Anda di halaman 1dari 23

HIV/AIDS

1. Definisi
HIV
Human immunodeficiency virus adalah virus penyebab Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV yang dulu disebut sebagai HTLV-III
(Human T cell lympothropic virus Tipe III) atau LAV (Lymphadenopathy Virus),
adalah virus sitopatik dari famili retrovirus. Hal ini menunjukkan bahwa virus ini
membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan dalam
asam deoksiribonukleat (DNA) (Price & Wilson, 1995).
Virus ini memiliki kemampuan unik untuk mentransfer informasi
genetik mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut
reverse transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi (dari
DNA ke RNA) dan translasi (dari RNA ke protein) pada umumnya (Muma et al,
1997).
AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala
penyakit karena menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
infeksi HIV (Samsuridjal Djauzi, 2004).
Centers for Disease Control (CDC) merekomendasikan bahwa diagnosa
AIDS ditujukan pada orang yang mengalami infeksi opportunistik, dimana orang
tersebut mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah 200
atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. Kondisi lain yang sering
digambarkan meliputi kondisi demensia progresif, “wasting syndrome”, atau
sarkoma kaposi (pada pasien berusia lebih dari 60 tahun), kanker-kanker khusus
lainnya (yaitu kanker serviks invasif) atau diseminasi dari penyakit yang
umumnya mengalami lokalisasi (misalnya, TB) (Doengoes, 2000).

2. Patofisiologi

1
Virus memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai
molekul CD4. Kelompok terbesar yang mempunyai molekul CD4 adalah limfosit
T4 yang mengatur reaksi sistem kekebalan manusia. Sel-sel target lain adalah
monosit, makrofag, sel dendrit, sel langerhans dan sel mikroglia. Setelah
mengikat molekul CD4 melalui transkripsi terbalik. Beberapa DNA yang baru
terbentuk saling bergabung dan masuk ke dalam sel target dan membentuk
provirus. Provirus dapat menghasilkan protein virus baru, yang bekerja
menyerupai pabrik untuk virus-virus baru. Sel target normal akan membelah dan
memperbanyak diri seperti biasanya dan dalam proses ini provirus juga ikut
menyebarkan anak-anaknya. Secara klinis, ini berarti orang tersebut terinfeksi
untuk seumur hidupnya (Price & Wilson, 1995).
Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang
terinfeksi diaktifkan. Aktifasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen,
mitogen, sitokin (TNF alfa atau interleukin 1) atau produk gen virus seperti
sitomegalovirus (CMV), virus Epstein-Barr, herpes simpleks dan hepatitis.
Sebagai akibatnya, pada saat sel T4 yang terinfeksi diaktifkan, replikasi serta
pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 akan dihancurkan. HIV yang baru
dibentuk ini kemudian dilepas ke dalam plasma darah dan menginfeksi sel-sel
CD4+ lainnya. Karena proses infeksi dan pengambil alihan sel T4 mengakibatkan
kelainan dari kekebalan, maka ini memungkinkan berkembangnya neoplasma dan
infeksi opportunistik (Brunner & Suddarth, 2001).
Sesudah infeksi inisial, kurang lebih 25% dari sel-sel kelenjar limfe
akan terinfeksi oleh HIV pula. Replikasi virus akan berlangsung terus sepanjang
perjalanan infeksi HIV; tempat primernya adalah jaringan limfoid. Kecepatan
produksi HIV diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan orang yang
terjangkit infeksi tersebut. jika orang tersebut tidak sedang menghadapi infeksi
lain, reproduksi HIV berjalan dengan lambat. Namun, reproduksi HIV tampaknya
akan dipercepat kalau penderitanya sedang menghadapi infeksi lain atau kalau
sistem imunnya terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode laten yang
diperlihatkan oleh sebagian penderita sesudah terinfeksi HIV. Sebagian besar

2
orang yang terinfeksi HIV (65%) tetap menderita HIV/AIDS yang simptomatik
dalam waktu 10 tahun sesudah orang tersebut terinfeksi (Brunner & Suddarth,
2001).
3. Manifestasi klinik
Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem, malaise, demam
yang menyerupai flu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya berupa
penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula, berkeringat
malam, diare kronik, kelelahan, limfadenopati. Beberapa ahli klinik telah
membagi beberapa fase infeksi HIV yaitu : (Majalah Kedokteran Indonesia, 1995)

1. Infeksi HIV Stadium Pertama


Pada fase pertama terjadi pembentukan antibodi dan memungkinkan juga
terjadi gejala-gejala yang mirip influenza atau terjadi pembengkakan kelenjar
getah bening.
2. Persisten Generalized Limfadenopati
Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal, keringat pada
waktu malam atau kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas dan
sariawan oleh jamur kandida di mulut.
3. AIDS Relative Complex (ARC)
Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan sehingga mulai
terjadi berbagai jenis infeksi yang seharusnya dapat dicegah oleh kekebalan
tubuh. Disini penderita menunjukkan gejala lemah, lesu, demam, diare, yang
tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan berlangsung lama, kadang-kadang
lebih dari satu tahun, ditambah dengan gejala yang sudah timbul pada fase
kedua.
4. Full Blown AIDS
Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat rentan
terhadap infeksi sehingga dapat meninggal sewaktu-waktu. Sering terjadi
radang paru pneumocytik, sarcoma kaposi, herpes yang meluas, tuberculosis
oleh kuman opportunistik, gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga

3
penderita pikun sebelum saatnya. Jarang penderita bertahan lebih dari 3-4
tahun, biasanya meninggal sebelum waktunya.

4. Kriteria Diagnostik
Diagnostik AIDS ditegakkan bila ditemukan dua tanda mayor dan satu
tanda minor tanpa penyebab lain, yaitu : (Majalah Kedokteran Indonesia, 1995)
1. Tanda Mayor
a. Penurunan berat badan lebih dari 10% berat badan semula.
b. Diare kronik lebih dari 1 bulan.
c. Demam menetap lebih dari 1 bulan intermitten dan konstan.
2. Tanda minor
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan.
b. Dermatitis generalisata.
c. Herpes zoster rekuren.
d. Infeksi herpes simpleks virus kronik progresif disseminata.
5. Penularan
HIV ditularkan melalui kontak seksual, injeksi perkutan terhadap darah
yang terkontaminasi atau perinatal dari infeksi ibu ke bayinya.
Jalur penularan infeksi HIV serupa dengan infeksi Hepatitis B.
- Anal intercourse/anal manipulation (homoseksual) akan
meningkatkan kemungkinan trauma pada mukosa rektum dan selanjutnya
memperbesar peluang untuk terkena virus HIV lewat sekret tubuh.
- Hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti.
- Hubungan heteroseksual dengan orang yang menderita
infeksi HIV.
- Melalui pemakai obat bius intravena terjadi lewat
kontak langsung darah dengan jarum dan semprit yang terkontaminasi.
Meskipun jumlah darah dalam semprit relatif kecil, efek kumulatif pemakaian
bersama peralatan suntik yang sudah terkontaminasi tersebut akan
meningkatkan risiko penularan.

4
- Darah dan produk darah, yang mencakup transfusi yang
diberikan pada penderita hemofilia, dapat menularkan HIV kepada resipien.
- Berhubungan seksual dengan orang yang melakukan
salah satu tindakan diatas.
(Dikutip dari Brunner & suddarth, 2001).
6. Evaluasi Diagnostik
Pemeriksaan Hasil pada infeksi HIV
Tes antibodi HIV
- - Hasil tes yang
ELISA positif dipastikan dengan Western Blot
- Positif
-
- Hasil tes yang
Western blot positif dipastikan dengan Western Blot
-
- Positif, lebih
Indirect Immunofluorescence assay spesifik dan sensitif daripada Western
(IFA) Blot
-

Radio Immunopresipitation assay - Positif untuk


(RIPA) protein virus yang bebas
Pelacakan HIV - Deteksi
- RNA/DNA virus HIV
Antigen p24 - Positif jika
- dua kali uji berturut-turut mendeteksi
Reaksi rantai polimerase (PCR) enzim reverse transcriptase atau antigen
- p24 dengan kadar yang meningkat
Kultur sel mononukleat darah perifer - Mengukur
untuk HIV-1 muatan virus dalam sel
- Mengukur
muatan virus lewat virus bebas yang
- infeksius dalam plasma

5
Kultur sel kuantitatif - Protein
- meningkat bersamaan dengan
Kultur plasma kuantitatif berlanjutnya penyakit
- Kadar
- meningkat dengan berlanjutnya penyakit
Mikroglobulin B2
- Menurun
- - Menurun
Neoprotein serum - Menurun
- Normal
Status imun hingga menurun
- - Meningkat
#sel-sel CD4+ - Sel-sel T4
- mengalami penurunan kemampuan
%sel-sel CD4+ untuk bereaksi terhadap antigen
- - Menurun
Rasio CD4:CD8 hingga tak terdapat
-
Hitung sel darah putih
-
Kadar immunoglobulin
-
Tes fungsi sel CD4+

-
Reaksi sensitivitas pada tes kulit
(Dikutip dari Brunner & Suddarth, 2001)

7. Pengobatan

6
Dikutip dari Zubairi Djurban (2003), Obat Antiretrovirus (ARV) bekerja
langsung menghambat replikasi (penggandaan diri) HIV.
Tujuan utama terapi :
o Menekan jumlah virus secara maksimal dan terus
menerus mencegah dan/atau mengembangkan fungsi imun.
o Memperbaiki kualitas hidup.
o Mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat infeksi HIV.
Indikasi :
o Pasien yang telah memperlihatkan gejala AIDS.
o Pasien tanpa gejala dengan CD4 <200 sel/mm3 (kadar limfosit
≤1200/mm3) dan atau viral load >55.000 kopi/ml.
o Pencegahan penularan dari ibu ke bayi.
o Pengobatan profilaksis pada orang yang terpapar dengan
cairan tubuh yang mengandung virus HIV.
Tiga golongan obat ARV yang tersedia di Indonesia :
o Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
Menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA (replikasi virus).
 Zidovudine
(ZDV/AZT).  Zalcitabine (ddC)
 Iamivudine (3TC)  Stavudine (d4T)
 Didanosine (ddI)  Abacavir (ABC)

o Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)


 N  Delavir
evirapine (NVP) dine (DLV)
 E
vafirenz (EFZ)
o Protease Inhibitor (PI)

7
Menghambat enzim protease yang memotong rantai panjang asam amino
menjadi protein yang lebih kecil.
 In
dinavir (IDV)
 N
elfinavir (NFV)
 Sa
quinavir (SQV)
 Ri
tonavir (RTV)
 A
mprenavir (APV)
 Io
pinavir/ritonavir (LPV/r)

8
(Zubairi Djurban, 2003).
8. Prognosis
Sulit sekali menduga apalagi menentukan perjalanan penyakit pada
waktu diagnosis AIDS ditegakkan. Mortalitas pasien AIDS mendekati 100%
(Majalah Kesehatan Indonesia, 1995).
9. Pencegahan
Pencegahan dengan menghilangkan atau mengurangi perilaku
berisiko merupakan tindakan yang sangat penting.
Penurunan risiko pada individu :
o Pendidikan kesehatan dan peningkatan pengetahuan yang
benar mengenai patofisiologi HIV dan transmisinya terutama mengenai
fakta penyakit dan perilaku yang dapat membantu mencegah
penyebarannya.
o Kontak seksual antara homoseksual sebaiknya dengan
kondom.
o Kurangi jumlah pasangan atau pakai kondom.
o Tidak menggunakan alat suntik bersama-sama.
o Membersihkan alat suntik dengan cairan pembersih atau
mengganti jarum suntik.
o Orang normal dengan pasangan yang berisiko,
menggunakan teknik seks yang aman :
- Menghindari aktivitas seksual yang berisiko
(anal/vaginal).
- Pakai kondom dari lateks.
- Pakai spermisida nonoksinol-9.
- Pemijatan serta sentuhan.
o Untuk pasien hemofili atau
kemungkinan untuk transfusi dan penggunaan produk darah :
- Menyimpan darah sendiri
sebelum operasi.
- Hemodilusi.
- Penggunaan rekombinan
faktor pembeku darah.
- Penggunaan rekombinan
faktor pertumbuhan hematopoietik.
- Pengganti sel darah merah.
o Wanita dengan HIV :
kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dan tidak memberi ASI pada bayi.
Penurunan risiko pada tenaga kesehatan :
o Penggunaan alat pelindung pribadi untuk menurunkan risiko
terkena darah atau bahan-bahan lain yang mungkin infeksius.
o Setelah penggunaan alat pelindung, tangan harus dicuci dengan
sabun dan air.
o Batasi resusitasi mouth to mouth, gunakan alat bantu mulut,
kantung resusitasi, dan lain-lain yang tersedia.
o Cuci bagian tubuh yang terpapar cairan tubuh/mukosa membran
yang potensial menimbulkan infeksi dengan sabun dan air.
o Pemeriksaan HIV dan hepatitis bagi yang tertusuk jarum, tergores
pisau.
o Dekontaminasi area kerja.
o Pembuangan alat-alat medis pada tempat yang tepat.
o Hindari penutupan kembali dengan kedua tangan,
membengkokkan, memindahkan jarum suntik bekas. Lakukan dengan satu
tangan atau dengan forceps (Muma et al, 1997).
10. Prioritas Keperawatan
a. Mencegah, memperkecil infeksi
b. Mempertahankan homeostatis.
c. Mengusahakan kenyamanan
d. Memberikan penyesuaian psikososial
e. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan
kebutuhan perawatan.
RENCANA KEPERAWATAN
HIV/AIDS (ODHA)

No Diagnosa Tujuan/ Rencana Tindakan


Keperawatan Kriteria
1 Resiko tinggi Klien dapat Mandiri:
terhadap infeksi mengidentifikas 1. Cuci tangan sebelum dan
(progresi menjadi i/ ikut serta sesudak kontak dengan klien.
sepsis/ awitan dalam perilaku 2. Beri lingkungan yang
infeksi yang bersih, ventilasi yang baik.
oportunistik) mengurangi 3. Diskusikan pencegahan
Faktor resiko: resiko infeksi, dan mempertahankan kesehatan
 Pertahana Kriteria: pribadi.
n primer tidak  Mencap 4. Pantau tanda-tanda vital.
efektif ai 5. Kaji kedalaman
 Depresi penyembuha pernapasan, perhatikan batuk,
sistem imun n luka/ lesi. perubahan karakteristik sputum,
 Pemajana  Tidak adanya ronchi, whesing.
n lingkungan, ada demam, 6. Kaji keluhan sakit
tehnik invasif tanda-tanda kepala, kaku leher, perubahan
 Penyakit infeksi tidak penglihatan. Catat perubahan
kronis; terjadi. mental, tingkah laku dan aktivitas
malnutrisi kejang.
7. Pantau keadaan kulit/
membran mukosa
8. Pantau keluhan nyeri ulu
hati, disfagia, diare hebat.
9. Periksa adanya luka
10. Perhatikan tanda infeksi
11. Gunakan sarung tangan
dan skort selama kontak langsung,
gunakan masker dan kaca mata
pelindung
12. Awasi pembuangan
jarum suntik atau pisau secara ketat
pakai wadah tersendiri.
13. bersihkan percikan
cairan dengan larutan pemutih
( 1:10)

Kolaborasi
14. Pantau hasil
laboratorium
15. Berikan obat sesuai
program pengobatan.
2 Kekurangan Mempertahanka Mandiri:
volume cairan n didrasi. 1. Pantau tanda vital
berhubungan Kriteria: 2. Kaji turgor kulit,
dengan  Membra membran mukosa dan rasa haus.
kehilangan cairan n mukosa 3. Pantau intake dan out
yang berlebihan: lembab put cairan.
diare berat,  Turgor 4. Timbang BB sesuai
berkeringat, kulit baik indikasi.
muntah,  Tanda 5. Pantau intake oral,
hipermetabolisme vital stabil pertahankan sedikitnya 2500ml/ hari.
, anoreksia.  Haluara 6. Gunakan cairan yang
Ditandai: n urine mudah ditoleransi oleh pasien dan
DS: adekuat. mengandung elektrolit; Gatorade, air
 Klien daging.
merasa haus. 7. Hindarkan makanan
 Mengatak yang potensial menimbulkan diare;
an merasa pedas, berlemak, kacang, kubis, susu.
lemah. Kolaborasi:
 Beri cairan/ elektrolit
DO: melalui selang/ IV.
 Bibir  Pantau hasil
tampak laboratorium; Ht, Hb, Elektrolit
kering serum.
 Turgor  Berikan obat sesuai
kulit jelek indikasi
 Mata
tampak
cekung
3 Pola napas; tidak Mempertahanka Mandiri:
efektif/ perubahan n pola napas 1. Pantau bunyi napas
pertukaran gas efektif. 2. Catat frekuensi,
berhubungan Kriteria: kedalaman napas, sianosis.
dengan  Tidak 3. Atur posisi semi fowler.
ketidakseimbanga mengalami 4. Ajarkan batuk efektif
n perfusi ventilasi sesak napas. 5. Lakukan pembersihan
(PCP/ Pneumonia  GDA sekret dijalan napas.
interstisial, dalam batas 6. Kaji perubahan tingkat
anemia) ditandai: normal kesadaran.
DS:  Saluran 7. Selidiki keluhan nyeri
 Klien pernapasan dada.
mengatakan bersih, tidak 8. Pertahankan lingkungan
susah bernapas. sekret. yang tenang.
 Pasien 9. Anjurkan istirahat yang
mengatakan cukup.
seperti ada Kolaborasi:
lendir  Pantau/ buat
ditenggorokan. kurva hasil pemeriksaan GDA
DO:  Tinjau ulang
 Klien sinar X dada.
tapak sesak  Berikan
 Napas tambahan 02 sesuai indikasi.
pendek dan  Berikan obat-
cepat obatan sesuai indikasi.
 Mengguna
kan otot-otot
pernapasan.

4 Resiko tinggi Menunjukkan Mandiri:


terhadap cedera. homeostasis 1. Lakukan
Faktor resiko: yang pemeriksaan darah pada cairan tubuh
 Perubahan ditunjukkan mis; urine, feses, cairan muntah.
absorpsi vit K dengan tidak 2. Amati
 Oerubaha adanya terjadinya ekimosis, hemoptisis,
n fungsi hepar. perdarahan hematuri, pengeluaran darah melalui
 Munculny mukosa dan luka, bekas suntikan.
a antibodi bebas dari 3. Pantau
antiplatelet ekimosis. perubahan tanda vital
autoimmun. 4. Pantau tingkat
 Keganasa kesadaran.
n 5. Hindari injeksi
 Sirkulasi IM, pengukuran suhu rectal/
endotoksin/ suppositoria.
sepsis. 6. Pertahankan
lingkungan yang aman.
7. Pertahankan
istirahat ditempat tidur/ kursi bila
trombosit < 10.000 atau sesuai
kebutuhan.
Kolaborasi:
 Pantau hasil
laboratorium; PT, PTT, Tromb,
Ht,Hb.
 Beri produk darah sesuai
indikasi.
 Hindari penggunaan
produk aspirin.
5 Resiko tinggi Mempertahanka 1. Kaji BB sebelum didiagnosa HIV.
terhadap n massa otot 2. Buat ukuran antopometri terbaru
perubahan nutrisi adekuat. 3. Kaji pola diet/ pengetahuan akan
kurang dari Kriteria: nutrisi.
kebutuhan tubuh,  Memper 4. Diskusikan efek samping obat
faktor resiko: tahankan BB terhadap nutrisi.
 Napsu antara 0,9- 5. Tekankan pentingnya
makan 1,35 kg dari mempertahankan masukan nutrisi
menurun sebelum sakit adekuat.
 Intake  Hasil 6. Bantu pasien merumuskan rencana
makanan tidak Laboratoriu diet
adekuat. m dalam 7. Anjurkan mengatur ruangan yang
 Perubahan batas normal mendukung selera makan.
sensasi rasa. Melaporkan Kolaborasi:
perbaikan  Konsultasi
tingkat energi. dengan ahli diet
Pantau hasil laboratorium; Hb, Ht,
albumin, natrium.
6 Nyeri Keluhan nyeri Mandiri:
(akut/kronis) hialang/ 1. Kaji keluhan
berhubungan terkontrol, nyeri; lokasi, durasi, skala, waktu
dengan Inflamasi/ kriteria: dan frekuensi.
kerusakan Ekspresi wajah 2. Dorong
jaringan, rileks. pengungkapan perasaan
neuropati perifer, Dapat tidur/ 3. Beri aktivitas
mialgia dan istirahat hiburan mis: membaca, berkunjung
artralgia, kejang adekuat. dan nonton TV.
abdomen, 4. Lakukan
ditandai: tindakan paliatif mis: atur posisi,
DS: masase, rentang gerak sendi yang
Klien mengeluh sakit.
sakit pada 5. beri kompres
persendia. hangat/ lembab.
DO: 6. Dorong
- Klien tampak penggunaan visualisasi/ bimbingan
meringis. imajinasi, relaksasi, tehnik napas
- Klien tampak dalam.
gelisah. Kolaborasi:
- Skala nyeri 5  Berikan analgesik/
(nyeri sedang) antipiretik sesuai program
pengobatan.

7 Perubahan Menunjukkan Mandiri:


membran membran 1. kaji membran
mukosa oral mukosa utuh, mukosa
berhubungan warna merah 2. Berikan
dengan defisit jambu, lembab perawatan oral setiap hari dan setelah
neurologis dan dan bebas dari makan, gunakan sikat gigi halus,
timbulnya lesi inflamasi/ pasta gigi non abrasi
penyebab ulserasi 3. Cuci mukosa
patogen, oral dengan hidrogen peroksida/
kesehatan oral salin atau larutan soda kue.
tidak efektif 4. Rencanakan diet
ditandai: menghindari garam, pedas, gesekan
DS: dan makanan/ minuman asam
Klien mengeluh 5. Dorong klien
mulut terasa untuk tidak merokok
pedis/ tidak Kolaborasi:
nyaman  Dapatkan spesimen kultur
DO: urine
 Ta  Berikan obat-obatan yang
mpak luka sesuai, mis: nistatin (mycostatin),
pada bibir. ketonazol (Nizoral).
 St  Rujuk untuk konsultasi
omatitis: gigi, jika diperlukan.
leukoplakia,
gingivitis.
8 Kelelahan Melaporkan Mandiri:
berhubungan peningkatan 1. Kaji pola tidur
dengan energi, dan perubahan dalam proses
penurunan melakukan berpikir/ perilaku.
produksi energi AKS, 2. Atur aktivitas
metabolisme, berpartisipasi pada saat klien sangat berenergi.
peningkatan dalam aktivitas 3. tetapkan
kebutuhan energi yang diinginkan keberhasilan aktivitas yang realistis
( status dengan klien.
hipermetabolism 4. Bantu
e) ditandai: perawatan diri klien.
DS: 5. Dorong klien
Klien untuk malakukan apapun yang
mengatakan mungkin mis; perawatan diri, duduk
merasa lelah dan dikursi, berjalan.
tak bergairah 6. Pantau respon
DO: psikologis terhadap aktivitas, mis;
 Klien perubahan TD, frekuensi pernapasan
tampak tak atau jantung.
bersemangat 7. Dorong
 Tampak masukan nutrisi.
malas Kolaborasi:
beraktivitas.  Beri o2 tambahan sesuai
 Tidak indikasi.
mampu  Rujuk pada terapi fisik/
melakukan okupasi.
aktivitas
sehari-hari mis:
madi, makan,
ganti pakaian.
9 Ansietas (ringan, Klien dapat Mandiri:
sedang, berat) menyatakan 1. Adakan pendekatan
berhubungan tentang secara individual
dengan ancaman kesadaran akan 2. Pertahankan hubungan
pada konsep diri, perasaannya yang sering dengan klien.
ancaman dan cara sehat 3. Berikan informasi akurat
kematian, untuk dan konsisten mengenai prognosis.
perubahan pada menghadapinya. 4. Waspada tehadap tanda-
kesehatan. Kriteria: tanda penolakan/ depresi.
Ditandai:  Rasa 5. Dorong klien untuk
DS: tegang mengungkapkan masalahnya.
 Klien berkurang 6. Izinkan klien untuk
merasa  Menyata mengekspreikan rasa marah, takut,
khawatir akan kan cara putus asa tanpa konfrontasi. Berikan
keadaannya. yang sehat informasi bahwa perasaannya adalah
 Klien untuk normal dan perlu diekspreisikan.
mengatakan mengatasi 7. Kenali dan dukung
merasa gelisah, masalah klien/ keluarga pada proses berduka.
tidak tenang  Menggu 8. Jelaskan prosedur, beri
perasaannya. nakan kesempatan untuk bertanya dan
DO: sumber- jawab dengan jujur.
 Klien sumber 9. Tetap bersama klien
tampak tegang. dengan selama prosedur dan konsultasi yang
 Klien efektif. menimbulkan ansietas.
tampak gelisah 10. Breikan informasi yang
ditempat tidur. dapat dipercaya dan konsisten, juga
 Palpitasi. dukungan orang terdekat.
11. Libatkan orang terdekat
sesuai petunjuk pada pengambilan
keputusan.
Kolaborasi:
 Rujuk pada
konseling psikiatri (mis: perawat
spesialis klinis, psikiater, pekerja
sosial)
10 Isolasi sosial Menunjukkan Mandiri:
berhubungan peningkatan 1. Tentukan
dengan harga diri, persepsi klien tentang situasi
perubahan status berpartisipasi 2. Beri kesempatan
kesehatan, dalam aktivitas/ klien untuk berbicara selama dan
perubahan pada program pada diantara aktivitas perawatan.
penampilan fisik, tingkat 3. Perlakukan
perubahan status kemampuan. dengan sopan dan tetap hargai klien.
mental, persepsi 4. Identifikasi
tentang tidak sistem pendukung, mis; teman,
dapat diterima keluarga dekat.
dalam 5. jelaskan
masyarakat atau prosedur/ petunjuk isolasi pada klein/
perilaku/ nilai orang terdekat.
seksual. 6. Dorong adanya
Ditandai: hubungan yang aktif dengan orang
DS: terdekat.
Klien 7. Bantu
mengatakan pemecahan masalah klien
merasa ditolak 8. Waspadai gejala
oleh masyarakat. verbal/ nonverbal mis; menarik diri,
DO: putus asa, perasaan kesepian, kaji
o Klien tampak kemungkinan bunuh diri.
diam Kolaborasi:
menyendiri.  Rujuk pada sumber-
o Tidak sumber, mis; pelanyanan sosial,
mendapat konselor dan organisasi/ proyek
dukungan dari AIDS (lokal/nasional).
orang terdekat
11 Kurang Klien/ keluarga Mandiri:
pengetahuan mengungkapka 1. Kaji proses
mengenai n penyakit dan apa yang menjadi
penyakit, pemahamannya harapan masa depan.
prognosis dan tentang kondisi/ 2. kaji tingkat
kebutuhan proses ketergantungan klien.
pengobatan perawatan dari 3. Tinjau
berhubungan penyakit pengetahuan cara penularan
dengan: tidak tersebut. penyakit.
mengenal Kriteria : 4. Anjurkan klien/
sumber Dapat keluarga mengenai kontrol infeksi,
informasi, mengidentifikas mis; cuci tangan, mencuci
ditandai: i hubungan permukaan dengan pemutih 1;10;
DS: antara tanda/ mendesinfeksi WC, menyiapkan
Klien/ keluarga gejala pada makanan klien pada tempat yang
menanyakan proses penyakit bersih.
tentang dan hubungan 5. Anjurkan
penyakitnya. gejala dengan perlunya perawatan kulit harian.
DO: faktor 6. Pastikan klien/
Tidak tepat penyebab. keluarga menunjukkan perawatan
dalam mengikuti Mengikuti oral dan gigi yang baik.
instruksi/ instruksi dengan 7. Tinjau
terjadinya tepat. kebutuhan nutrisi 9protein dan kalori
komplikasi yang Memulai tinggi)
dapat dicegah. perubahan gaya 8. Diskusikan
hidup yang aturan obat-obatan, interaksi dan
mendukung efek samping.
perawatan. 9. Berikan
informasi tentang penatalaksanaan
gejala yang perlu diperhatikan mis;
diare intrmitten, gunakan lamotil
sebelum pergi kekegiatan sosial.
10. Dorong aktivitas
pada tingkat yang dapat ditoleransi
klien.
11. Tekankan
perlunya melanjutkan perawatan
kesehatan dan evaluasi.
12. Anjurkan untuk
berhenti merokok.
13. Identifikasi
tanda/ gejala yang memerlukan
evaluasi medis, mis: demam terus-
menerus, berkeringat pada malam
hari, pembengkakan kelenjar,
penurunan BB, diare, bintil/ lesi
kulit, sakit kepala, sakit dada,
dispnoe.

Topik : NAPZA
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab
Media : Leafflet
Materi : Terlampir.

Materi Napza

Pengertian
Narkoba = Narkotik, psikotropika dan obat terlarang
Narkotika, yaitu zat / obat yg berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi yg dapat menyebabkan penurunan kesadaran,
menghilangkan / mengurangi rasa nyeri.
contoh : heroin, kokain, morfin, kodein dan ganja. Putauw adalah heroin tidak
murni berupa bubuk.
Psikotropika, yaitu zat / obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yg menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
contoh : ekstasi, metamfetamin (sabu), pil koplo.
Zat Psiko-aktif, yaitu zat lain bukan narkotika dan psikotropika yg
berpengaruh pada kerja otak.
contoh : Alkhohol, solven (gas yg mudah menguap), nikotin, kafein.
Pengaruh Narkoba
1. Perubahan pada suasana hati
a. menenangkan
b. rileks
c. gembira
d. rasa bebas
e. kenikmatan semu
f. krisis yang menetap
g. meningkatkan penampilan
h. bebas dari perasaan waktu
2. Perubahan pada pikiran
a. stres hilang
b. meningkatkan khayal
3. Perubahan pada perilaku
a. meningkatkan keakraban
b menghambat nilai
c. lepas kendali
Pola Pemakaian Narkoba
 Pola coba-coba, yaitu karena iseng dan ingin tahu. Pengaruh tekanan
kelompok sebaya sangat besar.
 Pola pemakaian sosial, yaitu pemakaian dg tujuan pergaulan
 Pola pemakaian situasional, pemakaian karena situasi co. kesepian,
broken heart
 Pola habituasi – kebiasaan
 Pola ketergantungan – timbulnya toleransi dan atau gejala putus zat

Ciri-ciri pemakai Opiodia


Jangka pendek
hilangnya rasa nyeri
ketegangan berkurang
rasa nyaman seperti mimpi dan ngantuk
Jangka panjang
ketergantungan
meninggal
komplikasi
HIV / AIDS, hepatitis B / C
Ciri-ciri pemakai Ganja
Jangka pendek
rasa cemas
gembira
banyak bicara
tertawa cekikikan
halusinasi
peningkatan denyut jantung dan mata merah
Jangka panjang
daya berpikir berkurang
motivasi belajar menurun
peradangan paru-paru
perubahan pada sel-sel otak
Ciri-ciri pemakai Alkohol
Pengaruh jangka pendek
mabuk
jalan sempoyongan
bicara cedal
memicu kekerasan
Pengaruh jangka panjang
kerusakan hati
kelenjar getah lambung
saraf tepi
gangguan jantung, dan kanker.
Alasan orang memakai narkoba
1. Anticipatory beliefs : anggapan bahwa jika memakai narkoba, orang akan
menilai dirinya hebat, dewasa, mengikuti mode.
2. Relieving beliefs : keyakinan bahwa narkoba dapat digunakan untuk
mengatasi ketenangan, cemas & depresi
3. Facilitative / permissive beliefs : keyakinan bahwa penggunaan narkoba
merupakan gaya hidup, karena perubahan zaman / nilai sehingga dapat
diterima.
Model-model pencegahan dan penanggulangan
1. Model Moral – Legal, pendekatan dimana narkoba dan pengedar sebagai
suatu yg membahayakan harus dilenyapkan.
2. Model Medik dan kesehatan masyarakat, karena dianggap sebagai
penyakit menular narkoba dan pemakai harus ditangani seperti
pemberantasan penyakit
3. Model psikososial, menempatkan individu sebagai unsur yang aktif,
penanggulangannya ditujukan pada faktor perilaku individu
4. Model sosial budaya, menekankan pentingnya lingkungan dan konteks
sosial, misal tidak dibenarkannya orang memakai narkoba
5. Pendekatan komprehensif, menitik beratkan pada bagaimana
menghindarkan narkoba dari penggunaanya oleh masyarakat
Alasan Penyalahgunaan
Zat mudah didapat dan murah (availability & acceptability)
2. Rasa ingin tahu yang besar (curiosity)
3. Ingin mencoba karena penasaran (experimentation)
4. Ingin bersenang-senang (just for fun)
5. Ingin ngetren/gaya (fashionable)
6. Perasaan tertekan (depresi)
Alasan penyalahgunaan…..
Pengaruh teman (peer pressure)
2. Agar diterima lingkungan
3. Pelarian dari kebosanan dan kegetiran hidup
4. Ingin meningkatkan rasa percaya diri
5. Sikap anti kemapanan (Rebellion)
Faktor Risiko
Pada diri pengguna:
Faktor dasar (suka menyendiri, suka melawan/ memberontak, suka
mencari hal-hal baru)
b. Melihat teman sepergaulan sebagai pecandu
c. Tidak mampu menolak narkoba secara tegas
d. Sikap permisif terhadap perilaku yang bermasalah
Pada keluarga:
a. Keluarga memiliki riwayat sebagai pecandu
b. Keluarga selalu cekcok
c. Manajemen keluarga yang buruk
d. Perilaku orang tua yang kasar, keras dan tidak konsisten
e. Sikap orang tua yang terlalu permisif terhadap perilaku anak yang
cenderung berisiko
Di masyarakat:
Ketersediaan narkoba
Kemiskinan/Kemelaratan
Transisi dan mobilitas penduduk
Hubungan masyarakat yang renggang
Tanda dini pengguna Narkoba
Prestasi menurun
Suka bolos dengan alasan yang tidak jelas
Mulanya periang jadi pemurung
Suka menyendiri/mengurung diri
Kamar yang biasa rapi jadi berantakan
Cari banyak alasan agar dapat keluar rumah
Cara berpakaian tidak rapi
Tanda dini pengguna Narkoba
Tidak mau lagi makan bersama keluarga
Wajah pucat dan kuyu
Mata dan hidung berair
Tangan gemetar
Selalu gelisah
Badan lesu dan berat badan menurun
Susah tidur
Barang pribadi mulai raib
Barang orang tua mulai raib
Mempunyai teman baru yang tidak dikenal
Mudah tersinggung, mudah marah & suka menantang
Suka pakai kaca mata hitam
Suka pakai baju lengan panjang
Mulai kenal rokok
Fakta tentang Narkoba
Semua jenis narkoba berisiko & berbahaya
2. Tidak ada yang tahu pasti kandungan zat di dalamnya
3. Tak ada jaminan kemurnian dan kekuatan zat serta bahan-bahan lain yang
dicampurkan
4. Mengkonsumsi beberapa jenis zat secara bersamaan (Poli drug
use/Cocktail) sangat berbahaya
5. Umumnya penyalahgunaan narkoba dimulai dari yang ringan (soft drug)
seperti rokok, alkohol, ganja, dst.
Peran Pemuda untuk Cegah Narkoba
Wujudkan cita-cita dengan meningkatkan prestasi dan mengembangkan bakat
demi masa depan
2. Perdalam iman dan taqwa guna ketahanan diri dalam hadapi dan pecahkan
masalah hidup
3. Laksanakan tugas dan tanggung jawab terhadap diri, keluarga dan
masarakat
4. Berusahalah jadi anggota keluarga yang baik
5. Hati-hati dalam memilIH teman bergaul
6. Ikuti kegiatan dalam organisasi sosial kemasyarakatan & tingkatkan
kepedulian sosial
7. Hindarkan perbuatan penyalahgunaan Narkoba
Peran orang tua
Bantu anak untuk berfikir positif tentang dirinya:
Tunjukkan rasa kasih sayang yang tulus
Lewatkan waktu bersama-sama
Beri tanggung jawab
Beri pujian dan dorongan
2. Amati dan perhatikan bila ada perubahan sikap dan perilaku anak
(waspadai tanda-tanda dini)
3. Ciptakan keluarga yang harmonis
4. Kenali dan perhatikan kawan bergaulnya
5. Salurkan dengan wajar hobi dan bakatnya secara positif
6. Kenalkan mereka dengan fakta-fakta tentang narkoba, dan ajari untuk bisa
berkata tidak terhadap Narkoba

Peran Tokoh Masyarakat & Tokoh Agama


Mengajak umatnya untuk meningkatkan iman dan taqwa
2. Mengajak masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap
lingkungan sekitarnya
3. Mengajak masyarakat untuk tidak mengkonsumsi obat sembarangan/
kecuali dari dokter
4. Mengisi waktu luang remaja dengan kegiatan kreatif positif
5. Menggalakkan pertemuan warga untuk membahas masalah yang timbul

Anda mungkin juga menyukai