Anda di halaman 1dari 26

Askep Urolithiasis

By Novi Sugiarti
Pengertian
 “Urolithiasis merujuk pada adanya kalkuli (batu)
dalam urinari tract, sedang nephrolitiasis
menggambarkan bahwa kalkuli terbentuk dalam
parenkim ginjal” (Ignativicius, 1995).
 Urolithiasis adalah suatu kelainan yang ditandai
dengan adanya batu di satu atau beberapa
tempat di sepanjang collecting system (Munver &
Preminger, 2001).
 Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit
dimana didapatkan batu di dalam saluran air
kemih mulai dari kaliks sampai dengan uretra
anterior (Gardjito, 1994).
A. ETIOLOGI UROLITHIASIS

a. Faktor intrinsik, meliputi:

1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.


2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak
dibanding pasien wanita.

b. Faktor Ektrinsik meliputi:

1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian


yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal
sebagai daerah stone belt (sabuk batu) Iklim dan temperatur
2. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
3. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah
terjadinya batu saluran kemih
4. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang
pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik
(sedentary life).
B. Manifestasi Klinis Urolithiasis

a. Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung


pada adanya obstruksi, infeksi dan edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik
dan distensi piala ginjal
2. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil,
demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang
terus menerus.
3. Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.
b. Batu di piala ginjal
1. Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
2. Hematuri dan piuria dapat dijumpai.
3. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan
pada wanita nyeri ke bawah mendekati kandung kemih
sedangkan pada pria mendekati testis.
4. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.
5. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
6. Hematuri akibat aksi abrasi batu.
7. Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan
gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi
traktus urinarius dan hematuri.
8. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih
akan terjadi retensi urine
c. Patofisiologi Urolithiasis

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal


dengan urolitiasis belum diketahui secara pasti. Masalah-masalah
dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam
urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat
dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium
menuju tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan
menambah cairan yang akan diekskresikan. Batu yang terbentuk
dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan
batu yang besar. Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan
mengakibatkan kerusakan pada organ-organ dalam ginjal sehingga
terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan
fungsinya secara normal. Maka dapat terjadi penyakit GGK yang
dapat menyebabkan kematian.
d. Pemeriksaan Penunjang Urolithiasis

1. Urinalisa : warna normal kekuning-kuningan, PH : normal 4,6 –


6,8 (rata-rata 6,0), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat
amonium, atau batu kalsium fosfat),Urin 24 jam Kreatinin, asam
urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat),
kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing, BUN hasil
normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan
ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen.
b. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan
sirkulasi serum dan kalsium urine.
d. Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan
anatomik pada area ginjal dan sepanjang uriter.
e. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab
nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada
struktur anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat
menunjukkan batu atau efek ebstruksi.
g. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi
batu.
e. Penatalaksanaan Urolithiasis
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih
harus segera dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyumbat
yang lebih berat. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur :
1. Istirahat cukup
2. Perbanyak masukan cairan air putih
3. Diet rendah kalsium dan rendah garam
4. Disesuaikan jenis batu misal
5. Medikamentosa:
a. Bila ada infeksi, beri antimikroba yang sesuai infeksi
b. Hipositraturi: kalium sitrat
c. Hiperkalsiuri: tiazid
d. Batu sistin: D-penicillamine
6. Operasi : bila ada obstruksi atau batunya besar
7. ESWL: cara memecah batu dengan gelombang syok,dilakukan
pada batu berukuran < 2 cm sampai sebesar pasir sehingga
dapat dikeluakan secara spontan.
Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi
urine 2-3 liter per hari
Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
Aktivitas harian yang cukup
Medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi
kekambuhan adalah:
1. Rendah protein.
2. Rendah purin.
3. Rendah Kalsium Tinggi Sisa Asam.
4. Diet Tinggi Sisa Asam.
Makanan yang boleh diberikan :
a. Sumber hidrat arang, nasi, makanan ½ gelas sehari, roti 4
potong, kentang, ubi, singkong, kue, dari tepung maizena,
hunkwe, tapioca, agar-agar, selai, dan sirop.
b. Sumber protein hewani : daging, 50 gr atau telur 2 butir sehari
dan susu
c. Lemak : minyak, mentega, dan margarine
d. Sumber protein nabati : kacang-kacangan kering 25 gr, tahu,
tempe, atau oncom 50 gr/hari
e. Sayuran : semua jenis sayuran paling sedikit 300 gr/hari

f. Komplikasi
1. Sumbatan : akibat pecahan batu
2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat
obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum
pengobatan dan pengangkatan batu ginjal
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajin

a. Identitas
1. Nama :
2. Umur : Paling sering 30 – 50 tahun
3. Jenis kelamin : 3 x Lebih banyak pada pria
4. Alamat : Tinggal di daerah panas
5. Pekerjaan : perkerja berat

b. Keluhan Utama
1. Nyeri yang luar biasa, akut/kronik.
2. Kolik yang menyebar ke paha dan genetelia.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Pernah menderita infeksi saluran kemih.
2. Sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi.
3. Bekerja di lingkungan panas.
4. Penderita osteoporosis dengan pemakaian pengobatan
kalsium.
5. Olahragawan.
d. Riwayat Penyakit Sekarang

1. Nyeri
2. Mual / Muntah
3. Hematuria
4. Diare
5. Oliguria
6. Demam
7. Disururia

e. Riwayat Penyakit Keluarga

1. Pernah menderita urolitiasis


2. Riwayat ISK dalam keluarga
3. Riwayat hipertensi

Pemahaman pasien mengenai perawatan harus digali untuk


mengidentifikasi kesalahan konsepsi atau kesalahan informasi yang
dapat dikoreksi sejak awal.
f. Dasar – Dasar Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Gejala: Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan
kondisi sebelumnya
2. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, anseitas, gagal ginjal).
Kulit hangat dan kemerahan ;pucat.
3. Eliminasi
Gejala : Obstruksi sebelumnya(kalkulus).
Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.
4. Makanan/cairan
Gejala : muntah/mual ,nyeri tekan abdomen.
Tanda : distensi abdominal; penurunan/tak adanya bising usus,
muntah.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat/ kronik. Lokasi tergantung pada
lokasi batu.
Tanda : Demam dan menggigil.
6. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal,
hipertensi,gout, ISK Kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah
abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.
7. Pemeriksaan Fisik
2. Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi blas
b. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh
batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan
peradangan.
c. Resiko tinggi terhadap cidera saluran perkemihan b.d adanya
batu pada saluran kemih ( ginjal ).
d. Resiko infeksi b.d iritasi kandung kemih
e. Gangguan kebutuhan volume cairan lebih dari kebutuhsn
tubuh berhubungan dengan retensi natrium
f. Gangguan Nutrisi kurang dari keb. Tubuh b.d peningkatan
asam lambung
3. Intervensi
a. DX-1 :Nyeri berhubungan dengan Iritasi Blass
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X 24
jam skalh nyerih berkurang
Kriteria Hasil:
- Skala nyri berkurang (2-4)
- Waja rileks
- TD normal (120/80 mmHg)
- Nadi Normal ( 60-100)
- Mampu tidur dengan normal.
INTERVENSI RASIONAL

Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10) dan penyebarannya.


Perhatiakn tanda non verbal seperti: peningkatan TD dan DN, gelisah,
meringis, merintih, menggelepar. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat
menimbulkan gelisah, takut/cemas
masase ringan/kompres hangat pada Lakukan tindakan yang
mendukung kenyamanan (seperti punggung, lingkungan yang tenang)
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot
Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi dan aktivitas.
Mengalihkan perhatian dan membantu relaksasi otot
Kolaborasi pemberian obat sesuai program terapi:
Analgetik,
Antispasmodik,
Kortikosteroid Analgetik (gol. narkotik) biasanya diberikan selama
episode akut untuk menurunkan kolik ureter dan meningkatkan
relaksasi otot/mental
Menurunkan refleks spasme, dapat menurunkan kolik dan nyeri.
Pertahankan patensi kateter urine bila diperlukan Mencegah
stasis/retensi urine, menurunkan risiko peningkatan tekanan ginjal dan
infeksi
b. DX 2 : Perubahan eliminasi urin b.d iritasi pada kandung kemi
Tujuan : setelah dilakukam tindakan keperawatan selama 1X24 jam
pasien dapat berkemi dengan normal
K.H :
Input dan output cairan normal
Pola berkemi normal
Intervensi Rasional
Mengamati karakteristik urine, volume urin saat berkemi, bau dan
warna. Memberikan informasi tentang fungsi ginjal, dan adanya
komplikasi.
Tentukan pola berkemih normal dan perhatikan variasi
Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Peningkatan hidrasi membilas bakteri,darah dan debris dan dapat
membantu lewatnya batu.
periksa semua urine catat adanya keluaran batu dan kirim ke
laboratorium untuk analisa Penemuan batu memungkinkan
identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi.
Observasi perubahan status mental,perilaku atau tingkat kesadaran
Akumulasi sisa uremik dank e tidak seimbangan elektrolit dapat
menjadi toksik di SSP.
Awasi pemeriksaan laboratorium,contoh BUN, elektrolit, kreatinin
Peninggian BUN,kreatinin dan elektrolit mengidentifikasikan
disfungsi ginjal.
c. DX 3 :Resiko tinggi terhadap cidera saluran perkemihan b.d
adanya batu pada saluran kemih ( ginjal ).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24
jam tidak terdapat batu pada saluran perkemihan.
K.H :
1. Warna, bau, dan PH urin normal
2. Tidak terdapat batu pada saluran perkemihan
3. Tidak nyeri pada saat berkemih
Intervensi Rasional
Pantau urine warna,bau, PH urin.
- Untuk deteksi dini terhadap masalah.
Saring semua urine,observasi terhadap kristal. Simpan kristal
untuk dilihat dokter kirim ke laboratorium
Untuk mendaptakan data- data keluarnya batu,perubahan diet
yang didasari oleh komposisi batu
Konsultasi dengan dokter bila pasien sering berkemih,jumlah
urine sedikit dan terus menerus,perubahan urine. menunjukkan
perkembangan obstruksi dan kebutuhan intervensi
progresif.Temuan-temuan ini
Berikan obat-obatan sesuai program untuk mempertahankan PH
urine tepat. Dengan perubahan PH urine / peningkatan
keasamaan / alkalinitas,factor solubilitas untuk batu dapat di
control.
d. DX : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan iritasi kandung
kemih
Tujuhan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24
jam tidak tidak ada tanda-tanda infeksi
K.H :
Suhu tubuh normal (37c)
Meningkatnya penyembuh kandung kemih
Tidak ada penumpukan urin dikandung kemih
Intervensi Rasional
Kaji tanda vital dengan sering, catat tidak membaiknya atau
berlanjutnya hipotensi, penurunan tekanan nadi, takikardia,
demam, takipnea Tanda adanya syok septik, endotoksin sirkulasi
menyebabkan vasodilatasi, kehilangan cairan dari sirkulasi, dan r
endahnya status curah jantung.
Awasi haluaran urine. Oliguria terjadi sebagai akibat penurunan
perfusi ginjal, toksin dalam sirkulasi mempengaruhi antibiotik.
Kaji suhu tiap 4 jam, serta adanya nyri yang timbul. Pasang slang
kateter Slang kateter berfungsi untuk mengeluarkan urin dalam
kandung kemih, sehingga ada penumpukan urin yang
menyebabkan infeksi pada kandung kemih.
Kaji dan laporkan tanda dan gejala infeksi mengintervensi
tindakan selanjutnya.
e. DX : Gangguan Kelebihan volume cairan b.d retensi natrium
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24
jam keb cairan pasien kembali normal
K.H :
o Input dan output cairan normal
o Tidak ada edema
Intervensi Rasional
Awasi pemasukan dan pengeluaran cairan membandingkan
pengeluaran actual dan yang diantisipasi membantu dalam
evaluasi adanya kerusakan ginjal. Identifikasi output urin Untuk
membantu intervensi dalam pemberian Input cairan.
f. DX : Nutrisi kurang dari keb. Tubuh b.d peningkatan asam
lambung
Tujuan : keb nutrisi terpenuhi
K.H :
Napsu makan membaik
Tidak terjadi hipoproteinmia
Porsi makan yang dihidangkan dihabiskan
Intervensi Rasional
Catat intake dan output makanan secara akurat Monitoring
asupan nutrisi bagi tubuh Kaji adanya anoreksia, hipoproteinmia,
diare Gangguan nutrisi dapat terjadi secara perlahan. Diare sebagai
reaksi edema intestinal.
C PENUTUP

1. KESIMPULAN
Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai sebab
diantaranya intake cairan yang kurang, aktivitas yang kurang,
iklim yang dingin atau panas serta makanan yang dapat
mencetuskan terbentuknya batu ginjal. tanda dan gejala yang
khas pada penyakit ini tergantung dari letak batu, besarnya batu.
Gejala yang tersering adalah nyeri dan gangguan pola berkemih.

2. SARAN
Sebagai perawat profesional sangat penting memberikan
penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang proses terjadinya
batu dan pencegahannya, sehingga pasien dan keluarga dapat
mengerti dan bekerja sama untuk mendapatkan kesembuhan
yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marylynn E, dkk.2000.Rencana Asuhan


Keperawatan.Jakarta:EGC

Hanafi.2009.Asuhan Keperawatan Urolitihasis.(online),


(http://oketips.com/9369/Askep Urulitihasis/, 25 Maret 2013).

Price, Sylvia A, dkk. 2006. Patofisiologi Volume 1.Jakarta:EGC


Sofyan, Rohyan.2009.Makalah Urolitihasis.(online),
(http://athultocm.wordpress.com/khusus-
akbid/Patofisiologi Urolitihasis/, diakses 4 April 2013)

Anda mungkin juga menyukai