Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

NEFROLITHIASIS

NAMA : ARNAWATI
NIM : 120681827

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


(STIK) FAMIKA MAKASSAR
T.A 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
NEFROLITHIASIS

A. DEFINISI
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis
renal, pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium
oksalat dan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal,
juga membentuk kalkulus ( batu ginjal ).

B. ETIOLOGI
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi
tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat
meningkat.Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi
tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam
urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup
pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien
dehidrasi).

Banyak faktor yang sering menjadi predisposisi timbulnya batu :


1. Faktor Endogen
a. Faktor genetik familial pada hiper sistinuira
Suatu kelainan herediter yang resesif autosomal dari pengangkutan
asam amino di membran batas sikat tubuli proksimal.
b. Faktor hiperkalsiuria primer dan hiper oksaluria primer.
2. Faktor eksogen
a. Infeksi
Infeksi oleh bakteri yang memecahkan ureum dan membentuk
amonium akan mengubah pH uriun menjadi alkali dan akan
mengendapkan garam-garam fosfat sehinggga akan mempercepat
pembentukan batu yang telah ada.
b. Obstruksi dan statis urin mempermudah terjadinya infeksi
c. Jenis kelamin lebih banyak ditemukan pada laki-laki
d. Ras
e. Keturunan
f. Air minum
g. Pekerjaan

C. PATOFISIOLOGI

Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kekandung


kemih dan ukuran bervariasi dari defosit granuler yang kecil, yang
disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang
berwarna oranye. Factor tertentu yang mempengaruhi pembentukan
batu, mencakup infeksi, statis urine, periode immobilitas. Factor-faktor
yang mencetuskan peningkatan konsentrasi kalsium dalam darah dan
urine, menyebabkan pembentukan batu kalsium.
Sebagian besar batu saluran kemih adalah idiopatik dan dapat
bersifat simptomatik ataupun asimptomatik
Teori terbentuknya batu antara lain :
1. Teori inti matriks
a. Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adanya substansi
organik sebagai inti
b. Terdiri dari muko polisakarida dan muko protein A yang
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk
batu.
2. Teori Supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin
seperti: Sistin, xantin, asam urat, dan kalsium.
3. Teori Presipitasi kristalisasi
a. Terjadi pH urin yang mempengaruhi solubilitas substansi dalam
urin.
b. Urin yang bersipat asam akan mengendap sistin, Xantin dan
asam urat
c. Urin yang bersifat alkali akan mengendap garam fospat
4. Teori berkurangnya faktor penghambat
D. MANIFESTASI KLINIK
Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :
1. Hermaturia
2. Piuria
3. Polakisuria/fregnancy
4. Urgency
5. Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus
menerus pada daerah pinggang.
6. Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-
lahan.
7. Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah
bawah, selanjutnya ke arah penis atau vulva
8. Anorexia, muntah dan perut kembung
9. Hasil pemeriksaan laboratorium, dinyatakan urine tidak ditemukan
adanya batu leukosit meningkat.
Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri
yang luar biasa, akut, kolik, yang menyebar kepaha dan
genitalia.Pasien merasa selalu ingin berkemih, namun hanya
sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat
aksi abrasive batu.Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya
menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus
urinarius dan hematuria.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis ditegakkan dengan studi ginjal, ureter, kandung
kemih (GUK), uregrafi intravena, atau pielografi retrograde. Uji kimia
darahdan urine 24 jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat,
kreatinin, natrium, pH, dan volume total merupkan bagian dari upaya
diagnostic. Riwayat diet dan medikasi serta riwayat adanya batu ginjal
dalam keluarga didapatkan untuk mengidentifikasi factor yang
mencetuskan terbentuknya batu pada pasien.

F. PENATALAKSANAAN
1. Terapik medik dan sistomatik
a. Terapik medik => mengeluarkan batu ginjal atau melarutkan batu
b. Pengobatan Simtomatik = > mengusahakan agar nyeri
khususnya koli ginjal yang terjadi menghilang dengan pemberian
simpatolitik selain itu dapat diberikan minum berlebihan disertai
diuretikum bendofluezida 5 – 10mg/hr.
2. Terapi mekanik
ESWL=>Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy
3. Terapi pembedahan
Jika tidak tersedia alat litotriptor
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan
batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron,
mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.

G. KOMPLIKASI
Batu yang terlelak pada piala ginjal atau ureter dapat
memberikan komplikasi obstruksi baik sebagian atau total.
Hal tersebut diatas dipengaruhi oleh
1. Sempurnanya obstruksi
2. Lamanya obstruksi
3. Lokasi obstruksi
4. Ada tidaknya infeksi
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi
pada obstruksi antara lain :
1. Statis urin meningkatkan pertumbuhan bakteri sehingga
mendorong pertumbuhan organisme maupun pembentukan kristal
khususnya magnesium amonium fosfat atau struvita
2. Meningkatkan tekanan intra luminal menyebabkan pertumbuhan
mukosa saluran kemih berkurangnya, sehingga menurunkan daya
tahan tubuh.
3. Kerusakan jaringan dapat menimbulkan penurunan daya tahan
tubu

H. PENCEGAHAN
Untuk mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih perlu
disiplin yang tinggi dalam melaksanakan perawatan dan pengobatan.
Maka perlu adanya pencegahan atau program sepanjang hidup,
seperti:
1. Masalah yang mendasari untuk mempermudah terbentuknya batu
saluran kemih harus dikoreksi
2. Infeksi harus dihindari atau pengobatan secara intensif untuk
semua jenis type batu

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya atau

pasase batu ginjal dan atau insisi bedah

b. Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi

kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi

mekanik atau infalamsi

c. Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik


d. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive

e. Defisit pengetahuan (mengenai proses penyakit, pemeriksaan

urologi, dan pengobatan) berhubungan dengan tidak adanya

informasi

J. INTERVENSI DAN RASIONAL DARI TIAP DIAGNOSA


a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya atau

pasase batu ginjal dan atau insisi bedah

Tujuan                            : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi

Kriteria hasil                  : Rasa nyeri teratasi,  menunjukkan fostur

rileks.

Intervensi                       :

1) Kaji dan dokumentasikan tipe, intensitas, lokasi dan durasi

nyeri.

Rasional : Laporan mengenai nyeri yang hebat mengindikasikan

terjadi sumbatan kalkulus/batu atau obstruksi aliran urine.

2) Laporan mengenai pengurangan nyeri yang mendadak.

Rasional : Mengindiksikan bahwa batu telah berpindah ke

saluran yang sempit.

3) Laporan mengenai nyeri yang menyerupai nyeri yang berupa

kolik renal.

Rasional : Kolik mengindikasikan pergerakan kalkulus.

4) Beri pemanas eksternal atau kompres hangat pada pinggul

yang nyeri.

Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan rileks


5) Ajarkan teknik relaksasi/distraksi

Rasional : mengurangi ketegangan dan kecemasan karena

nyeri.

6) Berikan obat anti nyeri/analgesik

Rasional : Untuk menghilangkan rasa nyeri

b. Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi

kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi

mekanik atau infalamsi (Kartika S. W., 2013:189).

Tujuan                       : Perubahan eliminasi urine teratasi

Kriteria hasil                 : Haematuria tidak ada, Piuria tidak terjadi,

rasa terbakar tidak ada, dorongan ingin berkemih terus

berkurang.

Intervensi                       :

1). Awasi pengeluaran atau pengeluaran urine.

Rasional : Evaluasi fungsi ginjal dengan memperhatikan tanda-

tanda komplikasi misalnya infeksi, atau perdarahan.

2). Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi.

Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang

menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera.

3). Dorong meningkatkan pemasukan cairan.

Rasional : Segera membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat

membantu lewatnya batu.

4). Awasi pemeriksaan laboratorium.


Rasional :Peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit

mengindikasikan disfungsi ginjal.

c. Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik

(Arif Muttaqin, 2011:116).

Tujuan                            : Asupan klien terpenuhi.

Kriteria hasil                  : Klien mempertahankan status asupan

nutrisi yang adekuat, pernyataan kuat untuk memenuhi kebutuhan

nutrisinya.

Intervensi :

1. Kaji nutrisi klien, turgor kulit, berat badan dan derajat penurunan

berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan,

riwayat mual/muntah dan diare.

Rasional : Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk

menetapkan pilihan intervensi.

2. Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai

indikasi) atau dengan makan sedikit tapi sering.

Rasional :   Memperhitungkan keinginan individu dapat

memperbaiki nutrisi.

3. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah

makan, serta sebelum dan sesudah intervensi/pemeriksaan

oral.
Rasional : Menurunkan rasa tak enak Karena sisa makanan

atau bau obat yang dapat merangsang pusat muntah.

4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan

jenis diet yang tepat.

Rasional : Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang

adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan

kalori sehubungan dengan status hipermetabolik.

5. Kolaborasi untuk pemberian anti muntah

Rasional : Meningkatkan rasa nyaman gastrointestinal dan

meningkatkan kemauan asupan nutrisi dan cairan peroral.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif

Tujuan                            : Pengetahuan klien tentang penyakit baik.

Kriteria hasil                  : Klien akan membuka diri meminta

Informasi.

Intervensi  :

1. Observasi area post op dari tanda-tanda infeksi seperti

kemerahan,nyeri, panas,bengkak,adanya fungsiolesa.

Rasional : Mencegah terjadinya infeksi saluran kemih dan

sepsis.

2. Monitor Tanda Tanda Vital

Rasional : Mengetahui perkembangan klien sehingga

mengetahui rentang Suhu, nadi, respirasi dan tekanan darah.

3. Gunakan tehnik steril saat perawatan luka


Rasional : Mengurangi peningkatan jumlah mikroorganisme

yang masuk.

4. Ajarkan klien dan keluarga tantang tanda- tanda infeksi dan

perawatan luka

Rasinal : Meningkatkan informasi dan pengetahuan klien dan

keluarga

5. Kolaborasi medik pemberian antibiotik

Rasional : Antibiotik dapat Membunuh mikroorganisme

e. Defisit pengetahuan (mengenai proses penyakit, pemeriksaan

urologi, dan pengobatan) berhubungan dengan tidak adanya

informasi

Tujuan                         : Memberikan informasi pasien dan keluarga

Kriteria Hasil             : Pasien dan keluarga mampu memahami

tentang proses penyakit, dan pengobatan.

Intervensi :
1) Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa depan
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan berdasarkan informasi
2) Tekankan pentingnya pemasukan cairan
Rasional : pembilasan sistem ginjal menurungkan kesempatan
statis ginjal
3) Diskusikan program pengobatan
Rasional : obat-obatan diberikan untuk mengasamkan atau
mengalkalikan urine
4) Menjelaskan tentang pengobatan nefrolitiasis
Rasional : agar pasien bisa mengetahui pengobatannya
5) Menginstruksikan kepada klien untuk bertanya kepada penyedia
layanan kesehatan
Rasional : kadangkala pasien merasa tidak berani untuk bertanya
karena belum terbina hubungan dekat dengan penyedia layanan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

http : //ismails.kep.wordpress.com//2008/11/17/asuhan-keperawatan-klien-
nefrolithiasis

Anda mungkin juga menyukai