Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Urolithiasis atau batu saluran kemih dapat timbul pada berbagai
tingkatan dari saluran kemih ( ginjal , ureter , kandung kemih , atau uretra ) ,
namun yang paling sering terjadi adalah batu ginjal atau nefrolithiasis . Tidak ada
penyebab yang pasti dapat dibuktikan , dan hampir setengah dari kasus
urolithiasis ini bersifat idiopatik . Yang paling sering menjadi faktor predisposisi
terjadinya batu antara lain : hiperkalsiuria dan hiperfosfaturia yang sering terlihat
pada hiperparatiroidisme , hipervitaminosa A , dan kebanyakan intake kalsium
dan alkali . Keluhan yang sering timbul dikenal dengan “Trias buli-buli” , yaitu :
hematuria , piuria , dan disuria . Hal ini menimbulkan masalah keperawatan yang
umum , yaitu : nyeri , resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan ,
perubahan pola eliminasi , serta kurang pengetahuan .
Di Amerika Serikat , 5 – 10 % penduduknya menderita penyakit ini ,
sedangkan di seluruh dunia rata-rata 1 – 12 % penduduk yang menderita batu
saluran kemih . Dari data yang kami peroleh , di RS.Tk.II Pelamonia , selama
tahun 2002 , dari 8720 orang yang opname / rawat inap , sebanyak 2 orang
atau 0.02 % menderita batu buli-buli atau vesicolithiasis . Gambaran tentang
hal tersebut akan dibahas dalam karya tulis ini dengan judul “ Asuhan
keperawatan pada klien Tn. “A” dengan Vesicolithiasis di ruangan penyakit
dalam ( ruangan IX ) RS.Tk.II Pelamonia Makassar “.

B. Ruang Lingkup Pembahasan


Dalam penyusunan karya tulis ini , kami membatasi pembahasan pada
“Asuhan keperawatan pada klien Tn. “A” dengan Vesicolithiasis di ruangan
penyakit dalam ( ruangan IX ) RS.Tk.II Pelamonia Makassar “.

1
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi / gambaran asuhan keperawatan pada klien
dengan Vesicolithiasis di ruangan IX RS.Tk.II Pelamonia .
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian pada klien dengan Vesicolithiasis .
b. Dapat menentukan rencana keperawatan yang diberikan pada klien
dengan Vesicolithiasis .
c. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
Vesicolithiasis .
d. Dapat mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada klien dengan
Vesicolithiasis .
e. Dapat melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien
dengan Vesicolithiasis .

D. Manfaat Penulisan
1. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada
Poltekkes Jurusan Keperawatan Makassar , Program Studi Keperawatan
Tidung .
2. Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan , khususnya bagian yang
terkait dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem perkemihan .

E. Metode Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini , kami menggunakan metode-metode :
1. Studi Kepustakaan
Dalam hal ini data yang diperoleh berupa data secara teoritis dengan
menggunakan buku-buku bacaan sebagai referensi .

2
2. Studi Kasus
Pendekatan yang dilakukan dalam studi kasus ini adalah proses keperawatan
komprehensif yang meliputi pengkajian , diagnose keperawatan , intervensi ,
implementasi , dan evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan . Cara yang
dilakukan adalah observasi , wawancara , dan studi dokumentasi .

F. Sistimatika Penulisan
Pembahasan dalam karya tulis dibagi dalam 5 ( lima ) bab , dengan sistimatika
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang , ruang lingkup
pembahasan , tujuan penulisan , manfaat penulisan , metode
penulisan , dan sistimatika penulisan .
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini diuraikan konsep-konsep atau teori yang mendasari
judul karya tulis ini .
a. Konsep Dasar Medik , meliputi : pengertian , etiologi ,
patogenesis dan patofisiologi , gejala klinis , pemeriksaan
penunjang , serta penatalaksanaan .
b. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan , meliputi : pengkajian ,
diagnose keperawatan , intervensi , implementasi , dan evaluasi
BAB III : LAPORAN KASUS
Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dan analisa kasus
berdasarkan pendekatan proses keperawatan , meliputi :
pengkajian , diagnose keperawatan , intervensi , implementasi , dan
evaluasi .
BAB IV : PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai pembahasan dan pemecahan
masalah yang ditemukan dalam penerapan asuhan keperawatan ,

3
meliputi : pengkajian , diagnose keperawatan , intervensi ,
implementasi , dan evaluasi .
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan dan saran-saran yang
bisa diterapkan .

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR MEDIK


1. Pengertian
Vesicolithiasis adalah terdapatnya batu dalam kandung kemih atau
vesica urinaria . Istilah yang lasim adalah batu buli-buli .

2. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urine , gangguan metabolik , ISK , dehidrasi , dan keadaan
lain yang idiopatik .
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
batu saluran kemih pada seseorang .
a. Faktor Intrinsik :
1). Herediter ( keturunan ) : diduga diturunkan dari orang tua .
2). Umur : paling sering ditemukan pada usia 30 –50 tahun .
3). Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki 3 kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan .
b. Faktor Ekstrinsik
1). Geografi : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain ( stone belt ) ,
sedangkan daerah Bantu di Afsel hampir tidak dijumpai penyakit ini .
2). Iklim dan Temperatur
3). Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya mineral kalsium
pada air yang dikomsumsi , dapat meningkatkan insiden batu saluran
kemih .

5
4). Diet : diet tinggi purin , oksalat , dan kalsium mempermudah
terjadinya penyakit ini .
5). Pekerjaan : penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang yang
pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas .

3. Patogenesis dan patofisilogi


Sebagian besar batu saluran kemih adalah idiopatik dan dapat bersifat
simtomatik ataupun asimtomatik .
Teori terbentuknya batu antara lain :
a. Teori Nukleasi
Batu terbentuk dalam urine karena adanya inti batu ( nukleus ) . Partikel
yang berada dalam larutan lewat jenuh ( supersaturated ) akan mengendap
di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu . Inti batu dapat
berupa kristal atau benda asing di saluran kemih .
b. Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum / protein urine ( albumin , globulin ,
mukoprotein ) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal
batu .
c. Penghambat Kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal ,
antara lain : magnesium , sitrat , pirofosfat , mukoprotein , dan beberapa
peptida . Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang , akan
memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih

4. Gejala Klinis
a. Nyeri
Rasa nyeri timbul pada waktu penderita kencing dan akan makin terasa
nyeri bila kencing akan berakhir , serta tetap akan terasa nyeri untuk
beberapa saat setelah proses kencing selesai . Rasa nyeri ini akan
bertambah hebat bila penderita melompat-lompat atau melakukan olah

6
raga oleh karena batu merangsang trigonum dan rangsangan ini akan
dijabarkan sampai ujung penis dan perineum . Sedangkan bila penderita
istirahat atau miring ke salah satu sisi , nyeri akan berkurang karena batu
menggelinding dari trigonum .
b. Hematuria
Biasanya terjadi hematuria yang ringan , di mana urine yang terakhir
berwarna kemerahan .
c. Perubahan dalam hal miksi
Penderita akan lebih sering kencing dan akan lebih sering bila penderita
melakukan exercise ( latihan ) . Pada waktu kencing , dapat mendadak
terhenti dan penderita dapat melanjutkan kencingnya bila posisinya
berubah . Lama-lama penderita akan tahu sendiri bagaimana harus
mengubah posisinya bila aliran kencing terhenti secara mendadak .

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto polos abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya batu radio opak . Plain foto abdomen 80 % akan menunjukkan
batu , sebab 80 – 90 % batu mengandung kalsium , sehingga sebagian
besar batu adalah radio opak . Batu asam urat dan batu xanthine yang
murni termasuk non-opak sehingga perlu pemeriksaan yang lain .
b. IVP ( Intra Vena Pielografi )
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan anatomi dan fungsi
ginjal . Selain itu dapat juga untuk mendeteksi adanya batu yang semi
opak atau non-opak yang tidak terlihat pada foto polos abdomen . Jika
IVP belum dapat menjelaskan keadaan sisten saluran kemih akibat adanya
penurunan fungsi ginjal , sebagai penggantinya adalah pemeriksaan
pielografi retrograd .
c. USG ( Ultrasonografi )

7
USG dikerjakan apabila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP
, yaitu pada keadaan-keadaan : alergi terhadap bahan kontras , faal ginjal
yang menurun , dan pada wanita yang sedang hamil . Pemeriksaan USG
dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli , hidronefrosis ,
pielonefritis , atau pengkerutan ginjal .

6. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm , karena batu diharapkan
dapat keluar spontan . Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri ,
memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum , dan minum
banyak supaya dapat mendorong batu keluar .
b. ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsi )
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh
Caussy pada tahun 1980 . Alat ini dapat memecah batu ginjal , batu ureter
proksimal , atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau
pembiusan . Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga
mudah dikeluarkan melalui saluran kemih .
c. Endourologi
1). PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy ) : mengeluarkan batu yang
berada di saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke
sistem kaliks melalui insisi kulit . Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu .
2). Litotripsi : memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu ( litotriptor ) ke dalam buli-buli .
Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik .
3). Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukkan alat ureteroskopi
per uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal
. Dengan memakai energi tertentu , batu yang berada di dalam ureter

8
maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureteroskopi atau uretero-renoskopi ini .
4). Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
dengan keranjang Dormia .
d. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini
sedang berkembang . Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu
ureter .
e. Bedah terbuka :
1). Pielolitotomi atau nefrolitotomi : mengambil batu di saluran ginjal
2). Ureterolitotomi : mengambil batu di ureter .
3). Vesikolitotomi : mengambil batu di vesica urinaria
4). Ureterolitotomi : mengambil batu di uretra .

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


Proses keperawatan adalah suatu sistem perencanaan pelayanan asuhan
keperawatan yang terdiri dari 5 ( lima ) tahap , yaitu :
1. Pengkajian
Tegantung pada ukuran , lokasi , dan etiologi kalkulus .
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : pekerjaan monoton , pekerjaan di mana klien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi , keterbatasan aktivitas / mobilitas
sehubungan kondisi sebelumnya .
b. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD / nadi , ( nyeri , obstruksi oleh kalkulus )
kulit hangat dan kemerahan , pucat .
c. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronis , penurunan haluaran urine ,
distensi vesica urinaria , rasa terbakar , dorongan berkemih ,
diare .

9
Tanda : oliguria , hematuria , piuruia , perubahan pola berkemih
d. Makanan / cairan
Gejala : mual / muntah , nyeri tekan abdomen , diet tinggi purin ,
kalsium oksalat / fosfat , ketidakcukupan intake cairan
Tanda : Distensi abdominal , penurunan / tidak ada bising usus ,
muntah
e. Nyeri / kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat , lokasi tergantung pada lokasi batu ,
nyeri dapat digambarkan sebagai akut , hebat , tidak hilang
dengan perubahan posisi atau tindakan lain
Tanda : melindungi , prilaku distraksi , nyeri tekan pada area
abdomen
f. Keamanan
Gejala : pengguna alkohol , demam , menggigil
g. Penyuluhan dan Pembelajaran
Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga , penyakit ginjal , ISK ,
paratiroidisme , hipertensi , pengguna antibiotik ,
antihipertensi , natrium bikarbonat , allopurinol , fosfat ,
tiazid , pemasukan berlebihan kalsium dan vitamin
h. Pemeriksaan diagnostik
Urinalisis , urine 24 jam , kultur urine , survey biokimia , foto Rontgen ,
IVP , sistoureteroskopi , scan CT , USG

2. Diagnose Keperawatan
Dari data-data yang didapatkan pada pengkajian , disusunlah diagnose
keperawatan . Adapun diagnose keperawatan yang umum timbul pada kasus
Vasicolithiasis adalah :

10
a. Nyeri ( akut ) , b/d. trauma jaringan
b. Perubahan pola eliminasi berkemih ( polakisuria ) b/d obstruksi mekanik
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d diuresis pasca
obstruksi
d. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) tentang kondisi , prognosis ,
dan kebutuhan pengobatan b/d kurang terpajan / mengingat , salah
interpretasi informasi , tidak mengenal sumber informasi

3. Intervensi
Dari diagnose yang telah disusun berdasarkan data dari pengkajian ,
maka langkah selanjutnya adalah menyusun intervensi .
a. Nyeri ( akut ) , b/d trauma jaringan
Intervensi :
1). Catat lokasi nyeri , lamanya intensitas , dan penyebaran
Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan pergerakan
kalkulus .
2). Jelaskan penyebab nyeri
Rasional : memberi kesempatan untuk pemberian analgetik dan
membantu meningkatkan koping klien .
3). Lakukan tindakan nyaman
Rasional : meningkatkan relaksasi , menurunkan tegangan otot , dan
meningkatkan koping .
4). Bantu dengan ambulasi sesuai indikasi
Rasional : mencegah stasis urine

5). Kolaborasi : pemberian obat sesuai indikasi


Rasional : mengurangi keluhan

b. Perubahan pola eliminasi berkemih ( polakisuria ) b/d obstruksi mekanik


Intervensi :

11
1). Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine
Rasional : memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi .
2). Tetapkan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi
Rasional : kalkulus dapat menyebabkan eksibilitas saraf , sehingga
menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera .
3). Dorong peningkatan intake cairan
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri , darah , dan dapat
membantu lewatnya batu
4). Periksan semua urine , catat adanya batu
Rasional : penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe dan jenis
batu untuk pilihan terapi .
5). Selidiki keluhan kandung kemih penuh
Rasional : Retensi urine dapat terjadi , menyebabkan distensi
jaringan
6). Kolaborasi : awasi pemeriksaan laboratorium
Rasional : hal ini mengindikasikan fungsi ginjal

c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d diuresis pasca


obstruksi
Intervensi :
1). Awasi pemasukan dan pengeluaran
Rasional : membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi
membantu dalam evaluasi adanya kerusakan ginjal
2). Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 liter / hari dalam toleransi
jantung
Rasional : mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis
tindakan “mencuci” yang dapat membilas batu keluar .
3). Observasi tanda-tanda vital

12
Rasional : indikasi hidrasi / volume sirkulasi dan kebutuhan
intervensi
4). Kolaborasi : awasi Hb. / Ht. , elektrolit
Rasional : mengkaji hidrasi dan keefektifan / kebutuhan intervensi

d. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) tentang kondisi , prognosis ,


dan kebutuhan pengobatan b/d kurang terpajan / mengingat , salah
interpretasi informasi , tidak mengenal sumber informasi
Intervensi :
1). Kaji ulang proses penyakit
Rasional : memberikan pengetahuan dasar di mana klien dapat
membuat pilihan berdasarkan informasi
2). Tekankan pentingnya peningkatan masukan cairan
Rasional : pembilasan sistem ginjal menurunkan kesempatan
pembentukan batu
3). Kaji ulang program diet
Rasional : diet tergantung tipe batu

Pada dasarnya , intervensi yang disusun tersebut ditujukan untuk :


a. Menghilangkan nyeri
b. Mempertahankan fungsi ginjal adekuat
c. Mencegah komplikasi
d. Memberikan informasi tentang proses penyakitnya / prognosis dan
kebutuhan pengobatan
4. Implementasi
Segala intervensi yang telah disusun tersebut kemudian diimplementasikan ,
dengan tujuan :
a. Nyeri hilang / terkontrol
b. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan
c. Komplikasi dicegah / minimal

13
d. Proses penyakit / prognosis dan program terapi dipahami

5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan pelayanan
asuhan keperawatan yang telah dilakukan . Dalam tahap ini , akan terlihat
apakah tujuan yang telah disusun tercapai atau tidak . Tergantung kepada
intervensi dan implementasi yang telah dilakukan , maka tujuan yang tercapai
kita pertahankan agar keadaan klien tetap normal , sedang tujuan yang belum
tercapai kita tinjau kembali dan segera memberikan tindakan yang tepat .

14
BAB III
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN TN. “A” DENGAN VESICOLITHIASIS
DI RUANGAN PENYAKIT DALAM ( RUANGAN IX )
RS. TK. II PELAMONIA MAKASSAR

Tgl. MRS : 11 Maret 2003


Tgl. Pengkajian : 12 Maret 2003
Nomor Register : 07 58 96
Ruangan : Ruangan IX
Diagnose Medis : Vesicolithiasis

A. PENGKAJIAN
1. Data Biografi
a. Identitas Klien
Nama klien : Tn. “A”
Alamat : Asrama Rindam VII Wrb.
Kawin / belum : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD ( tidak tamat )
Pekerjaan : Pensiunan Sipil Rindam VII Wrb.
Umur : 71 tahun
Kelamin : Laki-laki

15
Suku / bangsa : Makassar / Indonesia
Nomor ASKES : 1803710121975

b. Identitas Penanggung
Biaya perawatan dan pengobatan klien ditanggung oleh PT.ASKES

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : rasa sakit pada perut bagian bawah , rasa sakit bila
kencing , dan air kencing berwarna kemerahan
b. Riwayat keluhan utama : pada tgl. 4 Maret 2003 , klien kaget ketika
melihat air kencingnya kemerahan , terasa
sakit pada perut bagian bawah , dan sakit pada
waktu kencing . Klien membiarkan hal
tersebut , dan setelah 2 hari tidak ada
perubahan , maka pada tgl. 6 Maret 2003 klien
datang berobat di poliklinik interna RS.TK.II
Pelamonia . Atas instruksi dokter , klien
menjalani pemeriksaan USG , dan setelah
mengambil hasilnya , klien langsung pulang .
Pada tgl. 11 Maret 2003 , klien kembali
datang ke poliklinik interna RS. Tk. II
Pelamonia dengan keluhan yang sama . Pada
hari itu juga , klien dianjurkan untuk opname /
rawat inap .
1). Faktor pencetus : tidak diketahui , tapi klien mengatakan bahwa
dulu suka minum air yang belum dimasak
2). Sifat keluhan : akut / tiba-tiba
3). Lokasi / penyebaran : daerah suprapubik dan menyebar ke pinggang

16
4). Hal yang meringankan : bila klien istirahat dalam posisi tertentu ,
dan keluhan menjadi lebih berat bila klien
banyak bergerak .
5). Pertolongan obat yang pernah diberikan : tidak ada
c. Riwayat penyakit sebelum MRS : keluhan dirasakan secara tiba-tiba ,
klien juga tidak pernah mengeluh
sebelumnya
d. Riwayat kesehatan masa lalu :
1). Penyakit / keluhan yang pernah dialami : tidak ada
2). Klien tidak pernah dirawat di RS
3). Klien tidak pernah dioperasi
4). Klien tidak pernah mengalami kecelakaan
5). Klien tidak pernah menderita penyakit menular / kronis
6). Klien tidak pernah ditransfusi
7). Tidak ada riwayat alergi
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
1). Genogram

17
Keterangan :
: meninggal
: laki-laki
: perempuan
: tinggal serumah dengan klien
: klien

2). Riwayat kesehatan anggota keluarga


a). Kakek dan nenek klien meninggal karena usia lanjut
b). Bapak dan ibu klien juga meninggal karena usia lanjut
c). Adik klien juga meninggal karena usia lanjut
d). Klien tinggal serumah dengan 1istri , 1 anak , dan 2 cucu
e). Tidak ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit
menular / kronis

3. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan : klien tampak sakit sedang
b. Tinggi badan : 160 cm. , berat badan : 65 kg.
c. Tanda-tanda vital :
T : 150 / 80 mm.Hg.
N: 80 x / menit
S : 36,2 * C
P : 20 x / menit
d. Keadaan kulit
1). Inspeksi
Kondisi kulit : turgor kenyal , warna sama dengan sekitarnya , kulit
lembab , tidak ada iritasi kulit

18
2). Palpasi
Tidak teraba adanya massa / penonjolan , pengerasan pada kulit , dan
tidak nyeri tekan
e. Kepala
1). Inspeksi
Warna rambut hitam , pertumbuhan dan distribusi merata , tidak ada
alopesia , tidak tampak adanya tanda-tanda peradangan
2). Palpasi
Kulit kepala bersih , rambut bersih , tidak mudah rontok , massa tidak
ada , tidak ada nyeri tekan , riwayat trauma tidak ada , tidak teraba
adanya benjolan .
f. Muka
1). Inspeksi
a). Muka nampak simetris
b). Ekspresi wajah meringis
c). Klien tampak cemas
2). Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
g. Mata
1). Inspeksi
a). Palpebra : tidak edema
b). Sklera : tidak ikterus
c). Konjunctiva : tidak anemis , tidak tampak tanda-tanda radang
d). Pupil : isokor kiri dan kanan
e). Gerakan bola mata : bergerak normal ke 8 arah
f). Kelopak mata dapat menutup dan membuka dengan sempurna
2). Palpasi
a). Tidak ada nyeri tekan
b). Bola mata teraba lembut

19
h. Hidung
1). Inspeksi
a). Posisi hidung tampak simetris
b). Tidak tampak deviasi septum
c). Tidak tampak adanya perdarahan , secret , dan cairan
d). Tidak tampak polip
e). Tidak tampak adanya tanda-tanda radang
2). Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada sinus maksillaris , frontalis , dan
ethmoidalis
i. Telinga
1). Inspeksi
a). Posisi kedua telinga tampak simetris
b). Aurikula tampak normal
c). Canalis tampak bersih
d). Tidak memakai alat bantu pendengaran
2). Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada tulang mastoid
j. Mulut dan Tenggorokan
1). Inspeksi
a). Bibir
(1).tidak pucat / cyanosis
(2).tidak pecah-pecah
(3).tidak tampak adanya peradangan
b). Gigi
(1).tidak ada karies
(2).tidak memakai gigi palsu
c). Gusi
(1).tampak merah muda

20
(2).tidak tampak adanya peradangan
d). Mulut tidak berbau
e). Lidah tidak kotor
f). Fungsi mengunyah baik
g). Posisi uvula simetris
k. Leher
1). Inspeksi
a). Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid , kelenjar limfe , dan
vena jugularis
b). Warna kulit sama dengan warna sekitar
2). Palpasi
a). Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid , kelenjar limfe , dan vena
jugularis
b). Tidak teraba adanya massa
c). Tidak ada nyeri tekan
d). Tidak terdapat kaku kuduk
l. Ketiak
1). Inspeksi
Tidak tampak pembesaran kelenjar limfe
2). Palpasi
a). Tidak ada nyeri tekan
b). Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe
m. Thorax dan Paru
1). Inspeksi
a). Bentuk dada : normal chest ( perbandingan AP
dengan diameter transversal = 1 : 2 )
b). Posisi dada : simetris kiri dan kanan
c). Pengembangan dada : simetris kiri dan kanan
d). Irama pernafasan : teratur

21
e). Type pernafasan : eupnea
f). Frekwensi nafas : 20 x / menit
g). Tidak tampak retraksi intercosta
h). Tidak tampak pernafasan cuping hidung
2). Palpasi
a). Tidak teraba adanya massa
b). Tidak ada nyeri tekan
c). Ekspansi dada : seimbang kiri dan kanan
d). Taktil fremitus : getaran seimbang kiri dan kanan , atas
dan bawah
3). Perkusi
a). Batas paru kanan dengan hepar : pekak pada ICS 6 sisi dada
kanan
b). Batas paru kiri dengan jantung : pekak pada ICS 3 , 4 , 5 , sisi
dada kiri
c). Batas paru kiri dengan lambung : tympani pada ICS 8 sisi dada
kiri
d). Suara perkusi paru kanan dan kiri sonor
n. Jantung
1). Inspeksi
a). PMI ( ictus cordis ) tidak tampak
b). Tidak tampak adanya pembesaran jantung
2). Palpasi
a). Tidak teraba adanya pembesaran jantung
b). Tidak ada nyeri tekan
c). PMI teraba pada ICS 5 midclavikularis kiri
3). Perkusi
a). Batas jantung : pekak pada ICS 3 , 4 , 5 , sisi dada kiri
b). Tidak ada pembesaran jantung
4). Auskultasi

22
a). BJ I : menutupnya katup mitral dan tricuspid
Mitral : terdengar di ICS 5 midclavikularis kiri
Trikuspid : terdengar di ICS 4 linea sternalis kiri
BJ I terdengar seperti LUB , murni , teratur , kekuatan
sedang
b). BJ II : menutupnya katup aorta dan pulmonal
Aorta : terdengar di ICS 2 linea sternalis kanan
Pulmonal : terdengar di ICS 2 linea sternalis kiri
BJ II terdengar seperti DUB , murni , teratur , kekuatan
sedang
c). Tidak terdengar adanya bunyi jantung tambahan
o. Abdomen
1). Inspeksi
a). Warna kulit sama dengan warna sekitar
b). Permukaan abdomen datar
c). Tidak tampak adanya pembesaran abdomen
2). Auskultasi
a). Peristaltik usus 10 x / menit , durasi 3 detik , intensitas sedang
b). Tidak terdengar bising aorta
3). Perkusi
a). Bunyi tympani pada kuadran kiri atas
b). Bunyi redup pada kuadran kanan atas
4). Palpasi
a). Tidak teraba adanya massa / benjolan
b). Tidak teraba pembesaran hepar
c). Nyeri tekan pada daerah supra pubik
p. Genetalia dan Anus
( tidak dikaji , karena klien tidak bersedia )
q. Ekstrimitas
1). Ekstrimitas atas kiri dan kanan

23
a). Inspeksi
(1).Tampak simetris kiri dan kanan
(2).Tidak tampak edema / atrofi pada kedua lengan
(3).Koordinasi gerak seimbang
(4).Tonus otot lengan kiri = 5 , dan lengan kanan = 5
b). Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
c). Perkusi
(1).Refleks Biseps : +
(2).Refleks Triseps : +
2). Ekstrimitas bawah kiri dan kanan
a). Inspeksi
(1).Tampak simetris kiri dan kanan
(2).Tidak tampak adanya edema / atrofi pada kedua tungkai
(3).Pergerakan kedua kaki baik
(4).Tonus otot tungkai kiri = 5 , dan tungkai kanan = 5
b). Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
c). Perkusi
(1).Refleks KPR : +
(2).Refleks APR : +
(3).Refleks Babinzky : -

4. Pemeriksaan Diagnostik
Hasik USG pada pemeriksaan tgl. 6 Maret 2003
Kesan : tampak adanya massa padat berukuran 2,5 cm pada vesica urinaria

5 Pola kegiatan sehari – hari


a. Nutrisi
1). Kebiasaan

24
a). Pola makan : nasi , lauk , sayur
b). Frekwensi makan / hari : 3 kali
c). Nafsu makan : baik
d). Makanan pantang : tidak ada
e). Makanan yang disukai : tidak ada yang spesifik
f). Banyaknya minum / hari : kurang lebih 1000 - 1500 ml ( 6 - 8
gelas )
g). Jenis minuman yang disukai : teh
h). Jenis minuman yang tidak disukai : yang mengandung alkohol
b). Perubahan selama sakit
Tidak ada perubahan , nafsu makan tetap baik
b. Eliminasi
1). Buang air kecil
a). Kebiasaan
(1).Frekwensi per hari : 3 – 4 kali
(2).Warna : kuning jernih
(3).Bau : khas / pesing
(4).Jumlah per hari : kurang lebih 1000 ml
b). Perubahan selama sakit
(1).Frekwensi per hari : 5 – 6 kali
(2).Warna : kemerahan
(3).Bau : khas / pesing
(4).Jumlah per hari : kurang lebih 1000 ml
(5).Klien mengatakan sakit bila kencing , keluar sedikit-sedikit ,
kadang tersendat

2). Buang air besar


a). Kebiasaan
(1).Frekwensi per hari : 1 kali
(2).Warna : kuning

25
(3).Konsistensi : lunak
b). Perubahan selama saki0074
Tidak ada perubahan
c. Olah raga dan Aktivitas
1). Kebiasaan
a). Klien suka jalan – jalan pagi
b). Klien mampu memenuhi sendiri kebutuhan aktivitas sehari-hari ,
tanpa bantuan anggota keluarga yang lain
2). Perubahan selama sakit
Klien istirahat di tempat tidur , tidak jalan-jalan pagi lagi , tetapi klien
tetap dapat memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari tanpa dibantu
oleh anggota keluarga yang lain
d. Istirahat dan Tidur
1). Kebiasaan
a). Tidur malam : jam 22.00 , bangun jam 05.00
b). Tidur siang : jarang
c). Klien termasuk orang yang mudah tertidur
2). Perubahan selama sakit
Tidak ada perubahan , klien tetap dapat beristirahat dengan baik .
e. Personal hygiene
1). Kebiasaan
a). Mandi : 2 x / hari dengan memakai sabun
mandi
b). Menyikat gigi : 2 x / hari dengan memakai pasta gigi
c). Kebersihan rambut : keramas 1 – 2 x / minggu dengan
shampoo
2). Perubahan selama sakit
Tidak ada perubahan

6. Pola Interaksi Sosial

26
c. Orang yang terpenting bagi klien adalah istrinya
d. Jika klien mempunyai masalah , dibicarakan dengan istrinya
e. Hubungan klien dengan anggota keluarga yang lain harmonis
f. Hubungan klien dengan tenaga kesehatan baik

6. Keadaan Psikologis selama sakit


a. Klien berharap agar cepat sembuh
b. Interaksi sosial dengan perawat / dokter baik
c. Klien dapat berkomunikasi secara baik dengan perawat
d. Klien sering menanyakan keadaannya

7. Kegiatan keagamaan
Klien taat beribadah , selama sakit klien tetap melaksanakan shalat 5 waktu

8. Perawatan / Pengobatan
a. Perawatan : istirahat
b. Pengobatan :
1). Sebelum sakit : tidak ada
2). Setelah sakit :
Amoxicyllin 500 mg. 3 x 1
Asam Mefenamat 500 mg. 3 x 1
Furosemid 40 mg. 3 x 1

Klasifikasi Data :
Data Subyektif :
1. Klien mengatakan sakit bila kencing
2. Klien mengatakan sering kencing , sedikit-sedikit , kadang
tersendat
3. Klien mengatakan warna air kencingnya kemerahan
4. Klien berharap cepat sembuh

27
5. Klien sering menanyakan keadaannya

Data Obyektif :
1. Ekspresi wajah meringis
2. Klien tampak cemas
3. Nyeri tekan daerah supra pubik pada palpasi
4. TTV :
T = 150 / 80 mm.Hg
N= 80 x / menit
S = 36,2 * C
P = 20 x / menit

28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan yang ada antara data dalam
tinjauan pustaka dengan hasil penerapan asuhan keperawatan di ruangan , seperti
yang tertera dalam laporan kasus .

A. PENGKAJIAN
Klien masuk rumah sakit pada tanggal 11 Maret 2003 , jam 09.30 Wita .
Pada tanggal 12 Maret 2003 , kami mengadakan pengkajian secara komprehensif
terhadap klien , dalam hal ini menyangkut seluruh aspek , yaitu bio , psiko , sosial
, dan spiritual .
Dari pengkajian tersebut , data-data yang kami dapatkan tetap
menunjukkan relevansi antara data-data dalam tinjauan pustaka dengan hasil
pengkajian yang telah kami lakukan . Meskipun demikian , terdapat juga data -
data dalam tinjauan pustaka yang tidak kami temui di ruang perawatan , misalnya
tentang :
1. Aktivitas / istirahat : klien tidak bekerja monoton , dan tinggal di daerah yang
bersuhu rendah .
2. Sirkulasi : klien tidak mengalami peningkatan TD / nadi
3. Makanan / cairan : klien tidak merasa mual / muntah

41
4. Keamanan : klien tidak suka minuman beralkohol
5. Pemeriksaan diagnostik : hanya dilakukan pemeriksaan USG abdomen ,
( meskipun demikian hasilnya sangat menunjang diagnose medis dan
keperawatan ) .
Kami menyadari bahwa data-data tersebut tidak mutlak akan dijumpai
pada setiap klien dengan kasus Vesicolithiasis . Ini tergantung pada kondisi fisik
dan mental , serta koping klien terhadap kondisi kesehatannya .

B. DIAGNOSE KEPERAWATAN
Dalam tinjauan pustaka disebutkan , beberapa diagnose yang umum
timbul pada kasus vesicolithiasis ini , yaitu :
1. Nyeri ( akut ) , b/d trauma jaringan
2. Perubahan eliminasi urine b/d obstruksi mekanik
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d diuresis pasca obstruksi
4. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) tentang kondisi , prognosis , dan
kebutuhan pengobatan b/d kurang terpajan / mengingat , salah interpretasi
informasi , tidak mengenal sumber informasi .
Namun berdasarkan data yang ada , kami mengemukakan 3 ( tiga ) buah
diagnose keperawatan yang aktual , yaitu :
1. Nyeri ( akut ) , b/d trauma jaringan
2. Perubahan pola eliminasi berkemih ( polakisuri ) , b/d obstruksi mekanik
3. Kecemasan , b/d kurang pengetahuan tentang kondisi kesehatan
Diagnose 3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d
diuresis pasca obstruksi dan diagnose 4. Kurang pengetahuan ( kebutuhan
belajar ) tentang kondisi , prognosis , dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
terpajan / mengingat , salah interpretasi informasi , tidak mengenal sumber
informasi , tidak kami angkat karena tidak ditunjang oleh data yang akurat .
Selanjutnya kami mengangkat diagnose 3. Kecemasan , b/d kurang pengetahuan
tentang kondisi kesehatan , karena masalah tersebut lebih menonjol dan
didukung oleh data-data yang lengkap dan akurat .

42
C. INTERVENSI
Setelah menyusun diagnose keperawatan , langkah selanjutnya adalah
menyusun intervensi keperawatan . Intervensi tersebut diterapkan pada klien
sesuai dengan diagnose yang muncul di ruangan perawatan . Meskipun ada
beberapa intervensi yang tidak diterapkan karena tidak sesuai dengan diagnose ,
dan muncul diagnose lain yang menimbulkan juga intervensi baru , namun
intervensi tersebut tetap ditujukan untuk :
1. Menghilangkan nyeri
2. Mempertahankan fungsi ginjal adekuat
3. Mencegah komplikasi
4. Memberikan informasi tentang proses penyakitnya / prognosis dan kebutuhan
pengobatan .

D. IMPLEMENTASI
Semua intervensi yang disusun tersebut telah diimplementasikan sesuai
dengan diagnose keperawatan yang muncul , dengan tujuan :
1. Nyeri hilang / terkontrol
2. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan
3. Komplikasi dicegah / minimal
4. Proses penyakit / prognose dan program terapi dipahami
Intervensi penatalaksanaan pemberian obat-obatan tidak kami
implementasikan karena pada saat melakukan pengkajian di ruangan , intervensi
tersebut telah dilaksanakan oleh petugas ruangan , dan pada saat evaluasi jadwal
penatalaksanaan obat belum waktunya .

E. EVALUASI
Setelah melaksanakan implementasi sesuai dengan intevensi yang telah
disusun , kami mengadakan evaluasi terhadap kondisi klien . Ternyata , hasil
yang kami dapatkan belumlah maksimal .

43
Kami menyadari bahwa , singkatnya waktu yang kami pergunakan untuk
menerapkan asuhan keperawatan di ruangan , menentukan hasil tersebut . Apalagi
, kondisi klien pada saat kami di ruangan perawatan tidak menampakkan banyak
keluhan , dan sudah tentu kerja sama dengan tim kesehatan lain akan sangat
membantu , dalam hal ini tindakan infasive medik sangat diharapkan .

44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Setelah membaca tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tentang
vesicolitihiasis ini , maka kami mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Vesicolithiasis dapat membawa penderitaan yang berlarut - larut , bahkan
dapat menyebabkan kematian apabila tidak ditangani sejak dini . Kebanyakan
klien dengan kasus ini datang berobat pada tahap lanjut .
2. Untuk menggali dan menemukan masalah yang dialami klien , harus didukung
oleh data yang lengkap dan akurat . Pendekatan kepada klien hendaknya
menyangkut semua aspek , yaitu bio , psiko , sosial , dan spiritual
3. Ambulasi dan perubahan posisi penting untuk menghindarkan stasis urine ,
komplikasi tirah baring , menyokong timbulnya rasa nyaman serta
memperlancar sirkulasi darah .
4. Kerja sama yang baik antara sesama tim kesehatan sangat dibutuhkan demi
tercapainya tujuan yang ingin dicapai , yaitu kesembuhan klien .

B. SARAN
1. Kepada petugas kesehatan , baik yang ada di rumah sakit , Puskesmas , Pustu ,
Posyandu , diharapkan agar meningkatan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat tentang vesicolithiasis ini .
2. Kepada masyarakat , diharapkan agar segera memeriksakan diri ke sarana
kesehatan apabila mengalami gejala-gejala vesicolithiasis ini .
3. Pendekatan kepada klien dan keluarganya perlu ditingkatkan untuk
mendapatkan data yang lengkap dan akurat .
4. Klien hendaknya memperhatikan nasehat dan saran-saran dari dokter /
perawat , atau petugas kesehatan lainnya , agar dapat meningkatkan

45
DAFTAR PUSTAKA

C. Long , Barbara , Perawatan Medikal Bedah , jilid 3 , Yayasan IAPK Pajajaran ,


Bandung , 1996
Doengoes , ME , dkk. , Rencana Asuhan Keperawatan , edisi 3 , EGC , Jakarta , 2000

46
Engram , Barbara , Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah , volume I , EGC ,
Jakarta , 1999
Pearce , Evelyn , Anatomi Fisiologi untuk Paramedis , PT.Gramedia Pustaka Utama ,
Jakarta , 1999
Purnomo , B. Basuki , Dasar-dasar Urologi , cetakan I , CV. Infomedika , Jakarta ,
2000
Robert Prihardjo , Pengkajian Fisik Keperawatan , cetakan II , EGC , Jakarta ,1996
Robert Prihardjo , Perawatan Nyeri , EGC , Jakarta , 1993

47
Lampiran B :

DIET PADA KLIEN DENGAN VESICOLITHIASIS

1. Tujuan :
Memperlambat pertumbuhan batu , atau membantu mencegah pembentukan batu

2. Macam-macam dan Indikasi Pemberian

48
a. Diet rendah kalsium tinggi sisa asam
Diberikan kepada klien dengan batu kalsium
1). Syarat-syarat :
a). Banyak cairan : 2500 ml. / hari
b). Rendah kalsium
2). Jenis makanan :
a). Karbohidrat :
Yang boleh : beras , roti , mi , makaroni , bihun , tepung-tepungan
Yang tidak boleh : kentang , ubi , singkong , biskuit , kue dari susu
b). Protein hewani :
Yang boleh : telur , daging , ikan tanpa tulang
Yang tidak boleh : susu , keju , udang , kepiting , ikan teri , ikan asin ,
sardin
c). Protein nabati :
Yang boleh : tahu , tempe , kacang kering
Yang tidak boleh : -
d). Lemak :
Yang boleh : minyak , mentega , margarin
Yang tidak boleh : -
e). Sayuran :
Yang boleh : semua sayuran ( kecuali yang dilarang ).
Yang tidak boleh : bayam , daun melinjo , daun singkong , daun talas
f). Buah :
Yang boleh : semua buah segar
Yang tidak boleh : semua buah yang dikeringkan

b. Diet tinggi sisa basa


Diberikan kepada klien dengan batu sistin , asam urat
1). Syarat-syarat :
a). Banyak cairan : 2500 ml. / hari

49
b). Rendah asam amino yang mengandung sulfur
2). Jenis makanan :
a). Karbohidrat :
Nasi max. ½ gelas / hari , roti 4 potong , kentang , ubi , singkong , kue
dari tepung maizena , agar-agar , dan sirup .
b). Protein hewani :
Daging 500 gram , atau telur 1 butir / hari , susu
c). Protein nabati :
Kacang-kacangan kering 25 gram atau tempe , tahu , oncom 50 gram /
hari .
d). Lemak : minyak , mentega , margarin

50

Anda mungkin juga menyukai