Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan bimbingannya, penulis bisa menyelesaikan penulisan makalah ini.
Makalah ini penulis ajukan sebagai salah satu persyaratan unutk mendapat nilai
tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Keperawatan Perioperatif program studi
DIV keperawatan, sekaligus sebagai ajang latihan bagi kami dalam penyusunan makalah.
Di mana makalah ini mengajukan serangkaian penjelasan tentang “Laporan Pendahuluan
dan Asuhan Keperawatan dengan Pre Operasi Batu Ginjal”.
Penulisan sebagai penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mohon maaf bila pembaca menemukan
berbagai bentuk kesalahan dan juga bila ada sarapan dan kritik yang bersifat yang bersifat
membangun sangat dinantikan dengan lapang dada.
Akhir kata penulis berharap, semoga makalah itu dapat mermanfaat, bagi kita
semua.

Palembang, 23 Agustus 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 3

A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4

BAB II KONSEP DASAR MEDIS 6

A. Definisi 6
B. Klasifikasi Batu Di Dalam Ginjal 7
C. Etiologi 9
D. Manifestasi Klinis 10
E. Patofisiologi 11
F. Komplikasi 15
G. Pemeriksaan Penunjang 15
H. Penatalaksanaan 16
I. Pencegahan 18
BAB III KONSEP KEPERAWATAN 20
A. Pengkajian 20
B. Analisa Data Post Operasi 21
C. Rencana Perawatan Post Operasi 23
BAB IV PENUTUP 26

A. Kesimpulan 26
B. Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

2
BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Batu ginjal merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras seperti batu yang
terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, atau
infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air kemih jenuh
dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan
materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya produksi urinr, dan
keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi, 2007).
Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria-wanita
4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher, 1997). Di
Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia
rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini
merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan
yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu
diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat
dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai
keempat.
Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih yang
berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis, vesicolitiasis, batu
prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat merugikan karena obstruksi
saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong, 2004). Batu dapat menyebabkan
kerusakan atau gangguan fungsi ginjal karena menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan
ini berlangsung lama, urin akan mengalir balik kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan
penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa
terjadi kerusakan ginjal (Depkes, 2007).
Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah bawah yang berkepanjangan akan
menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak diterapi dengan tepat, obstruksi ini dapat
menyebabkan kegagalan fungsi dan kerusakan struktur ginjal yang permanen, seperti

3
nefropati obstruktif, dan jika mengalami infeksi saluran kemih dapat menimbulkan
urosepsis (Purnomo, 2011).
Untuk mengetahui adanya batu pada saluran kemih terkadang perlu dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu melalui USG atau rontgen, bahkan terkadang ditemukan pula
ginjal yang sudah rusak atau tidak berfungsi lagi akibat batu saluran kemih ini. Tingginya
insidens rate batu saluran kemih, namun rendahnya kesadaran masyarakat akan penyakit
batu saluran kemih dan asuhan keperawatannya inilah yang mendorong penulis untuk
membahas atau membuat makalah mengenai batu ginjal dengan judul “Asuhan
Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan (Batu Ginjal)”

B. Rumusan Masalah
1.    Apa definisi dari batu ginjal ?
2.    Bagaimana klasifikasi daribatu ginjal ?
3.    Apa etiologi dari batu ginjal ?
4.    Apa saja manifestasi kklinis dari batu ginjal ?
5.    Bagaimana patofisiologi dari batu ginjal ?
6.    Apa saja komplikasi dari batu ginjal ?
7.    Apa saja pemeriksaan penunjang dari batu ginjal ?
8.    Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada penderita batu ginjal ?
9.    Apa saja pencegahan yang bisa dilakukan pada batu ginjal ?
10.  Bagaimana proses keperawatan yang sesuai pada ginjal ?

C. Tujuan
1.      Tujuan umum:
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien denganurolithiasis.
2.      Tujuan khusus :
 Mampu mengidentifikasi konsep medis meliputi : pengertian, klasifikasi etiologi,
tanda dan gejala, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanan serta pencegahan dari batu ginjal

4
 Mampu mengidentifikasi proses keperawatan dengan penyakit batu ginjal
meliputi : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Rasionalisasi,
Implementasi dan Evaluasi

5
BAB II

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Batu di dalam saluran kemih (Urinary Calculi) adalah massa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu
ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih).  Batu ginjal dapat
terbentuk karena pengendapan garam urat, oksalat atau kalsium. Proses pembentukan
batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi.
(Purnomo, 2000)
Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung
komponen kristal dan matriks organik.(Suyono, 2001)
Batu ginjal adalah bentuk defosit mineral paling umum oksalat Ca 2+ dan fosfat Ca
2+ namun asam urat dan kristal lain juga pembenuk batu.Meskipun kulkulus ginjal dapat
terbentuk dimana saja dari saluranperkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada
pelvis dan kolik ginjal(Doengoes, 1999: 686).
Batu ginjal adalah gangguan yang terjadi dengan gejala penggumpalan batu ginjal
karena terjadi stagnasi urine. Biasanya terjadi pada orang yangkurang minum sehingga
terjadi penggumpalan serta kristalisasi zat-zatyang seharusnya dibuang dari ginjal keluar
tubuh (Selamiharja, Nanny,1998).
Batu ginjal adalah terdapatnya batu dalam sistem pelvis dan kalises ginjal,biasanya
kalsium, yang dapat pula terjadi dalam jaringan ginjal ataunefrokalsinosis (Ovedoff,
David, 2002: 993)

6
B. Klasifikasi Batu Di Dalam Ginjal
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium
fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan
tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan
timbulnya batu residif. Terdapat beberapa macam jenis batu yang terdapat didalam ginjal
antara lain :
1.    Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan
yaitu sekitar 75-80% dari seluruh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium
adalah :
a. Hiperkalsiuria
Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena
peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan
kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal), adanya
peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) yang banyak terjadi pada
hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid dan abnormalitas struktur
biasanya pada daerah pelvikalises ginjal.
b. Hiperoksaluria
Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien
pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti teh,
kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama
bayam.
c. Hiperurikosuria
Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat
bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium
oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya
purin atau berasal dari metabolisme endogen.
d. Hipositraturia
Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat sehingga
menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia

7
dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau
pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
e. Hipomagnesiuria 
Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat
timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan
oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium
dengan oksalat.

2.    Batu Struvit


Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Suasana ini memudahkan garam-garam magnesium, ammonium fosfat, dan karbonat
membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman kuman
pemecah urea adalah proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter,
pseudomonas, dan stapillokokus

3.    Batu Asam Urat


Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami
oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan
urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet
tinggi protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6,
volume urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.

4.    Batu Cystin


Batu cystin merupakan jenis yang timbul biasanya pada anak kecil dan orang
tua, jarang ditemukan pada usia remaja. Cystunuria mengakibatkan kerusakan
metabolic secara congetinal yang mewarisi penghambat atosomonal.

8
C. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti,
tetapi penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan
lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
1.    Faktor intrinsik meliputi :
a. Faktor genetik
Faktor genetik berperan penting dalam terjadinya batu ginjal pada seseorang.
Menurut Mange K.C (1999), seseorang yang mempunyai keluarga penderita batu
ginjal mempunyai risiko mengalami penyakit batu ginjal sebesar 25 kali
dibandingkan dengan seseorang yang tidak mempunyai garis keturunan penyakit
batu ginjal. Berdasarkan penelitian dilaporkan bahwa 50% pasien dengan
hiperkalsiura idiopatik bersifat diturunkan.
b. Riwayat sakit batu ginjal sebelumnya
Penyakit batu ginjal bersifat kumat-kumatan, Artinya pasien yang pernah
menderita batu ginjal sekalipun batunya pernah keluar secara spontan atau
dikeluarkan oleh dokter, suatu saat nanti dapat mengalami kekambuhan.
c. Umur : paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
d. Jenis kelamin : jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
e. Kelainan anatomi ginjal dan salurannya
Insiden batu ginjal lebih sering terjadi pada seseorang yang mengalami kelainan
anatomi ginjal. Hal ini berhubungan dengan terlambatnya aliran air kemih.
Misalnya pada ginjal tapal kuda (horseshoe kidney), penyempitan ureter,
penyempitan dikaliks, dan sebagainya.
2.    Faktor ekstrinsik meliputi :
a. Jumlah minum sedikit
Kurang minum, aktivitas yang banyak mengeluarkan keringat, dan cuaca/iklim
panas menyebabkan volume cairan tubuh berkurang. Akibatnya, jumlah air

9
kemih yang terbentuk juga lebih sedikit. Keadaan ini juga menciptakan
supersaturasi atau kejunuhan ginjal.
b. Meningkatnya konsentrasi mineral pembentuk batu dalam air kemih
Pengeluaran mineral yang berlebihan melalui air kemih menciptakan kejenuhan
air kemih dan berpotensi menyebabkan terbentuknya batu ginjal.
Misalnya :hiperkalsiura (pengeluaran kalsium yang berlebihan bersama air
kemih), hiperoksaluria (pengeluaran oksalat yang berlebihan bersamaan air
kemih), dan hiperuricosuria (pengeluaran asam urat yang berlebuhan bersamaan
air kemih).
c. Jenis pekerjaan dan hobi yang memicu dehidrasi
Seseorang dengan pekerjaan sehari-hari lebih banyak menggunakan kekuatan
fisik dan yang terlebih lagi tinggal di daerah yang beriklim panas serta terpapar
matahari memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan batu ginjal. Mereka
yang mempunyai hobi berolah raga tanpa diimbangi dengan jumlah minum
yang memadai yang termasuk golongan yang berpotensi menderita batu ginjal.
d. Komsumsi obat-obatan
Beberapa jenis obat-obatan seperti efedrin, obat pelancar kecing, obat kejang,
dan obat anti virus (indinavir) berpotensi memudahkan terbentuknya batu ginjal.
e. Penyakit dan gangguan metabolik
Kelainan metabolik tertentu menyebabkan pembuangan mineral tubuh
meningkatkan misalnya penyakit hiperparateriodisme (terjadi hiperkalsiura,
penyakit rematik asam urat/gout artritis (terjadi hiperuricosuria), penyakit usus
(menurunnya kadar sitrat), dan penyakit asidosis tubuler ginjal (kehilangan
sitrat melalui air kemih).
f. Geografi : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
g. Diet : diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih
D. Manifestasi Klinis

10
Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya
gejala berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan
pada penderita batu ginjal antara lain:
 Nyeri dapat terjadi secara hebat tergantung dari lokasi letak batu terutama bila batu
terletak di ureter.
 Batu di ginjal dapat menimbulkan obstruksi atau infeksi
 Hematuria disebabkan oleh iritasi dan cidera struktur ginjal yang disertai batu
 Distensi pelvis ginjal
 Rasa panas dan terbakar di pinggang
 Peningkatan suhu tubuh (demam)
 Gejala gastrointestinal : mual, muntah diare

Tanda dan gejala berdasarkan tempat atau lokasi :


a.    Batu pada pelvis renalis
 Nyeri yang dalam, terus menerus pada area CVA
 Pada wanita ke arah kandung kemih, pada laki-laki kearah testis
 Hematuria, piuria
 Kolik renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan muntah
b.    Batu yang terjebak pada ureter
 Gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik menyebar ke paha dan genetalia
 Merasa ingin berkemih keluar sedikit dan darah
 kolik ureteral
c.    Batu yang terjebak pada kandung kemih
 Gejala iritasi
 Infeksi traktus urinarius
 Hematuria
 Obstruksi
 retensi urine
E. Patofisiologi

11
Zat pembentuk batu dapat mengendap di urine jika ambang kelarutannya
terlampaui. Pada rentang yang disebut rentang metastabil, pembentukan kristal mungkin
tidak terjadi sama sekali atau hanya berjalan dengan sangat lambat, meskipun larutan
sangat jenuh.
Menurut Silbernagl (2007), senyawa yang paling sering ditemukan dalam batu
ginjal adalah kalsium oksalat (sekitar 70%), kalsium fosfat atau magnesium-aminium
fosfat (sekitar 30%), asam urat atau garam asam urat (sekitar 30%), serta xantin atau
sistin (<5%). Beberapa zat bisa terdapat di dalam satu batu karena kristal yang telah
terbentuk sebelumnya berperan sebagai inti kristalisasi dan memudahkan pengendapan
bagi zat metastabil terlarut lainnya (oleh karena itu, totalnya adalah >100%).
Pada peningkatan filtrasi dan ekskresi zat penghasil batu akan membuat
peningkatan konsentrasi di dalam plasma. Hiperkalsiuria dan fosfaturia terjadi akibat
peningkatan absorpsi di usus dan mobilisasi dari tulang, contohnya jika terdapat
kelebihan PTH atau kalsitriol. Hiperkalsalemia dapat disebabkan oleh kelainan metabolik
pada pemecahan asam amino atau melalui peningkatan absorpsinya di usus.
Hiperurisemia terjadi akibat suplai yang berlebih, sintesis batu yang meningkat, atau
peningkatan pemecahan purin..
Gangguan reabsorpsi ginjal merupakan penyebab yang sering dari peningkatan
ekskresi ginjal pada hiperkalsiuria dan merupakan penyebab tetap pada sistinuria.
Konsentrasi ca2+ didalam darah dipertahankan melalui absorpsi di usus dan mobilisasi
mineral tulang, sementara konsentrasi sistin dipertahankan dengan mengurangi
pemecahanya. Pelepasan ADH (pada situasi volume yang berkurang pada saat dehidrasi,
kondisi stress, dan lainnya) menyebabkan peningkatan konsentrasi zat pembentuk batu
melalui peningkatan konsentrasi urine. Kelarutan beberapa zat bergantung pada pH urine.
Fosfat mudah larut dalam urine yang asam, tetapi sukar larut pada urine yang alkalis.
Fosfat baru biasanya hanya ditemukan pada urine yang alkanis. Sebaliknya, asam urat
(garam asam urat) lebih mudah larut jika terdisosiasi daripada yang tidak terdisosiasi, dan
asam urat baru lebih cepat terbentuk pada urine yang asam. Jika pembentukan NH3
berkurang, urine harus lebih asam untuk dapat mengeluarkan asam, dan hal ini
meningkatkan pembentukan batu garam asam urat. Faktor lain yang juga penting adalah
berapa lama sebenarnya kristal yang telah terbentuk tetap berada di dalam urine yang

12
sangat jenuh. Lama waktu bergantung pada diuresis dan kondisi aliran dari saluran kemih
bagian bawah, misalnya dapat menyebabkan kristal menjadi terperangkap.
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum,
pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis, serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang
mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai
tanduk rusa sehingga di sebut batu staghorn.
Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal (penyempitan infundibulum
dan stenosis ureteropelvik) mempermudah timbulnya batu ginjal. Batu yang tidak terlalu
besar didorong oleh peristaltik otot-otot sistem pelvikalises dan turun ke ureter menjadi
batu ureter. Tenaga peristaltik ureter mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke
kandung kemih. Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar
spontan, sedangkan yang lebih besar sering kali tetap berada di ureter dan menyebabkan
reaksi peradangan, serta menimbulkan obstruksi kronis berupa hidronefrosis. Batu yang
terletak pada ureter maupun sistern pelvikalises mampu menimbulkan obstruksi saluran
kemih dan menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis, batu di pielum dapat
menimbulkan hidronefrosis, dan batu di kaliks mayor dapat menimbulkan kaliekstasis
pada kaliks yang bersangkutan. Jika disertai dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan
pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, abses paranefrik, ataupun
pielonefritis. Pada keadaan yang lanjut dapat terjadi kerusakan ginjal dan jika mengenai
kedua sisi dapat mengakibatkan gagal ginjal permanen. Kondisi adanya batu pada ginjal
memberikan masalah keperawatan pada klien dengan adanya berbagai respons obstruksi,
infeksi, dan peradangan (Muttaqin & Sari , 2014: 108).
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi
saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi
urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat
menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih
dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal
permanen (gagal ginjal).
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis
belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu
antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang

13
dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin
menyajikan sarang untuk pembentukan batu. Supersaturasi elemen urin seperti kalsium,
fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang
berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin.
Berdasarkan tipe batu, proses pembentukan batu melalui kristalisasi. Tiga faktor
yang mendukung proses ini yaitu saturasi urin, defisiensi inhibitor, dan produksi matrik
protein. Pada umumnya kristal tumbuh melalui adanya supersaturasi urin. Proses
pembentukan dari agresi menjadi partikel yang lebih besar, diantara partikel ini ada yang
bergerak ke bawah melalui saluran kencing hingga pada lumen yang sempit dan
berkembang membentuk batu. Renal kalkuli merupakan tipe kristal dan dapat merupakan
gabungan dari beberapa tipe. Sekitar 80% batu saluran kencing mengandung kalsium
fosfat dan kalsium oksalat (Suharyanto & Madjid, 2009: 152).
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara
pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan
oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni
jenuh akan terjadi pengendapan.
2. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini
menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu
pada inti tersebut.
3. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan
meyebabkan terjadinya pengendapan.

Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih


a. Teori nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus).
Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam
nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau
benda asing   saluran kemih.

b. Teori matriks

14
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein)
sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
c. Penghambat kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni
magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah
satu atau     beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam
saluran kemih.

F. Komplikasi
Menurut Nursalam (2011) komplikasi yang disebabkan dari batu pada ginjal adalah:
1. Sumbatan: akibat pecahan batu (Obstruksi)
2. Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
3. Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal
4. Hidronefrosis

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Pemeriksaan ini wajib lakukan pada pasien yang dicurigai mempunyai batu. semua
batu saluran kemih (98%) merupakan batu radioopak. Pada kasus ini, diagnosis
ditegakkan melalui radiografi. Pemeriksaan rutin meliputi:
 Foto abdomen dari ginjal, ureter dan kandung kemih (KUB).
 USG atau excretory pyelography (Intravenous Pyelography, IVP)
 Excretory pyelography tidak boleh dilakukan pada pasien dengan alergi media
kontras, kreatinin serum> 2 mg/dL, pengobatan metformin, dan myelomatosis
 CT Scan
 Pemeriksaan radiologi khusus yang dapat dilakukan meliputi :
 Retrograde atau antegrade pyelography
 Spiral (helical) unenhanced computed tomography (CT)
 Scintigraphy

15
2.    Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi:

 Sedimen urin / tes dipstik untuk mengetahui sel eritrosit, lekosit, bakteri (nitrit),
dan pH urin.
 Kreatinin serum untuk mengetahui fungsi ginjal.
 C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada
keadaan demam.
 Natrium dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah.
 Kadar kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko
metabolik.

H. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan medis pada batu ginjal adalah untyuk
meneghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron,
mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Berikut beberapa
penatalaksanaan medis batu yang terdapat pada ginjal yaitu :
1.    Medikamentosa
Terapi medikamemntosa ini ditujukan untuk batu yang ukurannya lebih kecil
dengan diameter kurang kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar
tanpa intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet
makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya
kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan
ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien batu saluran kemih harus minum paling
sedikit 8 gelas air sehari. Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang
ditemukan yaitu :
a. Batu kalsium : Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang
mengandung kalsium oksalat seperti bayam, daun seledri, kacang-kacangan,
kopi, teh, dan coklat. Sedangkan batu kalsium fosfat : mengurangi makanan yang
mengandung kalsium tinggi seperti : ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan
sari buah.

16
b.  Batu asam urat : Makanan yang dikurangi adalah daging, kerang, gandum,
kentang, tepung-tepungan, saus dan lain-lain.
c.  Batu struvite : Makanan yang dikurangi adalah keju, telur, buah murbai, susu dan
daging
d.  Batu cystin : Makanan yang dikurangi adalah sari buah, susu, kentang. Anjurkan
pasien banyak minum : 3-4 liter/hari serta olahraga yang teratur.
2.    Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesik dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar
batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu
petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan
naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat
digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat
infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi
sekunder. Setelah batu dikeluarkan, batu saluran kemih dapat dianalisis untuk
mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau
menghambat pembentukan batu berikutnya.
3.    ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini
digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk
memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali
oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui
saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan
terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
4.    Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya
dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih.
Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :

17
 PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang
berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem
kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah
terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
 Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan
alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
 Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat
ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di
dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
 Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui
alat keranjang Dormia.
5.    Tindakan Operasi
Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk
penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan
pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu :
 Nefrolitotomi adalah operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
dalam ginjal
 Ureterolitotomi adalah operasi terbuka untuk mengambil batu yang ada di ureter
 Vesikolitomi adalah operasi tebuka untuk mengambil batu yang ada di vesica
urinaria atau kandung kemih
 Uretrolitotomi adalah operasi terbuka untuk mengambil batu yang ada di uretra

I. Pencegahan
Cara penanggulangan batu ginjal dan kemih bervariasi. Yang utama dicari
kasusnya, letak dan ukuran batunya. Kemudian baru ditentukan diatasi dengan cara yang
mana yang paling tepat atau kombinasi berbagai cara. Kalau letak batu sulit dijangkau
atau terlalu besar, jalan satu-satunya dengan pembedahan. Kalau ginjal yang ditumbuhi
batu mulai rusak, harus diangkat, agar ginjal yang masih sehat tidak ikut rusak. Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya batu ginjal (Selamiharja,
Nanny, 1998) yaitu:

18
1. Obat diuretik thiazid (misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan
batu yang baru
2. Dianjurkan untuk banyak minum air putih (8-10 gelas per hari)
3. Diet rendah kalsium seperti ikan salam, sarden, keju, sayur kol. Makin tinggi
kalsium, kian tinggi pula eskresinya yang menambah pembentukan kristalisasi
garam-garam kapur.
4. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentuk batu kalsium) di
dalam air kemih, diberikan kalsium sitrat.
5. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu
kalsium, merupakan akibat mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya
bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh arena itu asupan makanan
tersebut dikurangi.
6. Pengobatan penyakit yang dapat menimbulkan batu ginjal seperti
hyperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis
atau kanker.
7. Dianjurkan mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, jeroan karena makanan
tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.
8. Untuk mengurangi pembentukan asam urat biasa diberikan allopurinol.
9. Kurangi minuman bersoda dan es teh karena mengandung asam osfalat yang akan
meningkatkan pembentukan batu dalam ginjal.
10. Mulailah berolahraga dan kurangi berat badan

19
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematik dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2000) yang terdiri dari :

1. Identitas klien
Identitas klien terdiri atas nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat
2. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah klien pernah menderita batu saluran kemih sebelumnya atau infeksi
saluran kemih, apakah klien pernah dirawat atau dioperasi sebelumnya
 Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengalami nyeri pada sudut kostovertebralis, dan didapatkan nyeri
tekan dan nyeri ketok, biasanya klien mengalami mual, muntah, hematuri, Buang
Air Kecil (BAK) menetes, BAK tidak tampias, rasa terbakar, penurunan haluaran
urin, dorongan berkemih.
 Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat batu saluran kemih dalam keluarga
 Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah atau stress
3. Pola kebiasaan sehari-hari
- Aktivitas / Istirahat

20
Gejala : Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan
bersuhu tinggi.  Keterbatasan aktivitas / mobilisasi sehubungan dengan kondisi
sebelumnya
- Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal Ginjal), Kulit kemerahan dan
hangat; pucat.
- Eliminasi
Gejala     :  Riwayat adanya    ISK     kronis dan obstruksi sebelumnya
(kalukulus), Penurunan haluaran urinedan kandung kemih penuh,  Rasa terbakar,
dorongan berkemih, Diare
Tanda : Olisuria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih
- Makanan/cairan
Gejala     : Mual / muntah, nyeri tekan abdomen, Diet tinggi purin, kalsium
oksalat, dan / atau fosfat, Ketidak cukupan   pemasukan   cairan dan tidak minum
air dengan cukup
Tanda     : Distensi abdominal, penurunan / tak adanya bising usus. Muntah.
- Nyeri / Kenyamanan
Gejala      : Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada       
lokasi  batu, contoh        pada panggul di region sudut kostovertebral, dapat
menyebar kepunggung, abdomen, dan turun ke lipat  paha/genetalia.  Nyeri 
dangkal  konstan menunjulkkan          kalkulus ada di pelvis            atau kalkulus
ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi
atau tindakan lain.
Tanda     : Melindungi, perilaku distraksidan Nyeri tekan pada area ginjal pada
palpasi
- Keamanan
- Gejala     : Penggunaan alcohol, Demam, menggigil.

B. Analisa Data Post Operasi


Masalah
No Data Penyebab
Keperawatan

21
1 DS: Batu ginjal Nyeri

- Klien mengatakan nyeri ↓


pada daerah bekas
Tindakan operasi
operasi

DO:
Adanya luka insisi bedah
- Klien tampak gelisah

- Ekspresi wajah klien
tampak meringis Incontinuitas jaringan kulit

- Klien tampak berhati- ↓


hati dengan daerah bekas
Jaringan mengeluarkan zat
operasi
kimia
- TTV dalam keadaan
(bradikinin, serotonin,
abnormal
histamin)

Saraf afferent NE

Thalamus

Saraf efferent

Dipersepsikan

2 DS: Hospitalisasi Ansietas

- Klien mengatakan

22
merasa cemas dengan ↓
kondisi/ keadaan
Kurang informasi
penyakitnya

DO:
Stressor bagi klien
- Klien tampak gelisah,
cemas ↓

- Ekspresi wajah nampak Cemas


tegang

- Tanda-tanda vital dalam


keadaan abnormal

3 DS : - Adanya luka insisi bedah Risiko tinggi


terhadap infeksi
DO: ↓

- Nampak adanya luka Buffer pertahanan


operasi yang dibalut terganggu
dengan verband

- Terpasang infus
Port de entry kuman
- Terpasang kateter patogen

- Terpasang drain melalui insisi bedah

C. Rencana Perawatan Post Operasi


Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan (Tujuan, Kriteria Rencana
Tindakan)

1 Nyeri berhubungan dengan T : Nyeri hilang/berkurang dalam


terputusnya/rusaknya kontinuitas jangka waktu 3 hari perawatan
jaringan ditandai dengan:

23
DS: K : - Nyeri berkurang/hilang

- Klien mengatakan nyeri pada daerah - Klien tampak rileks


bekas operasi
- Tanda-tanda vital dalam
DO: batas normal

- Klien tampak gelisah I : - Kaji tingkat nyeri,


perhatikan lokasi, intensitas
- Ekspresi wajah klien tampak
(skala 0 - 10)
meringis
- Observasi tanda-tanda vital
- Klien tampak berhati-hati dengan
daerah bekas operasi - Berikan tindakan
kenyamanan seperti
- TTV dalam keadaan abnormal
perubahan posisi

- Ajarkan teknik latihan


napas dalam, pedoman
imajinasi

- Penatalaksanaan analgetik
sesuai indikasi

2 Ansietas berhubungan dengan T : Ansietas teratasi dalam jangka


kurangnya informasi tentang waktu 3 hari perawatan
pengobatan dan perawatan selanjutnya,
K : - Cemas berkurang/hilang
ditandai dengan:
- Klien nampak tenang
DS:
I : - Buat hubungan saling
- Klien mengatakan merasa cemas
percaya dengan klien/orang
dengan kondisi/keadaan penyakitnya
terdekat
DO:
- Berikan informasi tentang
penyakitnya dan teknik

24
- Klien tampak gelisah, cemas pengobatannya

- Ekspresi wajah nampak tegang - Dorong pasien/orang


terdekat untuk menyatakan
- Tanda-tanda vital dalam keadaan
masalah/ perasaan
abnormal
- Beri penguatan informasi
klien yang telah diberikan
sebelumnya

3 Risiko tinggi terhadap infeksi T : Infeksi tidak terjadi dan


berhubungan dengan insisi bedah/ mencapai waktu penyembuhan
adanya luka operasi dan prosedur
K : - Tidak ada tanda-tanda
invasif, ditandai dengan:
infeksi
DS: -
I : - Awasi tanda-tanda vital,
DO: perhatikan demam ringan,
menggigil, nadi dan
- Nampak adanya luka operasi dibalut
pernafasan cepat, gelisah
dengan verband
- Observasi daerah luka
- Terpasang infus
operasi
- Terpasang kateter
- Lakukan perawatan luka
- Terpasang drain dengan menggunakan
teknik aseptik dan septik

- Ganti balutan dengan


sering, pembersihan dan
pengeringan kulit sepanjang
masa penyembuhan.

- Kolaborasikan pemberian
antibiotik sesuai indikasi

25
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Urolthiasis (Batu Ginjal) merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras seperti
batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan atau infeksi pada saluran kencing. Masalah keperawatan yang serng dialami
pada batu saluran kemih post op ialah nyeri, ansietas, dan resiko tinggi infeksi.

B. Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit batu saluran kemih.
Selain itu perawat juga memberi health education kepada klien dan keluarga agar mereka
faham dengan batu saluran kemih dan bagaimana pengobatannya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Herdiyanti, Aprelia. 2011. LPUrolitiasis.http://www.scribd.com/doc/48692974/LP-urolithiasis.

( Diakses tanggal 24 Agustus 2019)

Sjamsuhidrajat R, W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran – EGC.

Setiyono, Danang. 2008. Urulithiasis. http://masdanang.co.cc/?p=33 Diakses tanggal 24 Agustus


2019)

27

Anda mungkin juga menyukai