Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN

NEFROLITIASIS

DISUSUN KELOMPOK 5 :
1.RAHMAWATI MANJURUNGI (21706039)
2.OCTHAVYANI EMBONG BULAN (21706036)
3.SITTI MUNSYIRAH M.AYUBA (21706043)
4.INDRIANA HASMA (21706021)
5.WENI MEFIAH (21706049)
6.SRI ASTUTI (21706044)
7.FIFIN MATORANG (21706011)
8.MULTAZAM (21706030)
APA ITU PENYAKIT BATU GINJAL ?
Penyakit Batu Ginjal
alias Nefrolitiasis
adalah kondisi ketika di
dalam ginjal terbentuk
material keras
menyerupai batu.
Material ini merupakan
sisa pembuangan dari
zat-zat dalam darah
yang melewati proses
penyaringan di ginjal.
ETIOLOGI
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga
berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik,
infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik).Secara epidemiologis terdapat
beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran
kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik
dan faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik, meliputi:


1) Herediter
2) Umur
3) Jenis kelamin

Faktor ekstrinsik, meliputi:


1) Geografi
2) Iklim dan temperatur
3) Asupan air
4) Diet
EPIDEMOLOGI
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal
sejak zaman Babilonia dan zaman Mesir kuno.
Sebagai salah satu buktinya adalah ditemukan
batu pada kandung kemih seorang mumi yang
diperkirakan sudah berumur sekitar 7000
tahun.Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak
kelainan di saluran kemih. Di Negara maju seperti
Amerika Serikat, Eropa, Australia, batu saluran
kemih banyak dijumpai disaluran kemih bagian
atas, sedang di Negara berkembang seperti
India,Thailand dan Indonesia lebih banyak
dijumpai batu kandung kemih. Hal ini karena
adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien
sehari-hari.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih
tidak diketahui secara pasti, akan tetapi beberapa buku
menyebutkan proses terjadinya batu dapat ginjal disebabkan
oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni,
dimanaapabila air seni jenuh akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti (nidus).
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan
menetralkanmuatan dan meyebabkan terjadinya
pengendapan.

Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih:


1. Teori Nukleasi
2. Teori Matriks
3. Penghambat Kristalisasi
PATHWAY
KLASIFIKASI
Batu saluran kemih dapat dibagi berdasarkan lokasi
terbentuknya, menurut lokasi beradanya, menurut keadaan
klinik, dan menurut susunan kimianya.
 Menurut tempat terbentuknya :
a. batu ginjal
b. batu kandung kemih
 Menurut lokasi keberadaannya :
a. Batu urin bagian atas (mulai ginjal sampai ureter distal)
b. Batu urin bagian bawah (mulai kandung kemih sampai
uretra)
 Menurut keadaan klinik :
a. Batu urin metabolic aktif
b. Batu urin metabolic inaktif
c. Batu urin yang aktifitasnya diketahui
d. Batu urin yang perlu tindakan bedah
 Menurut susunan kimiawi
Berdasarkan susunan kimianya batu urin ada beberapa jenis
yaitu: batu kalsium okalat, batu kalsium fosfat, batu asam urat,
batu struvite (magnesium ammonium fosfat) dan batu sistin.
MANIFESTASI KLINIS
 Obstruksi.
 Peningkatan tekanan hidrostatik.

 Distensi pelvis ginjal.

 Rasa panas dan terbakar di pinggang.

 KolikPeningkatan suhu (demam).

 Hematuri.

 Gejala gastrointestinal; mual, muntah, diare,


nyeri hebat.
PENATALAKSANAAN
Batu yang sudah menimbulkan
masalah pada saluran kemih harus
segera dikeluarkan agar tidak
menimbulkan penyulit yang lebih berat.
Indikasi untuk melakukan tindakan pada
batu saluran kemih adalah telah
terjadinya obstruksi,infeksi atau indikasi
sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui
prosedurmedikamentosa, dipecahkan
dengan ESWL, melalui tindakan endo-
urologi, bedah laparoskopi atau
pembedahan terbuka.
KOMPLIKASI
Komplikasi dapat timbul saat ukuran batu ginjal sangat besar hingga
menghambat aliran urine. Kondisi ini dapat memicu kerusakan ginjal
permanen, serta infeksi. Di sisi lain, pengobatan untuk batu ginjal sendiri,
terutama batu ginjal yang berukuran besar, juga dapat menimbulkan
komplikasi, yaitu :
a. Cedera pada ureter
b. Pendarahan
c. Infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh melalui darah atau bakteremia.

Jika penderita pernah mengalami batu ginjal, maka risiko kondisi


kambuh sangat besar. Berikut adalah factor pemicu kambuhnya batu ginjal:
a. Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan
terlalu sedikit mengonsumsi makanan berserat.
b. Hanya memiliki satu ginjal yang masih berfungsi.
c. Pernah mengalami beberapa infeksi yang berhubungan dengan ginjal
atau system saluran kemih.
d. Memiliki riwayat berpenyakit batu ginjal.
e. Pernah menjalani operasi pada system percernaan.
f. Rutin mengonsumsi suplemen yang mengandung kalsium.
g. Mengonsumsi obat-obatan aspirin, antasida, diuretic, obat anti kejang
dan obat-obat untuk HIV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Radiologi
2. Laboratorium
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian
1.Identitas
Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis
kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan,
alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis.
2.Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling menggangu
ketidaknyamanan dalam aktivitas atau yang
menggangu saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Di mana mengetahui bagaimana penyakit itu
timbul, penyebab dan faktor yang mempengaruhi,
memperberat sehingga mulai kapan timbul
sampai di bawa ke RS.
LANJUTANNN .....
4.Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya
batu dalam ginjal.
5.Riwayat Kesehatan Keluarga
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya
riwayat keturunan dari orang tua.
6.Riwayat psikososial
Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan
dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana
perawat secara umum.
B.Pola-pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai
penyakit batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien
perawatan dan tata laksana hidup sehat.
2. Pola nutrisi dan metabolism
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan
menurun karena adanya luka pada ginjal.
3. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik
gangguan karena adanya luka pada ginjal.
4. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal
biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau bagu
ginjal dalam perut, BAK normal.
5. Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau
terganggu karena adanya penyakitnya.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan
dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi.
LANJUTAN ....
7. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang
dideritanya selama di rumah sakit.
8. Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut
masih dapat melakukan dan selama sakit tidak ada
gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.
9. Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar
tetap baik tidak ada gangguan.
10.Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu
melakukan hal yang positif jika stress muncul.
11.Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di
derita ada obat dan dapat sembuh.
(Handerson, M.A, “Ilmu Bedah Untuk Perawat” Yayasan
Egsensia Medika Yogyakarta, 1991)
C.Pemeriksaan Fisik
1.Keadaan Umum
 Klien biasanya lemah.
 Kesadaran komposmetis.
 Adanya rasa nyeri.

2. Kulit
 Teraba panas.
 Turgor kulit menurun.
 Penampilan pucat.

3.Pernafasan
 Pergerakan nafas simetris.
4.Cardio Vaskuler
 Takicardi.
 Irama jantung reguler.
LANJUTANN ....
5.Gastro Intestinal
 Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.
6.Sistem Integumen
 Tampak pucat.
7. Geneto Urinalis
 Dalam BAK produksi urin tidak normal.
 Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.

8.Pemeriksaan Penunjang
 Urin lengkap, darah lengkap.
 Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi yang
disebabkan oleh obstruksi.
 Pemeriksaan IVP
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pada kasus nefrolitiasis didapatkan diagnosa


keperawatan yang sering muncul adalah :
1) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan
Ansietas
2) Risiko Infeksi
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan mobilitas
E. INTERVENSI KEPERAWATAN

DX I : Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan Ansietas

NOC NIC
1.Kontrol kecemasan diri(3) 1. Monitor TTV
2. Bangun rasa percaya dan
2.Tidak dapat beristirahat (2) hubungan yang dekat dengan
harmonis dengan pasien.
3.Gangguan konsentrasi (3) 3. Bantu pasien mengidentifikasi
sumber dari kemarahan.
4.Kesulitan untuk tetap 4. Sediakan penguatan untuk
mengerjakan tugas (4) ekspresi kemarahan yang
tepat.
5.Menunjukkan penerimaan (3) 5. Monitor potensi agresi yang
diekspresikan dengan cara
6.Menunjukkan sifat yang tenang tidak tepat dan lakukan
(2) intervensi sebelum (di
ekspresikan).
DX II : Risiko Infeksi

NOC NIC

1. Mengenali tanda dan gejala 1. Monitor tekanan darah, nadi,


yang mengidentifikasi risiko suhu, dan status pernafasan
dengan tepat.
2. Memonitor perubahan status 2. Monitor tekanan darah suatu
kesehatan pasien, berbaring, duduk, dan
berdiri sebelum dan setelah
3. Mengidentifikasi kemungkinan perubahan posisi.
risiko kesehata 3. Catat riwayat kesehatan dan
alergi pasien.
4. Perubahan gejala yang 4. Pantau efek pengobatan yang
diharapkan (3) di harapkan dan yang tidak
diharapkan.
DX III : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan mobilitas.

NOC NIC
1. Nyeri tekan (2) 1. Monitor TTV
2. Berikan penilaian mengenai
2. Batu disaluran kemih (2) pemahaman pasien terhadap
proses penyakit.
3. Retensi urin (2) 3. Instruksikan pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi
4. Demam (4) sesuai dengan kebutuhan.
4. Inisiasi pengukuran control
5. Infeksi saluran kemih 2 nyeri sebelum memulai
latihan/aktivitas.
6. Gangguan tidur 3 5. Pemberian obat.
K.IMPLEMENTASI
No. Diagnosa Implementasi

(1) 1. Memonitor TTV


2. Membangun rasa percaya dan hubungan yang
dekat dengan harmonis dengan pasien.
3. Membantu pasien mengidentifikasi sumber dari
kemarahan.
4. Menyediakan penguatan untuk ekspresi
kemarahan yang tepat.
5. Memonitor potensi agresi yang diekspresikan
dengan cara tidak tepat dan lakukan intervensi
sebelum (di ekspresikan).

(2) 1. Memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status


pernafasan dengan tepat.
2. Memonitor tekanan darah suatu pasien,
berbaring, duduk, dan berdiri sebelum dan
setelah perubahan posisi.
LANJUTANN ...
3. Mencatat riwayat kesehatan
dan alergi pasien.
4. Memantau efek pengobatan
yang di harapkan dan yang
tidak diharapkan.

(3) 1. Memonitor TTV


2. Memberikan penilaian
mengenai pemahaman pasien
terhadap proses penyakit.
3. Menginstruksikan pasien
untuk menggunakan teknik
relaksasi sesuai dengan
kebutuhan.
4. Menginisiasi pengukuran
control nyeri sebelum
memulai latihan/aktivitas.
5. Memberikan obat

Anda mungkin juga menyukai