6. Pemeriksaan diagnostik
a. Urinalisa ; warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum
menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH
asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan
magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam
:kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat), kultur urine menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan
urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder
terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
b. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau
polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH.
Merangsang reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine.
d. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik
pada area ginjal dan sepanjang ureter.
e. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri,
abdominal atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur
anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat
menunjukan batu atau efek obstruksi.
g. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.
7. Penatalaksanaan
a. Tujuan:
1) Menghilangkan obstruksi
2) Mengobati infeksi.
3) Mencegah terjadinya gagal ginjal.
4) Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
b. Operasi dilakukan jika:
1) Sudah terjadi stasis/bendungan.
2) Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan
bendungan positif harus dilakukan operasi.
c. Therapi
1) Analgesik untuk mengatasi nyeri.
2) Allopurinol untuk batu asam urat.
3) Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
d. Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.
1) Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang
mengandung kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-
kacangngan, kopi, coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat
mengurangi makanan yang mengandung tinggi kalsium seperti ikan
laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.
2) Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu
dan daging.
3) Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah,
susu, kentang.
4) Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah
raga secara teratur.\
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1) Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik.
2) Riwayat infeksi saluran kemih.
3) Pajanan lingkungan: zat-zat kimia.
4) Keturunan.
5) Alkoholik, merokok.
6) Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps,
penggunaan kontrasepsi).
b. Pola nutrisi metabolik
1) Mual, muntah.
2) Demam.
3) Diet tinggi purin oksalat atau fosfat.
4) Kebiasaan mengkonsumsi air minum.
5) Distensi abdominal, penurunan bising usus.
6) Alkoholik
c. Pola eliminasi
1) Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output.
2) Hematuri.
3) Rasa terbakar, dorongan berkemih.
4) Riwayat obstruksi.
5) Penurunan hantaran urin, kandung kemih.
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Pekerjaan (banyak duduk).
2) Keterbatasan aktivitas.
3) Gaya hidup (olah raga).
e. Pola tidur dan istirahat
1) Demam, menggigil.
2) Gangguan tidur akibat rasa nyeri.
f. Pola persepsi kognitif
Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau
tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
b. Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi karena
batu.
c. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
d. Ketidakefektifan management regiment terapeutik tentang perawatan
post operasi dan pencegahan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan/informasi
3. Risiko tinggi Hasil yang diharapkan: a. Monitor intake dan a. Membandingkan secara
kekurangan - Keseimbangan output aktual dan
volume cairan cairan adekuat b. Berikan intake cairan 3 mengantisipasi output
berhubungan - Turgor kulit baik – 4 liter per hari. yang dapat dijadikan
dengan mual c. Monitor tanda-tanda tanda adanya renal stasis
dan muntah. vital, turgor kulit, b. menjaga keseimbangan
membran mukosa. cairan untuk
d. Berikan cairan intra homeostasis.
vena sesuai intruksi c. dapat menunjukkan
dokter. tanda-tanda dehidrasi.
e. Kalau perlu berikan d. menjaga keseimbangan
obat anti enemik. cairan bila intake per oral
kurang.
e. mengurangi mual dan
muntah.
4. Ketidakefektifan Hasil yang diharapkan: a. Kaji pengetahuan a. Mengetahui tingkat
management - Pasien pasien/tanyakan proses pengetahuan pasien dan
regiment mengungkapkan sakit dan harapan memimih cara untuk
terapeutik proses penyakit, pasien. komunikasi yang tepat.
tentang faktor-faktor b. Jelaskan pentingnya b. dapat mengurangi stasis
perawatan post penyebab. peningkatan cairan per urine dan mencagah
operasi dan - Pasien dapat oral 3 – 4 liter per hari. terjadinya batu.
pencegahan berpartisipasi dalam c. Jelaskan dan anjurkan c. kurang aktivitas
berhubungan perawatan. pasien untuk melakukan mempengaruhi terjadinya
dengan aktivitas secara teratur. batu.
kurangnya d. Identifikasi tanda-tanda d. mendeteksi secara dini,
pengetahuan/inf nyeri, hematuri, oliguri. komplikasi yang serius
ormasi e. Jelaskan prosedur dan berulangnya
pengobatan dan penyakit.
perubahan gaya hidup. e. membantu pasien
merasakan, mengontrol
melalui apa yang terjadi
dengan dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified. New York
Chicago.
San Fransisco Lisbon London, (1999).Mexico City Milan New Delhi San Juan
Seoul, Singapore Sydney Toronto.
Soeparman, (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Sylvia dan Lorraine (1999). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi empat,
buku kedua. EGC. Jakarta.
www.laporan-pendahuluan-askep.com