindetifikasi. Hal ini akan mmemperlihatkan
pelvicalyses,yreter,daanvesika urinaria
3) Pielografi antegrad
13
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Secara otomatis tidak ada faktor jenis kelamin dan usia yang signikasi
dalam proses pembentukan batu. Namun , angka kejadian urolitiasi
dilapangan seringkali terjadi pad alai-lai dan pada usia dewasa. Hal ini
dimungkinkan karena pola
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Pemeriksaan fisik pada pasien BSK dapat berfariasi mulai tanpa
kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit dan tergantung pada batu
penyulit yang ditimbulkan. Terjadi nyeri atau kolik renal klien
juga dapat mengalami gangguan gastrointestinal dan perubahan.
b) Tanda-tanda vital
c) Kesadaran composmentis, penampilan tampak obesitas tekanan darah
110/80 mmHg, frekuensinafas 20X /menit, suhu 36,3 C, dan indeks
masa tubuh (IMT)29,3 Kg, (Prabowo &Pranata ,2014 hal. 122)
2) Body system
Dimana hasil dari sebuah penelitian tentang batu saluran kemih itu
berkenaan dengan fungsi dan sistem tubuh manusia. Untuk
penjelasanyaadapat dilihat berikut ini :
a) Sistem penafasan
Inspeksi :dada klien sismetris, irama normal
Palpasi :tidak ditemukan benjolan, tidak ada nyeri
tekan yangdirasakan.
Perkusi : tidak ditemukan penumpuakn secret, cairan atau
darah diparu
Auskultasi :suara napas terdengar suara jantung (
Suhayanto &Majid, 2013, p,164
b) Sistem kardiovaskuler
Inpeksi:ictus cordis teraba pada ICS II
15
Perkusi : kana atas :SIC II linea para strenalis dektra
Kana bawah : SIC IV linea para strenalis dextra
Kiri atas :SIC II linea medio clavicularis sisnistra
Auskultrasi :S1 dan S2 tunggal ( Suharyanto &Madjid ,
2013, hal167)
c) Sistem perkemihan
Inspeksi: adanya oliguria dysuria,gross hematuria, menjadi
ciri khas batu saluran kemih
Palpasi;palpasi area CVA terhadap adanya nyeri tekan dan
pembesaran ginjal
Perkusi:perkusi area CVA terhadapaadanya nyeri ketok
yang menjalar ke abdomen bagina depan dank e area
gentalia(Suharyanto & Majid, 2013, p.163)
d) Sistem pencernaan
Inspeksi: kaji leadaan umum
Abdomen pada region perkusi timpani
Palpasi: terdapat nyeri tekan terhadap abdomen pada region
perkusi: timpani
Auskutrasi; terdengar isng usus akan terdengar tidak tertaur
spereti orang berkumpur dengan frekuensi 5-35 permenit
(Suharyanto &Majid,2013,p.163)
e) Sistem integument
Pasien mengalami kulit pucat dan mengalami kulit turgor kulit
menurun(Suharyanto & Majid,2013,p.164)
f) Sistem muskuluskeletal
Pasien mengalami nyeri (Suharyanto & Majid,2013,p.164)
g) Sistem endokrin
Adanya penurunan hormone reproduksi(Prabowo & Prananta ,2014,
p
.204)
h) Sistem reproduksi
Pasien penderita BSK biasanya merasakan nyeri pada testis
(laki-laki)dan nyeri pada labia mayora ( perempuan)(Prabowo &
Pranata, 2014, p.114)
i) Sistem penginderaan
16
Tidak ada gangguan pada sistem pengidraan. (Suharyanto&
Majid,2913.p.164)
j) Sitem imun
Tidak ditemukan gangguan imun pada pasien(Suharyanto &
Majid,2013,p.164
e. Pemeriksaan Penunjang
17
b. Resiko Ketidakseimbangan cairan ( PPNI,2016.p.87)
Definisi : beresiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan
perpindahan cairan dari intravaskuler , interstisial atau intraselular.
FactorResiko :prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan,luka
bakar, apheresis, asites, obtruksi intestinal, peradangan pancreas,
penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal.
Kondisi Klinis Terkait :prosedur pembedahan mayor, penyakit ginjal
dan kelenjar, perdarahan, luka bakar.
c. Gangguan Eliminasi Urin (PPNI. T. P 2016, p. 96 )
Definisi : disfungsi eliminasi urin
Penyebab :penurunan kapasitas kandung kemih,iiritasi kandung kemih,
penurunan kemampuan tanda-tanda gangguan kandung kemih,, efek
tindakan medis dan diagonistik ( mis. Operasi ginjal, operasi saluran
kemih anastesi, dan obat-obatan) , kelemahan otot pelvis,
ketidakmampuan mengakses toilet (mis. Imobilisasi), hambatan
lingkungan, ketidakmampuan menkomunikasi kebutuhan eliminasi,
outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. Anomali saluran kemih
congenital), imaturitas ( pada anak usia <3 tahun )(4)
18
Definisi :pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakanjaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat danberintensitas ringan atau berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan.
Penyebab :agen pencendera fissiologis ( mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma ),agen pencedera kimiawi ( mis. Terbakar bahan kimia iritan
), agen pencedera fisik ( mis. Abses amputasi , terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prsedur operasi, trauma , latihan fisik berlebihan)(5)
Gejala dan Tanda
MayorSubjektif
:mengeluh nyeri
Objektif : tampak meringis , bersikap protektif( mis. Waspada, posisi
menghindari nyeri ), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur
Gejala dan Tanda
MinorSubjektif
:tidak tersedia
Objektif :tekanan darah meningkat, pola napas berubah ,nafsu makan,
prosesberfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri
sendiri,diaphoresis Kondisi Klinis Terkait
Kondisi pembedahan, cedera traumatis, infeksi, sindrom coroner akut,
glaucoma.
e. Resiko infeksi (PPNI, 2016,p.304 )
19
3. Intervensi
Berikut ini adalah intervensi yang dirumuskan untuk mengatasi masalah
keperawatan pada klien:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera ( biologis, fisik dan psikologis
Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi
1. Identifikasi skala nyeri
2. Factor yang memperberat dan meringankan nyeri
Terapeutik
1. Control lingkungan yang memperberatrasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
Observasi
Terapeutik
20
1) Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi
Edukasi
c. Defisit Nutrisi
Observasi
21
Terapeutik
7) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
Kolaborasi
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu
Edukasi kesehatan adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengajarkan
pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih serta sehat.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi edukasi kesehatan berdasarkan SIKI, antara
lain:
Observasi
22
Terapeutik
Edukasi
Observasi
Terapeutik
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
Edukasi
Kolaborasi
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Uropati obstruktif didefinisikan sebagai sumbatan aliran urin yang dapat mengenai
satu atau kedua ginjal, tergantung dari level obstruksinya. Apabila hanya satu ginjal yang
terlibat, output urin tidak berubah dan kreatitin serum dapat normal. Apabila fungsi ginjal
terganggu, hal ini didefinisikan sebagai nefropati obstruktif.
Urolitasi adalah terbentuknya batu saluran kemih (kalkulus) dimana saja pada system
penyalur urine, tetapi batu umumnya terbentuk ginjal. Batu mungkin terbentuk tanpa
menimbulkan gejala atau kerusakan ginjal yang bermakna , hal ini terutama terjadi pada batu
besar yang tersangkut di pelvis ginjal. Makna klinis batu terletak pada kapasitasnya
menghambat aliran urine atau obtruksi aliran urine atau menimbulkan trauma yang
menyebabkan ulserasi dan perdarahan pada kedua kasus ini terjadi peningkatan prediposisi
infeksi bakteri (Wijaya & Putri,2013, hal. 249).
B. Saran
Adapun saran penulis untuk masyarakat pada umumnya adalah sebagai berikut :
1. Sangat dianjurkan bagi masyarakat yang beresiko tinggi agar cepat-cepat
melakukan tindakan pencegahan.
2. Bagi masyarakat umum agar rajin untuk minum air putih terutama bila
setelah melakukan aktivitas yang banyak mengeluarkan keringat.
3. Diet tinggi potasium dan magnesium.
4. Diet rendah oksalat dan asam urat.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
27