Anda di halaman 1dari 30

Oleh

Yuliana syam, S.Kep,Ns

Disebabkan oleh Human immunodeficiency virus (HIV), ditandai

dgn berbagai gejala klinik, termasuk immunodefisiensi berat

disertai infeksi oportunistik dan keganasan dan degerasi

susunan saraf pusat.

Virus HIV menginfeksi berbagai jenis sel system imun termasuk

sel-T, macrofag dan seldendritik.

Diagnosis AIDS → bila seseorang mengalami infeksi

oportunistik, dimana menunjukkan adanya immunodefisiency

(Sel-T 200/mm3) dan menunjukkan adanya antibody yang

positif terhadap HIV.

Sering berhubungan dgn :

 Dementia yang progresif

 Wasting syndrome

 Kanker

-1-
Insiden :
 Kecenderungan berkembang pada masa datang

 Terjadinya mutasi sel yang dipengaruhi oleh virus

 Mulai berkembang pada tahun 1981

 Dilaporkan → AS 1994 terdpt 270.870 kematian dewasa,

remaja dan anak-anak.

 Angka kematian meningkat sangat tingi

 90 % mengalami kondisi penyakit semakin berat dan

meninggal dlm 4 th setelah didiagnosa AIDS

 insiden infeksi meningkat tajam pd wanita

Faktor resiko :
 Pria dgn homoseksual

 Pria dgn biseksual

 Pengguna IV drug

 Transfuse darah

 Pasangan heteroseksual dgn pasien infeksi HIV

 Anak yang lahir dgn ibu yang terinfeksi

→ Diketahui bahwa virus dibawa dlm limfosit yang terdapat pd

sperma memasuki tubuh melalui mucosa yang rusak, melalui

ASI, kerusakan permukaan kulit.

→ Ditularkan dari orang ke orang mll pertukaran cairan tubuh,

termasuk darah, semen, cairan vagina dan air susu ibu.

-2-
Pathofisiologi:

→ Menginfeksi limfosit T4 dan monosit. Partikel-2 HIV bebas

yang dilepas dari sel yang terinfeksi dpt berikatan dgn sel

lain yang tidak terinfeksi.

Segera setalah masuk kedlm sel, enzim dalam kompleks

nukleoprotein menjadi aktif dan dimulailah siklus reproduksi.

Limfosit T, monosit/makrofag adalah sel pertama yang

terinfeksi.

Besar kemungkinan bahwa sel dendritik berperan dalam

penyebabaran HIV dalam jaringan limfoid  fungsi sel

dendritik menangkap antigen dalam epitel lalu masuk melalui

kontak antar sel.

Dalam beberapa hari jumlah virus dalam kelenjar berlipat

ganda dan mengakibatkan viremia. Pada saat itu jumlah virus

dalam darah  infeksi akut.

-3-
Viremia menyebabkan virus menyebar diseluruh tubuh dan

menginfeksi sel T, monosit maupun makrofag dlm jaringan

limfoid perifer.

Sistem immun spesifik akan berupaya mengendalikan infeksi

yang nampak dari menurunnya kadar viremia.

Setelah infeksi akut, berlangsung fase kedua dimana

kelenjar getah bening dan limfa merupakan tempat replikasi

virus dan dekstruksi jaringan secara terus menerus  fase

laten.

Destruksi sel T dlm jaringan limfoid terus berlangsung

sehingga jumlah sel T makin lama makin menurun (jml sel T

dlm jaringan limfoid 90 % dari jml sel T diseluruh tubuh)

Selama masa kronik progresif,m respon imun thdp infeksi

lain akan meransang produksi HIV dan mempercepat

dekstruksi sel T, selanjutnya penyakit bertambah progresif

dan mencapai fase letal yang disebut AIDS.

-4-
 Viremis meningkat drastis karena karena replikasi virus di

bagian lain dalam tubuh meningkat  pasien menderita

infeksi oportunistik, cacheksia, keganasan dan degenerasi

susunan saraf pusat.

 Kehilangan limfosit Th menyebabkan pasien peka thdp

berbagai jenis infeksi dan menunjukkan respon immune

yang inefektif thdp virud onkogenik.

→ Masa inkubasi diperkirakan bervariasi → 2 – 5 tahun

Manifestasi Klinis :
 Manifestasi klinis AIDS menyebar luas dan pada dasarnya

mengenai setiap sistem organ.

 Pneumonia disebabkan o/ protozoa pneumocystis carini

(paling sering ditemukan pd AIDS) sangat jarang

mempengaruhi org sehat. Gejala: sesak nafas, batuk-

batuk, nyeri dada, demam  tdk teratasi dapat gagal

nafas (hipoksemia berat, sianosis, takipnea dan perubahan

status mental).

 Gagal nafas dpt terjadi 2 – 3 hari

 Tbc

 Nafsu makan menurun, mual, muntah

-5-
 Diare merupakan masalah pd klien AIDS  50% - 90%

 Kandidiasis oral  infeksi jamur

 Bercak putih dalam rongga mulut tdk diobati dpt ke

esophagus dan lambung.

 Wasthing syndrome  penurunan BB/ kaheksia (malnutrisi

akibat penyakit kronis, diare, anoreksia, amlabsorbsi

gastrointestinal)

 Kanker : klien AIDS insiden lebih tinggi mungkin adanya

stimulasi HIV thdp sel-2 kanker yang sedang tumbuh atau

berkaitan dng defesiensi kekebalan  mengubah sel yang

rentang menjadi sel maligna.

 Sarcoma kaposis  kelainan maligna berhubungan dgn HIV

(paling sering ditemukan) penyakit yang melibatkan

endotel pembuluh darah dan linfe. Secara khas ditemukan

sebagai lesi pd kulit sebagian tungkai terutama pada pria.

Ini berjalan lambat dan sudah diobati. Lokasi dan ukuran

lesi dpt menyebabkan statis aliran vena, limfedema serta

rasa nyeri. Lesi ulserasi akan merusak intergritas kulit dan

meningkatkan ketidak nyamanan serta kerentanan thdp

infeksi.

 Diperkirakan 80 % klien AIDS mengalami kalianan

neurologis  gangguan pd saraf pusat, perifer dan

-6-
otonom. Respon umum pd sistem saraf pusat mencakup

inflamasi, atropi, demielinisasi, degenerasi dan nekrosis.

 Herpes zoster  pembentukan vesikel yang nyeri pd kulit.

 Dermatitis seboroik  ruam yang difus, bersisik yang

mengenai kulit kepala dan wajah.

 Pada wanita: kandidiasis vagina dapat merupakan tanda

pertama yang menunjukkan HIV pd wanita.

Pemeriksaan diagnostic :
 SErologis : skrining HIV dengan ELISA, Tes western blot,

limfosit T

 Pemriksaan darah rutin

 Pemeriksaan neurologist

 Tes fungsi paru, broskoscopi

Penatalaksanaan:
 Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan

infeksi HIV perlu dilakukan. Pencegahan berarti tdk

kontak dgn cairan tubuh yang tercemar HIV.

 Pengobatan pd infeksi umum

 Penatalaksanaan diare

 Penatalaksanaan nutrisi yang adekuat

-7-
 Penanganan keganasan

 Terapi antiretrovirus

 Terapi alternative : terapi spiritual, terapi nutrisi, terapi

obat tradisional, terapi tenaga fisik dan akupungtur, yoga,

terapi massage, terapi sentuhan.

KONSEP KEPERAWATAN

Pengkajian :
1. Aktifitas /istirahat :

 Mudah lelah, berkurangnya tolerangsi terhdp aktifitas,

kelelahan yang progresif

 Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi

terhdp aktifitas

2. Sirkulasi

 Proses penyembuhan lika yang lambat, perdarahan lama

bila cedera

 takikardia, perubahan tekanan darah postural, volume nadi

periver menurun, pengisian kapiler memanjang

-8-
3. Integritas ego

 Faktor stress yang berhubungan dgn kehilangan: dukungan

keluarga, hubungan dgn org lain, pengahsilan dan gaya

hidup tertentu

 Menguatirkan penampilan: alopesia, lesi , cacat,

menurunnya berat badan

 Merasa tdk berdaya, putus asa, rsa bersalah, kehilangan

control diri, dan depresi

 Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah,

menangis, kontak mata kurang

4. Eliminasi.

 Diare, nyeri pinggul, rasa terbakar saat berkemih

 Faeces encer disertai mucus atau darah

 Nyerio tekan abdominal, lesi pada rectal, perubahan dlm

jumlah warna urin.

5. Makanan/cairan :

 Tidak ada nafsu makan, mual, muntah

 Penurunan BB yang cepat

 Bising usus yang hiperaktif

-9-
 Turgor kulit jelek, lesi pada rongga mulut, adanya selaput

putih/perubahan warna mucosa mulut

 Adanya gigi yang tanggal. Edema

6. Hygiene

 Tidak dapat menyelesaikan ADL, memepeliahtkan

penampilan yang tdk rapi.

7. Neurosensorik

 Pusing,sakit kepala.

 Perubahan status mental, kerusakan mental, kerusakan

sensasi

 Kelemahan otot, tremor, penurunan visus.

 Bebal,kesemutan pada ekstrimitas.

 Gayaberjalan ataksia.

8. Nyeri/kenyamanan

 Nyeri umum/local, sakit, rasaterbakar pada kaki.

 Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.

 Pembengkakan pada sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan,

penurunan ROM, pincang.

- 10 -
9. Pernapasan

 Terjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk

produktif/non,

sesak pada dada, takipnou, bunyi napas tambahan, sputum

kuning.

10. Keamanan

 Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, lauka lambat proses

penyembuhan

 Demam berulang

11. Seksualitas

 Riwayat perilaku seksual resiko tinggi, penurunan libido,

penggunaan kondom yang tdk konsisten, lesi pd genitalia,

keputihan.

12. Interaksi social

 Isolasi, kesepian,, perubahan interaksi keluarga, aktifitas

yang tdk terorganisir

Diagnosa keperawatan:
NDX 1: Resiko terjadinya infeksi b/d depresi system imun,

aktifitas yang tdk terorganisir

- 11 -
Tujuan :

Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk

ada demam, sekresi tdk purulent)

Tindakan :

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dgn pasin

R/. Resiko cros infeksi dpt melalui prosedur yang

dilakukan

2. Ciptakan lingkungan yang bersih dan ventilasi yang cukup

R/. Lingkungan yang kotor akan mneingkatkan

pertumbuhan kuman pathogen

3. Informasikan perlunya tindakan isolasi

R/. Penurunan daya tahan tubuh memudahkan

berkembangbiaknya kuman pathogen. Tindakan isolasi

sebagai upaya menjauhkan dari kontak langsung dgn kuman

pathogen

4. Kaji tanda-tanda vital termasuk suhu badan.

R/. Peningkatan suhu badan menunjukkan adanya infeksi

sekunder.

5. Kaji frekwensi nafas, bunyi nafas, batuk dan

karakterostik sputum.

- 12 -
6. Observasi kulit/membrane mucosa kemungkinan adanya

lesi/perubahan warna

7. bersihkan kuku setiap hari

R/ Luka akibat garukan memudahkan timbul infeksi luka

8. Perhatikan adanya tanda-tanda adanya inflamasi

R/ Panas kemerahan pembengkakan merupakan tanda

adanya infeksi

9. Awasi penggunaan jarum suntik dan mata pisau secara

ketat dengan menggunakan wadah tersendiri.

R/ Tindakan prosuder dapat menyebabkan perlukaan pada

permukaan kulit.

NDx : Defisit volume cairan tubuh b/d diare berat, status

hipermetabolik.

Tujuan : Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang

adekuat

Tindakan :

1. Pantau tanda-tanda vital termasuk CVP bila terpasang.

R/ denyut nadi/HR meningkat, suhu tubuh menurun, TD

menurun menunjukkan adanya dehidrasi.

- 13 -
2. Catat peningkatan suhu dan lamanya, berikan kmpres

hangat, pertahankan pakaian tetap kering, kenyamanan

suhu lingkungan.

R/ Suhu badan meningkat menunjukkan adanya

hipermetabolisme.

3. Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus.

R/ Indikator tanda-tanda dehidrasi.

4. Timbang BB setiap hari

R/. penurunan BB menunjukkan pengurangan volume

cairan tubuh.

5. Catat pemasukan cairan mll oral sedikitnya 2500 ml/hr.

Mempertahankan keseimbangan, mengurangi rasa haus

dan melembabkan membrane mucosa.

6. Berikan maknan yang mudah dicerna dan tdk merangsang

Peningkatan peristaltic menyebabkan penyerapan cairan

pd dinding usus akan kurang.

Dx.3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hambatan asupan

makanan (muntah/mual), gangguan intestinal, hipermetabolik.

Tujuan: klien akan menunjukkan peningkatan BB ideal.

Tindakan:

1. Kaji kemampuan mengunyah, merasakan dan menelan.

- 14 -
Lesi pada mulut, esophagus dpt menyebabkan disfagia

2. auskultasi bising usus

Hipermetabolisme saluran gastrointestinal akan

menurunkan tingkat penyerapan usus.

3. timbang BB setiap hari

BB sebagai indicator kebutuhan nutrisi yang adekuat

4. hindari adanya stimulus leingkungan yang berlebihan.

5. berikan perawatan mulut, awasi tindakan pencegahan

sekresi. Hindari obat kumur yang mengandung alcohol.

Pengeringan mucosa, lesi pd mulut dan bau mulut akan

menurunkan nafsu makan.

6. rencanakan makan bersama keluarga/org terdekat.

Barikan makan sesuai keinginannya (bila tdk ada

kontraindidkasi)

7. sajikan makanan yang hangat dan berikan dalam volume

sedikit

8. dorong klien untuk duduk saat makan.

Dx. 4. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru,

melemahnya otot pernafasan.

Tujuan: klien akan mmempertahankan pola nafas yang efektif

- 15 -
Tindakan:

1. auskultasi bunyi nafas tambahan

bunyi nafas tambahan menunjukkan adanya infeksi jalan

nafas/peningkatan sekresi.

2. catat kemungkinan adanya sianosis, perubahan frekwensi

nafas dan penggunaan otot asesoris.

3. berikan posisi semi fowler

4. lakukan section bila terjadi retensi sekresi jalan nafas

- 16 -
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
ACQUARED IMMUNODEFICIENCY SYNDROME
(AIDS)

OLEH
YULIANA SYAM, S.Kep.Ns

- 17 -
PENGATURAN SUHU TUBUH
(HIPERTHERMIA)

 Pendahuluan
→ Suhu tubuh diatur seluruhnya oleh mekanisme
persarapan umpan balik semua mekanisme
terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang
terletak pada hypothalamus

 Mekanisme penurunan temperature bila tubuh terll

panas

1. Vasodilatasi → vasodilatasi penuh akan


meningkatkan kecepatan pemindahan panas
ke kulit sebanyak delapan kali lipat

- 18 -
2. Berkeringat → peningkatan kecepatan
kehilangan panas mll evaporasi yang dihasix
dari berkeringat. Peningkatan 1derajat C
menyebabx keringat yang cukupbyk utk
membuang 10 kali lbh besar kecepatan met.
Basal dr pembentux panas tubuh.
3. penurunan pembentux panas → Mekanisme yang
menyebabx pembentux panas berlebihan
seperti menggigil dan termogenesis kimia
dihambat dgn kuat.

 Mekanisme peningkatan temperature saat tubuh

terlalu dingin

1. Vasokonstriksi kulit diseluruh tubuh→ disebabx oleh


rangsangan pusat simpatis hypothalamus
2. piloereksi→”rambut ereksi” → rangsangan
simpatis menyebabx otot arektor pili yang
melekat difolikel rambut berkontraksi.
3. Peningkatan pembentux panas→ pembentux panas
o/ system met. Meningkat dgn cara menggigil,
rangsangan simpatis pembentux panas, dan
secresi tiroksin

- 19 -
- 20 -
PENGATURAN SUHU TUBUH

PENDAHULUAN
Suhu tubu dalam fungsi optimalnya menetap pada rentang
sempit. Suhu tubuh dewasa normal rata-rata adalah 98,6 ˚
F
(37 ˚C). tidak ada suhu tunggal yang normal bagi masing-
masing individu, karena tergantung pada factor
lingkungan.

Fisiologi Suhu Tubuh


Panas secara normal diproduksi oleh tubuh dalam empat
cara:
 Suatu proses konstan dengan metabolisme basal →
55 % - 60 % energi tubuh seseorang digunakan untuk
produksi panas
 Latihan meningkatkan kerja otot → meningkatkan
mebolisma → produksi panas meningkat
 Sekresi hormone tiroid → meningkatkan pemecahan
lemak glukosa → meningatkan produksi panas
 Saat gula darah turun → merangsang saraf simpatis
→ merangsang epinefrin dan norephinefrin
→meningkatkan produksi panas
Suhu tubuh hilang melalui empat cara, dan gangguan
pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya
hipertermia.
 Suhu hilang melalui proses radiasi
Dimana perpindahan panas dari permukaan suatu
obyek ke obyek lain tanpa ada kontak langsung
 Suhu hilang melalui konduksi

- 21 -
Perpindahan panas dari suatu obyek dengan dara
kontak langsung
 Suhu hilang akibat proses konveksi
Udara tubuh sekitar kulit mengalir ke udara yang
lebih dingin
 Suhu hilang melalui proses evaporasi
Kehilangan panas melalui penguapan lewat keringat

Tubuh secara normal mempertahankan keseimbangan


antara produksi dan kehilangan suhu melalui system
pengendali suhu
 Hiphotalamus bekerja sebagai sebuah thermostat →
dilakukan oleh hypothalamus posterior yang sensitive
terhadap suhu dibawah temperature normal, dan
hipothalamus anterior yang peka terhadap suhu
diatas normal.
 Arterior dikulit → melakukan vasokontriksi bila suhu
dibawah normal, dan vasodilatasi bila suhu diatas
normal.
 Kelenjar keringat → bila suhu dibawah normal kelenjar
ekringat akan mengurangi produksi keringat, bila
suhu diatas normal kelenjar keringat akan
meningkatkan produksi keringat
 Erector muscle → melaksanakan konteraksi otot
halus bila dingin sehingga bulu-bulu merinding, dan
relaksasi bila suhu panas sehingga bulu-bulu datar
 Otot skeletal →pengaturan kerja volunteer dan
involunter bila suhu dibawah normal menggigil dan
loncat-loncat, bila suhu diatas normal kerja volunteer
dengan kipas-kipas atau lainnya
 Kelenjar endokrin → bila suhu dibawah normal
hormone ephinefrin dan tiroid akan memecahkan
lemak untuk meningkatkan metabolisme, bila suhu
diatas normal metabolisme dikurangi.

Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh


Faktor Efek
 Usia Terdapat pengaturan suhu

- 22 -
sesuai tingkatan usia
 Latihan Latihan berat akan
meningkatkan suhu tubuh,
 Variasi diurnal karena dehidrasi bisa terjadi
Tergantung pada suhu
lingkungan, aktifitas harian
 Stress seseorang, pola suhu tubuh.
Stress fisik atau emosional
 Lingkungan dapat meningkatn suhu
tubuh
 Tingkat hormonal Suhu ekstrem lingkungan
dapat menaikkan dan
 Tekanan imunologi menurunkan suhu tubuh
Variasi hormonal pada
wanita selama mesntruasi
dan menopause
Suhu tidak meningkat bila
immune tubuh individunya
baik, bila terjadi infeksi

DEMAM (HIPERTERMIA)

Demam adalah suhu tubuh lebih dari 100,4 ˚F (38 ˚


C) dalam keadaan istirahat. Yang mengakibatkan
gangguan pada titik pengaturan hypothalamus. Pirogen
seperti bakteri, virus dan antigen tertentu dapat
meningkatkan shu tubuh dengan meningkatkan set point
di hypothalamus.

Pathofisiologi demam akibat demam :


Infeksi atau peradangan → fagositosis oleh netrofil →
mengeluarkan zat pyrogen endogen → merangsang
prostaglanding → meningkatakan set point di
hypothalamus → mengawali respon dingin → produksi
panas meningkat, pengurangan panas menurun → suhu
tubuh mengikuti set point baru → demam.

- 23 -
Respon fisiologi dari demam meliputi hal-hal
berikut ini :
 Produksi dan penyimpangan panas melalui
vasokonstriksi, gemetar dan piloereksi.
 Meningkatkan metabolisme dan kebutuhan oksigen
 Meningkatkan kecepatan jantung dan respirasi
 Gelisah dan disorientasi bila kebutuhan oksigen tidak
terpenuhi.

Pengkajian.
Saat memeriksa klien demam :
 Inspeksi dan palpasi kulit untuk mengetahui suhu,
kelembaban dan turgor
 Tanyakan apakah klien mengalami sakit kepala,
mialgia, menggigil, mual, kelemahan, kelelahan,
anoreksia atau fotopobia.
 Catat muntah atau diare, observasi prilaku seperti
kebingungan, disorientasi dan kegelisahan.
 Inspeksi kondisi mukosa mulut untuk adanya
penebalan, lesi dan penurunan salivasi

Alat khusus :
Alat-alat berikut ini digunakan dalam memeriksa suhu
tubuh .
 Air raksa dalam thermometer kaca
 Thermometer elektronik dengan plastic penutup
pelindung sekali pakai digunakan oral atau rectal
 Thermometer sekali pakai, thermometer pemakaian
tunggal dapat digunakan untuk pengukuran suhu oral
atau ditempelkan pada kulit.

Persiapan
Pilihlah sisi pengukuran yang paling cocok berdasarakan
pada umur, daerah yang dapat dikur atau kondisi klinis
Oral → paling mudah dilakukan, hasil pembacaan akurat.
Tidak cocok digunakan pada klien seperti bayi,
anak atau klien tidak sadar dan mengalami
pembedahan mulut

- 24 -
Rektal → Pembacaan hasil lebih akurat, digunakan pada
bayi
Ketiak → Aman tidak mengganggu.

Persiapan Klien :
- Berikan klien posisi yang tepat
- Jelaskan prosedur dan kegunaannya
- Sediakan semua alat dan bahan
- Cuci tangan dan gunakan tehnik aseptic
Catatan : gunakan sarung tangan sekali pakai pada tangan
yang dominant untuk mengukur suhu oral dan rectal

Pengukuran oral:
 Gunakan sarung tangan sekali pakai
 Pegang thermometer air raksa pada bagian belakang
yang sitandai warna/puncak batang thermometer
 Cuci dalam air dingin, keringkan thermometer
dengan tisu dari ujung kaca kearah jari dengan gerak
rotasi
 Baca tingkat air raksa. Tempatkan thermometer
dibawah lidah klien dalam kantung sublingual, lateral
ketengah rahang
 Minta klien untuk menahan thermometer dengan
bibir (hindari dari gigitan)
 Biarkan thermometer ditempat tersebut untuk
pembacaan yang akurat (thermometer kaca 2
sampai 3 menit tergantung pada kebijakan RS)
 Keluarkan thermometer dengan hati-hati, lap bersih,
bacalah tingkat air raksanya
 Turunkan lagi thermometer dan simpan dengan baik
atau kembalikan ketempat penyimpangan.

Pengukuran suhu rectal :


 Periharalah privasi klien dengan tirai atau pintu
tertutup, atau posisi. gunakan sarung tangan.
 Cuci, bersihkan dan turunkan thermometer dengan
tehnik yang sama dengan pengukuran oral

- 25 -
 Pasang pelindung rectal, lumasi ujung tabung dengan
pelican 1 sampai 1,5 inci
 Buka anus dengan menaikkan bokong atas dengan
tangan yang dominant. Masukan perlahan
thermometer kedalam anus kearah umbilicus 1,5 inci
pada dewasa dan 0,5 inci pada bayi
 Biarkan thermometer selama 2 menit untuk
pembacaan yang akurat
 Keluarkan thermometer dan lap bersih dengan gerak
rotasi, lap area anal untuk membersihkan pelumas
atau faeses
 Baca tingkat air raksa, Bantu klien ke posisi yang
nyaman
 Cucilah thermometer dalam air sabun hangat dan
bilaslah dalam air dingin dan kembalikan penutup
ketempatnya, keringkan dan simpan kembali pada
tempatnya

Pengukuran ketiak
 Jaga privasi klien dengan tirai atau pintu tertutup
 Bilaslah thermometer kaca air raksa dalam air dingin,
di lap bersih dan turunkan
 Buka pakaian atau gaun bahu dan lengan, masukkan
thermometer ke tengah ketiak, turunkan lengan klien,
dan silangkan lengan bawah klien
 Biarkan termometerditempat untuk pembacaan yang
akurat 5-10 menit
 Angkat thermometer dan lap bersih denga garakkan
rotasi, bacalah tingkat air raksa
 Turunkan thermometer dan kembalikan ke tempat
penyimpanan, cuci tangan
 Dokumentasikan

Suhu tubuh normal :


- Bayi baru lahir 36 – 37,2 ˚ c (axilla)
- 3 tahun 36,4 – 37˚ c (axilla)
- 10 tahun 36,4 – 37 ˚ c (oral)
- 16 tahun 36,4 – 37 ˚ c (oral)

- 26 -
Lanj. Cairan & Elektrolit

F. PENGATURAN CAIRAN TUBUH


1. Regulasi oleh ginjal
* Ginjal adalah pengatur utama keseimbangan Na +
dan cairan dalam ECF
* Sel dlm glomerulus mensecresi enzim rennin jika
ada penurunan konsentrasi sodium dan volume
plasma.
* Renin megaktifkan angiotensin I → angiotensin
II(suatu kuatan vasokonstriksi)
* Jika sodium menurun, volume plasma naik. Jika
filtrasi glomerulus naik maka urine naik
* Angitensin II menyebabkan lepasnya reabsorbsi
sodium + air dan elektrolit.

2. Pengaturan Secara Endokrin


a. Anti diuretik Hormon

- 27 -
- Diproduksi di hypothalamus, yang dikeluarkan

oleh kelenjar pituitary posteror.

- bekerja terhadap tubulus renalis untuk menahan air

dan menurunkan urine out put

b. Aldosteron

- Disekresi oleh korteks adrenal

- Bekerja terhadap tubulus renalis untuk reabsorbsi Na

+ dan Ci – ekresi potassium

- menaikkan volume sirkulasi/ reabsorbsi air bersama

Na +

c. Parathormon

- Dihasilkan oleh kelejar parathyroid

- Melancarkan absorbsi Ca dari tulang

- Menaikan ekskresi cairan phosfat oleh ginjal

↑STREES

Hiphalamus melepas CRH

Posterior pituitary gland kel. Pituitari


anterior

↑ secresi ADH ACTH

- 28 -
↑ Retensi cairan ↑ Secresi
aldosteron

Pembentukan urine ↑ Reabsorbsi air


dan Na

Retensi cairan dan Na + di tubulus ginjal

3. Pengaturan oleh siistem cardiovaskuler


- Sistem ini mengatur valume cairan, sensorik
tekanan dan atrial natriuretik factor
- Valume darah normal, pompaan drh ke ginjal pd
tekanan yang optimal, ferfusi ginjal adekuat
- Valume drh meningkat, CO meningkat tek. Arteri
meningkat, shg meningkatkan urine out put dan
sebaliknya
- Tekanan arteri mneingkat hingga baroreseptor
berespon dan streech reseptor mengirimkan
imfuls utk system saraf simpatik
- Refleks imfus saraf simpatik menyebabkan dilatasi
arteriole ginjal hingga urine out put meningkat
- Factor natriuretik atrial (ANF) adalah hormone
polipeptida yang disekresikan oleh atrial jtg ke drh

- 29 -
- Sinyal ANF pd ginjal meningkatkan reabsorbsi
tubulus terhdp Na + hingga out put meningkat
dan volume drh menurun.
4. Pengaturan oleh saluran cerna
- Proses enzimatik dan hormonal, dikombinasix dgn
transport aktif dan fasif mll mekanisme dimana
saluran cerna berpartisifasi dlm pengaturan
volume cairan
- Awal pencenaan, cairan, air dan secresi saluran
cerna bergerak ke usus halus ± 85 – 95 % air
diabsorbsi dan nutrient ditransport ke plasma
- Colon mengabsorbsi 500 – 1000 ml dan menyerap
elektrolit sebelum bergerak menuju rectum dan
anus yang akan dikelurkan sbg faeces
5. Pengaturan oleh paru.
- Berupa IWL hingga ± 500 cc/hr
- Jumlah IWL bervariasi tergantung hyperpentilasi
dan mekanisme ventilasi

- 30 -

Anda mungkin juga menyukai